Badi
Badi
id
SKRIPSI
Oleh:
Oleh:
BADI RAHMAD HIDAYAT
K1308082
SKRIPSI
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit
Kata kunci: kesalahan, tipe kesalahan, to user
gaya kognitif, ruang dimensi tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Key word: errors, errors type, cognitive style, three dimensional space
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama penyusunan skripsi ini penulis senantiasa mendapat bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Ketua program studi Pendidikan Matematika yang
telah memberikan ijin penelitian dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Bambang Sugiarto, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan ijin
penelitian, memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam menyusun
skripsi ini.
5. Getut Pramesti, S.Si., M.Si., Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan banyak waktu, bimbingan, saran, dukungan dan kemudahan
kepada penulis.
6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak
memberikan nasihat, ilmu, bimbingan, dan dukungannya.
7. Drs. Sukardjo, MA, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI.................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... viii
HALAMAN ABSTRACT ................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
D. Peumusan Masalah.................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 8
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
1. Pengertian Belajar................................................................................ 8
2. Pengertian Matematika......................................................................... 9
3. Masalah Kesalahan Belajar ................................................................. 10
4. Ruang Dimensi Tiga ............................................................................ 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
diakses pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 11.25). Selain itu, berdasarkan
informasi peneliti yang didapatkan bersamaan dengan pelaksanaan Praktek
Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 7 Surakarta pada 12 September 2011
sampai 3 Desember 2011 melalui wawancara dengan salah satu guru
matematika SMA Negeri 7 Surakarta Y.Y. Sulistiyo , ada beberapa masalah
yang dapat diindikasikan sebagai penyebab bahwa materi dimensi tiga
merupakan salah satu materi yang sulit untuk dapat dipahami oleh siswa, antara
lain:
1. Ketrampilan siswa dalam menggambar dan mempergunakan alat-alat untuk
menggambar bangun-bangun ruang tiga dimensi masih rendah.
2. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih kurang
memuaskan.
3. Sebagian siswa hanya mengandalkan hafalan tanpa memahami konsep
sehingga melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal.
4. Materi prasyarat diantaranya adalah garis lurus, sudut, luas bangun datar,
trigonometri dan syarat-syarat berlakunya teorema Phytagoras belum
dikuasai oleh sebagian siswa.
Penyelesaian persoalan matematika tidak hanya memerlukan keterampilan
siswa namun juga melalui daya pikir dan penalaran. Disinilah letak kesulitan
siswa ketika mempelajari materi yang membuat siswa melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan soal-soal mengenai ruang dimensi tiga.
Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
dapat menjadi petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Dari
kesalahan yang dilakukan siswa dapat diteliti lebih lanjut mengenai penyebab
kesalahan siswa. Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa harus segera
mendapat pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara
menganalisis akar permasalahan yang menjadi penyebab kesalahan yang
dilakukan siswa. selanjutnya diupayakan alternatif pemecahannya, sehingga
kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi di kemudian hari.
Komponen guru dan siswa merupakan ujung tombak yang sangat
commit
menentukan keberhasilan proses to user
belajar mengajar di dalam kelas. Guru
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
dengan fenomena sosial dan lebih suka dengan ide-ide dan prinsip-prinsip yang
abstrak, kurang hangat dalam hubungan interpersonal, dalam mengerjakan
tugasnya merasa efisien bekerja sendiri. Orang yang memiliki gaya
kognitif field dependent (FD) dikategorikan sebagai seorang yang dapat
berpikir secara global, berperilaku sensitif secara sosial dan berorientasi
interpersonal, lebih suka bekerja kelompok dalam mengerjakan tugasnya.
Adanya perbedaan gaya kogntif mempengaruhi pola pikir dan perilaku
siswa. Siswa dengan gaya kognitif field independent akan mempunyai pola
pikir yang berbeda dengan siswa dengan gaya kognitif field dependent. Oleh
karena itu, dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi ruang
dimensi tiga akan timbul beberapa pendapat yang berlainan dari masing-masing
siswa yang menentukan benar atau salahnya jawaban siswa.
Kesalahan jawaban siswa dapat dimungkinkan karena proses menerima
dan mengorganisasi informasi yang tidak tepat namun tetap digunakan siswa
untuk alasan menjawab. Hal lain yang menjadikan jawaban siswa salah adalah
mereka sudah tepat dalam mengelola informasi yang mereka peroleh namun
melakukan kesalahan operasi hitung aljabar. Kesalahan lain yang mungkin
dilakukan adalah siswa hanya kurang teliti dalam melengkapi jawaban,
sehingga menyebabkan jawaban tidak tepat.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Ruang dimensi tiga merupakan salah satu materi pelajaran matematika
siswa kelas X SMA/MA yang sulit dipahami oleh siswa. Hal ini berakibat
sering terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep dan dampaknya proses
menyelesaikan masalah matematika menjadi terganggu.
2. Proses kegiatan belajar mengajar disekolah salah satunya dipengaruhi
bagaimana pengalaman siswa menerima, mengorganisasi dan
menghubungkan suatu informasi dan pengalaman-pengalaman mereka
commit tocara
peroleh. Gaya kognitif merupakan user seseorang dalam menerima dan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mendalam, masalah
dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah ruang dimensi tiga yang
dibatasi pada pokok bahasan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang
melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga berupa kubus
dan balok.
2. Gaya kognitif yang dimaksud adalah cara seseorang dalam menerima dan
mengorganisasi informasi dari sekitarnya, dan dibedakan menjadi dua yakni
gaya kognitif field dependent (FD) dan field independent (FI).
3. Kesalahan siswa dibedakan menjadi empat yakni kesalahan fakta, kesalahan
konsep, kesalahan operasi dan kesalahan prinsip.
4. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, kelas X tahun ajaran
2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifiksai masalah dan
pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dan penyababnya pada materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa. Secara khusus perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang dilakukan siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam menyelesaikan soal pada
materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa ?
2. Apakah penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam menyelesaikan soal pada
materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan mengetahui
penyebab kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siswa dalam materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan matematika. Manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan sebagai
referensi penelitian yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan dalam
pengerjaan soal-soal dalam materi ruang dimensi tiga.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para siswa sebagai subjek
penelitian untuk mengoreksi diri sendiri dan mampu meminimalisir
kesalahan yang dibuat dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
materi ruang dimensi tiga atau materi lain berdasarkan gaya kognitif yang
mereka miliki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para guru atau calon guru
tentang kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan soal-soal yang berkaitan
dengan ruang dimensi tiga berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki siswa,
sehingga bisa mencari solusi untuk meminimalisir kesalahan tersebut agar
tidak terulang kembali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterapilan
yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang disekitarnya.
Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan
keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,
individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan
keterampilan-keterampilan fungsional lainnya.
Nassier dalam Martinis Yamin (2008:120) dalam menyebutkan bahwa anak-
anak membutuhkan pengetahuan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan
yang masih semu, di samping itu anak-anak memiliki banyak pengharapan akan
sesuatu, pada masa itu anak-anak membutuhkan banyak belajar dan
memungkinkan memberi pengetahuan. Sejalan dengan peryataan tersebut Al-
Ghazali (2011:63) menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan
kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah
dewasa. Proses belajar telah dimulai dari kecil, menurut Ph. A. Kohnstam dalam
Martinius Yanim (2008:120) pada umur 1,6 sampai dengan 7 tahun adalah masa
estetika atau masa keindahan, anak memandang dan mengamati dunia
sekelilingnya dengan suatu keindahan. Mereka asyik dan tenggelam dalam
bermain, mendengar cerita, yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba
mengenal benda-benda yang ada disekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda
yang berwarna mencolok, aneh menurut mereka, dan berusaha untuk
mengenalinya.
Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mengenai pengertian belajar
seperti misalnya Gage (1984) masih dalam Martinis Yamin (2008:120-123)
mendefinisikan belajar sebagaicommit
suatu to proses
user dimana organisme berubah
8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
2. Pengertian Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:723) matematika mempunyai
pengertian, Ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Paling dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252), ide manusia
tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan
masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitunagn
yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan
topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang
beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
berfikir logis. Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu
cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu
cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
commit
ukuran, menggunakan pengetahuan to user
tentang menghitung, dan yang paling penting
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
dalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggabungkan hubungan-hubungan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, fakta-fakta kuantitatif,
masalah bentuk dan ukuran, aturan-aturan yang ketat, dan cara pandang untuk
menggabungkan aturan serta hubungan yang ada.
c. Operasi
Operasi adalah suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan lain.
Operasi seringkali disebut skill apabila menekankan pada aspek
keterampilannya. Jadi, skill adalah kemampuan penguasaan prosedur, cara
kerja atau aturan yang digunakan untuk mengerjakan soal matematika
secara cepat dan tepat.
d. Prinsip
Prinsip adalah obyek matematika yang rumit. Prinsip dapat terdiri dari
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun
operasi. Secara sederhana prinsip adalah hubungan antara berbagai obyek
dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan
sebagainya.
Berdasarkan obyek dasar yang bersifat abstrak di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa matematika bersifat hierarkis, sehingga dalam mempelajari
materi hendaknya berurutan dan bertahap didasarkan pada pengalaman belajar
siswa. Hal ini menuntut siswa sebagai subyek dan obyek pembelajaran untuk
selalu dapat berpikir sistematis. Oleh sebab itu, Kennedy seperti dikutip oleh
Lovitt (1989:279) dalam Mulyono Abdurrahman (2003:257) menyarankan empat
langkah pemecahan masalah yang akan membantu siswa untuk dapat berpikir
lebih sistematis terutama dalam penyelesaian masalah. Keempat langkah
penyelesaian masalah tersebut, yakni :
a. Memahami masalah.
b. Merencanakan pemecahan masalah.
c. Melaksanakan pemecahan masalah.
d. Memeriksa kembali.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa masalah kesalahan
belajar dalam matematika akan saling berkaitan antara obyek dasar yang dimiliki
matematika dengan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan (soal)
dalam matematika. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat berawal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2. Titik terletak diluar pada garis
Gambar 2.3. Titik terletak pada bidang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5. Garis berpotongan dengan garis
Gambar 2.9. Garis terletak pada bidang
Gambar 2.10. Garis sejajar bidang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.12. Bidang berimpit dengan bidang
Gambar 2.13. Bidang sejajar dengan bidang
c) Dua bidang berpotongan
Dua bidang dikatakan berpotongan jika kedua bidang tersebut
mempunyai sebuah garis persekutuan. Contoh pada Gambar 2.14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.14. Bidang berpotongan dengan bidang membentuk garis
b. Jarak dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang dalam Ruang
Dimensi Tiga
1) Jarak titik ke titik lain
Jarak antara titik A dan titik B dapat dicari dengan membuat garis yang
melalui titik A dan titik B. Ruas garis AB merupakan jarak antara titik A
dan titik B yang diminta.
Gambar 2.15. Jarak titik ke titik
Gambar 2.16. Jarak titik ke garis
Gambar 2.17. Jarak titik ke bidang
Jarak titik P ke bidang SQUW adalah panjang garis PO, dengan O adalah
titik pada bidang SQUW sedemikian sehingga PO tegak lurus dengan
bidang SQUW. Dengan memperhatikan segitiga PQS, kita dapat
menentukan panjang garis QS. Segitiga PQS adalah segitiga siku-siku di
P, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.
2 = 2 + 2
= 2 + 2
Selanjutnya, dapat kita tentukan luas segitiga PQS dengan dua cara
sebagai berikut.
a) Dengan menggunakan alas segitiga PQS adalah PQ dan tingginya
adalah PS, maka berlaku
1
Luas = 2 ............................................................(2.3)
1
Luas = 2 ...........................................................(2.4)
Karena panjang PQ, PS, dan QS telah diketahui, maka panjang PO dapat
ditentukan dengan menyamadengankan (2.3) dan (2.4).
c. Sudut dalam Ruang Dimensi Tiga
1) Sudut antara garis dan bidang
Jika sebuah garis tidak tegak lurus pada suatu bidang tetapi menembus
bidang tersebut sehingga membetuk sudut antara garis dan bidang. Sudut
antara ruas garis AB dan bidang H dengan B adalah titik tembus ruas
garis AB terhadap bidang H dapat dicari dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Membuat proyeksi titik A ke bidang H sebut titik A, sehingga ruas
garis AB dan AA membentuk sudut lancip
b) Menghitung jarak titik A ke titik A dan jarak titik B ke A
c) Dengan aturan tangen sudut antara garis AB dan AA dapat
ditentukan.
