Anda di halaman 1dari 112

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN


SOAL PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA
(Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta
Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)

SKRIPSI

Oleh:

BADI RAHMAD HIDAYAT


K1308082

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN


SOAL PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA
(Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta
Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012)

Oleh:
BADI RAHMAD HIDAYAT
K1308082

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan Gelar


Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Badi Rahmad Hidayat


NIM : K1308082
Jurusan/ Program Studi : P.MIPA/ Pendidikan Matematika

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ANALISIS KESALAHAN SISWA


DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI RUANG DIMENSI
TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Penelitian dilakukan di
SMA Negeri 7 Surakarta Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012) ini benar-benar
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Februari 2013


Yang membuat Pernyataan

Badi Rahmad Hidayat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

MOTTO

mereka yang punya kendali atas orang lain


mungkin punya kuasa.
tetapi, hanya mereka yang mampu mengendalikan diri sendirilah
yang memiliki kekuatan sebenarnya.
Lao Tzu
berpikir sederhana, logis dan kreatif dalam menghormati ilmu.
penulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERSEMBAHAN

Selain persembahan, di halaman khusus ini penulis juga mengucap beribu


terimakasih kepada :
Keluarga, termulia ibu dan bapak, terkasih mba Rofi dan mas Awiz
serta si kecil Azka dan Nawa, atas kalianlah saya mampu.
Kawan pengambil keputusan dan kebijakan, terkasih dippi.
Wahana penampung gagasan dan pikiran, tercinta rekan Paradhika.
Objek dan subjek percelotehan tercinta teman seperjuangan pendidikan
matematika 08.
Almamaterku.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Badi Rahmad Hidayat. ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM


MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI RUANG DIMENSI TIGA
DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Penelitian dilakukan di SMA
Negeri 7 Surakarta Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan dan mengetahui


penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dalam materi ruang dimensi tiga yang
ditinjau dari gaya kognitif pada siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kualitatif, dengan strategi penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Subjek penelitian
menggunakan pemilihan sampel bertujuan (purposive sample), dipilih 5 subjek
penelitian, 2 subjek memiliki gaya kognitif Field Independent dan 3 subjek
memiliki gaya kognitif Field Dependent. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah 1) metode observasi di kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta, 2)
metode tes yang meliputi tes tertulis dan GEFT yang dilakukan kepada siswa kelas
X-8 SMA Negeri 7 Surakarta, 3) metode wawancara dilakukan kepada siswa yang
mengalami kesalahan disesuaikan dengan gaya kognitif siswa tersebut.
Pemeriksaan keabsahan data dengan teknik triangulasi metode. Langkah-langkah
dalam analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. 1) Siswa yang


memiliki gaya kognitif Field Independent cenderung melakukan kesalahan fakta
dan operasi, sedangkan Field Dependent cenderung melakukan kesalahan fakta,
konsep, operasi dan prinsip. 2) Penyebab kesalahan siswa yang memiliki gaya
kognitif Field Independent (a) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam
melengkapi jawaban (b) Tipe kesalahan operasi yaitu siswa kurang teliti dalam
melakukan operasi hitung aljabar. 3) Penyebab kesalahan siswa yang memiliki gaya
kognitif Field Dependent (a) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam
melengkapi jawaban (b) Tipe kesalahan konsep yaitu terjadinya miskonsepsi siswa
mengenai jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar. Selain itu
ditemukan juga penyebab kesalahan konsep yaitu siswa kurang aktif dalam
bertanya dan mengerjakan soal secara mandiri (c) Tipe kesalahan operasi yaitu
yaitu siswa tidak mengerti dalam melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar,
penjumlahan bentuk akar serta penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan (d)
Tipe kesalahan prinsip yaitu siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal cerita
tentang sudut diantara dua bidang, sehingga dalam proses mengidentifikasi soal
sampai jawaban akhir siswa melakukan kesalahan.

commit
Kata kunci: kesalahan, tipe kesalahan, to user
gaya kognitif, ruang dimensi tiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Badi Rahmad Hidayat. ANALYSIS OF STUDENT ERRORS IN


RESOLVING PROBLEM IN THREE DIMENSIONAL SPACE
MATERIAL OBSERVED FROM COGNITIVE STYLE (Research
Conducted at The SMA Negeri 7 Surakrta Class X-8 in The Academic Year
Of 2012/2013). Thesis, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University Surakarta. January 2013.

The purpose of this research is describing of errors and understanding


causal factor of errors that happens to students in three dimensional space material
that observed from cognitive style of students on tenth grade SMA Negeri 7
Surakarta in academic year of 2011/2012.

This research uses a qualitative research method, with qualitative


descriptive as a research strategy. Subject of research using a purposive sample
technique selection, five research subject selected, two subjects have Field
Independent cognitive style and three subjects Field Dependent. The data
collection technique are 1) observation method in class of X-8 SMA Negeri 7
Surakarta, 2) test method which includes a written test and GEFT in class X-8
SMA Negeri 7 Surakarta, 3) interview method which is done to students work out
errors adapted from their cognitive style. The data validation controll uses a
method triangulation. Steps in analyzing the data are data reduction, data
presentation, and deduction.

The result of this research can be explained as follows. 1) Students who


have Field Independent cognitive style make a tendency fact errors and operation
errors, whereas Field Dependent make a tendency fact errors, concept, operation
and principle errors. 2) Causal factors of errors students who have Field
Independent cognitive style (a) Types of factual errors is students inaccurate in
completing the answer (b) Types of operation errors is students inaccurate in
computational algebra operation. 3) Causal factors of errors students who have
Field Dependent cognitive style (a) Types of factual errors is students inaccurate
in completing the answer (b) Type of misconceptions is students misconception
about distance of two parallel lines and areas. In addition it is also found causal
factors of concept errors that students are less active asking and resolving a
problem alone (c) Types of operation errors is students do not understand in
quadratic rational consist of square number (d) Type of principle errors is students
never resolving the question story types about angel between two areas, so that
students made errors in identifiying the problem until the final answer.

Key word: errors, errors type, cognitive style, three dimensional space
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Selama penyusunan skripsi ini penulis senantiasa mendapat bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Ketua program studi Pendidikan Matematika yang
telah memberikan ijin penelitian dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Drs. Bambang Sugiarto, M.Pd., Pembimbing I yang telah memberikan ijin
penelitian, memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam menyusun
skripsi ini.
5. Getut Pramesti, S.Si., M.Si., Pembimbing II yang telah dengan sabar
memberikan banyak waktu, bimbingan, saran, dukungan dan kemudahan
kepada penulis.
6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak
memberikan nasihat, ilmu, bimbingan, dan dukungannya.
7. Drs. Sukardjo, MA, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Y.Y. Sulistiyo, S.Pd., Guru Matematika kelas X SMA Negeri 7 Surakarta


yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama penulis
melaksanakan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan dunia
pendidikan.

Surakarta, Februari 2013


Penulis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI.................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... viii
HALAMAN ABSTRACT ................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
D. Peumusan Masalah.................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian.................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 8
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
1. Pengertian Belajar................................................................................ 8
2. Pengertian Matematika......................................................................... 9
3. Masalah Kesalahan Belajar ................................................................. 10
4. Ruang Dimensi Tiga ............................................................................ 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Gaya Kognitif ...................................................................................... 21


B. Kerangka Berpikir..................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 27
1. Tempat Penelitian ................................................................................ 27
2. Waktu Penelitian ................................................................................. 27
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................................. 28
C. Sumber Data.............................................................................................. 28
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 29
E. Metode Pengumpulan Data....................................................................... 29
1. Metode Observasi ................................................................................ 30
2. Metode Tes .......................................................................................... 30
3. Metode Wawancara ............................................................................. 31
F. Validasi Data ............................................................................................ 32
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 32
H. Prosedur Penelitian................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 35
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ........................................................... 35
B. Deskripsi Temuan Penelitian ................................................................... 35
1. Deskripsi Data Observasi .................................................................... 35
a. Observasi Terhadap Guru Mengajar ................................................ 36
b. Observasi Terhadap Siswa .............................................................. 38
2. Deskripsi Data Tes Tertulis ................................................................. 39
3. Deskripsi Data Group Embedded Figure Test (GEFT) ....................... 44
4. Pemilihan Subjek Penelitian ................................................................ 47
C. Pembahasan............................................................................................... 49
1. Analisis Data Hasil Tes ....................................................................... 49
2. Analisis Data Wawancara .................................................................... 60
3. Hasil Validasi dan Analisis Data ......................................................... 79
a. Hasil Validasi Data ......................................................................... 80
commit to user
b. Hasil Analisis Data ....................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................................ 92


A. Simpulan .................................................................................................. 92
B. Implikasi.................................................................................................... 93
C. Saran ......................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96
LAMPIRAN ......................................................................................................... 98

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

2.1 Interpretasi skor GEFT ................................................................................... 24


4.1 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 1 ....................................................... 39
4.2 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 2 ....................................................... 41
4.3 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 3 ....................................................... 42
4.4 Hasil tes GEFT Siswa Kelas X-8 ................................................................... 45
4.5 Kelompok Gaya Kognitif ............................................................................... 47
4.6 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Independent .......... 81
4.7 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Dependent ............ 82
4.7 Kesalahan yang dilakukan siswa pada meteri ruang dimensi tiga dari
masing-masing kategori siswa ....................................................................... 90

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

2.1 Titik P terletak pada garis k ............................................................................ 12


2.2 Titik Q terletak diluar pada garis k ................................................................. 12
2.3 Titik A terletak pada bidang H ....................................................................... 12
2.4 Titik B terletak diluar bidang H ...................................................................... 13
2.5 Garis f berpotongan dengan garis g ................................................................ 13
2.6 Garis f berimpit dengan garis g ...................................................................... 13
2.7 Garis f sejajar dengan garis g ......................................................................... 13
2.8 Garis f bersilangan dengan garis g ................................................................. 14
2.9 Garis k terletak pada bidang H ....................................................................... 14
2.10 Garis k sejajar bidang H ............................................................................... 14
2.11 Garis k menembus bidang H dititik A .......................................................... 15
2.12 Bidang ABCD berimpit dengan bidang CDAB ........................................... 15
2.13 Bidang ADHE sejajar dengan bidang BCGF ............................................... 15
2.14 Bidang ABCD berpotongan dengan bidang DCGH membentuk garis DC . 16
2.15 Jarak titik P ke titik U ................................................................................... 16
2.16 Jarak titik V ke garis QW ............................................................................. 17
2.17 Jarak titik P ke bidang SQUW ...................................................................... 18
2.18 Sudut antara garis BH dengan bidang ABCD .............................................. 19
2.19 Sudut antara bidang PQRS dengan bidang SRUT ....................................... 20

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Observasi Guru Mengajar .............................................................. 99


2. Pedoman Observasi Siswa ............................................................................. 101
3. Catatan Lapangan I ........................................................................................ 102
4. Catatan Lapangan II ...................................................................................... 105
5. Catatan Lapangan III ..................................................................................... 108
6. Catatan Lapangan IV ..................................................................................... 111
7. Group Embeded Figure Test (GEFT) ........................................................... 113
8. Hasil GEFT ................................................................................................... 123
9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................................... 125
10. Soal Tes Tertulis ........................................................................................... 127
11. Kunci Jawaban Tes Tertulis .......................................................................... 128
12. Lembar Validasi ............................................................................................ 133
13. Lembar Kerja Siswa Subjek 1 ....................................................................... 139
14. Lembar Kerja Siswa Subjek 2 ...................................................................... 141
15. Lembar Kerja Siswa Subjek 3 ...................................................................... 144
16. Lembar Kerja Siswa Subjek 4 ...................................................................... 146
17. Lembar Kerja Siswa Subjek 5 ...................................................................... 149
18. Transkip Wawancara .................................................................................... 151
19. Triangulasi Data Kesalahan Siswa ............................................................... 172
20. Surat Perijinan .............................................................................................. 191

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya
yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap
individu. Setiap individu dituntut untuk terus belajar dan menyesuaikan diri
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan sumber daya
manusia bagi setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya. Salah satu usaha untuk
meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses mengajar, belajar, dan pemikiran
kreatif. Proses mengajar dilaksanakan oleh pengajar dan proses belajar
dilaksanakan oleh peserta didik. Oleh karena itu, langkah untuk melakukan
pembangunan di bidang pendidikan dapat dilakukan dengan memperhatikan
komponen kependidikan yang ada, terutama bagi siswa yang nantinya akan
menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan itu sendiri.
Dalam pelaksanaan pendidikan, matematika adalah bidang dasar yang
dipelajari dari usia dini hingga tingkat perguruan tinggi. Ada beberapa alasan
tentang perlunya siswa belajar matematika. Seperti yang dikemukakan
Cornellius (1982:38) dalam Mulyono Abdurrahman (2003:253) yang
menyatakan lima alasan perlunya belajar matematika yakni karena matematika
merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Ruang dimensi tiga yang merupakan salah satu materi pelajaran
matematika siswa kelas X SMA/MA, adalah materi yang sangat sulit untuk
dipahami karena bersifat abstrak dan minimnya ketrampilan siswa dalam
menggambar bangun-bangun committiga to user (http://reifdhal.wordpress.com
dimensi

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

diakses pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 11.25). Selain itu, berdasarkan
informasi peneliti yang didapatkan bersamaan dengan pelaksanaan Praktek
Pengalaman Lapangan di SMA Negeri 7 Surakarta pada 12 September 2011
sampai 3 Desember 2011 melalui wawancara dengan salah satu guru
matematika SMA Negeri 7 Surakarta Y.Y. Sulistiyo , ada beberapa masalah
yang dapat diindikasikan sebagai penyebab bahwa materi dimensi tiga
merupakan salah satu materi yang sulit untuk dapat dipahami oleh siswa, antara
lain:
1. Ketrampilan siswa dalam menggambar dan mempergunakan alat-alat untuk
menggambar bangun-bangun ruang tiga dimensi masih rendah.
2. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih kurang
memuaskan.
3. Sebagian siswa hanya mengandalkan hafalan tanpa memahami konsep
sehingga melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal.
4. Materi prasyarat diantaranya adalah garis lurus, sudut, luas bangun datar,
trigonometri dan syarat-syarat berlakunya teorema Phytagoras belum
dikuasai oleh sebagian siswa.
Penyelesaian persoalan matematika tidak hanya memerlukan keterampilan
siswa namun juga melalui daya pikir dan penalaran. Disinilah letak kesulitan
siswa ketika mempelajari materi yang membuat siswa melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan soal-soal mengenai ruang dimensi tiga.
Banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
dapat menjadi petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Dari
kesalahan yang dilakukan siswa dapat diteliti lebih lanjut mengenai penyebab
kesalahan siswa. Penyebab kesalahan yang dilakukan siswa harus segera
mendapat pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara
menganalisis akar permasalahan yang menjadi penyebab kesalahan yang
dilakukan siswa. selanjutnya diupayakan alternatif pemecahannya, sehingga
kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi di kemudian hari.
Komponen guru dan siswa merupakan ujung tombak yang sangat
commit
menentukan keberhasilan proses to user
belajar mengajar di dalam kelas. Guru
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

merupakan pengarang skenario sekaligus sutradara yang mengatur jalannya


proses belajar mengajar di dalam kelas, termasuk menyiapkan rencana
pengajaran dengan mempertimbangkan kurikulum, sarana dan prasarana yang
ada. Sedangkan siswa merupakan faktor yang harus memiliki kemampuan,
motivasi, dan kesiapan yang memadai untuk mengikuti proses belajar mengajar
di kelas. Sehingga setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar diharapkan
siswa dapat menyelesaikan permasalahan matematika yang diwujudkan dalam
soal-soal mengenai materi yang telah dibahas.
Dalam menyelesaikan masalah matematika siswa melakukan proses
berpikir sehingga siswa dapat menemukan jawaban. Proses berpikir adalah
proses yang dimulai dari penerimaan informasi baik dari dunia luar atau dari
dalam diri siswa, pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan informasi dari
dalam ingatan serta pengubahan struktur-struktur kognitif. Dalam proses
berpikir terjadi pengolahan antara informasi yang masuk dengan skema
(struktur kognitif) yang ada di dalam otak manusia.
Secara alamiah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
berbeda-beda sehingga ada kemungkinan kesalahan yang ditimbulkan juga
berbeda-beda. Selain itu, siswa juga dapat berbeda dalam cara pendekatan
terhadap situasi belajar, dalam cara menerima, mengorganisasi dan
menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka. Siswa memiliki cara-cara
sendiri yang disukai dalam menyusun apa yang dilihat, diingat, dan
dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan individual yang menetap dalam cara
menyusun dan mengelola informasi serta pengalaman-pengalaman tersebut
dikenal dengan gaya kognitif. Woolfolk (1993:128) menyatakan bahwa gaya
kognitif merupakan cara seseorang dalam menerima dan mengorganisasi
informasi dari sekitarnya. Perbedaan gaya kognitif berkaitan dengan cara
seseorang merasakan, mengingat, memikirkan, memecahkan masalah, membuat
keputusan, yang mencerminkan kebiasaan bagaimana informasi diproses.
Gaya kognitif, dapat dibedakan berdasarkan perbedaan psikologis yaitu:
gaya kognitif field independent (FI) dan field dependent (FD). Seorang yang
commit to user
memiliki gaya kognitif field independent (FI) cenderung kurang begitu tertarik
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

dengan fenomena sosial dan lebih suka dengan ide-ide dan prinsip-prinsip yang
abstrak, kurang hangat dalam hubungan interpersonal, dalam mengerjakan
tugasnya merasa efisien bekerja sendiri. Orang yang memiliki gaya
kognitif field dependent (FD) dikategorikan sebagai seorang yang dapat
berpikir secara global, berperilaku sensitif secara sosial dan berorientasi
interpersonal, lebih suka bekerja kelompok dalam mengerjakan tugasnya.
Adanya perbedaan gaya kogntif mempengaruhi pola pikir dan perilaku
siswa. Siswa dengan gaya kognitif field independent akan mempunyai pola
pikir yang berbeda dengan siswa dengan gaya kognitif field dependent. Oleh
karena itu, dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi ruang
dimensi tiga akan timbul beberapa pendapat yang berlainan dari masing-masing
siswa yang menentukan benar atau salahnya jawaban siswa.
Kesalahan jawaban siswa dapat dimungkinkan karena proses menerima
dan mengorganisasi informasi yang tidak tepat namun tetap digunakan siswa
untuk alasan menjawab. Hal lain yang menjadikan jawaban siswa salah adalah
mereka sudah tepat dalam mengelola informasi yang mereka peroleh namun
melakukan kesalahan operasi hitung aljabar. Kesalahan lain yang mungkin
dilakukan adalah siswa hanya kurang teliti dalam melengkapi jawaban,
sehingga menyebabkan jawaban tidak tepat.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1. Ruang dimensi tiga merupakan salah satu materi pelajaran matematika
siswa kelas X SMA/MA yang sulit dipahami oleh siswa. Hal ini berakibat
sering terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep dan dampaknya proses
menyelesaikan masalah matematika menjadi terganggu.
2. Proses kegiatan belajar mengajar disekolah salah satunya dipengaruhi
bagaimana pengalaman siswa menerima, mengorganisasi dan
menghubungkan suatu informasi dan pengalaman-pengalaman mereka
commit tocara
peroleh. Gaya kognitif merupakan user seseorang dalam menerima dan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

