Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV adalah singkatan dari human immunodeficiency virus. Virus
inilah yang bisa menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome atau
AIDS jika tidak diobati. Sedangkan AIDS adalah tahap infeksi yang
terjadi saat sistem kekebalan tubuh rusak parah dan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik. Ini merupakan tahap akhir dari infeksi HIV,
dan tidak semua orang yang memiliki HIV maju ke tahap ini.
( CDC,2016).
Menurut UNAIDS ada sekitar 36,7 juta orang di seluruh dunia
yang hidup dengan HIV / AIDS pada akhir tahun 2015. Dari jumlah
tersebut, 1,8 juta adalah anak-anak (<15 tahun). Diperkirakan 2,1 juta
orang di seluruh dunia penderita baru terinfeksi HIV pada tahun 2015. Ini
mencakup 150.000 anak-anak (<15 tahun). Sebagian besar tinggal di sub-
Sahara Afrika dan terinfeksi oleh ibu mereka yang positif HIV selama
kehamilan, persalinan atau menyusui.
Saat ini hanya 60% orang dengan HIV mengetahui status mereka.
Sisanya 40% (lebih dari 14 juta orang) masih perlu mengakses layanan tes
HIV.
Di Indonesia Sejak pertama kali ditemukan, tahun 1987 sampai
dengan Desember 2016, HIV-AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507
kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali
ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang
terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada Tahun 2012.
Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (45.355),
diikuti Jawa Timur (31.429), Papua (24.725). Jawa Barat (23.145), dan
Jawa Tenqah (16.867). Sedangkan Jumlah AIDS terbanyak dilaporkan
dart Jawa Timur (16:911), Papua(13.398), DKI Jakarta (8,648), Bali
(6.803), Jawa Tengah (6.444), .Jawa Barat (5.251), sumatera Utara
(3.897), Sulawesi Selatan (2.812), Kalirnantan Barat (2.567). dari
NTT (1.954). Rasio kasus HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 2: 1,
penderita AIDS pada laki-laki sebesar 67,9% dan pada perempuan sebesar
31,5%. Sedangkan sebesar 0,6% penderita AIDS tidak melaporkan jenis
kelaminnya . Persentase kasus HIV menurut faktor risiko di Indonesia
tahun 2016 menunjukkan bahwa hubungan heteroseksual masih
merupakan cara penularan dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 53%,
diikuti oleh LSL ( Lelaki Seks Lelaki ) sebesar 35 % , Lain lain 11 % dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun 1%. Persentase faktor
risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual
(71,9%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (21,3%), perinatal (3,6%). dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (2,5%).
Sulawesi Selatan merupakan wilayah dengan kasus tertinggi
keenam di Indonesia. Jumlah kasus HIV di Sulawesi Selatan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dalam 3 tahun terakhir. Jumlah
Kunjungan Konseling dan Tes HIV Per Layanan yang Dilaporkan Tahun
2016 di kota Makassar sebanyak 746 kasus, Dan khusus pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Makassar sebanyak 29 kasus (SIHA,2016).
Adapun program penanggulangan HIV/AIDS di Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Makassar diantaranya Program Pencegahan HIV
Melalui Layanan Komprehensif test HIV/AIDS dan konseling yang
disebut Voluntary Counseling and Testing (VCT) termasuk VCT mobile
serta Care Support Treatment (CST) yang salah satu perannya adalah
memberikan perawatan, pelayanan dan pengobatan, termasuk layanan
medis.
Kejadian HIV/ AIDS ini diibaratkan gunung es, dimana dari
Meluasnya HIV/AIDS tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan tetapi
juga mempengaruhi bidang sosial ekonomi, hal ini jelas akan
menimbulkan dampak buruk terhadap pembangunan nasional secara
keseluruhan. Untuk mengatasi HIV/AIDS, hingga saat ini belum
ditemukan obat yang efektif, sehingga upaya pencegahan terhadap resiko
penularan menjadi sangat penting.
Sesuai dengan tujuan pengendalian
HIV,yaitu menurunkan angka kesakitan, kematian dan diskriminasi serta m
eningkatkan kualitas hidup ODHA maka diperlukan upaya pengendalian
serta layanan HIV dan IMS yang komprehensif di tingkat
kabupaten/kota di Indonesia. Informasi/data dari surveilans HIV dan
AIDS yang telah dilakukan, dapat digunakan untuk menyusun
perencanaan penanggulangan HIV dan AIDS.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui informasi tentang pelaksanaan surveilans dan
distribusi serta situasi HIV dan AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Makassar tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi HIV dan AIDS menurut orang, waktu dan
tempat di Rumah Sakit Daerah Kota Makassar tahun 2017
b. Mengetahui gambaran proses pelaksanaan surveilans, yaitu
pengamatan, pencatatan, pengolahan, analisis data dan pelaporan
HIV dan AIDS Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar tahun
2017.
c. Mengetahui atribut sistem surveilans HIV dan AIDS Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Makassar tahun 2017.

C. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Hasil praktek ini sebagai bahan masukan bagi instansi terkait
yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar untuk program penanggulangan HIV dan
AIDS.
b. Dapat dijadikan informasi bagi instansi dinas kesehatan
kabupaten/kota Makassar dan Propinsi Sulawesi Selatan untuk
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan
pada pengembangan program pengendalian .
2. Manfaat Ilmiah
Hasil praktek ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
atau bahan acuan untuk praktek surveilans selanjutnya. Disamping itu
memberikan informasi penting terkhusus pada masalah HIV dan
AIDS. Serta menjadi sumber informasi surveillans yang baik pagi
praktisi tenaga kesehatan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Bagi mahasiswa, hasil praktik ini kiranya dapat menjadi bahan
acuan untuk mengasah keterampilan khususnya di bidang epidemiologi
serta sebagai pengalaman yang dapat memberikan pelajaran yang dapat
diaplikasikan.

Anda mungkin juga menyukai