Gambar 2.18. Sudut antara garis dengan bidang
Perhatikan gambar 2.18.
Titik D adalah proyeksi titik H ke bidang ABCD, sehingga garis DH
tegak lurus dengan garis BD. Selanjunya sudut (sudut antara garis BH
dengan garis BD atau bidang ABCD) dapat dicari dengan aturan tangen
tan = . Sementara garis BD dapat dicari menggunakan Teorema
Phytagoras
commit
= to
user
2 + 2
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.19. Sudut antara garis dengan bidang
Pertama kita akan membuat garis AB pada bidang PQRS dan garis BC
pada bidang SRUT, yang kedua garis tersebut tegak lurus perpotonagn
dua bidang yaitu garis RS dan bertemu pada satu titik B. Kemudian titik
A adalah proyeksi titik C ke bidang PQRS sehingga garis AB dan AC
tegak lurus maka aturan tangen berlaku
tan =
Sehingga sudut dapat dicari tan =
5. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku, menilai,
commit
berpikir dan membuat kesalahan akan to user pula. Gaya kognitif berdasarkan
berbeda
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
memperhatikan bagian dan komponen dalam suatu pola dan kerap pula lebih
berorientasi pada penyelesaian tugas daripada hubungan sosial.
c. The Group Embedded Figure Test (GEFT)
The Group Embedded Figure Test (GEFT) adalah instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur derajat wilayah ketergantungan seseorang (degree
of field-dependency). Pada tes GEFT ini siswa ditugaskan untuk
mengidentifikasi serangkaian gambar sederhana dalam bentuk gambar yang
lebih kompleks. Keandalan dan validitas instrumen ini telah terbukti oleh
sejumlah penelitian selama bertahun-tahun.
Altun dan Cakan (2006:14) menjelaskan bahwa instrumen GEFT
merupakan tes yang non verbal dan sifat dari psikometrik tes telah diuji dalam
lintas budaya. Witkin et al.(1971) dalam Jeff Q. Bostic (1998:87) menyebutkan
koefisien reliabilitas tes dari GEFT yaitu 0.82 yang diberikan pada siswa laki-
laki dan perempuan.
The Group Embedded Figure Test (GEFT) terdiri atas tiga bagian yaitu
bagian satu terdiri dari 7 soal, bagian dua dan tiga masing-masing adalah 9 soal.
Untuk menyelesaikan tes GEFT pada penelitian ini siswa memiliki waktu 15
menit. Skor yang dihitung adalah hanya pada tes bagian dua dan tiga saja. Skor
tes ini dari 0 sampai 18. Siswa yang lebih banyak menjawab dengan benar
cenderung tergolong dalam siswa yang bergaya kognitif FI. Tes ini dilakukan
sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Adapun interpretasi skor GEFT menurut Jeff Q. Bostic (1998:191) dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Interpretasi skor GEFT
Kategori Skor siswa laki-laki Skor siswa perempuan
Strongly FD 0-9 0-8
Slighty FD 10-12 9-11
Slighty FI 13-15 12-14
Strongly FI 16-18 15-18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa dapat menjadi tolok ukur dalam keberhasilan
proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses
pembelajaran yang hasil akhirnya diukur melalui tes sehingga dapat dilihat
seberapa besar kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang seringkali sulit
dipecahkan siswa karena objek kajiannya abstrak. Salah satu bagian dari
matematika yang menurut sebagian besar siswa sulit adalah materi geometri.
Karena objeknya bukan benda nyata, maka mempelajari geometri bukan
semata-mata didasarkan pada ketajaman indera, melainkan lebih ditekankan
pada pemecahan melalui daya pikir atau logika dan penalaran.
Seperti disebutkan bahwa prestasi belajar dapat diukur dari kemampuan
mengerjakan permasalahan yang diberikan. Berlaku sebaliknya bahwa
kegagalan dapat dilihat dari seberapa jauh siswa melakukan kesalahan dalam
memecahkan permasalahan. Kajian mengenai seberapa besar kegagalan yang
dilakukan siswa ini akan mengantarkan kita melihat jenis-jenis kesalahan apa
saja yang sering dilakukan siswa dalam pengerjaan geometri, yang dalam hal
ini akan diwakili materi ruang dimensi tiga.
Selain itu, setiap siswa juga pasti mempunyai kemampuan menangkap,
menelaah, dan menyelesaikan permasalahan yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan perbedaan karakteristik masing-masing individu sehingga harus
diakomodasi dalam pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Psikologi
dengan berbagai cabangnya telah mengidentifikasi sangat banyak variabel
yang mengindikasikan perbedaan individu yang mempengaruhi proses
pembelajaran salah satunya adalah gaya kognitif.
Gaya kognitif adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan,
maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau
menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Winkel membedakan jenis
gaya kognitif berdasarkan kecenderungan, yaitu : (1) field dependent (FD) dan
(2) field independent (FI). Siswa dengan gaya kognitif field dependent (FD)
commitpada
sangat dipengaruhi atau bergantung to user
lingkungan, memperoleh hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
lebih baik bila bekerjasama dengan orang lain, lebih suka menyelesaikan
sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan, serta dalam situasi sosial cenderung
lebih baik daripada siswa FI. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif field
independent (FI) tidak bergantung pada lingkungan, merasa efisien jika bekerja
sendiri, lebih menyukai penyelesaian yang tidak linier (tidak berurutan), serta
dalam situasi sosial cenderung merasakan adanya tekanan dari luar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat kesalahan-kesalahan apa saja
yang dilakukan siswa dengan gaya kognitif field independent dan field
dependent. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui adanya
kesalahan siswa tersebut adalah dengan mengadakan analisis terhadap hasil
pekerjaan siswa. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kesalahan apa yang
dilakukan oleh siswa dan penyebab siswa melakukan kesalahan. Dari analisis
itu pula dapat diungkapkan hal-hal apa saja yang sebenarnya menjadi
kebutuhan siswa sehingga mereka mempunyai kemampuan dalam mengerjakan
soal-soal mengenai ruang dimensi tiga.
Pada penelitian ini akan dianalisis kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal mengenai ruang dimensi tiga ditinjau dari 4 aspek
kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Fakta
2. Kesalahan Konsep
3. Kesalahan Operasi
4. Kesalahan Prinsip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data
Data kualitatif lebih merupakan wujud katakata daripada angka-angka.
Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh,
erta memuat penjelasan tentang prosesproses yang terjadi dalam lingkup
setempat (Matthew B. Miles dan Huberman, 1992:15).
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Lexy J. Moleong, 1999:122).
Sumber data pada penelitian ini, berupa catatan lapangan yang diperoleh
dari hasil kegiatan observasi selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
materi ruang dimensi tiga, data hasil tes siswa berupa kesalahan-kesalahan pada
materi runag dimensi tiga, dan hasil wawancara mengenai kesalahan yang dialami
commit
siswa dan penyebab kesalahan siswa padatomateri
user runag dimensi tiga.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta
yang mengalami kesalahan dalam materi ruang dimensi tiga. Pada penelitian ini,
penentuan subjek penelitian tidak menggunakan sampel acak tetapi menggunakan
sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu sampel diambil tidak ditekankan
pada jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi anggota sampel
sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik
tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena sampel tidak
dimaksudkan untuk generalisasi.
Sampling yang dimaksud pada penelitian kualitatif adalah untuk menyaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(construction). Tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-
perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi, melainkan untuk
merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Selain itu, juga
untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi
sampel bertujuan (purposive sample). Sampel bertujuan ditandai dengan sampel
yang tidak dapat ditentukan terlebih dahulu dan jumlah sampel ditentukan oleh
jumlah informasi-informasi yang diperlukan(Lexy J. Moleong ,1999:165).
Pada penelitian ini, pengambilan sampel berdasarkan hasil tes tertulis yang
telah dikerjakan siswa, siswa yang terpilih adalah siswa yang melakukan
kesalahan dan mengerjakan soal dengan lengkap, serta disesuaikan dengan gaya
kognitif siswa yang telah diketahui dari Group Embeded Figure Test (GEFT)
yang juga telah dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, ditentukan lima
subjek penelitian sebagai sampel di kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta.
permasalahannya. Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Menurut Budiyono (2003:53) menyatakan bahwa observasi adalah cara
pengumpulan data dimana peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan
pengamatan terhadap subyek penelitian hingga si subyek tidak tahu bahwa dia
sedang diamati. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002:133) menyatakan bahwa
observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Dalam artian penelitian observasi dapat
dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non-sistematis yaitu observasi
tanpa menggunakan instrumen pengamatan, observasi dilakukan saat kegiatan
belajar mengajar dikelas yang dibagi dalam observasi guru mengajar dan
observasi terhadap siswa. Hasil observasi ini digunakan untuk melihat apakah
materi pelajaran mengenai ruang dimensi tiga tersampaikan dengan baik kepada
siswa.
2. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara pengumpulan data
yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan
kepada subyek penelitian. Suharsimi Arikunto (2002:127) menyatakan bahwa tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Metode tes yang dilakukan adalah tes tertulis berbentuk uraian. Bentuk tes
yang digunakan sebagai instrumen bersifat diagnosis. Ruseffendi (1988:470)
menyatakan bahwa soal diagnostik adalah soal-soal untuk mengungkapkan
kelemahan atau bagian yang belum dipahami oleh siswa. Penggunaan tes ini
dilakukan karena sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti yaitu analisis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal ruang dimensi tiga.
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam membuat
commit
instrument tes ini adalah melakukan to user butir-butir tes berupa pengukuran
penelaahan
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
validitas dan reliabilitas butir-butir tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini uji validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah butir-butir tes yang telah disusun benar-benar dapat
mengungkap bagaimana kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
ruang dimensi tiga. Dalam hal ini uji validitas yang digunakan adalah uji validitas
isi. Nunnally (1978:92) menyatakan bahwa ada dua standar utama untuk
meyakinkan adanya validitas isi yaitu koleksi butir-butir soal yang representatif
terhadap semestanya dan metode penyusunan tes yang masuk akal (Budiyono,
2003:58-59). Uji validitas dilakukan dengan penelaahan butir-butir soal tes oleh
validator yang telah ditentukan, yaitu orang yang dianggap ahli dan berkompeten
terhadap matematika khususnya bidang yang penulis teliti.
Lexy J. Moleong (1999:172) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada
ketaatasasan pengukuran dan ukuran yang digunakan. Sedangkan Budiyono
(2003:65) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil
pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran
tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan. Karena tes pada penelitian ini bersifat diagnostik yaitu hanya
ingin mengetahui kesalahan yang dialami siswa dan karena kesalahan siswa tidak
berkaitan dengan skor yang diperoleh sehingga uji relaibilitas tidak diperlukan.
Selain metode tes tertulis, dalam penelitian ini juga menggunakan Group
Embeded Figure Test (GEFT) yang diadopsi dari Witkin et al.(1971) untuk
membedakan gaya kognitif siswa yaitu Field Independent dan Field Dependent.
Witkin et al.(1971) dalam Jeff Q. Bostic (1998:87) menyebutkan koefisien
reliabilitas tes dari GEFT yaitu 0.82 yang diberikan pada siswa laki-laki dan
perempuan. Sehingga pada penelitian ini tidak perlu dilakukan uji validitas
maupun reliabilitas.
3. Metode Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132), wawancara atau kuesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
commit to(2003:52)
informasi dari terwawancara. Budiyono user menyatakan bahwa metode
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
F. Validasi Data
Validasi data perlu dilakukan untuk memperoleh data yang akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka peneliti melakukan
pemeriksaan keabsahan data. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan
keabsahan data akan dilakukan melalui teknik triangulasi data. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
( Lexy J. Moleong, 1999:178 ).
Pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda (H. B. Sutopo 2002: 80). Triangulasi dilaksanakan dengan
membandingkan data hasil tes tertulis yang diverifikasi oleh data wawancara
dengan data hasil observasi yang dilakukan peneliti.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan sekumpulan langkah-langkah secara urut
dari awal hingga akhir yang digunakan dalam penelitian. Adapun kegiatan
penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pembuatan proposal penelitian
Setelah judul disetujui oleh pembimbing, peneliti menyusun proposal
penelitian dan diajukan kepada pembimbing kemudian merevisinya.