mengorganisasikan informasi disekitarnya. Oleh karena itu, perlu diteliti


bagaimana gaya kognitif siswa berpengaruh pada proses menyelesaikan
soal-soal yang berkaitan dengan ruang dimensi tiga yang diberikan kepada
siswa.
3. Dalam proses pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan ruang
dimensi tiga siswa melakukan proses berpikir sehingga siswa dapat
menemukan jawaban, perlu diteliti bagaimana proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan ruang dimensi tiga.
4. Dalam menyelesaian masalah matematika yang berkaitan dengan ruang
dimensi tiga kadang siswa melakukan kesalahan dengan berbagai macam
penyebab. Sehingga perlu adanya penelitian tentang kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan ruang dimensi tiga beserta
penyebab terjadinya kesalahan yang dilakukan.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mendalam, masalah
dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah ruang dimensi tiga yang
dibatasi pada pokok bahasan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang
melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga berupa kubus
dan balok.
2. Gaya kognitif yang dimaksud adalah cara seseorang dalam menerima dan
mengorganisasi informasi dari sekitarnya, dan dibedakan menjadi dua yakni
gaya kognitif field dependent (FD) dan field independent (FI).
3. Kesalahan siswa dibedakan menjadi empat yakni kesalahan fakta, kesalahan
konsep, kesalahan operasi dan kesalahan prinsip.
4. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, kelas X tahun ajaran
2011/2012.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifiksai masalah dan
pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti adalah Bagaimana
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dan penyababnya pada materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa. Secara khusus perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan-kesalahan apa sajakah yang dilakukan siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam menyelesaikan soal pada
materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa ?
2. Apakah penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dalam menyelesaikan soal pada
materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa ?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan mengetahui
penyebab kesalahan-kesalahan yang terjadi pada siswa dalam materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas X SMA
Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan matematika. Manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembanding dan sebagai
referensi penelitian yang berkaitan dengan kesalahan-kesalahan dalam
pengerjaan soal-soal dalam materi ruang dimensi tiga.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para siswa sebagai subjek
penelitian untuk mengoreksi diri sendiri dan mampu meminimalisir
kesalahan yang dibuat dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
materi ruang dimensi tiga atau materi lain berdasarkan gaya kognitif yang
mereka miliki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para guru atau calon guru
tentang kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan soal-soal yang berkaitan
dengan ruang dimensi tiga berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki siswa,
sehingga bisa mencari solusi untuk meminimalisir kesalahan tersebut agar
tidak terulang kembali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan-keterapilan
yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal orang-orang disekitarnya.
Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan
keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,
individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan
keterampilan-keterampilan fungsional lainnya.
Nassier dalam Martinis Yamin (2008:120) dalam menyebutkan bahwa anak-
anak membutuhkan pengetahuan awal, dan memiliki keyakinan, kepercayaan
yang masih semu, di samping itu anak-anak memiliki banyak pengharapan akan
sesuatu, pada masa itu anak-anak membutuhkan banyak belajar dan
memungkinkan memberi pengetahuan. Sejalan dengan peryataan tersebut Al-
Ghazali (2011:63) menyebutkan anak-anak harus sejak kecilnya dibiasakan
kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi kebiasaan bila ia sudah
dewasa. Proses belajar telah dimulai dari kecil, menurut Ph. A. Kohnstam dalam
Martinius Yanim (2008:120) pada umur 1,6 sampai dengan 7 tahun adalah masa
estetika atau masa keindahan, anak memandang dan mengamati dunia
sekelilingnya dengan suatu keindahan. Mereka asyik dan tenggelam dalam
bermain, mendengar cerita, yang sesuai dengan fantasinya, dan mencoba
mengenal benda-benda yang ada disekitarnya dan tertarik terhadap benda-benda
yang berwarna mencolok, aneh menurut mereka, dan berusaha untuk
mengenalinya.
Beberapa ahli juga mengemukakan pendapat mengenai pengertian belajar
seperti misalnya Gage (1984) masih dalam Martinis Yamin (2008:120-123)
mendefinisikan belajar sebagaicommit
suatu to proses
user dimana organisme berubah

8
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

perilakunya diakibatkan pengalaman. Menurut Winkel (1996:53) Belajar


menghasilkan suatu perubahan pada siswa; perubahan itu dapat berupa
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap. Perubahan itu merupakan hasil dari
usaha belajar yang tersimpan dalam ingatan.
Jadi, pengertian belajar pada penelitian ini adalah suatu proses perubahan
untuk mendapatkan pengetahuan baik dari dalam diri sendiri atau dari sekitarnya
melalui mendengar, melihat dan menerapkannya.

2. Pengertian Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:723) matematika mempunyai
pengertian, Ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
Sedangkan R. Soejadi (2000: 11) mengemukakan bahwa ada beberapa
definisi dari matematika, yaitu sebagai berikut:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Paling dalam Mulyono Abdurrahman (2003:252), ide manusia
tentang matematika berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan
masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa matematika hanya perhitunagn
yang mencakup tambah, kurang, kali, dan bagi, tetapi ada pula yang melibatkan
topik-topik seperti aljabar, geometri, dan trigonometri. Banyak pula yang
beranggapan bahwa matematika mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
berfikir logis. Selanjutnya, Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu
cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu
cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
commit
ukuran, menggunakan pengetahuan to user
tentang menghitung, dan yang paling penting
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

dalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggabungkan hubungan-hubungan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, fakta-fakta kuantitatif,
masalah bentuk dan ukuran, aturan-aturan yang ketat, dan cara pandang untuk
menggabungkan aturan serta hubungan yang ada.

3. Masalah Kesalahan Belajar Matematika


Kesalahan berasal dari kata dasar salah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1997:262) salah berarti tidak benar, keliru, gagal, menyimpang dari
yang seharusnya, dan tidak mengenai sasaran. Kata kesalahan sendiri berarti
kekeliruan atau kealpaan. Sedangkan kekeliruan sendiri dapat diartikan sebagai
anggapan yang salah dan kealpaan adalah kelalaian atau kelengahan. Secara
umum, kesalahan dapat dikatakan sebagai hasil tindakan atau perbuatan yang
disebabkan karena mengalami kesulitan selama melakukan perbuatan tersebut.
Salah satu karakteristik matematika adalah bahwa matematika memiliki
obyek abstrak. Menurut R. Soejadi (2000:13-16) obyek dasar yang yang bersifat
abstrak tersebut meliputi :
a. Fakta
Fakta dalam matematika berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan
simbol tertentu. Jadi, fakta dalam matematika dapat berupa simbol,
lambang, tanda, atau notasi. Sebagai contoh simbol bilangan 3 secara
umum sudah dipahami sebagai bilangan tiga. Di dalam geometri terdapat
simbol-simbol tertentu yang merupakan konvensi, misalnya // yang
bermakna sejajar, O yang bermakna lingkaran, dan sebagainya.
b. Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan obyek. Apakah obyek tertentu merupakan
konsep atau bukan. Segitiga adalah suatu konsep yang abstrak. Dengan
konsep itu sekumpulan obyek dapat digolongkan sebagai contoh segitiga
ataukah bukan segitiga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

c. Operasi
Operasi adalah suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan lain.
Operasi seringkali disebut skill apabila menekankan pada aspek
keterampilannya. Jadi, skill adalah kemampuan penguasaan prosedur, cara
kerja atau aturan yang digunakan untuk mengerjakan soal matematika
secara cepat dan tepat.
d. Prinsip
Prinsip adalah obyek matematika yang rumit. Prinsip dapat terdiri dari
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun
operasi. Secara sederhana prinsip adalah hubungan antara berbagai obyek
dasar matematika. Prinsip dapat berupa aksioma, teorema, sifat dan
sebagainya.
Berdasarkan obyek dasar yang bersifat abstrak di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa matematika bersifat hierarkis, sehingga dalam mempelajari
materi hendaknya berurutan dan bertahap didasarkan pada pengalaman belajar
siswa. Hal ini menuntut siswa sebagai subyek dan obyek pembelajaran untuk
selalu dapat berpikir sistematis. Oleh sebab itu, Kennedy seperti dikutip oleh
Lovitt (1989:279) dalam Mulyono Abdurrahman (2003:257) menyarankan empat
langkah pemecahan masalah yang akan membantu siswa untuk dapat berpikir
lebih sistematis terutama dalam penyelesaian masalah. Keempat langkah
penyelesaian masalah tersebut, yakni :
a. Memahami masalah.
b. Merencanakan pemecahan masalah.
c. Melaksanakan pemecahan masalah.
d. Memeriksa kembali.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa masalah kesalahan
belajar dalam matematika akan saling berkaitan antara obyek dasar yang dimiliki
matematika dengan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan (soal)
dalam matematika. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat berawal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

kelemahan pemahaman pada obyek dasar matematika sehingga menyebabkan


timbulnya hambatan pada proses pemecahannya.

4. Ruang Dimensi Tiga


a. Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang Dimensi Tiga
1) Kedudukan titik terhadap garis dan titik terhadap bidang
a) Kedudukan titik terhadap garis
Kedudukan titik terhadap garis ada dua, yaitu:
(1) Titik terletak pada garis
Titik dikatakan terletak pada garis jika titik tersebut dapat dilalui
oleh garis. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Titik terletak pada garis

(2) Titik di luar garis


Titik dikatakan di luar garis jika titik tersebut tidak dapat dilalui
oleh garis. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.2.


Gambar 2.2. Titik terletak diluar pada garis

b) Kedudukan titik terhadap bidang


Kedudukan titik terhadap bidang ada dua, yaitu:
(1) Titik terletak pada bidang
Titik dikatakan terletak pada bidang jika titik tersebut dapat dilalui
oleh bidang. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.3



Gambar 2.3. Titik terletak pada bidang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

(2) Titik di luar bidang


Titik dikatakan di luar bidang jika titik tersebut tidak dapat dilalui
oleh bidang. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4. Titik terletak diluar bidang

2) Kedudukan dua garis dan kedudukan garis terhadap bidang


a) Kedudukan dua garis
Kedudukan dua garis ada empat, yaitu:
(1) Dua garis berpotongan
Dua garis dikatakan berpotongan jika dua garis tersebut
sebidang dan mempunyai satu titik potong. Contoh pada Gambar
2.5.


Gambar 2.5. Garis berpotongan dengan garis

(2) Dua garis berimpit


Dua garis dikatakan berimpit apabila dua garis tersebut terletak
pada satu garis lurus sehingga hanya terlihat sebagai satu garis
lurus saja. Contoh pada Gambar 2.6.
,

Gambar 2.6. Garis berimpit dengan garis

(3) Dua garis sejajar


Dua garis dikatakan sejajar jika dua garis tersebut terletak
pada satu bidang yang jarak antaranya sama sehingga tidak
berpotongan. Contoh dilihat pada Gambar 2.7.


Gambar 2.7. Garis sejajar dengan garis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

(4) Dua garis bersilangan


Dua garis dikatakan bersilangan jika dua garis tersebut tidak
terletak pada sebuah bidang. Contoh pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Garis bersilangan dengan garis

b) Kedudukan garis terhadap bidang


Kedudukan garis terhadap bidang ada tiga, yaitu:
(1) Garis terletak pada bidang
Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang jika setiap titik
pada garis tersebut juga terletak pada bidang. Contoh pada Gambar
2.9.


Gambar 2.9. Garis terletak pada bidang

(2) Garis sejajar bidang


Sebuah garis dikatakan sejajar bidang jika garis dan bidang tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan. Contoh pada Gambar 2.10


Gambar 2.10. Garis sejajar bidang

(3) Garis memotong bidang


Sebuah garis dikatakan memotong (menembus) bidang jika garis
dan bidang mempunyai satu titik persekutuan yang dinamakan titik
potong atau titik tembus. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.11.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.11. Garis menembus bidang dititik

3) Kedudukan dua bidang


Kedudukan dua bidang ada tiga, yaitu:
a) Dua bidang berimpit
Dua bidang dikatakan berimpit jika setiap titik terletak pada kedua
bidang. Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.12.


Gambar 2.12. Bidang berimpit dengan bidang

b) Dua bidang sejajar


Dua bidang dikatakan sejajar jika kedua bidang tersebut tidak
mempunyai satu pun titik persekutuan. Contoh pada Gambar 2.13


Gambar 2.13. Bidang sejajar dengan bidang
c) Dua bidang berpotongan
Dua bidang dikatakan berpotongan jika kedua bidang tersebut
mempunyai sebuah garis persekutuan. Contoh pada Gambar 2.14.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id


Gambar 2.14. Bidang berpotongan dengan bidang membentuk garis

b. Jarak dari Titik ke Garis dan dari Titik ke Bidang dalam Ruang
Dimensi Tiga
1) Jarak titik ke titik lain
Jarak antara titik A dan titik B dapat dicari dengan membuat garis yang
melalui titik A dan titik B. Ruas garis AB merupakan jarak antara titik A
dan titik B yang diminta.

Misal diketahui kubus PQRS.TUVW. Akan ditentukan jarak dari titik P


ke titik U. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.15.


Gambar 2.15. Jarak titik ke titik

Jarak dari titik P ke titik U adalah panjang garis PU.


Dengan memperhatikan segitiga PQU, kita dapat menentukan
panjang garis PU. Segitiga PQU adalah segitiga siku-siku di Q,
sehingga berlaku Teorema Phytagoras :
2 = 2 + 2
= 2 + 2
2) Jarak titik ke garis
Jika sebuah titik berada di luar garis, maka ada jarak antara titik ke garis
itu. Jarak titik A ke garis g dapat dicari dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut.
commit to user
a) Membuat garis l melalui titik A dan tegak lurus garis g.
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

b) Garis l memotong garis g di titik P.


c) Ruas garis AP merupakan jarak titik A ke garis g yang diminta

Misal diketahui kubus PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak


dari titik V ke garis QW.



Gambar 2.16. Jarak titik ke garis

Perhatikan Gambar 2.16.


Jarak titik V ke garis QW adalah panjang garis VX, dengan X adalah titik
pada garis QW sedemikian sehingga VX tegak lurus dengan QW.
Dengan memperhatikan segitiga QVW, kita dapat menentukan panjang
garis QW. Segitiga QVW adalah segitiga siku-siku di V, sehingga
berlaku Teorema Phytagoras
2 = 2 + 2
= 2 + 2
Selanjutnya, dapat kita tentukan luas segitiga QVW dengan dua cara
sebagai berikut.
a) Dengan menggunakan alas segitiga QVW adalah QV dan
tingginya adalah VW, maka berlaku
1
= 2 .......................................................(2.1)

b) Dengan menggunakan alas segitiga QVW adalah QW dan


tingginya adalah VX, maka berlaku
1
= 2 .......................................................(2.2)

Karena panjang QV, VW, dan QW telah diketahui, maka panjang


commit
VX dapat ditentukan dengan to user
menyamadengankan (2.1) dan (2.2).
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

3) Jarak titik ke bidang


Jika sebuah titik berada di luar bidang, maka ada jarak antara titik ke
bidang itu. Jarak titik A ke bidang dapat dicari dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
a) Membuat garis g melalui titik A dan tegak lurus bidang.
b) Garis g menembus bidang di titik Q.
c) Ruas garis AQ merupakan jarak titik A ke bidang yang diminta.

Misal diketahui balok PQRS.TUVW, maka dapat kita tentukan jarak


dari titik P ke bidang SQUW. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pada Gambar 2.17.



Gambar 2.17. Jarak titik ke bidang

Jarak titik P ke bidang SQUW adalah panjang garis PO, dengan O adalah
titik pada bidang SQUW sedemikian sehingga PO tegak lurus dengan
bidang SQUW. Dengan memperhatikan segitiga PQS, kita dapat
menentukan panjang garis QS. Segitiga PQS adalah segitiga siku-siku di
P, sehingga berlaku Teorema Phytagoras.
2 = 2 + 2
= 2 + 2
Selanjutnya, dapat kita tentukan luas segitiga PQS dengan dua cara
sebagai berikut.
a) Dengan menggunakan alas segitiga PQS adalah PQ dan tingginya
adalah PS, maka berlaku
1
Luas = 2 ............................................................(2.3)

b) Dengan menggunakan alas segitiga PQS adalah QS dan tingginya


adalah PO, maka berlaku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

1
Luas = 2 ...........................................................(2.4)

Karena panjang PQ, PS, dan QS telah diketahui, maka panjang PO dapat
ditentukan dengan menyamadengankan (2.3) dan (2.4).
c. Sudut dalam Ruang Dimensi Tiga
1) Sudut antara garis dan bidang
Jika sebuah garis tidak tegak lurus pada suatu bidang tetapi menembus
bidang tersebut sehingga membetuk sudut antara garis dan bidang. Sudut
antara ruas garis AB dan bidang H dengan B adalah titik tembus ruas
garis AB terhadap bidang H dapat dicari dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Membuat proyeksi titik A ke bidang H sebut titik A, sehingga ruas
garis AB dan AA membentuk sudut lancip
b) Menghitung jarak titik A ke titik A dan jarak titik B ke A
c) Dengan aturan tangen sudut antara garis AB dan AA dapat
ditentukan.

Misal diketahui balok ABCD.EFGH, maka dapat kita tentukan sudut


antara BH dengan bidang ABCD.