2. Melakukan perijinan ke lembaga terkait
Peneliti mengajukan permohonan ijin ke SMA Negeri 7 Surakarta untuk
mengadakan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
35
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
kegiatan siswa, dan lingkungan belajar (sarana dan alat belajar) pada materi pokok
ruang dimensi tiga.
a. Data Observasi Terhadap Guru Mengajar
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru selalu mengucapkan salam setiap mengawali pelajaran di kelas. Di
awal pelajaran, guru tidak menunggu suasana kelas kondusif terlebih dahulu
karena pada waktu guru memasuki kelas, siswa langsung diam dan
mempersiapkan untuk menerima pelajaran, diantaranya dengan membuka
buku pegangan siswa dan buku tulis. Setelah itu, guru memberitahu kepada
siswa materi apa yang akan dipelajari. Dalam mengajar, guru menggunakan
buku pegangan berupa buku pelajaran matematika kelas X terbitan Penerbit
Erlangga yang juga dimiliki oleh siswa.
Kegiatan apersepsi dilakukan oleh guru pada awal pelajaran ruang
dimensi tiga dengan mengenalkan bentuk-bentuk bangun ruang diantaranya
kubus, balok, tabung, kerucut dan prisma segi tiga. Pada pertemuan
berikutnya apersepsi dilakukan guru dengan mengingatkan kembali materi
yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Guru tidak memberikan
tujuan pembelajaran secara langsung. Namun, rencana kegiatan untuk
pertemuan ini selalu disampaikan secara urut dan jelas kepada siswa.
Motivasi diberikan dengan cara memberitahu kepada siswa tentang salah
satu manfaat materi ini, yaitu luas bangun ruang dan volume bangun ruang.
Hal ini dilakukan untuk menambah antusias siswa dalam mempelajari materi
ini.
2) Kegiatan Inti
Guru menggunakan metode ceramah (ekspositori) dan tanya jawab
kepada siswa selama mengajar materi ruang dimensi tiga. Guru tidak
pernahmembentuk kelompok diskusi atau menggunakan metode
pembelajaran lain. Guru tidak memanfaatkan fasilitas LCD yang tersedia di
ruang kelas, guru lebih memeilih menggunakna alat peraga bangun-bagun
ruang yang terbuat dari plastik. Guru selalu menunjuk siswa untuk
mengerjakan pekerjaan rumahcommit to user pada pertemuan sebelumnya.
yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Pada awal pertemuan bab ruang dimensi tiga, guru membawa alat peraga
bentuk-bentuk bangun ruang yang terbuat dari plastik antara lain kubus, balok,
tabung, kerucut dan prisma segi tiga. Guru juga menggunakan alat peraga
untuk menjelaskan kedudukan titik, garis dan bidang dalam bangun runag.
Pada sub-bab menggambar bangun ruang guru selalu menggunakan alat
bantu untuk membuat garis dan sudut di papan tulis yaitu menggunakan
penggaris kayu dan busur derajat kayu. Guru juga menyarankan kepada siswa
untuk menggunakan penggaris saat membuat garis dan busur derajat atau
jangka untuk membuat dan menentukan besar sudut. Sesekali guru
menggunakan spidol berwarna untuk mempermudah dan memperjelas
gambar yang dibuat.
Guru selalu mengambil contoh soal dari buku pegangan siswa dalam
menjelaskan sebuah sub materi dan menjelaskan bagaimana cara untuk
mengerjakan. Dalam menjelaskan, guru memberikan pertanyaan untuk
memancing siswa agar ikut bersama-sama menjawab soal. Untuk soal yang
lainnya, guru menyerahkan kepada siswa untuk dikerjakan mandiri dengan
berdiskusi dengan teman-temannya.
Guru tidak pernah menghimbau siswa untuk mencatat, tetapi kadang
guru memberi waktu siswa untuk menyalin catatan dari papan tulis. Guru
menjelaskan materi melalui buku pegangan siswa yang telah dimiliki semua
siswa. Sesekali guru menjelaskan materi dengan mengambil contoh dan
memisalkan sesuatu dengan benda disekitar yang mudah digunakan sehingga
memudahkan siswa untuk mengerti.
Saat kegiatan mengarjakan latihan soal, guru berkeliling dan sesekali
menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa. Setelah mengerjakan latihan
soal, guru menawarkan kepada siswa untuk mengerjakan dipapan tulis.
Apabila tidak ada siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan sukarela
maka guru menyuruh beberapa siswa untuk mengerjan di papan tulis.
Kemudain guru memeriksa hasil pekerjaan di papan tulis dan mengoreksi
pekerjaan apabila terdapat kesalahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru tidak memberikan kesimpulan tentang apa
yang dipelajari pada setiap pertemuan. Keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar tidak dinilai oleh guru. Evaluasi seperti kuis atau postest
tidak diberikan, melainkan hanya memberikan pekerjaan rumah yang terdapat
pada buku pegangan siswa yang kemudian dibahas pada pertemuan
berikutnya dan dikoreksi oleh guru. Ulangan harian diberikan saat materi
selesai per bab.
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Data Observasi Terhadap Siswa
Pada umumnya sebagian besar siswa kelas X-8 mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan cukup baik. Saat guru memesuki ruang kelas siswa
diam dan mempersiapkan pelajaran dengan baik. Siswa memperhatikan guru
yang sedang menjelaskan dan mencatat pelajaran, namun terdapat beberapa
siswa yang kurang memperhatikan. Mereka sibuk membaca komik yang
diselipkan di buku pegangan siswa, namun tidak ada siswa yang berbicara
sendiri dengan temannya.
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru berkaitan dengan hal-hal
yang belum dimengerti kurang. Terlihat hanya beberapa siswa saja yang
bertanya kepada guru, kebanyakan diantara mereka lebih suka bertanya
kepada teman-temannya atau hanya diam saat ditanya guru. Untuk keaktifan
siswa siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru cukup, beberapa siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara bersama-sama atau secara
sendirian apabila ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan.
Siswa megerjakan soal-soal yang diberikan guru, ada yang dikerjakan
secara individu dan ada juga yang mengerjakan dengan teman sebangku atau
teman lain di depan atau belakang bangku. Siswa kurang aktif pada saat guru
menyuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis, akibatnya guru yang sering
menunjuk siswa. Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis terkadang
melakukan kesalahan, baik dalam penulisan simbol, perhitungan atau konsep-
commit
konsep yang belum dimengerti to user
oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
1
5 29 4
Luas bidang ABP = =
2 2
2
5 2 25
b. + 52 = 2 + 25 7
2 2
2 2
75 2 5 25
c. = 75 7
2 2 4
1 1 8
d. 25 + 4 2= 29 2
4 4
5
5 .2 2 12, 20
e. = 25 2
2
1 5 5 2 15, 18
f. . 5 cm .5 cm = 25 cm
2 2 2
2
5 2
g. + 52 = 25 + 25 28
2
10. Siswa tidak mengerjakan soal. 3, 10, 11, 27, 32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
b. 144 + 9 = 15. 9 29
6. Siswa tidak mengerjakan soal. 5, 27, 30
45O
60
30
30 3
30
30
30
30
30 3
d. . 10, 17
30
30
30 30
tan = =1 = 45
30
Besar sudut yang terbentuk 45
e. .