Gambar 2.18. Sudut antara garis dengan bidang
Perhatikan gambar 2.18.
Titik D adalah proyeksi titik H ke bidang ABCD, sehingga garis DH
tegak lurus dengan garis BD. Selanjunya sudut (sudut antara garis BH
dengan garis BD atau bidang ABCD) dapat dicari dengan aturan tangen

tan = . Sementara garis BD dapat dicari menggunakan Teorema

Phytagoras
commit
= to
user
2 + 2
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

2) Sudut antara dua bidang


Sudut antara bidang U dan V yang berpotongan pada garis AB adalah
sudut lancip yang dibentuk oleh dua garis. Masing-masing satu di setiap
bidang, keduanya tegak lurus pada AB dan berpotongan pada satu titik di
AB. Kemudian untuk menentukan sudutnya sama dengan langkah-
langkah pada penentuan sudut antara garis dan bidang.

Misal diketahui kubus PQRS.TUVW, maka kita dapat mencari sudut


yang dibentuk antara bidang PQRS dan bidang SRUT. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.19.



Gambar 2.19. Sudut antara garis dengan bidang

Pertama kita akan membuat garis AB pada bidang PQRS dan garis BC
pada bidang SRUT, yang kedua garis tersebut tegak lurus perpotonagn
dua bidang yaitu garis RS dan bertemu pada satu titik B. Kemudian titik
A adalah proyeksi titik C ke bidang PQRS sehingga garis AB dan AC
tegak lurus maka aturan tangen berlaku

tan =


Sehingga sudut dapat dicari tan =

d. Cara Menggambar Bangun Ruang


Untuk menggambar suatu bangun ruang pada sebuah bidang datar,
salah satu cara yang bisa digunakan, yaitu dengan proyeksi paralel miring
atau proyeksi miring yang telah dipelajari saat SMP.
Hal penting yang harus diketahui untuk menggambar bangun ruang
adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

1) Bidang gambar (bidang proyeksi), yaitu bidang tempat akan dibuat


gambar bangun ruang, misalnya papan tulis, buku tulis dan sebagainya.
2) Bidang frontal, yaitu bidang sisi benda yang sejajar dengan bidang
gambar. Unsur-unsur ruang pada bidang frontal bentuk dan ukurannya
sesuai dengan ukuran sebenarnya.
3) Garis frontal, yaitu garis yang terletak pada bidang frontal. Panjang arah
dan arah dari garis frontal sama dengan panjang dan arah sebenarnya.
Ada tiga macam garis frontal, yaitu :
a) Garis frontal mendatar (horizontal)
b) Garis frontal tegak (vertikal)
c) Garis frontal miring
4) Bidang ortogonal, yaitu bidang yang tegak lurus bidang frontal atau
bidang proyeksi.
5) Garis ortogonal, yaitu garis yang tegak lurus bidang frontal. Panjang
ruas garis ortogonal digambar tidak sesuai dengan ukuran yang
sebenarnya. Biasanya ruas garis tersebut digambar lebih pendek dari
ukuran yang sebenarnya.
6) Perbandinagn proyeksi atau perbandinagn ortogonal, yaitu
perbandinagn antara panjang garis ortogonal pada gambar dengan
panjang sebenarnya. Misalnya, apabila suatu bangun ruang
digambarkan dengan perbandingan proyeksi 1 2 berarti panjang garis
ortogonal pada gambar sama dengan setengah kali panjang sebenarnya.
7) Sudut surut (sudut menyisi), yaitu sudut pada gambar antara garis
frontal horizontal yang arahnya ke kanan dengan garis ortogonal yang
arahnya ke belakang (berlawanan arah dengan arah jarum jam)

5. Gaya Kognitif
a. Pengertian Gaya Kognitif
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, cara seseorang dalam bertingkah laku, menilai,
commit
berpikir dan membuat kesalahan akan to user pula. Gaya kognitif berdasarkan
berbeda
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

kajian psikologis adalah cara setiap individu dalam menerima,


mengorganisasikan, mengolah informasi dan menyusunnya berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialaminya.
Woolfolk mengemukakan bahwa cognitive styles adalah bagaimana
seseorang menerima dan mengorganisasikan informasi dari dunia sekitarnya.
Sedangkan Winkel (1996: 147) mengemukakan pengertian gaya kognitif
sebagai cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas
mental di bidang kognitif, yang bersifat individual dan kerapkali tidak disadari
dan cenderung bertahan terus. Hal ini menandakan bahwa gaya kognitif tidak
dapat dimanipulasi, artinya seseorang yang memiliki gaya kognitif tertentu
sangat sulit untuk diubah menjadi gaya kognitif yang lain. Gaya kognitif hanya
bisa diberdayakan, artinya memanfaatkan kelebihan yang dimiliki oleh
seseorang dengan gaya kognitif tertentu dan meminimalisir kekurangan yang
dimilikinya.
Berdasarkan pendapat Woolfolk dan Winkel di atas, maka dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah cara seseorang
dalam memproses, menyimpan, maupun menggunakan informasi untuk
menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya.
b. Jenis-jenis Gaya Kognitif
Mengenai jenis-jenis gaya kognitif, Winkel (1996:147) membedakan
dalam beberapa jenis berdasarkan kecenderungan, seperti:
a. Cenderung bergantung pada medan atau pola sebagai keseluruhan (field
dependent) atau cenderung tidak tergantung pada medan (field independent).
b. Kecenderungan konsisten atau mudah meninggalkan cara yang telah dipilih
dalam mempelajari sesuatu.
c. Kecenderungan luas atau sempit dalam pembentukan konsep.
d. Cenderung sangat atau kurang memperhatikan perbedaan antara objek-objek
yang diamati.
Siegel dan Coop dalam Nurdin (2006:9) membedakan gaya kognitif
menjadi beberapa macam, yaitu:
commit
a. Mengutamakan perhatian global to user
versus perhatian detail (bagian).
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

b. Membedakan suatu stimulus ke dalam kategori yang lebih besar versus


kategori bagian-bagian kecil, kecenderungan mengklasifikasi item
berdasarkan karakteristik yang nampak seperti kesamaan fungsi, waktu, atau
ruang versus memilih kesamaan dari beberapa atribut yang abstrak.
c. Cepat (impulsive) versus lambat, sugguh-sungguh dalam pemecahan
masalah (reflexsive).
d. Intuitif, induktif versus kognitif logik, kognitif deduktif.
Dari beberapa jenis gaya kognitif yang dikemukakan di atas, maka gaya
kognitif field dependent (FD)-field independent (FI) beserta implementasinya
dalam pembelajaran, akan menjadi fokus dalam penelitian ini. Alasan
pemilihan gaya kognitif ini dikarenakan gaya kognitif FD dan FI merupakan
tipe gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian
yang akan melihat apa sajakah kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika, sementara penyelesaian tersebut
membutuhkan kemampuan analisis.
Witkin dalam Elkind & Weiner (1978:214) mengatakan bahwa: Orang
yang mempunyai gaya kognitif field independent merespon suatu tugas
cenderung bersandar atau berpatokan pada syarat-syarat dari dalam diri sendiri,
sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field dependent melihat syarat
lingkungan sebagai petunjuk dalam merespon suatu stimulus. Witkin, Moore,
Goodenough and Cox (1977:2) mengemukakan bahwa orang yang memiliki
gaya kognitif field independent lebih suka memisahkan bagian-bagian dari
sejumlah pola dan menganalisis pola berdasarkan komponen-komponennya,
sedangkan orang yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung
memandang suatu pola sebagai keseluruhan, tidak memisahkan ke dalam
bagian-bagiannya.
Winkel (1996:147) mengemukakan bahwa orang yang bergaya kognitif
field dependent cenderung memandang suatu pola sebagai keseluruhan dan
kerap lebih berorientasi pada sesama manusia serta hubungan sosial, sedangkan
orang yang bergaya kognitif commit
field toindependent
user cenderung untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

memperhatikan bagian dan komponen dalam suatu pola dan kerap pula lebih
berorientasi pada penyelesaian tugas daripada hubungan sosial.
c. The Group Embedded Figure Test (GEFT)
The Group Embedded Figure Test (GEFT) adalah instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur derajat wilayah ketergantungan seseorang (degree
of field-dependency). Pada tes GEFT ini siswa ditugaskan untuk
mengidentifikasi serangkaian gambar sederhana dalam bentuk gambar yang
lebih kompleks. Keandalan dan validitas instrumen ini telah terbukti oleh
sejumlah penelitian selama bertahun-tahun.
Altun dan Cakan (2006:14) menjelaskan bahwa instrumen GEFT
merupakan tes yang non verbal dan sifat dari psikometrik tes telah diuji dalam
lintas budaya. Witkin et al.(1971) dalam Jeff Q. Bostic (1998:87) menyebutkan
koefisien reliabilitas tes dari GEFT yaitu 0.82 yang diberikan pada siswa laki-
laki dan perempuan.
The Group Embedded Figure Test (GEFT) terdiri atas tiga bagian yaitu
bagian satu terdiri dari 7 soal, bagian dua dan tiga masing-masing adalah 9 soal.
Untuk menyelesaikan tes GEFT pada penelitian ini siswa memiliki waktu 15
menit. Skor yang dihitung adalah hanya pada tes bagian dua dan tiga saja. Skor
tes ini dari 0 sampai 18. Siswa yang lebih banyak menjawab dengan benar
cenderung tergolong dalam siswa yang bergaya kognitif FI. Tes ini dilakukan
sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Adapun interpretasi skor GEFT menurut Jeff Q. Bostic (1998:191) dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Interpretasi skor GEFT
Kategori Skor siswa laki-laki Skor siswa perempuan
Strongly FD 0-9 0-8
Slighty FD 10-12 9-11
Slighty FI 13-15 12-14
Strongly FI 16-18 15-18

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar siswa dapat menjadi tolok ukur dalam keberhasilan
proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses
pembelajaran yang hasil akhirnya diukur melalui tes sehingga dapat dilihat
seberapa besar kemampuan siswa menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang seringkali sulit
dipecahkan siswa karena objek kajiannya abstrak. Salah satu bagian dari
matematika yang menurut sebagian besar siswa sulit adalah materi geometri.
Karena objeknya bukan benda nyata, maka mempelajari geometri bukan
semata-mata didasarkan pada ketajaman indera, melainkan lebih ditekankan
pada pemecahan melalui daya pikir atau logika dan penalaran.
Seperti disebutkan bahwa prestasi belajar dapat diukur dari kemampuan
mengerjakan permasalahan yang diberikan. Berlaku sebaliknya bahwa
kegagalan dapat dilihat dari seberapa jauh siswa melakukan kesalahan dalam
memecahkan permasalahan. Kajian mengenai seberapa besar kegagalan yang
dilakukan siswa ini akan mengantarkan kita melihat jenis-jenis kesalahan apa
saja yang sering dilakukan siswa dalam pengerjaan geometri, yang dalam hal
ini akan diwakili materi ruang dimensi tiga.
Selain itu, setiap siswa juga pasti mempunyai kemampuan menangkap,
menelaah, dan menyelesaikan permasalahan yang berbeda-beda. Hal ini
disebabkan perbedaan karakteristik masing-masing individu sehingga harus
diakomodasi dalam pembelajaran agar diperoleh hasil yang optimal. Psikologi
dengan berbagai cabangnya telah mengidentifikasi sangat banyak variabel
yang mengindikasikan perbedaan individu yang mempengaruhi proses
pembelajaran salah satunya adalah gaya kognitif.
Gaya kognitif adalah cara seseorang dalam memproses, menyimpan,
maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu tugas atau
menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya. Winkel membedakan jenis
gaya kognitif berdasarkan kecenderungan, yaitu : (1) field dependent (FD) dan
(2) field independent (FI). Siswa dengan gaya kognitif field dependent (FD)
commitpada
sangat dipengaruhi atau bergantung to user
lingkungan, memperoleh hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

lebih baik bila bekerjasama dengan orang lain, lebih suka menyelesaikan
sesuatu dengan cara yang telah ditetapkan, serta dalam situasi sosial cenderung
lebih baik daripada siswa FI. Sedangkan siswa dengan gaya kognitif field
independent (FI) tidak bergantung pada lingkungan, merasa efisien jika bekerja
sendiri, lebih menyukai penyelesaian yang tidak linier (tidak berurutan), serta
dalam situasi sosial cenderung merasakan adanya tekanan dari luar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat kesalahan-kesalahan apa saja
yang dilakukan siswa dengan gaya kognitif field independent dan field
dependent. Salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui adanya
kesalahan siswa tersebut adalah dengan mengadakan analisis terhadap hasil
pekerjaan siswa. Dengan analisis tersebut dapat diketahui kesalahan apa yang
dilakukan oleh siswa dan penyebab siswa melakukan kesalahan. Dari analisis
itu pula dapat diungkapkan hal-hal apa saja yang sebenarnya menjadi
kebutuhan siswa sehingga mereka mempunyai kemampuan dalam mengerjakan
soal-soal mengenai ruang dimensi tiga.
Pada penelitian ini akan dianalisis kesalahan-kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal mengenai ruang dimensi tiga ditinjau dari 4 aspek
kesalahan, yaitu :
1. Kesalahan Fakta
2. Kesalahan Konsep
3. Kesalahan Operasi
4. Kesalahan Prinsip

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7
Surakarta. SMA Negeri 7 Surakarta terletak di Jl. Mr. Muh. Yamin 79 Surakarta.
Penelitian dilakukan di kelas X-8, pemilihan kelas ini didasarkan beberapa
pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain karena kelas X-8 cukup
mengalami permasalahan yang sesuai dengan yang ada dalam penelitian serta di
kelas tersebut belum dimulai materi ruang dimensi tiga.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap-tahap waktu
penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatankegiatan permohonan
pembimbing, survey, pengajuan proposal penelitian, pembuatan
permohonan ijin penelitian di SMA Negeri 7 Surakarta.
1) Pengajuan judul : 9 Maret 2012
2) Pembuatan proposal : 10 Maret 25 April 2012
3) Pengajuan instrumen penelitian : 1 30 April 2012
4) Perijinan : 25 30 April 2012
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pengambilan data. Pengambilan
data ini dilakukan pada tanggal 4 Februari-31 Maret 2012.
1) Observasi kelas : 1 - 29 Mei 2012
2) Pelaksanaan tes dan GEFT : 31 Mei 2012
3) Wawancara : 1- 4 Juni 2012

commit to user

27
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

c. Tahap Pengolahan, Analisis Data dan Penyusunan Laporan


Pada tahap ini penulis melakukan penyusunan laporan dan konsultasi
dengan pembimbing. Tahap ini dimulai pada tanggal 1 Juni 2012 sampai
selesai.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Budiyono (2003:14), penelitian deskriptif adalah penelitian yang berkaitan dengan
pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status suatu hal.
Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (1999:3) mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

C. Sumber Data
Data kualitatif lebih merupakan wujud katakata daripada angka-angka.
Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh,
erta memuat penjelasan tentang prosesproses yang terjadi dalam lingkup
setempat (Matthew B. Miles dan Huberman, 1992:15).
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain (Lexy J. Moleong, 1999:122).
Sumber data pada penelitian ini, berupa catatan lapangan yang diperoleh
dari hasil kegiatan observasi selama proses belajar mengajar berlangsung dengan
materi ruang dimensi tiga, data hasil tes siswa berupa kesalahan-kesalahan pada
materi runag dimensi tiga, dan hasil wawancara mengenai kesalahan yang dialami
commit
siswa dan penyebab kesalahan siswa padatomateri
user runag dimensi tiga.
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta
yang mengalami kesalahan dalam materi ruang dimensi tiga. Pada penelitian ini,
penentuan subjek penelitian tidak menggunakan sampel acak tetapi menggunakan
sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu sampel diambil tidak ditekankan
pada jumlah, melainkan ditekankan pada kekayaan informasi anggota sampel
sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik
tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena sampel tidak
dimaksudkan untuk generalisasi.
Sampling yang dimaksud pada penelitian kualitatif adalah untuk menyaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya
(construction). Tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-
perbedaan yang nantinya dikembangkan dalam generalisasi, melainkan untuk
merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks yang unik. Selain itu, juga
untuk menggali informasi yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi
sampel bertujuan (purposive sample). Sampel bertujuan ditandai dengan sampel
yang tidak dapat ditentukan terlebih dahulu dan jumlah sampel ditentukan oleh
jumlah informasi-informasi yang diperlukan(Lexy J. Moleong ,1999:165).
Pada penelitian ini, pengambilan sampel berdasarkan hasil tes tertulis yang
telah dikerjakan siswa, siswa yang terpilih adalah siswa yang melakukan
kesalahan dan mengerjakan soal dengan lengkap, serta disesuaikan dengan gaya
kognitif siswa yang telah diketahui dari Group Embeded Figure Test (GEFT)
yang juga telah dikerjakan oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, ditentukan lima
subjek penelitian sebagai sampel di kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta.

E. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian kualitatif, sumber data dapat terdiri dari berbagai jenis
seperti orang, peristiwa dan lokasi, benda dan dokumen atau arsip. Dengan adanya
berbagai sumber data tersebut diperlukan cara atau metode pengumpulan data
yang sesuai untuk mendapatkan commit
datato user
yang diperlukan untuk menjawab
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

permasalahannya. Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Menurut Budiyono (2003:53) menyatakan bahwa observasi adalah cara
pengumpulan data dimana peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan
pengamatan terhadap subyek penelitian hingga si subyek tidak tahu bahwa dia
sedang diamati. Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002:133) menyatakan bahwa
observasi meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Dalam artian penelitian observasi dapat
dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non-sistematis yaitu observasi
tanpa menggunakan instrumen pengamatan, observasi dilakukan saat kegiatan
belajar mengajar dikelas yang dibagi dalam observasi guru mengajar dan
observasi terhadap siswa. Hasil observasi ini digunakan untuk melihat apakah
materi pelajaran mengenai ruang dimensi tiga tersampaikan dengan baik kepada
siswa.
2. Metode Tes
Menurut Budiyono (2003:54) metode tes adalah cara pengumpulan data
yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan
kepada subyek penelitian. Suharsimi Arikunto (2002:127) menyatakan bahwa tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.
Metode tes yang dilakukan adalah tes tertulis berbentuk uraian. Bentuk tes
yang digunakan sebagai instrumen bersifat diagnosis. Ruseffendi (1988:470)
menyatakan bahwa soal diagnostik adalah soal-soal untuk mengungkapkan
kelemahan atau bagian yang belum dipahami oleh siswa. Penggunaan tes ini
dilakukan karena sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti yaitu analisis
kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal ruang dimensi tiga.
Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam membuat
commit
instrument tes ini adalah melakukan to user butir-butir tes berupa pengukuran
penelaahan
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

validitas dan reliabilitas butir-butir tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini uji validitas dilakukan untuk
mengetahui apakah butir-butir tes yang telah disusun benar-benar dapat
mengungkap bagaimana kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
ruang dimensi tiga. Dalam hal ini uji validitas yang digunakan adalah uji validitas
isi. Nunnally (1978:92) menyatakan bahwa ada dua standar utama untuk
meyakinkan adanya validitas isi yaitu koleksi butir-butir soal yang representatif
terhadap semestanya dan metode penyusunan tes yang masuk akal (Budiyono,
2003:58-59). Uji validitas dilakukan dengan penelaahan butir-butir soal tes oleh
validator yang telah ditentukan, yaitu orang yang dianggap ahli dan berkompeten
terhadap matematika khususnya bidang yang penulis teliti.
Lexy J. Moleong (1999:172) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada
ketaatasasan pengukuran dan ukuran yang digunakan. Sedangkan Budiyono
(2003:65) menyatakan bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil
pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran
tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang sama atau pada waktu
yang berlainan. Karena tes pada penelitian ini bersifat diagnostik yaitu hanya
ingin mengetahui kesalahan yang dialami siswa dan karena kesalahan siswa tidak
berkaitan dengan skor yang diperoleh sehingga uji relaibilitas tidak diperlukan.
Selain metode tes tertulis, dalam penelitian ini juga menggunakan Group
Embeded Figure Test (GEFT) yang diadopsi dari Witkin et al.(1971) untuk
membedakan gaya kognitif siswa yaitu Field Independent dan Field Dependent.
Witkin et al.(1971) dalam Jeff Q. Bostic (1998:87) menyebutkan koefisien
reliabilitas tes dari GEFT yaitu 0.82 yang diberikan pada siswa laki-laki dan
perempuan. Sehingga pada penelitian ini tidak perlu dilakukan uji validitas
maupun reliabilitas.
3. Metode Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132), wawancara atau kuesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
commit to(2003:52)
informasi dari terwawancara. Budiyono user menyatakan bahwa metode
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan


peneliti (atau seseorang yang ditugasi) dengan subyek penelitian atau responden.
Dalam hal ini, pewawancara mengadakan percakapan hingga pihak yang
diwawancarai bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya, yang
diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai tentang sesuatu.
Bentuk wawancara yang dilakukan peneliti tidak terstruktur ketat melainkan
berbentuk wawancara mendalam karena peneliti merasa tidak tahu apa yang
menjadi persoalan sebenarnya pada diri siswa. Pada penelitian ini wawancara
mengacu pada kesalahan siswa yang terjadi pada hasil tes tertulis yang diberikan
kepada siswa, sehingga informasi yang didapatkan untuk memverifikasi jawaban
siswa dan mengungkap penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa.

F. Validasi Data
Validasi data perlu dilakukan untuk memperoleh data yang akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka peneliti melakukan
pemeriksaan keabsahan data. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan
keabsahan data akan dilakukan melalui teknik triangulasi data. Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
( Lexy J. Moleong, 1999:178 ).
Pada penelitian ini, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data
yang berbeda (H. B. Sutopo 2002: 80). Triangulasi dilaksanakan dengan
membandingkan data hasil tes tertulis yang diverifikasi oleh data wawancara
dengan data hasil observasi yang dilakukan peneliti.

G. Teknik Analisis Data


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif sehingga analisis
data yang digunakan adalah analisis non statistik. Data yang muncul berupa kata-
kata dan bukan rangkaian angka. commit
Lexy J. to user (1999:102) menyatakan bahwa
Moleong
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokan,


memberikan kode, dan mengkategorikannya.
Menurut Miles dan Huberman, analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/ verifikasi data (1992). Tiga alur kegiatan tersebut diuraikan sebagai
berikut.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi (data) tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dapat berupa kalimat yang sistematis, matriks,
grafik, tabel atau bagan.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan akhir merupakan keadaan dari yang belum jelas kemudian
meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan kuat.

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan sekumpulan langkah-langkah secara urut
dari awal hingga akhir yang digunakan dalam penelitian. Adapun kegiatan
penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pembuatan proposal penelitian
Setelah judul disetujui oleh pembimbing, peneliti menyusun proposal
penelitian dan diajukan kepada pembimbing kemudian merevisinya.
2. Melakukan perijinan ke lembaga terkait
Peneliti mengajukan permohonan ijin ke SMA Negeri 7 Surakarta untuk
mengadakan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

3. Pembuatan instrumen tes


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir- butir soal tes.
Semua instrumen yang digunakan dalam penelitian diajukan kepada
pembimbing terlebih dahulu kemudian setelah disetujui, diajukan kepada
validator untuk memeriksa kevalidan dari instrumen tersebut.
4. Pelaksanan Penelitian
a. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
b. Memberikan tes GEFT pada siswa untuk mengetahui gaya kognitif
mereka.
c. Memberikan tes tertulis kepada siswa materi ruang dimensi tiga.
d. Melakukan wawancara kepada siswa
Wawancara terdiri atas 3 tahap,yaitu :
1) Menentukan subjek wawancara
2) Melaksanakan wawancara
3) Mencatat hasil wawancara
5. Validasi Data
Validasi data dilakukan dengan triangulasi data yaitu dengan membandingkan
data hasil observasi, data hasil tes, dan data hasil wawancara.
6. Analisis Data
Analisis data meliputi 3 kegiatan :
a. Reduksi data
b. Penyajian data
c. Penarikan kesimpulan
7. Penyusunan laporan penelitian
Penyusunan laporan yaitu, penyusunan laporan awal, mengkonsultasikan
dengan dosen pembimbing, perbaikan/revisi laporan awal, penyusunan
laporan akhir dan penggandaan laporan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian


Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta. Gedung sekolah SMA
Negeri 7 Surakarta berlokasi di Jl. Mr. Muh. Yamin 79 Surakarta. Luas tanah
yang dimiliki sekolah ini adalah 7.700 m 2. Gedung sekolah memiliki 29 ruang
kelas. Selain itu, ruangan lain yang ada di area gedung sekolah antara lain ruang
kepala sekolah, ruang guru, ruang koperasi, ruang UKS, ruang OSIS, ruang tata
usaha, ruang perpustakaan, kantin, ruang laboratorium, dan masjid. Letak SMA
Negeri 7 Surakarta yang berada di tepi jalan raya dan berada di tengah kota
menjadikan suasan belajar kurang kondusif karena suara kendaraan yang lalu
lalang. Kendaraan yang lewat dapat terdengar dari dalam kelas, terutama kelas
yang berada di gedung sebelah barat.
SMA Negeri 7 Surakarta membuka sembilan kelas X, sepuluh kelas XI
yang terdiri dari lima kelas IPA dan lima kelas IPS, serta sepuluh kelas XII yang
terdiri dari lima kelas IPA dan lima kelas IPS. Untuk setiap kelas berisi rata- rata
27 sampai 35 siswa. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran yang efektif.
Selain itu, setiap ruang kelas memiliki fasilitas yang sama yaitu meja dan kursi
siswa, meja dan kursi guru, papan tulis (whiteboard), LCD, TV, OHP dan speaker.
Adanya fasilitas yang lengkap ini pun juga dimaksudkan untuk menunjang proses
belajar mengajar. Seperti sekolah pada umumnya, setiap kelas diampu oleh satu
guru wali kelas. Hubungan antara guru dengan siswa di sekolah ini dapat
dikatakan baik karena hubungan antara keduanya terjalin dengan akrab.

B. Deskripsi Temuan Penelitian


1. Deskripsi Data Observasi
Observasi dilakukan di kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta selama 3 kali
dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 14 siswa putra dan 18 siswa putri.
Observasi proses belajar mengajar di kelas dilakukan terhadap cara guru mengajar,
commit to user

35
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

kegiatan siswa, dan lingkungan belajar (sarana dan alat belajar) pada materi pokok
ruang dimensi tiga.
a. Data Observasi Terhadap Guru Mengajar
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru selalu mengucapkan salam setiap mengawali pelajaran di kelas. Di
awal pelajaran, guru tidak menunggu suasana kelas kondusif terlebih dahulu
karena pada waktu guru memasuki kelas, siswa langsung diam dan
mempersiapkan untuk menerima pelajaran, diantaranya dengan membuka
buku pegangan siswa dan buku tulis. Setelah itu, guru memberitahu kepada
siswa materi apa yang akan dipelajari. Dalam mengajar, guru menggunakan
buku pegangan berupa buku pelajaran matematika kelas X terbitan Penerbit
Erlangga yang juga dimiliki oleh siswa.
Kegiatan apersepsi dilakukan oleh guru pada awal pelajaran ruang
dimensi tiga dengan mengenalkan bentuk-bentuk bangun ruang diantaranya
kubus, balok, tabung, kerucut dan prisma segi tiga. Pada pertemuan
berikutnya apersepsi dilakukan guru dengan mengingatkan kembali materi
yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Guru tidak memberikan
tujuan pembelajaran secara langsung. Namun, rencana kegiatan untuk
pertemuan ini selalu disampaikan secara urut dan jelas kepada siswa.
Motivasi diberikan dengan cara memberitahu kepada siswa tentang salah
satu manfaat materi ini, yaitu luas bangun ruang dan volume bangun ruang.
Hal ini dilakukan untuk menambah antusias siswa dalam mempelajari materi
ini.
2) Kegiatan Inti
Guru menggunakan metode ceramah (ekspositori) dan tanya jawab
kepada siswa selama mengajar materi ruang dimensi tiga. Guru tidak
pernahmembentuk kelompok diskusi atau menggunakan metode
pembelajaran lain. Guru tidak memanfaatkan fasilitas LCD yang tersedia di
ruang kelas, guru lebih memeilih menggunakna alat peraga bangun-bagun
ruang yang terbuat dari plastik. Guru selalu menunjuk siswa untuk
mengerjakan pekerjaan rumahcommit to user pada pertemuan sebelumnya.
yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Pada awal pertemuan bab ruang dimensi tiga, guru membawa alat peraga
bentuk-bentuk bangun ruang yang terbuat dari plastik antara lain kubus, balok,
tabung, kerucut dan prisma segi tiga. Guru juga menggunakan alat peraga
untuk menjelaskan kedudukan titik, garis dan bidang dalam bangun runag.
Pada sub-bab menggambar bangun ruang guru selalu menggunakan alat
bantu untuk membuat garis dan sudut di papan tulis yaitu menggunakan
penggaris kayu dan busur derajat kayu. Guru juga menyarankan kepada siswa
untuk menggunakan penggaris saat membuat garis dan busur derajat atau
jangka untuk membuat dan menentukan besar sudut. Sesekali guru
menggunakan spidol berwarna untuk mempermudah dan memperjelas
gambar yang dibuat.
Guru selalu mengambil contoh soal dari buku pegangan siswa dalam
menjelaskan sebuah sub materi dan menjelaskan bagaimana cara untuk
mengerjakan. Dalam menjelaskan, guru memberikan pertanyaan untuk
memancing siswa agar ikut bersama-sama menjawab soal. Untuk soal yang
lainnya, guru menyerahkan kepada siswa untuk dikerjakan mandiri dengan
berdiskusi dengan teman-temannya.
Guru tidak pernah menghimbau siswa untuk mencatat, tetapi kadang
guru memberi waktu siswa untuk menyalin catatan dari papan tulis. Guru
menjelaskan materi melalui buku pegangan siswa yang telah dimiliki semua
siswa. Sesekali guru menjelaskan materi dengan mengambil contoh dan
memisalkan sesuatu dengan benda disekitar yang mudah digunakan sehingga
memudahkan siswa untuk mengerti.
Saat kegiatan mengarjakan latihan soal, guru berkeliling dan sesekali
menjawab pertanyaan yang dilontarkan siswa. Setelah mengerjakan latihan
soal, guru menawarkan kepada siswa untuk mengerjakan dipapan tulis.
Apabila tidak ada siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan sukarela
maka guru menyuruh beberapa siswa untuk mengerjan di papan tulis.
Kemudain guru memeriksa hasil pekerjaan di papan tulis dan mengoreksi
pekerjaan apabila terdapat kesalahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

3) Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru tidak memberikan kesimpulan tentang apa
yang dipelajari pada setiap pertemuan. Keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar tidak dinilai oleh guru. Evaluasi seperti kuis atau postest
tidak diberikan, melainkan hanya memberikan pekerjaan rumah yang terdapat
pada buku pegangan siswa yang kemudian dibahas pada pertemuan
berikutnya dan dikoreksi oleh guru. Ulangan harian diberikan saat materi
selesai per bab.
Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
b. Data Observasi Terhadap Siswa
Pada umumnya sebagian besar siswa kelas X-8 mengikuti kegiatan
belajar mengajar dengan cukup baik. Saat guru memesuki ruang kelas siswa
diam dan mempersiapkan pelajaran dengan baik. Siswa memperhatikan guru
yang sedang menjelaskan dan mencatat pelajaran, namun terdapat beberapa
siswa yang kurang memperhatikan. Mereka sibuk membaca komik yang
diselipkan di buku pegangan siswa, namun tidak ada siswa yang berbicara
sendiri dengan temannya.
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru berkaitan dengan hal-hal
yang belum dimengerti kurang. Terlihat hanya beberapa siswa saja yang
bertanya kepada guru, kebanyakan diantara mereka lebih suka bertanya
kepada teman-temannya atau hanya diam saat ditanya guru. Untuk keaktifan
siswa siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru cukup, beberapa siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan guru secara bersama-sama atau secara
sendirian apabila ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan.
Siswa megerjakan soal-soal yang diberikan guru, ada yang dikerjakan
secara individu dan ada juga yang mengerjakan dengan teman sebangku atau
teman lain di depan atau belakang bangku. Siswa kurang aktif pada saat guru
menyuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis, akibatnya guru yang sering
menunjuk siswa. Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis terkadang
melakukan kesalahan, baik dalam penulisan simbol, perhitungan atau konsep-
commit
konsep yang belum dimengerti to user
oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

2. Deskripsi Data Tes Tertulis


Tes tertulis mengenai materi ruang dimensi tiga dikerjakan oleh 32 siswa
kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta pada tanggal 31 Mei 2012. Adapun perangkat
tes yang telah divalidasi dapat dilihat di Lampiran 12 halaman 133.
Dari hasil tes tersebut didapatkan data yaitu berupa jawaban tes yang
telah dikerjakan siswa yang terdiri dari 28 siswa yang menjawab dengan
melakukan kesalahan, sedangkan 3 siswa dengan nomor absen 4, 14 dan 23
menjawab benar semua tes yang diberikan atau tidak melakukan kesalahan. Data
yang dipakai dalam penelitian ini adalah jawaban siswa dari tes tersebut yang
mengandung kesalahan. Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 menyajikan deskripsi kesalahan
yang dilakukan siswa pada jawaban tes.

Tabel 4.1 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 1


Jenis Jawaban Siswa Nomor Subjek
1. Siswa tidak menggunakan ukuran yang ditentukan 1, 2, 6, 9, 12, 16, 18,
dalam menggambar bangun ruang ABCD.EFGH. 21, 22, 25, 27, 28, 31
2. Siswa salah menentukan letak sudut surut dalam 2,5,9,12,13,16, 19, 21,
menggambar bangun ABCD.EFGH. 22, 24, 25, 27, 28, 30
3. Siswa salah mengukur atau menentukan besar 1, 2, 6, 8, 15, 24, 26
sudut surut dalam menggambar bangun
ABCD.EFGH
4. Siswa tidak membuat simbol sudut dan keterangan 5, 12, 13, 16, 18, 19,
besarnya sudut pada sudut surut gambar bangun 21, 29, 30
ABCD.EFGH
5. Siswa melakukan kesalahan dalam menyimbolkan 1
jarak suatu ruas garis. Siswa menuliskan 2 =
2 + 2
6. Siswa melakukan kesalahan dalam menghitung 24
luasan segitiga. Siswa menuliskan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

1
5 29 4

Luas bidang ABP = =
2 2

7. Siswa tidak menuliskan satuan luasan cm2. 1, 2, 6, 8, 12,15, 22, 31


8. Siswa salah dalam melakukan pembulatan pada 19
bilangan desimal. Siswa menuliskan
31,25 = 5,5

9. Siswa salah dalam melakukan operasi hitung


aljabar. Siswa menuliskan
2
5 2 50 6
a. + 52 = +2
2 2

2
5 2 25
b. + 52 = 2 + 25 7
2 2

2 2
75 2 5 25
c. = 75 7
2 2 4

1 1 8
d. 25 + 4 2= 29 2
4 4
5
5 .2 2 12, 20
e. = 25 2
2
1 5 5 2 15, 18
f. . 5 cm .5 cm = 25 cm
2 2 2
2
5 2
g. + 52 = 25 + 25 28
2
10. Siswa tidak mengerjakan soal. 3, 10, 11, 27, 32

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 2


Jenis Jawaban Siswa Nomor Subjek
1. Siswa tidak menuliskan satuan panjang cm pada 2, 6, 12, 16, 17, 19,
panjang suatu ruas garis. 20, 21, 22, 25, 26, 31
2. Siswa tidak menuliskan satuan volume cm 3 pada 7, 11, 13, 26, 31
volume bangun PQRS.TUVW.
3. Siswa salah dalam menentukan luas permukaan 11
balok. Siswa menuliskan
= 2 (. )(. )(. )
4. Siswa salah dalam menentukan jarak dua bidang
yang sejajar. Siswa menuliskan :
a. Jarak bidang ADWT ke bidang BQRC dapat 6, 7, 19, 22
diwakili oleh panjang ruas garis EG

9, 10, 21, 24, 25,


b. Jarak bidang ADWT ke bidang BQRC dapat 28, 29, 31
diwakili oleh panjang ruas garis AQ.

5. Siswa salah dalam melakukan operasi hitung


aljabar. Siswa menuliskan
a. 153 = 17 2 24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

b. 144 + 9 = 15. 9 29
6. Siswa tidak mengerjakan soal. 5, 27, 30

Tabel 4.3 Deskripsi Kesalahan Pada Soal Nomor 3


Jenis Jawaban Siswa Nomor Subjek
1. Siswa salah dalam mengilustrasikan soal, sehingga
salah menentukan sudut antara kaca dengan meja.
Siswa menuliskan :
a. . 30 2, 12

45O
60
30

30 3

Jadi sudut antara kaca dan meja 45


b. . 8, 9, 25

30


30
30

30

Jadi sudut yang terbentuk antar meja dan kaca


adalah 90
c. . 16
45 60
30

30 3

Sudut yang terbentuk 45


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

d. . 10, 17

30
30

30 30
tan = =1 = 45
30
Besar sudut yang terbentuk 45
e. .

30 cm 32

60 cm

Sudut antara meja dan kaca = 90


f. .

30 7
30


30
30
sin = jadi = 90
30
g. .
6
3 28

Sudut-sudut istimewa yaitu = 45

2. Siswa mengalami kesalahan konsep sin dan cos


suatu sudut. Siswa menuliskan :
30 1
a. sin = = = 60 3, 22
60 2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

b. 15



2 + 2 2
cos =
2. .

3. Siswa salah dalam melakukan operasi hitung


aljabar. Siswa menuliskan :
30 1
a. = 3
30 3 3 3

b. 4500 = 67 11 5
4. Siswa hanya menuliskan jawaban tanpa alasan.
29
Siswa menuliskan bahwa sudut yang terbentuk
antara meja dengan kaca 45o.
5. Siswa tidak mengerjakan soal dengan lengkap.
11, 27, 30

3. Deskripsi Data Group Embedded Figure Test (GEFT)


Dalam penelitian ini, digunakan instrumen Group Embedded Figure Test
(GEFT) untuk mengkategorikan siswa berdasarkan gaya kognitif. Instrumen ini
tidak diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan karena GEFT merupakan
instrumen baku. Secara lengkap instrumen GEFT yang diujikan dapat dilihat pada
Lampiran 7 halaman 113.
Pengerjaan tes GEFT oleh siswa calon subjek penelitian ini dilakukan
pada tanggal 31 Mei 2012. Hasil tes GEFT di kelas X-8 SMA Negeri 7 Surakarta
pada tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4 Hasil tes GEFT siswa kelas X-8


No Nama Jenis Kelamin Skor Kategori
1 Adi Purnomo Laki-laki 13 slightly FI
2 Aditya Mahendra Putra Laki-laki 12 slightly FD
3 Anggraini Rukmono Dewi Perempuan 9 slightly FD
4 Anisa Risanti Perempuan 16 strongly FI
5 Ayu Pratiwi Perempuan 10 slightly FD
6 Celyn Susanto Perempuan 14 slightly FI
7 Destara Twinka Putra Laki-laki 5 strongly FD
8 Dian Indriani Perempuan 12 slightly FI
9 Dita Rola Veronica Perempuan 9 slightly FD
10 Dwiannisa Novandri Perempuan 9 slightly FD
11 Ella Elsafa Setyaningrum Perempuan 6 strongly FD
12 Fahcrul Editya Nurmudi Laki-laki 11 slightly FD
13 Faiz Rifqi Zain S. Laki-laki 13 slightly FI
14 Faizal Arifuddin Laki-laki 18 strongly FI
15 Fathimah Rima Perempuan 8 strongly FD
16 Hudzaifah S. A. Laki-laki 14 slightly FI
17 Hutami Wahyu H. P. Perempuan 12 slightly FI
18 Jati Widowati Perempuan 16 strongly FI
19 Kevin Chandra Laki-laki 15 slightly FI
20 Mage Nugroho Laki-laki 17 strongly FI
21 Mudita Perempuan 12 slightly FI
22 Muh. Ivan Bachtiar Laki-laki 13 slightly FI
23 Muh. Taufiq Fiqri M. Laki-laki 18 strongly FI
24 Mutiarasari Dewi R. Perempuan 12 slightly FI
25 Norinda Dewi A. Perempuan 12 slightly FI
26 Pungky Romadhon Laki-laki 14 slightly FI
27 Putri Nur Alifah Perempuan 12 slightly FD
28 Rena Lukma Aisyah P. Perempuan 8 strongly FD
commit to user
29 Rizky P. A. Laki-laki 9 strongly FD
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

30 Shara Pratitys D. Perempuan 8 strongly FD


31 Wiratama Adi Katon Laki-laki 13 slightly FD
32 Yoanda Aninka B. S. Perempuan 4 strongly FD

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :


a. 17 siswa yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki
dikategorikan dalam gaya kognitif Field Independent, yang kemudian
dapat dibagi lagi menjadi 2 sebagai berikut :
1) 5 orang siswa yang terdiri dari 2 orang siswa perempuan dan 3 orang
siswa laki-laki dikategorikan ke dalam gaya kognitif strongly Field
Independent (strongly FI)
2) 12 orang siswa yang terdiri dari 7 orang siswa perempuan dan 5
orang siswa laki-laki dikategorikan ke dalam gaya kognitif slightly
Field Independent (slightly FI).
b. 15 siswa yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki
dikategorikan dalam gaya kognitif Field Dependent, yang kemudian
dapat dibagi lagi menjadi 2 sebagai berikut :
1) 7 orang siswa yang terdiri dari 5 orang siswa perempuan dan 2 orang
siswa laki-laki dikategorikan ke dalam gaya kognitif strongly Field
Dependent (strongly FD)
2) 8 orang siswa yang terdiri dari 4 orang siswa perempuan dan 4 orang
siswa laki-laki dikategorikan ke dalam gaya kognitif slightly Field
Dependent (slightly FD).
Dari data di atas terlihat bahwa kebanyakan siswa kelas X-8 berada
dalam kategori slightly Field Independent yang artinya siswa-siswa tersebut tidak
terlalu tergantung pada lingkungannya dan mereka telah memiliki kemampuan
untuk menganalisis informasi kompleks yang tak terstruktur yang diterimanya dan
mampu mengorganisasikan informasi tersebut untuk memecahkan masalah yang
diberikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

4. Pemilihan Subjek Penelitian


Pada penelitian ini dalam menentukan subjek penelitian tidak dipilih
secara acak, tetapi pemilihan sampel bertujuan (purposive sample).Sampel
bertujuan memfokuskan pada informan-informan terpilih yang kaya dengan kasus
untuk studi yang bersifat mendalam.Selain itu, juga untuk menggali informasi
yang menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Pada penelitian ini dari 32 siswa X-8 SMA Negeri 7 Surakarta, dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan tes GEFT yaitu siswa dengan gaya kognitif Field
Independent sebanyak 17 siswa dan siswa dengan gaya kognitif Field
Dependentsebanyak 15 siswa. Selain itu agar lebih dapat membedakan
pengelompokan gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent, diambil dua
kelompok untuk dijadikan calon subjek yaitu kelompok siswa yang mempunyai gaya
kognitif strongly FI dan kelompok siswa yang mempunyai gaya kognitif strongly FD.
Sehingga berdasarkan pemilihan subjek berdasar kelompok gaya kognitif diperoleh
12 siswa terdiri dari 5 siswa dengan gaya kognitif strongly FI dan 7 siswa dengan
gaya kognitif strongly FD. Untuk lebih jelasanya akan disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kelompok gaya kognitif


Kelompok Gaya Kognitif Nomor Calon Subjek
StronglyField Independent 4, 14, 18, 20, 23
StronglyField Dependent 7, 11, 15, 28, 29, 30, 32

Pemilihan subjek berikutnya adalah berdasarkan hasil jawaban tes tertulis


siswa. Pemilihan subjek berdasarkan jawaban tes tertulis siswa dilakukan dengan
cara memilih siswa yang memiliki jawaban tes tertulis yang lengkap dan menarik
untuk diteliti lebih lanjut, maksudnya adalah jawaban tes siswa mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian serta mampu menggambarkan kesalahan
yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal tentang ruang dimensi tiga yang akan
diteliti. Selain itu, siswa juga memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan
idenya dengan jelas baik secara lisan maupun tulisan serta mampu berperan aktif
dalam penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

Dari kedua kelompok gaya kognitif strongly Field Independent dan strongly
Field Dependent sebanyak 3 siswa dengan nomor absen 4, 14 dan 23 menjawab tes
tertulis dengan lengkap dan benar, serta sebanyak 4 siswa dengan nomor absen 11, 29,
30 dan 32 tidak memberikan jawabanlengkap atau ada butir soal yang tidak
dikerjakan sehingga ketujuh siswa tersebut tidak diikutkan dalam pemilihan subjek
penelitian. Sehingga hanya bersisa 5 siswa yang terdiri dari 2 siswa kelompok gaya
kognitif strongly Field Independentdan 3 siswa gaya kognitif strongly Field
Dependent.
Kelima siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Jati Widowati, nomor absen 18, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Independent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 1.
b. Mage Nugroho, nomor absen 20, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Independent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 2.
c. Destara Twinka Putra, nomor absen 7 , subjek dengan gaya kognitif strongly
Field Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 3.
d. Fathimah Rima, nomor absen15, subjek dengan gaya kognitif strongly Field
Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 4.
e. Rena Lukma Aisyah Putri, nomor absen 28, subjek dengan gaya kognitif strongly
Field Dependent, memiliki jawaban tes yang lengkap dan menarik, serta mampu
berkomunikasi dengan baik, selanjutnya disebut subjek 5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

C. Pembahasan
1. Data Hasil Tes dan Analisisnya
Berikut ini akan disajikan analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal pada
materi ruang dimensi tiga kelas X disertai kemugkinan penyebab kesalahan.
a. Subjek Penelitian 1
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa tidak menuliskan letak sudut


surut pada gambar tetapi ukuran sudut surut sudah benar. Kemungkinan
siswa kurang teliti dalam melengkapi gambar. Berikutnya siswa tidak
menuliskan jelas darimana diperoleh PO2 tetapi jawaban panjang ruas
garis PO benar. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa lupa
menuliskan darimana diperoleh PO2 karena pada perhitungan selanjutnya
sudah benar. Kesalahan berikutnya yaitu dalam menyelesaikan
perhitungan mencari luas segitiga ABP. Kemungkinan siswa kurang teliti
commit to user
sehingga menyebabkan kesalahan pada perhitungan aljabar.
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban diatas, siswa menuliskan panjang bidang


BQRC dan ADWT = 12 cm. Kemungkinan siswa kurang teliti dalam
menuliskan pernyataan tersebut yang seharusnya jarak bidang BQRC ke
bidang ADWT. Kesalahan selanjutnya siswa tidak menuliskan alasan
diperoleh jawaban jarak bidang BQRC dengan bidang ADWT.
Kemungkinan siswa lupa atau memang sudah mengerti konsep jarak dua
bidang yang sejajar sehingga tidak menuliskan alasan jawaban.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa tidak menghilangkan sinus


setelah mendapatkan besar sudutnya (sin = 60). Kemungkinan siswa
kurang teliti dalam menuliskan jawaban.
b. Subjek Penelitian 2
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Dari penggalan jawaban di atas, siswa tidak menuliskan satuan


panjang ruas garis PV. Kemungkinan siswa lupa dalam menuliskan
jawaban. Siswa melakukan kesalahahan dalam menentukan panjang ruas
garis PV. Kemungkinan siswa kurang teliti dalam melakukan perhitungan.
Berikutnya siswa tidak jelas menuliskan darimana luas segitiga ABP
diperoleh. Kemungkinan siswa lupa dalam menuliskan jawabannya.
Kesalahan selanjutnya siswa salah dalam perhitungan luas segitiga ABP.
Hal ini mungkin disebabkan siswa kurang teliti dalam melakukan operasi
hitung aljabar.
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa tidak menuliskan satuan


commit to user
panjang ruas garis PQ, QR dan PT. Kemungkinan siswa lupa dalam
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

menuliskan jawaban. Berikutnya siswa menuliskan jarak bidang BQRC


dengan bidang ADWT = PQ tidak disertai alasan jawaban. Kemungkinan
siswa lupa atau memang sudah mengerti konsep jarak dua bidang yang
sejajarsehingga tidak menuliskan alasan jawaban.
c. Subjek Penelitian 3
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa salah dalam menggambar


bangun ABCD.EFGH. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa tidak
mengerti perbandingan proyeksi, ukuran bangun, letak dan besar sudut
surut dalam menggambar bangun ruang atau karena siswa hanya
memperhatikan soal berikutnya mencari luas segitiga ABP sehingga
gambar bangun ABCD.EFGH tidak diperhatikan. Berikutnya siswa salah
dalam melakukan operasi aljabar untuk mencari panjang ruas garis PA
dan PQ. Kemungkinan siswa tidak mengerti perhitungan yang melibatkan
bentuk akar. Selanjutnya siswa tidak melengkapi satuan panjang pada
panjang ruas garia PA dan PQ serta satuan luas bidang ABP.
Kemungkinan siswa lupa dalam menuliskan jawaban. Karena panjang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

ruas garis PA dan PQ salah sehingga penentuan luas segitiga ABP juga
salah.
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, pada soal 2b siswa tidak jelas


menuliskan darimana diperoleh jarak bidang BQRC dengan bidang
ADWT. Kemungkinan siswa lupa dalam menuliskan jawabannya.
Kesalahan berikutnya, dengan melihat jawaban siswa 32 + 122

dimungkinkan siswa mendapatkan dari 2 + 2 . Hal ini mungkin


disebabkan karena siswa tidak mengerti konsep jarak dua bidang yang
sejajar.
3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

Dari penggalan jawaban di atas, siswa salah mengilustrasikan soal


dalam bentuk gambar, sehingga pengerjaan salah. Kemungkinan siswa
tidak mengerti apa maksud dari soal.
d. Subjek Penelitian 4
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa tidak menuliskan dimana


letak sudut surut pada bangun ruang ABCD.EFGH sehingga tidak
diperhatikan besar sudut surutnya. Hal ini mungkin disebabkan karena
siswa tidak mengetahui sudut surut pada gambar bangun ruang. Siswa
salah dalam menuliskan darimana diperoleh panjang ruas garis RP.
Kemungkinan siswa kurang teliti dalam menuliskan jawaban. Berikutnya
siswa tidak menuliskan satuan panjang ruas garis RP. Kemungkinan siswa
lupa dalam menuliskan jawaban. Siswa melakukan kesalahan dalam
menentukan panjang ruas garis RP. Kemungkinan siswa kurang teliti
commit
dalam melakukan perhitungan to user
aljabar. Kesalahan lainnya siswa tidak jelas
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

menuliskan darimana luas segitiga ABP dan diakhir perhitungan


melakukan kesalahan hitung aljabar. Kemungkinan siswa lupa dalam
menuliskan darimana luas segitiga ABP diperoleh karena pada jawaban
selanjutnya sudah benar, kesalahan pada akhir perhitungan dimungkinkan
karena siswa kurang teliti.
2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa terbalik dalam menulis kata


panjang dan jarak. Kemungkinan siswa menganggap bahwa jarak
samadengan panjang. Siswa tidak menuliskan alasan dalam mencari jarak
bidang ADWT dengan bidang BQRC. Kemungkinan siswa lupa atau
memang sudah mengerti konsep jarak dua bidang yang sejajar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa salah dalam


mengilustrasikan soal pada gambar. Kemungkinan siswa tidak mengerti
maksud dari soal. Berikutnya siswa salah perhitungan akhir mencari
panjang AC. Hal ini dimungkinkan karena siswa tidak dapat merubah
bentuk akar dengan baik. Kesalahan lainnya adalah dalam penentuan
sudut, siswa menggunakan cosinus sehingga mempersulit pengerjaan.
Kemungkinan siswa tidak mengerti konsep cosinus sudut pada segitiga
commit
yang diketahui panjang ketiga to user
sisinya.
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

e. Subjek Penelitian 5
1) Soal nomor 1
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas,siswa salah dalam menggambar


bangun ABCD.EFGH. Hal ini mungkin disebabkan karena siswa tidak
mengerti perbandingan proyeksi, letak dan besar sudut surut dalam
gambar bangun ruang kubus. Kesalahan berikutnya yaitu siswa salah
dalam perhitungan mencari panjang ruas garis BP. Kemungkinan siswa
kurang teliti dalam perhitungan yang melibatkan bentuk akar. Kesalahan
lainnya siswa tidak menuliskan satuan panjang ruas garis PF dan PQ.
Kemungkinan siswa kurang teliti dalam menuliskan jawaban. Selanjutnya
karena panjang PQ salah maka luas segitiga ABP juga salah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

2) Soal nomor 2
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, pada soal 2b siswa salah dalam


menentukan jarak bidang BQRC dengan bidang ADWT yang dapat
disama dengankan panjang ruas garis AQ. Kemungkinan siswa tidak
mengerti konsep jarak antara dua bidang dalam bangun ruang.
3) Soal nomor 3
Penggalan jawaban siswa :

Dari penggalan jawaban di atas, siswa sudah mengilustrasikan soal


ke dalam gambar dengan baik, tetapi dalam penentuan besar sudut antara
meja dengan kaca salah, siswa juga tidak memberikan alasan jawaban.
Kemungkinan siswa ragu-ragu dalam menjawab besar sudut antara meja
commit
dengan kaca sehingga jawaban to user
salah.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