30 cm 32
60 cm
30 7
30
30
30
sin = jadi = 90
30
g. .
6
3 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
b. 15
2 + 2 2
cos =
2. .
b. 4500 = 67 11 5
4. Siswa hanya menuliskan jawaban tanpa alasan.
29
Siswa menuliskan bahwa sudut yang terbentuk
antara meja dengan kaca 45o.
5. Siswa tidak mengerjakan soal dengan lengkap.
11, 27, 30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
Dari kedua kelompok gaya kognitif strongly Field Independent dan strongly
Field Dependent sebanyak 3 siswa dengan nomor absen 4, 14 dan 23 menjawab tes
tertulis dengan lengkap dan benar, serta sebanyak 4 siswa dengan nomor absen 11, 29,
30 dan 32 tidak memberikan jawabanlengkap atau ada butir soal yang tidak
dikerjakan sehingga ketujuh siswa tersebut tidak diikutkan dalam pemilihan subjek
penelitian. Sehingga hanya bersisa 5 siswa yang terdiri dari 2 siswa kelompok gaya
kognitif strongly Field Independentdan 3 siswa gaya kognitif strongly Field
Dependent.
Kelima siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Jati Widowati, nomor absen 18, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Independent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 1.
b. Mage Nugroho, nomor absen 20, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Independent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 2.
c. Destara Twinka Putra, nomor absen 7 , subjek dengan gaya kognitif strongly
Field Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 3.
d. Fathimah Rima, nomor absen15, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 4.
e. Rena Lukma Aisyah Putri, nomor absen 28, subjek dengan gaya kognitif strongly
Field Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
C. Pembahasan
1. Data Hasil Tes dan Analisisnya
Berikut ini akan disajikan analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pada
materi ruang dimensi tiga kelas X disertai kemugkinan penyebab kesalahan.
a. Subjek Penelitian 1
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
ruas garis PA dan PQ salah sehingga penentuan luas segitiga ABP juga
salah.
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :
e. Subjek Penelitian 5
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
d. Subjek Penelitian 4
1) Soal nomor 1
Petikan 1
P : Iya kok bisa gambar itu gimana ?
S : (membaca lagi soalnya) Ini rusuknya 5 cm, terus aku gambar ABFE
frontal ini depannya ini, terus AB horizontal, terus sudut surutnya
(diam)
P : Sudut surut itu apa ya ?
S : Aku ga tau mas, sik-sik mas, (berfikir sejenak)
P : Kalo ga tau ya gapapa lho dek, tenang ga tak kandake pak YY
(tersenyum)
S : Iyo mas aku ga tau.
P : Dulu pas pak YY jelasin ga perhatiin ya?
S : Iya mas dulu pas dijelasin hanya dikasih satu contoh aja, terus dulu
aku agak sakit jadi ga konsen.
P : Terus ga tanya sama teman-teman lain?
S : (tersenyum)
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti mengenai
sudut surut dan letaknya, sehingga tidak menggambar dengan benar.
Penyebab kesalahan karena siswa tidak memperhatikan penjelasan guru,
pegaruh karena siswa sedang sakit dan kurang aktif bertanya.
Petikan 2
P : Oke, sekarang luas bidang ABP nya itu dapatnya dari mana ?
S : Ini RP nya dicari dulu mas
P : R nya mana kok ga ada di gambarnya ?
S : Itu kemarin buru-buru mas.
P : Terus R nya dimana ?
S : R itu di tengah-tengahnya AB mas, terus ada Q juga itu di tengah-
tengah EF.
P : Oh, terus-terus RP nya ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
2) Soal nomor 2
Petikan 5
P : Lanjut nomor dua, ini yang a udah bener yang b jelasin dong !
S : (garuk-garuk kepala sambil membaca pekerjaannya)Panjang bidang
BQRC dan ADWT samadengan jarak garis PQ, eh ini keliru mas,
seharusnya jarak bidang BQRC dan ADWT samadengan panjang
garis PQ, salah nulis lagi akunya mas.
Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam
menuliskan kata jarak antara dua bidang yang sejajar sehingga terbalik
penulisan jarak dan panjang.
Petikan 6
P : Oke itu kok bisa samadengan panjang PQ ya ?
S : (berpikir sejenak) Itu nek panjang AQ kan ga mungkin mas kan
miring, seingetku nek jarak i harus lurus ga boleh miring.
P : Lha itu yang lurus hanya PQ ?
S : Ga mas haruse AB tapi kan AB itu samadengan PQ, yawis tak tulis
aja panjang PQ.
Dari petikan wawancara diatas, siswa menjawab benar, peneliti
masih ragu dengan alasan siswa dalam menjawab.
Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.
Simak petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 7
P : Oke, sekarang nek tak gambar dua bidang sejajar p dan k, cara nyai
jarake gimana?
S : (berfikir sejenak) Ya dibikin garis yang lurus, terus kayak nembus
itu lho mas, tapi haris lurus.
P : Luruse yang gimana? Letake itu gimana ?
S : Ya lurus mas pokoke tidak miring, ya sembarang mas asal lurus.
P : Kalo lurus, ini ruas AQ juga lurus kan ?
S : Emm, iya mas, luruscommit
juga. to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
e. Subjek Penelitian 5
1) Soal nomor 1
Petikan 1
P : Oke sekarang bisa dijelasin satu-satu asalnya gambar itu gimana ?
S : Panjang rusuk benar 5 cm mas, bidang frontal dan AB horizontal
benar, terus sudut surutnya 150 derajat dan perbandingan proyeksi
1 : 2, tapi yang dua ini aku ga mudheng mas.
P : Lha ini kok dapat sudut surutnya disini itu gimana ? (menunjuk
sudut surut di pekerjaan subjek).
S : Itu gini mas aku ngukurnya dari AB terus buat bikin BC nya itu,
tapi lewat bantuan yang sudut dibawah ini.