2. Data Hasil Wawancara dan Analisinya


Pada penelitian ini, wawancara dilakukan pada 5 subjek penelitian. Metode
wawancara merupakan metode pokok dalam pengumpulan data. Melalui metode
wawancara ini dapat diketahui penyebab kesalahan yang dilakukan siswa
berdasarkan analisis jawaban hasil tes siswa. Melalui metode ini pula, dapat
ditarik kesimpulan tipe kesalahan yang dilakukan siswa serta penyebab kesalahan
yang dilakukan siswa tersebut.
Berikut ini disajikan petikan wawancara dengan kelima subjek penelitian
dan hasil analisisnya. Adapun S untuk subjek dan P peneliti.
a. Subjek Penelitian 1
1) Soal nomor 1
Petikan 1
P : Itu mengitung sudut surutnya gimana ?
S : Emm, dari AB diukur pake busur 150 derajat dapetnya AD mas, lha
yang AD itu perbandingan proyeksinya yang tadi
P : Kok ga kamu kasih tanda ini sudut surut gitu ?
S : Kemarin lupa mas (sambil tersenyum)
Dari Petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam
melengkapi gambar bangun ABCD.EFGH yaitu tidak jelas dalam
menentukan letak sudut surut.
Petikan 2
P : Oke sekarang kita ke yang disuruh menghitung luas bidang ABP,
coba aku dijelasin kok bisa mendapatkan luasnya ini dari mana ?
S : Untuk menghitung luas ABP itu aku nyari PO dulu mas, terus AB
kan diketahui, ABP itu luasnya setengah AB kali PO hasilnya dua
puluh lima akar lima per dua.
P : Itu cara mencari panjang PO gimana ?
S : Itu kan rusuknya terus lima (menunjuk titik O ditarik ke tengah-
tengah ruas EF) per dua itu setengah rusuknya (menunjuk titik P
ditarik ke tengah-tengah ruas EF), terus PO nya lima akar lima per
dua centimeter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam


menuliskan darimana diperoleh panjang ruas garis PO.
Petikan 3
P : Oke, sekarang luas ABP.
S : Itu salah ngitunge mas, kemarin kurang teliti (sambil tersenyum).
Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam
melakukan operasi pembagian bentuk pecahan.
2) Soal nomor 2
Petikan 4
P : Nomor 2 ini kamu udah bener yang a terus yang b ini gimana ?
S : Panjang bidang eh jarak bidang mas, kemarin salah tulis, jarak
bidang BQRC dan ADWT 12 cm mas.
P : Iya terus kamu langsung menulisnya 12 cm itu diperoleh dari
mana?
S : Kan yang ditanya jarak bidang e mas, bidange itu sejajar jadi bisa
diganti peke panjang AB, kan AB itu tegak lurus kedua bidang itu
mas.
P : Oh, jadi kalo nyari jarak bidang sejajar itu nyari garis yang sama-
sama tegak lurus sama bidangnya ?
S : Iya mas, kan ambil titik di salah satu bidang terus dibuat garis tegak
lurus, nanti tegak lurus juga sama bidang yang satunya.
P : Terus kok milihnya AB apa itu satu-satunya garis yang tegak lurus
dengan kedua bidang itu ?
S : Ga mas, ada yang lain DC, tapi kan panjangnya sama.
P : Hanya DC aja ? yang lain tidak ada lagi ?
S : Iya mas hanya itu.
Dari petikan wawancara di atas, siswa sudah mengetahui konsep
jarak dua bidang yang sejajar sehingga langsung menuliskan jaraknya
tidak disertai alasan tetapi ada pertanyan yang masih mengganjal peneliti
tentang konsep jarak dua bidang yang sejajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Untuk mengetahui lebih luas mengenai konsep jarak dua bidang


yang sejajar, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan.
Simak petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 5
P : Oke, sekarang kalo aku punya bidang k dan l posisinya sejajar, cara
nyari jarake gimana ?
S : Ya cari titik di bidang k terus ditarik garis yang tegak lurus, nanti
tegak lurus juka dengan k, karena k dan l sejajar.
P : Terus nyari titik di bidang k itu gimana?
S : Itu terserah mas, kata pak YY cari titik yang enak, atau nanti yang
memepermudah perhitungan gitu.
P : Titiknya harus di bidang k?
S : (siswa diam sejenak) Ga mas bisa diperpanjangannya, o alah mas,
ini tadi jarake bisa dihitung panjang PQ, SR, TU dan WV ga cuman
AB atau CD saja.
P : Oke, terus kalo misal mau mencari jarak garis yang sejajar itu
gimana dek ?
S : Ya sama mas cari titik di garis yang satunya terus ditarik tegak
lurus sampe motong garis satunya.
P : Jadi harus tegak lurus ya ?
S : Iya mas, nek ga tar nek nyamping jarake beda no mas.
Dari petikan wawancara di atas, siswa mengetahui konsep jarak
antara dua bidang dan garis yang sejajar.
3) Soal nomor 3
Petikan 6
P : Mencarinya sudut alpha ?
S : Pake sin mas, depan dibagi miring, depane kan 30 cm yang
diangkat tadi terus miringe 60 cm panjang kacane, 30 per 60,
setengah, 60 derajat.
P : Itu yang 60 derajat sin alphannya ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

S : Iya mas, eh ga ding, alphanya itu, iya alphane mas, alphannya 60


derajat.
P : Lha kok ga di tulis ini alphannya ?
S : Kurang teliti ini mas (sambil tersenyum).
Dari petikan wawancara di atas, siswa kurang teliti dalam
menuliskan besar sudut alpha.
b. Subjek Penelitian 2
1) Soal nomor 1
Petikan 1
S : Ini luasnya pertama mencari panjang PZ, kan itu membentuk
segitiga siku-siku di V jadi bisa dicari PZ kuadrat samadengan PV
kuadrat ditambah VZ kuadrat. Terus hasile ini lima per dua akar dua.
P : Hasilnya benar itu ?
S : (mencoba menghitung kembali) Eh itu hitungannya salah mas,
seharusnya lima per dua akar lima.
P : Oke, terus ga lupa sesuatu ?
S : Apa e mas ?
P : Yang kamu cari itu tadi apa ?
S : PZ, panjang PZ (diam sejenak), oh lupa satuane mas cm harusnya
(tersenyum)
Dari petikan wawancara di atas, siswa tidak teliti dalam melakukan
operasi penjumlahan pecahan dan siswa lupa dalam menuliskan satuan
panjang ruas garis.
Petikan2
P : Terus-terus luas bidang ABP nya ?
S : Kan ABP itu segitiga jadi luasnya setengah alas kali tinggi, ini
tingginya PZ alasnya AB
P : Lha kok tidak ditulis ?
S : Kemarin kecepatan og mas, buru-buru jadi langsung aja tak tulis itu
mas, penting jawabane bener mas (tersenyum).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara di atas, siswa terburu-buru dalam


menuliskan darimana diperoleh luas bidang ABP yang merupakan
segitiga, sehingga siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
Petikan 3
P : Itu bener itungane ?
S : Iya mas kan dua sama dua bisa dicoret (diam sejenak), eh ga bisa
ding mas, itu salah berarti kerjaanku, harusnya jawabannya dua lima
per empat akar lima.
Dari petikan wawancara di atas, siswa tidak teliti dalam melakukan
operasi pembagian yang melibatkan bilangan pecahan.
2) Soal nomor 2
Petikan 4
P : Oke sekarang yang nomor 2, 2a coba dilihat lagi.
S : (melihat pekerjannnya kemudian tersenyum) Ini sama seperti tadi
mas PQ, QR sama PT kurang satuan
P : Emang kalau mengerjakan selalu sepeti itu dek ?
S : Iya mas aku baru nyadare ini (tertawa), tapi kadang ya tak tulis
satuannya.
Dari petikan wawancara di atas, siswa memang kurang teliti dalam
melengkapi panjang suatu ruas garis dengan satuannya.
Petikan 5
P : Oke untuk yang volume baloknya ini kamu sudah benar, sekarang
ke nomor 2b, bisa dijelasin?
S : Iya mas, itu jarak dua bidange bisa diwakilin sama PQ atau AB atau
TU mas, 12 cm.
P : Alasannya?
S : Kan garis itu (PQ, AB dan TU) tegak lurus mas sama kedua bidang.
P : Lha kok yang kamu tulis PQ aja?
S : Ya gapapa kan mas, kan panjange sama AB.
Dari petikan wawancara di atas, siswa tetap mempertahankan
commit
jawabannya yaitu jarak antara to user
bidang BQRC dengan bidang ADWT dapat
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

diwakili oleh panjang ruas garis PQ tetapi peneliti belum mengetahui


apakah siswa mengerti benar mengenai jarak dua bidang yang sejajar
tanpa melakukan kesalahan konsep.
Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.
Simak petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 6
P : Oke sekarang kalau aku punya dua bidang sejajar, bidang k dan
bidang l, itu cara nyari jarak dua bidange gimana?
S : Itu mas kita ambil titik dibidang k terus ditarik garis tegak lurus
menumbus l, lha jarak dua bidange ya panjang garisnya itu.
P : Ngambilnya titik di bidang k itu gimana?
S : Sembarang mas.
P : Titiknya harus dibidangnya itu ?
S : Ga mas, bisa aja di perpanjangan bidang k itu, sama kayak panjang
PQ tadi, titik P tidak di bidang tapi di perpanjangan bidang (ADWT).
P : Oke sekarang kalau jarak dua garis sejajar ?
S : Sama kayak bidang mas, di ambil satu titik di garis k terus ditarik
garis tegak lurus nembus garis l.
Dari petikan wawancara diatas, siswa mengerti tentang konsep
jarak dua bidang dan garis yang sejajar sehingga siswa tidak melakukan
kesalahan konsep.
c. Subjek Penelitian 3
1) Soal nomor 1
Petikan 1
S : Panjang sisine mas, harusnya 5 cm tapi ini hanya tak gambar 3,5 cm
(sambil mengukur sisi gambar pada pekerjaannya)
P : Kemarin kok ga digambar utuh ukurannya sama sudut surutnya ga
kamu tunjukin ?
S : Biar cepet mas, saya kira ga digagas og gambarnya (tertawa).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak memperhatikan


perintah dalam soal, sehingga siswa melakukan kesalahan.
Petikan 2
P : Oke sekarang tunjukin coba, yang diketahui pada soal sama gambar
kamu !
S : Panjung rusuk ini 5 cm tapi cuma tak gambar 3,5 cm terus ABFE
frontal itu yang depan ini, terus AB horizontal (sambil menunjuk
gambar pada pekerjaannya), sudut surut 150 derajat (diam dan
berfikir)
P : Kenapa kok diam (sambil tersenyum)?
S : Ini mas saya bingung, kan sudut surutnya 150 derajat terus masa
ntar, bentuke jelek no (tersenyum).
P : Piye-piye ? lha letaknya sudut surut itu dimana sih ?
S : Letake disini mas. (menunjuk sudut yang dibentuk antara ruas garis
AD dan ruas garis AB)
P : Terus kalo sudutnya itu berapa ? ngukure gimana ?
S : Gini mas, kayake kalu lebih dari 90 derajat sudut surute itu di sini
(menunjuk sudut yang dibentuk antara ruas garis AB dan ruas garis
BC)
P : Oh gitu terus ngukurnya gimana?
S : Nolnya di AB mas, terus 150 derajat jadi BC.
P : Yakin disitu sudut surutnya ?
S : Iya mas yakin (tersenyum)
P : Pak YY juga jelasinnya kayak gitu?
S : Kemarin hanya dikasih contoh satu gambar tok mas, dan aku ga
begitu paham bener.
P : Terus pernah latihan gambar kayak gini ?
S : Ga mas, tak kira gambar ini gga masuk materi penting og mas.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui letak sudut
surut gambar bangun ABCD.EFGH sehingga melakukan kesalahan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

kesalahan disebabkan karena guru hanya memberikan satu contoh dan


siswa kurang aktif.
Petikan 3
P : Oke terus lanjutkan yang perbandingan proyeksi itu ?
S : (melihat lagi soal) Bukane ini haruse masuk soal yang selanjutnya
itu mas, mencari luas ABP ?
P : Lha gimana perbandingan proyeksi itu keg gimana ?
S : (berfikir sejenak) Anu mas, ehm, aku ga tau perbandingan proyeksi
itu apa, hehe (sambil tertawa)
P : Lha dulu pas dijelasin pak YY ga di perhatiin ya?
S : Perhatiin mas, tapi aku ga ngerti.
P : Kok ga tanya kalau belum mudheng sam pak YY.
S : (tersenyum) Ga biasa tanya og mas.
P : Sama temen-temen juga ga pernah tanya?
S : Ga mas (tersenyum)
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti tentang
perbandingan proyeksi dalam menggambar kubus ABCD.EFGH
dikarenakan tidak bertanya ketika kesulitan bertanya baik kepada guru
atau temannya.
Petikan 4
P : Terus panjang PA sama panjang PQ nya itu bener ?
S : (melihat pekerjaan dan berfikir sejenak) Ada akar-akare ruwet
mas,tapi kemarin udah tak hitung ya benar kok.
P : Yakin ini benar ? Coba dicek lagi !
S : (diam dan memperhatikan jawaban) Iya mas udah benar ini PA nya.
P : Terus PQ nya ?
S : (memperhatikan jawaban sambil menunjuk perhitungan pada
lembar pekerjaan) Iya mas ini PQ juga benar.
P : Okelah, terus luasnya bidang ABP ?
S : Setengah AB kali PQ mas, udah yakin bener itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara diatas, siswa kesulitan dalam


pengkuadratan bilangan yang mengandung bentuk akar sehingga
melakukan kesalahan dalam melakukan operasi hitung aljabar.
Petikan 5
P : Dari mencari panjang PA dan PQ ada yang kelupaan ga dek?
S : Maksudnya mas?
P : Ya itu udah bener lengkap?
S : (memperhatikan jawaban) Oh, ini kurang cm mas, centimeter
P : Apa centimeter itu ?
S : Satuan panjang mas, yang luas ABP juga sama kurang satuan luas
cm kuadrat.
P : Kemarin kok ga dilengkapi ?
S : Lupa mas ga teliti.
Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam
melengkapi satuan panjang ruas garis dan satuan luas bidang.
2) Soal nomor 2
Petikan 6
P : Oke, lha ini kerjaanmu bisa dijelasin dapetnya jarak dari mana ?
S : Itu gini mas kan yang ditanya jarak bidang ADWT ke BQCR
yaudah jawabnya segitu.
P : Akar tiga kuadrat ditambah dua belas kuadrat dapetnya darimana ?
S : Itu AT kuadrat ditambah AB kuadrat terus di akar mas.
P : Berarti itu sama kayak nyari BT dong ?
S : Iya mas, soale kan yang ditanya jarak bidang ADWT ke bidang
BQRC jadi isa diganti cuma nyari BT aja.
P : Bisa milihnya BT itu darimana dek ?
S : Itu kalo jarak bidang kan haruse milih titik ditegah-tengah bidang,
tapi bisa titik di pojok bidang mas.
P : Kok ga pakai yang di tengah bidang ?
S : Sulit mas, kan nanti sama aja jarake kan bidangnya sejajar.
commit
P : Yakin itu hitungannya benarto?user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

S : Sik mas (diam sejenak), udah bener ini mas (tertawa)


Dari petikan wawancara diatas, siswa menganggap bahwa jarak
bidang ADWT dengan bidang BQRC dapat diganti dengan hanya mencari
panjang ruas garis BT.
Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.
Simak petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 7
P : Oke dek sekarang kalo aku punya dua bidang sejajar bidang k dan l,
itu cara nentuin jaraknya gimana ?
S : Sama kayak ini tadi mas, dicari titik tengah k dan titik tengah l terus
dihubungin dicari panjangnya.
P : Udah gitu tok ?
S : Bisa pakai titik dipojokannya mas atau di pinggir-pinggirnya.
P : Oke-oke sekarang kalau jarak dua garis yang sejajar ?
S : Ya sama mas, dicari titik tengahnya terus dihubungin.
P : Pakai titik pinggirnya atau ujungnya bisa ?
S : Bisa mas.
P : Kalau garisnya tak berhingga?
S : Maksude mas?
P : Kan ada kan garis yang tak berujung ?
S : Nek itu pakai titik yang ambil sembarang mas.
P : Jadi boleh pakai sembarang titik ?
S : Boleh mas.
P : Terus titik sama titik dihubungin ?
S : Iya mas panjangnya itu nanti jadi jarak garis sejajarnya.
P : Kalau panjangnya itu miring boleh ?
S : Boleh mas nanti bisa pakai phytagoras, yang sepetti tadi tak pakai.
P : Pas pak YY dulu jelasin selalu merhatiin dek?
S : Iya mas, tapi ya kadang ga perhatiin, tapi kalau yang ini aku
merhatiin kok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui konsep


jarak dua bidang yang sejajar dan konsep jarak dua garis yang sejajar
dikarenakan terjadi miskonsepsi.
3) Soal nomor 3
Petikan 8
P : Oke sekarang nomor 3 dek, lihat pekerjaanmu coba ! kok bisa dapet
gambar itu gimana ?
S : (sambil melihat gambar dan membaca soal lagi) Itu mas kan yang
ditanya sudut antara kaca dengan meja, terus yang diangkat itu sisi
yang 30 cm (menunjuk pada sisi 30 cm yang diangkat).
P : Terus terus ?
S : Yo, terus setengahya 60 ini kan 30 jadi kan ikut keangkat, (tertawa)
bener ga mas ?
P : Weh kok ragu, yang yakin no (tersenyum)
S : (berfikir sejenak) Iyo mas yakin, itu kan yang diangkat sisi 30 cm,
jadi ya mbentuk alpha itu (sambil menunjuk sudut alpha)
P : Oke, terus sudutnya berapa ?
S : Ya itu 90 derajat.
P : Nyarinya pakai sin ya ?
S : Yoimas sin i demi, depan miring, depan per miring samadengan 30
per 30 samadengan satu, alphane 90 derajat.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat mengilustrasikan
soal dalam bentuk gambar sehingga jawaban salah.
Petikan 9
P : Oke siip, pernah dikasih soal kayak gini ?
S : Ga mas, nek soal cerita kayak gini ga pernah, tapi nek suruh nyari
sudut didalam kubus itu pernah.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat menyelesaikan
tipe soal yang berbeda dengan soal yang biasa dicontohkan guru.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

d. Subjek Penelitian 4
1) Soal nomor 1
Petikan 1
P : Iya kok bisa gambar itu gimana ?
S : (membaca lagi soalnya) Ini rusuknya 5 cm, terus aku gambar ABFE
frontal ini depannya ini, terus AB horizontal, terus sudut surutnya
(diam)
P : Sudut surut itu apa ya ?
S : Aku ga tau mas, sik-sik mas, (berfikir sejenak)
P : Kalo ga tau ya gapapa lho dek, tenang ga tak kandake pak YY
(tersenyum)
S : Iyo mas aku ga tau.
P : Dulu pas pak YY jelasin ga perhatiin ya?
S : Iya mas dulu pas dijelasin hanya dikasih satu contoh aja, terus dulu
aku agak sakit jadi ga konsen.
P : Terus ga tanya sama teman-teman lain?
S : (tersenyum)
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti mengenai
sudut surut dan letaknya, sehingga tidak menggambar dengan benar.
Penyebab kesalahan karena siswa tidak memperhatikan penjelasan guru,
pegaruh karena siswa sedang sakit dan kurang aktif bertanya.
Petikan 2
P : Oke, sekarang luas bidang ABP nya itu dapatnya dari mana ?
S : Ini RP nya dicari dulu mas
P : R nya mana kok ga ada di gambarnya ?
S : Itu kemarin buru-buru mas.
P : Terus R nya dimana ?
S : R itu di tengah-tengahnya AB mas, terus ada Q juga itu di tengah-
tengah EF.
P : Oh, terus-terus RP nya ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