P : Jadi sudut surutnya itu sudut yang apa ?
S : Itu mas besar sudut antara garis AB dengan BC.
P : Pak YY dulu ngajarinnya juga begitu dek ?
S : Ga sih mas, pak YY tu kemaren ngasih contoh hanya satu itu ada
yang ga aku mudheng.
P : Kok ga tanya dek kalau belum jelas ?
S : Ga berani mas.
P : Ga tanya sama teman-teman yang mudheng?
S : (tersenyum)
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui letak sudut
surut suatu bentuk bangun ruang dengan benar dikarenakan siswa belum
mengerti penjelasan guru dan tidak aktif bertanya.
Petikan 2
P : Oke oke, terus perbandingan proyeksi ?
S : Itu aku ga tau mas.
P : Hayo pas pak YY nerangin dulu gimana ?
S : Seingatku ga pernah nerangin i
P : Bener ga pernah diterangin ?
S : Kayake sih mas, tapi aku ya ga tau ding (tersenyum)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Independent.
No.
Hasil Validasi Data
Subjek
1 1. Siswa melakukan kesalahan dalam melengkapi gambar dengan
tanda sudut surut pada gambar bangun ruang kubus. Penyebab
kesalahan karena siswa kurang teliti dalam menggambar
bangun ruang kubus.
2. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan
darimana diperoleh panjang suatu ruas garis. Penyebab
kesalahan karena siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
3. Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian bentuk
pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam
operasi hitung aljabar.
4. Siswa melakukan kesalahan dalam menulis jawaban panjang
bidang BQRC ke bidang ADWT yang seharusnya jarak bidang
BQRC ke bidang ADWT. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam menuliskan jawaban.
5. Siswa melakukan kesalahan tidak menghapus sinus dalam
menentukan suatu sudut. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam menuliskan jawaban.
2 1. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
karena siswa lupa melengkapi jawaban.
2. Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Dependent.
No.
Hasil Validasi Data
Subjek
3 1.Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang aktif dalam bertanya
dan mengerjakan soal secara mandiri.
2.Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar dan operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang melibatkan
bentuk pecahan akar dan operasi penjumlahan yang melibatkan
bentuk akar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
pecahan.
7.Siswa melakukan kesalahan terbalik dalam menulisakan panjang
dengan jarak. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti
dalam menuliskan jawaban.
8.Siswa melakukan kesalahan pada memahami konsep jarak antara
dua bidang dan dua garis yang sejajar. Penyebab kesalahan
karena terjadi miskonsepsi pada siswa ketika menerima
penjelasan guru.
9.Siswa melakukan kesalahan dalam mengilustrasikan soal
kedalam bentuk gambar sehingga jawaban salah. Penyebab
kesalahan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal
seperti ini.
10. Siswa melakukan kesalahan dalam mengubah bentuk akar.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang memahami
penyelesaian bentuk akar.
11. Siswa melakukan kesalahan dengan memilih cara yang susah
untuk dikerjakan serta siswa melakukan kesalahan dalam
mengerti konsep cosinus sudut pada segitiga yang diketahui
panjang ketiga sisinya. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
pernah mengerjakan tipe soal seperti ini.
5 1.Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang aktif dalam bertanya
kepada guru atau teman-temannya.
2.Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar. Penyebab kesalahan karena
siswa tidak mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar.
3.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
commit to user
karena siswa lupa melengkapi jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
3) Kesalahan Operasi
Operasi adalah suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan lain.
Pengerjaan hitung aljabar menekankan pada aspek keterampilan yang dimiliki
oleh siswa yang didapat dari pengorganisasian informasi yang didapatkan
kemudian digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu
objek dasar operasi ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan gaya kognitif siswa.
Sehingga kesalahan operasi yang dimaksud adalah kesalahan siswa dalam
melakukan pengerjaan hitung aljabar. Berdasarkan hasil validasi data
diperoleh beberapa kesalahan dan penyebabnya dari setiap gaya kognitif
siswa dalam hal kesalahan operasi. Berikut disajikan uraian kesalahan
beserta penyebabnya dari setiap gaya kognitif siswa.
a) Kategori strongly Field Independent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian bentuk pecahan.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam operasi hitung
aljabar.
(2) Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa kurang
teliti dalam operasi hitung aljabar.
b) Kategori strongly Field Dependent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang melibatkan
bentuk pecahan akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang melibatkan bentuk
pecahan akar.
(2) Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan operasi penjumlahan yang melibatkan
bentuk akar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Tabel kesalahan yang dilakukan siswa pada materi ruang dimensi
tiga dari masing-masing kategori siswa
Kategori Gaya Kognitif Siswa
Tipe Kesalahan
Field Independent Field Dependent
Kesalahan Fakta Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Konsep Tidak Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Operasi Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Prinsip Tidak Dilakukan Dilakukan
Dari tipe kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dapat ditemukan pula
penyebab masing-masing kesalahan dan dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Kesalahan Fakta
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, baik siswa dengan kategori
gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent melakukan kesalahan
fakta dan dapat ditemukan penyebab kesalahan fakta yang sama yaitu siswa
kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
2. Kesalahan Konsep
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, siswa dengan kategori gaya
kognitif Field Independent tidak melakukan kesalahan konsep, tetapi pada
siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent melakukan kesalahan
konsep dengan penyebab terjadinya miskonsepsi siswa mengenai jarak dua
garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar. Selain itu ditemukan juga
commit to user
penyebab kesalahan konsep siswa dengan kategori gaya kognitif Field
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id
Dependent yaitu siswa kurang aktif dalam bertanya dan mengerjakan soal
secara mandiri.
3. Kesalahan Operasi
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, baik siswa dengan kategori
gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent melakukan kesalahan
operasi, tetapi terdapat perbedaan dalam penyebab kesalahan yang terjadi.
Pada siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent penyebabnya
hanya kurang teliti dalam melakukan operasi hitung aljabar. Tetapi pada
siswa dengan kategori Field Dependent penyebabnya yaitu siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan
bentuk akar serta penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan.