S : RP itu samadengan akar QP kuadrat ditambah QR kuadrat, ini


nulise salah mas, tapi jawabane bener kok (tersenyum)
P : Kok salah nulise gimana kemarin ?
S : Tergesa-gesa mas akunya.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tergesa-gesa dalam
menjawab sehingga kurang teliti dalam menuliskan darimana diperoleh
panjang suatu ruas garis.
Petikan 3
P : Hitungannya udah benar ?
S : (mengecek jawaban) Sudah benar mas.
P : Sudah dihitung lagi ?
S : Iya mas udah benar.
P : Ada yang kurang ?
S : Udah mas, oh satuannya belum mas harusnya centimeter.
P : Kemarin kok ga ditulis ?
S : Lupa mas, biasanya ya tak tulis, ini kemarin tak kerjain belakangan
terus mepet waktunya.
Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang mengerti tentang
penjumlahan bentuk pecahan dan siswa lupa dalam menuliskan satuan
panjang suatu ruas garis.
Petikan 4
P : Oke, sekarang luasnya gimana ? luas bidang ABP ?
S : Bidang ABP itu kan segitiga jadi tadi alasnya AB tingginya RP.
P : Oke udah bener ini jawabane ?
S : Bener mas, kan ini duane bisa dicoret, luas bidang ABP jadi dua
lima akar dua centimeter kuadrat.
P : Okee, siip.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak memahami pembagian
bilangan bentuk pecahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

2) Soal nomor 2
Petikan 5
P : Lanjut nomor dua, ini yang a udah bener yang b jelasin dong !
S : (garuk-garuk kepala sambil membaca pekerjaannya)Panjang bidang
BQRC dan ADWT samadengan jarak garis PQ, eh ini keliru mas,
seharusnya jarak bidang BQRC dan ADWT samadengan panjang
garis PQ, salah nulis lagi akunya mas.
Dari petikan wawancara diatas, siswa kurang teliti dalam
menuliskan kata jarak antara dua bidang yang sejajar sehingga terbalik
penulisan jarak dan panjang.
Petikan 6
P : Oke itu kok bisa samadengan panjang PQ ya ?
S : (berpikir sejenak) Itu nek panjang AQ kan ga mungkin mas kan
miring, seingetku nek jarak i harus lurus ga boleh miring.
P : Lha itu yang lurus hanya PQ ?
S : Ga mas haruse AB tapi kan AB itu samadengan PQ, yawis tak tulis
aja panjang PQ.
Dari petikan wawancara diatas, siswa menjawab benar, peneliti
masih ragu dengan alasan siswa dalam menjawab.
Untuk mengetahui lebih lanjut, peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai jarak antara dua bidang dan garis yang sejajar.
Simak petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 7
P : Oke, sekarang nek tak gambar dua bidang sejajar p dan k, cara nyai
jarake gimana?
S : (berfikir sejenak) Ya dibikin garis yang lurus, terus kayak nembus
itu lho mas, tapi haris lurus.
P : Luruse yang gimana? Letake itu gimana ?
S : Ya lurus mas pokoke tidak miring, ya sembarang mas asal lurus.
P : Kalo lurus, ini ruas AQ juga lurus kan ?
S : Emm, iya mas, luruscommit
juga. to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

P : Berarti ini AQ juga boleh jadi jaraknya ?


S : Kayake sih ya boleh mas.
P : Panjang AQ sama dengan panjang PQ ?
S : Ga mas, sik-sik mas, kayake aku deh yang salah mas, biasanya itu
kalo cari jarak du bidang sejajar pakai titik tengah atau pinggirnya i.
P : (tersenyum) Piye-piye ?
S : Iya mas ini aku yang salah haruse malah pakai AQ.
P : Benar pakai yang AQ?
S : Iya mas, kerjaanku yang salah.
P : Oke sekarang kalo ada dua garis sejajar mencari jarake gimana?
S : Ya sama mas pakai titik tengahnya nanti bisa ditarik garis.
P : Letake garis itu gimana? Sama dua garis yang sejajar itu ?
S : Ya nanti bisa otomatis lurus mas.
P : Lurus gimana?
S : Ya lurus mas, tidak membengkok.
P : Pak YY jelasin juga begitu dek ?
S : Iya mas setauku ya gitu.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui konsep
jarak dua bidang yang sejajar dan konsep jarak dua garis yang sejajar
dikarenakan terjadi miskonsepsi pada siswa.
3) Soal nomor 3
Petikan 8
P : Sekarang nomor 3 ya, dilihat jawabanmu kemarin coba ! kok dapet
gambarnya itu darimana?
S : Itu mas kan kaca diangkat ke atas, tapi yang satunya masih berimpit,
itu aku gambarya dari samping aja mas.
P : Terus-terus?
S : Yaa, ini AB nya itu tinggi yang diangkat, terus CB itu mejanya, kan
tadinya kaca diatas meja, terus AC nya kaca pas diangkat.
P : Itu ngangkatnya kan 30 cm terus keteranganmu ini meja 60
maksudya? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

S : Kan kacanya mula-mula berimpit dengan meja ya itu kayak alasnya


sehitiga itu lho mas, jadi BC ya 60 cm, terus tingginya AB 30 cm,
sudutya alpha.
P : Sebelumnya pernah ngerjain soal seperti ini dek ?
S : Belum mas, pak YY ga penah ngasih yang kayak gini di buku juga
ga ada.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat mengilustrasikan
soal dalam bentuk gambar dengan benar, siswa sebelumnya tidak pernah
mengerjakan tipe soal seperti ini.
Petikan 9
P : Terus cari sudut alpha nya itu gimana ?
S : Kan itu kayak phytagoras mas jadi bisa dicari AC nya, terus pake
rumus cos.
P : Panjang ruas AC nya udah bener ?
S : Iya mas kemarin sudah tak hitung bola-bali benar kok.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak dapat mengubah
bilangan bentuk akar dengan benar.
Petikan 10
P : Oke, terus itu rumus cos apa dek ?
S : (berfikir sejenak) Itu cos yang diketahui tiga sisi nya itu lho mas,
trigonometri.
P : Oh, terus itu bener cos alphanya ?
S : Iya mas, kan AC kuadrat tambah AB kuadrat min BC kuadrat per 2
AC AB, tapi bilangane gedhe mas aku ga bisa ngerjain.
P : (tertawa) Oke oke.
S : Rumit banget mas, biasanya pak YY ga pernah ngasih soal serumit
ini.
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak menguasai konsep
perbandingan cosinus yang diketahui tiga sisi segitiga dengan benar
sehingga memperumit perhitungan sehingga tidak dapat menyelesaikan
commit
degan benar serta siswa belum to user
pernah mengerjakan tipe soal separti ini.
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

e. Subjek Penelitian 5
1) Soal nomor 1
Petikan 1
P : Oke sekarang bisa dijelasin satu-satu asalnya gambar itu gimana ?
S : Panjang rusuk benar 5 cm mas, bidang frontal dan AB horizontal
benar, terus sudut surutnya 150 derajat dan perbandingan proyeksi
1 : 2, tapi yang dua ini aku ga mudheng mas.
P : Lha ini kok dapat sudut surutnya disini itu gimana ? (menunjuk
sudut surut di pekerjaan subjek).
S : Itu gini mas aku ngukurnya dari AB terus buat bikin BC nya itu,
tapi lewat bantuan yang sudut dibawah ini.
P : Jadi sudut surutnya itu sudut yang apa ?
S : Itu mas besar sudut antara garis AB dengan BC.
P : Pak YY dulu ngajarinnya juga begitu dek ?
S : Ga sih mas, pak YY tu kemaren ngasih contoh hanya satu itu ada
yang ga aku mudheng.
P : Kok ga tanya dek kalau belum jelas ?
S : Ga berani mas.
P : Ga tanya sama teman-teman yang mudheng?
S : (tersenyum)
Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengetahui letak sudut
surut suatu bentuk bangun ruang dengan benar dikarenakan siswa belum
mengerti penjelasan guru dan tidak aktif bertanya.
Petikan 2
P : Oke oke, terus perbandingan proyeksi ?
S : Itu aku ga tau mas.
P : Hayo pas pak YY nerangin dulu gimana ?
S : Seingatku ga pernah nerangin i
P : Bener ga pernah diterangin ?
S : Kayake sih mas, tapi aku ya ga tau ding (tersenyum)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

Dari petikan wawancara diatas, siswa tidak mengerti tentang


perbandingan proyeksi dalam menggambar bangun ruang disebabkan
karena ragu sudah atau belum dijelaskan oleh guru.
Petikan 3
P : Terus BP sama PQ nya ?
S : (menegecek jawaban kembali) Ehm, bener mas ini BP jawabannya
lima akar dua, terus PQ jawabnnya tujuh koma lima, centimeter ini
mas haruse sama yang PF juga (tersenyum).
P : Kemarin kok ga dilengkapi satuannya ?
S : Tidak teliti mas.
Dari petikan wawancara diatas, siswa melakukan kesalahan dalam
pengkuadratan bentuk pecahan akar dan kurang teliti dalam melengkapi
satuan panjang suatu ruas garis.
2) Soal nomor 2
Petikan 4
P : Ini nomor 2a ga ada masalah ya, sekarang ke nomor 2b, bisa
dijelasin hasilnya darimana ?
S : Iya mas, ini kan jarak bidang BQRC dengan ADWT jadi bisa hanya
mencari AQ aja.
P : Kok bisa cuma nyari AQ itu ceritanya gimana ?
S : (berfikir sejenak) Kan ini jarak dua bidang mas, jadi bisa hanya
dicari jarak titik di bidang BQRC sama di titik ADWT.
P : Terus milih titikya itu gimana?
S : Sebenernya kan cari ditengah-tengah bidang BQRC sama ADWT
tapi jaraknya itu tar sama seperti jarak AQ jadi ya bisa hanya nyari
AQ aja mas.
P : Jadi kalo ada dua bidang yang sejajar jaraknya itu samadengan jarak
dua titik tengah masing-masing bidang ?
S : Iya mas.
P : Kalo titik yang lain ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

S : Sebenere bisa dipinggir-pinggir mas, tapi kan sok-sok bidang ada


yang tak berbatas.
P : Terus kalau misal aku punya dua garis sejajar cari ngitung jarake
gimana?
S : Anu mas, dicari titik tengah garisya lalu dihubungkan sama kayak
nyari jarak bidang tadi.
P : Jadi yang dipilih titik tengah garis ?
S : Iya mas.
Dari petikan wawancara diatas, siswa melakukan kesalahan karena
tidak mengetahui konsep jarak dua bidang yang sejajar dan konsep jarak
dua garis yang sejajar dengan benar.
3) Soal nomor 3
Petikan 5
P : Oke terus hasil sudutnya ?
S : Ini pakai sudut-sudut istimewa mas, kan ada segitiga yang siku-siku
ini sisinya 6 (menunjuk sisi miring) ini sisinya 3 (menunjuk sisi
vertikal) jadi ini sudut x nya 45 derajat tanpa mencari sis yang ini
(menunjuk sisi horizontal).
P : Oke terus kemarin jawab 30 kok dicoret ?
S : 30 itu buat yang sisinya sama mas.
P : Yang gimana itu ?
S : Yang sisi tegak sama sisi horizontalnya sama mas, tanpa mencari
sisi miringnya.
Dari petikan wawancara diatas, siswa melakukan kesalahan karena
siswa mengandalkan hafalan tentang pasangan besar sudut yang terbentuk
dari segitiga siku-siku yang sama kaki dan segitiga siku-siku yang
dibentuk dari setengah segitiga sama sisi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

3. Hasil Validasi dan Analisis Data


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap guru beserta siswa
dan wawancara yang dilakukan kepada siswa, dapat diketahui bagaimana metode
guru dalam menyampaikan materi ruang dimensi tiga. Dari kedua hal ini juga
diketahui bagaimana siswa mengikuti proses pembelajaran dan mempelajari
materi ini.
Kegiatan pendahuluan terdiri dari 3 bagian yaitu apersepsi, motivasi, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.Dalam hal ini guru jarang memberikan
ketiganya. Namun guru selalu menginformasikan materi apa yang akan dipelajari.
Apersepsi diberikan guru saat pertama memasuki materi ruang dimensi tiga yaitu
dengan mengenalkan bentuk-bentuk bangun ruang diantaranya kubus, balok,
tabung, kerucut dan prisma segi tiga. Pada pertemuan berikutnya guru hanya
membahas PR.
Pada kegiatan inti, guru cenderung memakai metode ceramah
(ekspositori). Guru tidak pernah membentuk kelompok diskusi, tetapi saat
mengerjakan latihan soal siswa dibolehkan untuk mengerjakan bersama teman
sebangku. Dalam mengajar, guru menggunakan buku pegangan berupa buku
pelajaran matematika kelas X yang ditulis oleh B.K. Noor Mandiri yang juga
dimiliki oleh siswa. Soal latihan dan PR banyak diambil dari buku pegangan
tersebut. Guru dalam penjelasan materi lebih banyak langsung mengaplikasikan
suatu konsep ke dalam contoh soal yang ada di dalam buku pegangan tersebut.
Guru menanamkan konsep pada siswa dengan mengambil permisalan
dari alat peraga bangun ruang atau memanfaatkan dbenda-benda disekitar sebagai
contoh permisalan. Guru selalu memberikan contoh dan menganjurkan siswa pada
saat mengerjakan soal membuat ilustrasi gambar agar dapat membantu
mengerjakan soal. Pada saat membahas PR guru selalu menawarkan atau
menunjuk siswa untuk mengerjakan di papan tulis, setelah selesai guru memeriksa
dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa. guru lebih banyak mendominasi kegiatan
belajar mengajar. Guru selalu berkeliling pada saat siswa mengerjakan latihan soal,
dan sesekali menjawab pertanyaan siswa dengan pancingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Pada kegiatan penutup, guru tidak pernah mengajak siswa untuk


menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada setiap pertemuan. Kegiatan
penutup biasanya hanya dengan memberikan PR. Guru tidak memberikan evaluasi
seperti kuis atau postest, evaluasi guru diberikan saat membahas PR pada
pertemuan berikutnya. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar juga
tidak dinilai guru.
Di dalam kegiatan belajar mengajar, siswa tergolong pasif dalam
mengikuti proses tersebut. Saat guru memasuki ruang kelas siswa diam dan
mempersiapkan pelajaran dengan baik. Siswa memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan dan mencatat pelajaran, namun terdapat beberapa siswa yang kurang
memperhatikan. Mereka sibuk membaca komik yang diselipkan di buku pegangan
siswa, namun tidak ada siswa yang berbicara sendiri dengan temannya.
Terlihat hanya beberapa siswa saja yang bertanya kepada guru,
kebanyakan diantara mereka lebih suka bertanya kepada teman-temannya atau
hanya diam saat ditanya guru. Siswa megerjakan soal-soal yang diberikan guru,
ada yang dikerjakan secara individu dan ada juga yang mengerjakan dengan
teman sebangku atau teman lain di depan atau belakang bangku. Siswa kurang
aktif pada saat guru menyuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis, akibatnya
guru yang sering menunjuk siswa. Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis
terkadang melakukan kesalahan, baik dalam penulisan simbol, perhitungan atau
konsep-konsep yang belum dimengerti oleh siswa.

a. Hasil Validasi Data


Dalam penelitian, dibutuhkan suatu data yang valid. Untuk mendapatkan
data yang valid dilakukan triangulasi data menurut metode yaitu metode tes,
wawancara dan observasi. Secara lengkap hasil triangulasi data setiap subjek
dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 172.
Berikut ini disajikan hasil validasi dari subjek penelitian berdasarkan
gaya kognitif siswa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

1) Kategori strongly Field Independent


Siswa yang memiliki gaya kognitif kategori strongly Field
Independent adalah subyek penelitian 1 dan 2. Tabel 4.6 menyajikan hasil
validasi siswa dengan kategori strongly Field Independent.

Tabel 4.6 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Independent.
No.
Hasil Validasi Data
Subjek
1 1. Siswa melakukan kesalahan dalam melengkapi gambar dengan
tanda sudut surut pada gambar bangun ruang kubus. Penyebab
kesalahan karena siswa kurang teliti dalam menggambar
bangun ruang kubus.
2. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan
darimana diperoleh panjang suatu ruas garis. Penyebab
kesalahan karena siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
3. Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian bentuk
pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam
operasi hitung aljabar.
4. Siswa melakukan kesalahan dalam menulis jawaban panjang
bidang BQRC ke bidang ADWT yang seharusnya jarak bidang
BQRC ke bidang ADWT. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam menuliskan jawaban.
5. Siswa melakukan kesalahan tidak menghapus sinus dalam
menentukan suatu sudut. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam menuliskan jawaban.
2 1. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
karena siswa lupa melengkapi jawaban.
2. Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa


kurang teliti dalam operasi hitung aljabar.
3. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan
darimana diperoleh luas suatu bidang. Penyebab kesalahan
karena siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
4. Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian yang
melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam operasi hitung aljabar.
5. Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
karena siswa kurang teliti melengkapi jawaban.

2) Kategori strongly Field Dependent


Siswa yang memiliki gaya kognitif kategori strongly Field Dependent
adalah subyek penelitian 3, 4 dan 5. Tabel 4.7 menyajikan hasil validasi siswa
dengan kategori strongly Field Dependent.