4. Kesalahan Prinsip
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, siswa dengan kategori gaya
kognitif Field Independent tidak melakukan kesalahan prinsip, tetapi pada
siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent melakukan kesalahan
prinsip dengan penyebab siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal yang
diberikan, sehingga dalam perancanaan sampai jawaban akhir siswa
melakukan kesalahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Dari data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan sehingga dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki oleh lima siswa kelas X-8 SMA
Negeri 7 Surakarta yang dipilih sebagai subjek penelitian, tipe kesalahan yang
terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal-soal mengenai materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa adalah
a. Siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent cenderung
melakukan kesalahan fakta dan kesalahan operasi. Kesalahan yang
dilakukan siswa :
1) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak melengkapi satuan panjang
suatu ruas garis dan melengkapi gambar dengan tanda sudut surut.
2) Kesalahan operasi yang terjadi yaitu pembagian bentuk pecahan akar.
b. Siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent cenderung
melakukan kesalahan fakta, kesalahan konsep, kesalahan operasi dan
kesalahan prinsip. Kesalahan yang dilakukan siswa :
1) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak melengkapi satuan panjang
suatu ruas garis dan melengkapi gambar dengan tanda sudut surut.
2) Kesalahan konsep yang terjadi pada konsep jarak antara dua garis dan
bidang yang sejajar.
3) Kesalahan operasi yang terjadi pada pengkuadratan bentuk pecahan
akar, penjumlahan bentuk akar serta penjumlahan dan pembagian
bentuk pecahan.
4) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak dapat mengidentifikasi soal
dan menyelesaikan tipe soal cerita tentang sudut diantara dua bidang.
2. Penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal-soal
mengenai materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa adalah
sebagai berikut. commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id
a. Untuk siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent antara lain :
1) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
2) Tipe kesalahan operasi yaitu siswa kurang teliti dalam melakukan
operasi hitung aljabar.
b. Untuk siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent antara lain :
1) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
2) Tipe kesalahan konsep yaitu terjadinya miskonsepsi siswa mengenai
jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar. Selain itu
ditemukan juga penyebab kesalahan konsep yaitu siswa kurang aktif
dalam bertanya dan mengerjakan soal secara mandiri.
3) Tipe kesalahan operasi yaitu yaitu siswa tidak mengerti dalam
melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan bentuk
akar serta penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan.
4) Tipe kesalahan prinsip yaitu siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal
cerita tentang sudut diantara dua bidang, sehingga dalam proses
mengidentifikasi soal sampai jawaban akhir siswa melakukan
kesalahan.
B. Implikasi
Dengan diperolehnya kesimpulan tersebut, maka sebagai implikasi dari
penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Seperti yang diungkap oleh bebeapa ahli, gaya kognitif adalah cara
bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasi informasi yang diterima dari
dunia sekitarnya. Dalam penelitian ini gaya kognitif yang dipilih adalah gaya
kognitif Field Independent dan Field Dependent. Siswa dengan gaya kognitif
Field Independent cenderung memisahkan suatu hal kedalam bagian-bagian
tertentu, sehingga siswa tidak memperhatikan urutan dalam melakukan analisis
commit
masalah, serta lebih berorientasi pada to user tugas secara mandiri daripada
penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id
menyelesaikan dengan orang lain atau berkelompok. Siswa dengan gaya kognitif
Field Dependent cenderung memandang suatu hal pada keseluruhan dan tidak
memisahkan pada bagian-bagian tertentu, sehingga siswa memperhatikan urutan
dalam menganalisis masalah, serta lebih berorientasi pada sesama manusia dan
hubugan sosial. Karena sifatnya yang mandiri dan tidak tergantung pada
lingkungan sekitar, siswa dengan kategori Field Independent dimungkinkan tidak
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri, sedangkan
untuk siswa dengan kategori Field Dependent karena sifatnya yang sosial dan
tergantung pada lingkungan, dimungkinkan banyak melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan masalah matematika secara mandiri, dalam penelitian ini masalah
matematika yang dimaksud adalah menyelesaikan soal mengenai materi ruang
dimensi tiga.
2. Secara Praktis
Secara teoritis siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent
karena pemikirannya yang independen dan mandiri seharusnya tidak melakukan
kesalahan dalam mengerjakan soal mengenai ruang dimensi tiga, namun
berdasarkan hasil penelitian di lapangan pada siswa dengan kategori Field
Independent melakukan kesalahan fakta dan kesalahan operasi dengan penyebab
siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban dan kurang teliti dalam melakukan
operasi hitung aljabar. Sedangkan pada siswa dengan kategori Field Independent
melakukan kesalahan fakta yang disebabkan karena siswa kurang teliti dalam
melengkapi jawaban, kesalahan konsep yang disebabkan karena terjadi
miskonsepsi siswa mengenai jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang
sejajar, kesalahan operasi yang disebabkan karena siswa tidak mengerti dalam
melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan bentuk akar serta
penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan, serta kesalahan prinsip yang
disebabkan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal cerita tentang sudut
diantara dua bidang, sehingga dalam proses mengidentifikasi soal sampai jawaban
akhir siswa melakukan kesalahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya memberikan contoh soal yang lebih bervariasi baik jenis
maupun bentuknya sehingga dapat meminimalisir kesalahan siswa dengan
gaya kognitif Field Dependent.
b. Guru dapat menginformasikan kepada orang tua mengenai gaya kognitif
siswa agar lebih mengarahkan siswa dalam belajar menurut gaya
kognitifnya masing-masing.
c. Dari temuan kesalahan dan penyebab kesalahan pada siswa, guru dapat
merancang model pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing gaya
kognitif siswa agar dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih teliti dalam menerima dan menggunakan fakta
matematika dalam melengkapi jawaban.
b. Siswa harus lebih peduli dan memperhatikan konsep pada materi dalam
pembelajaran matematika serta juga meningkatkan keterampilan
menghitung.
c. Siswa harus lebih aktif menggali informasi misalnya bertanya atau
berdiskusi. Selain itu, siswa hendaknya mengemukakan apa yang belum
dipahami.
3. Bagi Peneliti Lain
Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari
kesalahan baik siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent dan Field
Dependent. Maka dari itu, penelitian tentang kesalahan penting untuk
dikembangkan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.
Peneliti lain mungkin dapat menganalisis lebih lanjut mengenai kesalahan-
kesalahan siswa yang ditemukan dari penelitian ini atau dapat melakukan
penelitian dengan tema yang sama tetapi dengan sudut peninjauan yang berbeda,
commit
misalnya tinjauan dari gaya belajar, to berfikir
tingkat user dan lain-lain.