Tabel 4.7 Hasil validasi data siswa dengan kategori strongly Field Dependent.
No.
Hasil Validasi Data
Subjek
3 1.Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang aktif dalam bertanya
dan mengerjakan soal secara mandiri.
2.Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar dan operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang melibatkan
bentuk pecahan akar dan operasi penjumlahan yang melibatkan
bentuk akar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

3.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan


panjang pada panjang suatu ruas garis dan satuan luas pada suatu
luas bidang.Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam
melengkapi jawaban.
4.Siswa melakukan kesalahan pada memahami konsep jarak antara
dua bidang dan dua garis yang sejajar. Penyebab kesalahan
karena terjadi miskonsepsi pada siswa ketika menerima
penjelasan guru.
5.Siswa melakukan kesalahan dalam mengilustrasikan soal
kedalam bentuk gambar sehingga jawaban salah. Penyebab
kesalahan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal
seperti ini.
4 1.Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus.
Penyebab kesalahan karena siswa tidak memperhatikan guru saat
menjelaskan dan kurang aktif dalam bertanya.
2.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan darimana
diperoleh panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan karena
siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
3.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
karena siswa lupa melengkapi jawaban.
4.Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang memahami operasi penjumlahan yang melibatkan.
5.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan darimana
diperoleh luas suatu bidang. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
6.Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian yang
melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa
commit to user
kurang memahami operasi pembagian yang melibatkan bentuk
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

pecahan.
7.Siswa melakukan kesalahan terbalik dalam menulisakan panjang
dengan jarak. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti
dalam menuliskan jawaban.
8.Siswa melakukan kesalahan pada memahami konsep jarak antara
dua bidang dan dua garis yang sejajar. Penyebab kesalahan
karena terjadi miskonsepsi pada siswa ketika menerima
penjelasan guru.
9.Siswa melakukan kesalahan dalam mengilustrasikan soal
kedalam bentuk gambar sehingga jawaban salah. Penyebab
kesalahan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal
seperti ini.
10. Siswa melakukan kesalahan dalam mengubah bentuk akar.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang memahami
penyelesaian bentuk akar.
11. Siswa melakukan kesalahan dengan memilih cara yang susah
untuk dikerjakan serta siswa melakukan kesalahan dalam
mengerti konsep cosinus sudut pada segitiga yang diketahui
panjang ketiga sisinya. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
pernah mengerjakan tipe soal seperti ini.
5 1.Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang aktif dalam bertanya
kepada guru atau teman-temannya.
2.Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar. Penyebab kesalahan karena
siswa tidak mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang
melibatkan bentuk pecahan akar.
3.Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan
panjang pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan
commit to user
karena siswa lupa melengkapi jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

4.Siswa melakukan kesalahan pada memahami konsep jarak antara


dua bidang dan dua garis yang sejajar. Penyebab kesalahan
karena terjadi miskonsepsi siswa ketika menerima penjelasan
guru.
5.Siswa melakukan kesalahan karena salah menerapkan hafalan
pada penyelesaian soal. Penyebab kesalahan siswa karena hanya
mengandalkan hafalan tanpa memperhatikan jawaban.

b. Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil validasi data, siswa mengalami berbagai bentuk
kesalahan dalam mengerjakan soal materi ruang dimensi tiga. Dari beberapa
indikasi kesalahan yang ada, dapat diketahui tipe kesalahan siswa ditinjau dari
gaya kognitif yang siswa miliki. Hal-hal yang menjadi indikator kesalahan
ditinjau dari gaya kognitif siswa adalah kesalahan fakta, kesalahan konsep,
kesalahan operasi dan kesalahan prinsip.
1) Kesalahan Fakta
Fakta dalam matematika berupa konvensi-konvensi yang diungkap
dengan simbol atau permisalan tertentu. Simbol atau permisalan dalam
matematika merupakan informasi yang dapat langsung diterima oleh siswa
untuk kemudian disimpan dan digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Oleh karena itu objek dasar fakta ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan gaya
kognitif siswa. Kesalahan fakta adalah kesalahan siswa dalam memahami
konvensi-konvensi (kesepakatan) matematika yang diungkap dengan simbol
atau permisalan tertentu. Berdasarkan hasil validasi data diperoleh beberapa
kesalahan dan penyebabnya dari setiap gaya kognitif siswa dalam hal
kesalahan fakta. Berikut disajikan uraian kesalahan beserta penyebabnya dari
setiap gaya kognitif siswa.
a) Kategori strongly Field Independent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

(1) Siswa melakukan kesalahan dalam melengkapi gambar dengan tanda


sudut surut pada gambar bangun ruang kubus. Penyebab kesalahan
karena siswa kurang teliti dalam menggambar bangun ruang kubus.
(2) Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan darimana
diperoleh panjang suatu ruas garis dan luas bidang. Penyebab
kesalahan karena siswa lupa dan kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
(3) Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan panjang
pada panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan karena siswa lupa
melengkapi jawaban.
(4) Siswa melakukan kesalahan dalam menulis jawaban panjang bidang
BQRC ke bidang ADWT yang seharusnya jarak bidang BQRC ke
bidang ADWT. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam
menuliskan jawaban.
(5) Siswa melakukan kesalahan tidak menghapus sinus dalam
menentukan suatu sudut. Penyebab kesalahan karena siswa kurang
teliti dalam menuliskan jawaban.
b) Kategori strongly Field Dependent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan karena tidak menuliskan satuan panjang
pada panjang suatu ruas garis dan satuan luas pada suatu luas bidang.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
(2) Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan darimana
diperoleh panjang suatu ruas garis. Penyebab kesalahan karena siswa
kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
(3) Siswa melakukan kesalahan karena tidak menyebutkan darimana
diperoleh luas suatu bidang. Penyebab kesalahan karena siswa kurang
teliti dalam melengkapi jawaban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

(4) Siswa melakukan kesalahan terbalik dalam menulisakan panjang


dengan jarak. Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam
menuliskan jawaban.
(5) Siswa melakukan kesalahan karena salah menerapkan hafalan pada
penyelesaian soal. Penyebab kesalahan siswa karena hanya
mengandalkan hafalan tanpa memperhatikan jawaban.
2) Kesalahan Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau
mengklasifikasikan sekumpulan objek tertentu, dalam prosesnya diperlukan
kemampuan untuk mengorganisasi informasi yang diterima oleh siswa untuk
kemudian digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu
objek dasar konsep ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan gaya kognitif siswa.
Kesalahan konsep adalah kesalahan siswa dalam menguasai konsep-konsep
tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah. Berdasarkan hasil validasi data
diperoleh beberapa kesalahan dan penyebabnya dari setiap gaya kognitif
siswa dalam hal kesalahan konsep. Berikut disajikan uraian kesalahan beserta
penyebabnya dari setiap gayakognitif siswa.
a) Kategori strongly Field Independent
Untuk siswa kategori strongly Field Independent, berdasarkan analisis
data hasil tes dan analisis data wawancara tidak melakukan kesalahan
konsep.
b) Kategori strongly Field Dependent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa belum memahami pengertian dan letak sudut surut serta
perbandingan proyeksi pada gambar bangun ruang kubus. Penyebab
kesalahan karena siswa kurang aktif dalam bertanya dan
mengerjakan soal secara mandiri.
(2) Siswa melakukan kesalahan pada memahami konsep jarak antara
dua bidang dan dua garis yang sejajar. Penyebab kesalahan karena
commit
terjadi miskonsepsi pada to user
siswa ketika menerima penjelasan guru.
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

3) Kesalahan Operasi
Operasi adalah suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaan lain.
Pengerjaan hitung aljabar menekankan pada aspek keterampilan yang dimiliki
oleh siswa yang didapat dari pengorganisasian informasi yang didapatkan
kemudian digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu
objek dasar operasi ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan gaya kognitif siswa.
Sehingga kesalahan operasi yang dimaksud adalah kesalahan siswa dalam
melakukan pengerjaan hitung aljabar. Berdasarkan hasil validasi data
diperoleh beberapa kesalahan dan penyebabnya dari setiap gaya kognitif
siswa dalam hal kesalahan operasi. Berikut disajikan uraian kesalahan
beserta penyebabnya dari setiap gaya kognitif siswa.
a) Kategori strongly Field Independent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian bentuk pecahan.
Penyebab kesalahan karena siswa kurang teliti dalam operasi hitung
aljabar.
(2) Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa kurang
teliti dalam operasi hitung aljabar.
b) Kategori strongly Field Dependent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan pada pengkuadratan yang melibatkan
bentuk pecahan akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan yang melibatkan bentuk
pecahan akar.
(2) Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang
melibatkan bentuk akar. Penyebab kesalahan karena siswa tidak
mengerti dalam melakukan operasi penjumlahan yang melibatkan
bentuk akar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

(3) Siswa melakukan kesalahan pada operasi penjumlahan yang


melibatkan bentuk pecahan. Penyebab kesalahan karena siswa kurang
memahami operasi penjumlahan yang melibatkan bentuk pecahan.
(4) Siswa melakukan kesalahan pada operasi pembagian yang melibatkan
bentuk pecahan.Penyebab kesalahan karena siswa kurang memahami
operasi pembagian yang melibatkan bentuk pecahan.
4) Kesalahan Prinsip
Prinsip adalah objek matemetika yang rumit. Prinsip dapat terdiri dari
fakta, konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi. Pada proses
pengkaitannya diperlukan penerimaan, pengorganisasian dan penyimpanan
informasi yang tepat. Oleh karena itu objek dasar prinsip ini dapat
dipengaruhi oleh perbedaan gaya kognitif siswa. Kesalahan prinsip yang
dimaksud adalah kesalahan siswa dalam memahami hubungan fakta dengan
konsep yang dikaitkan oleh operasi atau relasi, sehingga siswa tidak dapat
merencanakan penyelesaian masalah dengan baik. Berdasarkan hasil validasi
data diperoleh beberapa kesalahan dan penyebabnya dari setiap gaya kognitif
siswa dalam hal kesalahan prinsip. Berikut disajikan uraian kesalahan beserta
penyebabnya dari setiap gayakognitif siswa.
a) Kategori strongly Field Independent
Untuk siswa kategori strongly Field Independent, berdasarkan analisis
data hasil tes dan analisis data wawancara tidak melakukan kesalahan
prinsip.
b) Kategori strongly Field Dependent
Kesalahan dan penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dengan
kategori strongly Field Independent adalah sebagai berikut.
(1) Siswa melakukan kesalahan dalam mengilustrasikan soal kedalam
bentuk gambar sehingga jawaban salah. Penyebab kesalahan karena
siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal seperti ini.
(2) Siswa melakukan kesalahan dengan memilih cara yang susah untuk
dikerjakan serta siswa melakukan kesalahan dalam mengerti konsep
commit toyang
cosinus sudut pada segitiga userdiketahui panjang ketiga sisinya.
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

Penyebab kesalahan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal


seperti ini.

Dari hasil analisis data, dapat dirangkum mengenai kesalahan yang


dilakukan oleh siswa. Tabel 4.8 menyajikan kesalahan yang dilakukan siswa yang
diambil dari hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya.

Tabel 4.8 Tabel kesalahan yang dilakukan siswa pada materi ruang dimensi
tiga dari masing-masing kategori siswa
Kategori Gaya Kognitif Siswa
Tipe Kesalahan
Field Independent Field Dependent
Kesalahan Fakta Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Konsep Tidak Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Operasi Dilakukan Dilakukan
Kesalahan Prinsip Tidak Dilakukan Dilakukan

Dari tipe kesalahan yang dilakukan oleh siswa, dapat ditemukan pula
penyebab masing-masing kesalahan dan dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Kesalahan Fakta
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, baik siswa dengan kategori
gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent melakukan kesalahan
fakta dan dapat ditemukan penyebab kesalahan fakta yang sama yaitu siswa
kurang teliti dalam melengkapi jawaban.
2. Kesalahan Konsep
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, siswa dengan kategori gaya
kognitif Field Independent tidak melakukan kesalahan konsep, tetapi pada
siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent melakukan kesalahan
konsep dengan penyebab terjadinya miskonsepsi siswa mengenai jarak dua
garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar. Selain itu ditemukan juga
commit to user
penyebab kesalahan konsep siswa dengan kategori gaya kognitif Field
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Dependent yaitu siswa kurang aktif dalam bertanya dan mengerjakan soal
secara mandiri.
3. Kesalahan Operasi
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, baik siswa dengan kategori
gaya kognitif Field Independent dan Field Dependent melakukan kesalahan
operasi, tetapi terdapat perbedaan dalam penyebab kesalahan yang terjadi.
Pada siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent penyebabnya
hanya kurang teliti dalam melakukan operasi hitung aljabar. Tetapi pada
siswa dengan kategori Field Dependent penyebabnya yaitu siswa tidak
mengerti dalam melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan
bentuk akar serta penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan.
4. Kesalahan Prinsip
Dari kedua kategori gaya kognitif siswa, siswa dengan kategori gaya
kognitif Field Independent tidak melakukan kesalahan prinsip, tetapi pada
siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent melakukan kesalahan
prinsip dengan penyebab siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal yang
diberikan, sehingga dalam perancanaan sampai jawaban akhir siswa
melakukan kesalahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan
Dari data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan sehingga dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan gaya kognitif yang dimiliki oleh lima siswa kelas X-8 SMA
Negeri 7 Surakarta yang dipilih sebagai subjek penelitian, tipe kesalahan yang
terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal-soal mengenai materi ruang
dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa adalah
a. Siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent cenderung
melakukan kesalahan fakta dan kesalahan operasi. Kesalahan yang
dilakukan siswa :
1) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak melengkapi satuan panjang
suatu ruas garis dan melengkapi gambar dengan tanda sudut surut.
2) Kesalahan operasi yang terjadi yaitu pembagian bentuk pecahan akar.
b. Siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent cenderung
melakukan kesalahan fakta, kesalahan konsep, kesalahan operasi dan
kesalahan prinsip. Kesalahan yang dilakukan siswa :
1) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak melengkapi satuan panjang
suatu ruas garis dan melengkapi gambar dengan tanda sudut surut.
2) Kesalahan konsep yang terjadi pada konsep jarak antara dua garis dan
bidang yang sejajar.
3) Kesalahan operasi yang terjadi pada pengkuadratan bentuk pecahan
akar, penjumlahan bentuk akar serta penjumlahan dan pembagian
bentuk pecahan.
4) Kesalahan fakta yang terjadi yaitu tidak dapat mengidentifikasi soal
dan menyelesaikan tipe soal cerita tentang sudut diantara dua bidang.
2. Penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dalam mengerjakan soal-soal
mengenai materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa adalah
sebagai berikut. commit to user

92
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

a. Untuk siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent antara lain :
1) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
2) Tipe kesalahan operasi yaitu siswa kurang teliti dalam melakukan
operasi hitung aljabar.
b. Untuk siswa dengan kategori gaya kognitif Field Dependent antara lain :
1) Tipe kesalahan fakta yaitu siswa kurang teliti dalam melengkapi
jawaban.
2) Tipe kesalahan konsep yaitu terjadinya miskonsepsi siswa mengenai
jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang sejajar. Selain itu
ditemukan juga penyebab kesalahan konsep yaitu siswa kurang aktif
dalam bertanya dan mengerjakan soal secara mandiri.
3) Tipe kesalahan operasi yaitu yaitu siswa tidak mengerti dalam
melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan bentuk
akar serta penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan.
4) Tipe kesalahan prinsip yaitu siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal
cerita tentang sudut diantara dua bidang, sehingga dalam proses
mengidentifikasi soal sampai jawaban akhir siswa melakukan
kesalahan.

B. Implikasi
Dengan diperolehnya kesimpulan tersebut, maka sebagai implikasi dari
penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis
Seperti yang diungkap oleh bebeapa ahli, gaya kognitif adalah cara
bagaimana seseorang menerima dan mengorganisasi informasi yang diterima dari
dunia sekitarnya. Dalam penelitian ini gaya kognitif yang dipilih adalah gaya
kognitif Field Independent dan Field Dependent. Siswa dengan gaya kognitif
Field Independent cenderung memisahkan suatu hal kedalam bagian-bagian
tertentu, sehingga siswa tidak memperhatikan urutan dalam melakukan analisis
commit
masalah, serta lebih berorientasi pada to user tugas secara mandiri daripada
penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

menyelesaikan dengan orang lain atau berkelompok. Siswa dengan gaya kognitif
Field Dependent cenderung memandang suatu hal pada keseluruhan dan tidak
memisahkan pada bagian-bagian tertentu, sehingga siswa memperhatikan urutan
dalam menganalisis masalah, serta lebih berorientasi pada sesama manusia dan
hubugan sosial. Karena sifatnya yang mandiri dan tidak tergantung pada
lingkungan sekitar, siswa dengan kategori Field Independent dimungkinkan tidak
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan masalah secara mandiri, sedangkan
untuk siswa dengan kategori Field Dependent karena sifatnya yang sosial dan
tergantung pada lingkungan, dimungkinkan banyak melakukan kesalahan dalam
menyelesaikan masalah matematika secara mandiri, dalam penelitian ini masalah
matematika yang dimaksud adalah menyelesaikan soal mengenai materi ruang
dimensi tiga.
2. Secara Praktis
Secara teoritis siswa dengan kategori gaya kognitif Field Independent
karena pemikirannya yang independen dan mandiri seharusnya tidak melakukan
kesalahan dalam mengerjakan soal mengenai ruang dimensi tiga, namun
berdasarkan hasil penelitian di lapangan pada siswa dengan kategori Field
Independent melakukan kesalahan fakta dan kesalahan operasi dengan penyebab
siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban dan kurang teliti dalam melakukan
operasi hitung aljabar. Sedangkan pada siswa dengan kategori Field Independent
melakukan kesalahan fakta yang disebabkan karena siswa kurang teliti dalam
melengkapi jawaban, kesalahan konsep yang disebabkan karena terjadi
miskonsepsi siswa mengenai jarak dua garis sejajar dan jarak dua bidang yang
sejajar, kesalahan operasi yang disebabkan karena siswa tidak mengerti dalam
melakukan pengkuadratan bentuk pecahan akar, penjumlahan bentuk akar serta
penjumlahan dan pembagian bentuk pecahan, serta kesalahan prinsip yang
disebabkan karena siswa tidak pernah mengerjakan tipe soal cerita tentang sudut
diantara dua bidang, sehingga dalam proses mengidentifikasi soal sampai jawaban
akhir siswa melakukan kesalahan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
a. Guru sebaiknya memberikan contoh soal yang lebih bervariasi baik jenis
maupun bentuknya sehingga dapat meminimalisir kesalahan siswa dengan
gaya kognitif Field Dependent.
b. Guru dapat menginformasikan kepada orang tua mengenai gaya kognitif
siswa agar lebih mengarahkan siswa dalam belajar menurut gaya
kognitifnya masing-masing.
c. Dari temuan kesalahan dan penyebab kesalahan pada siswa, guru dapat
merancang model pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing gaya
kognitif siswa agar dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi.
2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih teliti dalam menerima dan menggunakan fakta
matematika dalam melengkapi jawaban.
b. Siswa harus lebih peduli dan memperhatikan konsep pada materi dalam
pembelajaran matematika serta juga meningkatkan keterampilan
menghitung.
c. Siswa harus lebih aktif menggali informasi misalnya bertanya atau
berdiskusi. Selain itu, siswa hendaknya mengemukakan apa yang belum
dipahami.
3. Bagi Peneliti Lain
Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa tidak dapat terlepas dari
kesalahan baik siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent dan Field
Dependent. Maka dari itu, penelitian tentang kesalahan penting untuk
dikembangkan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.
Peneliti lain mungkin dapat menganalisis lebih lanjut mengenai kesalahan-
kesalahan siswa yang ditemukan dari penelitian ini atau dapat melakukan
penelitian dengan tema yang sama tetapi dengan sudut peninjauan yang berbeda,
commit
misalnya tinjauan dari gaya belajar, to berfikir
tingkat user dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai