Muhamad Febriansyah Akbar Ali-Fkik
Muhamad Febriansyah Akbar Ali-Fkik
SKRIPSI
OLEH :
NIM. 1110101000076
2015 M / 1436 H
!
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Maret 2015
ABSTRAK
Pestisida merupakan suatu bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan hama. Terdapat lebih dari 200 formulasi pestisida di Indonesia yang
terdaftar dan diijinkan untuk digunakan dalam kegiatan pest control. Pestisida dapat
masuk melalui kulit, kedalam mulut atau lewat pernapasan. Petugas pest control
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar oleh pestisida. Pemeriksaan kolinesterase
dalam serum darah merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkat keracunan
dalam darah petugas pest control.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat keracunan pestisida pada petugas teknisi pest control. Pengukuran dalam
penelitian terdiri dari 8 faktor dengan keseluruhan pertanyaan berjumlah 42 item. Ke-8
faktor tersebut, antara lain : (1) umur; (2) tingkat pendidikan; (3) pengetahuan; (4) status
gizi; (5) tata cara pencampuran; (6) frekuensi penyemprotan; (7) jumlah jenis pestisida;
serta (8) penggunaan APD. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
Sampelnya berjumlah 42 petugas pest control. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode total sampling.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan dua variabel yang
terdapat hubungan yang bermakna dengan tingkat keracunan pestisida. Dua variabel
tersebut yaitu umur dengan nilai median umur 38,50 tahun, Pvalue sebesar 0,036 dan
penggunaan alat pelindung diri yang tidak sesuai sebanyak 17 orang (53,1%), rata-rata
kadar kolinesterase sebesar 7548,24 u/l dengan Pvalue sebesar 0,036.
Kata Kunci : Tingkat Keracunan, Kadar Kolinesterase, Pestisida
ii!!
!
!
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAMME STUDY OF PUBLIC HEALTH
SPECIALIZATION OF ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, March 2015
ABSTRACT
Pesticide is a chemical used to kill or control pests. There are more than 200
formulations pesticides in Indonesia who registered and allowed to use in the activities
of pest control. Pesticides can enter through the skin, inhalation, or into the mouth.Pest
control officers have greater risk to exposed by pesticide. Examination of cholinesterase
in the blood serum is one way to determine the level of blood poisoning in the blood
pest control officers.
This research is to find out of the factors associated with the toxic pesticides on
the technician pest control. The measurement in research consists of eight factor is a
total of 42 question. These factors is: (1) age; (2) the level of education: (3) the
knowledge; (4) nutrition status; (5) the procedures of mixing; (6) spraying frequency;
(7) the number and type of pesticide ; (8) personal protective equipment. This research
using a method of cross sectional study. A total of 42 officers pest control. Collection of
samples conducted by the total sampling method.
Based on the results of research, obatained two variables that was found
meaningful relationship with a level of poisoning pesticides. Two variables are age with
a value of median 38,50 years, pvalue 0f 0,036 and the use of a protective personal
equipment are not in accordance as many as 17 people (53,1%), the average levels of
cholinesterase of 7548,24 u/l with pvalue 0,036.
Key words : Poisoning levels, Cholinesterase, Pesticide
iii!
!
!
!
!
!
CURRICULUM VITAE
Identitas Pribadi
Nama : Muhamad Febriansyah Akbar Ali
TTL : Jakarta, 14 Februari 1992
Alamat Asal : Jl. Raya Bintara No. 4B, Rt 013/ Rw 010 Bintara,
Bekasi Barat, Kota Bekasi
Alamat Sekarang : Jl. Raya Bintara No. 4B, Rt 013/ Rw 010 Bintara,
Bekasi Barat, Kota Bekasi
Agama : Islam
Gol. Darah : O
Email : febrian.ali.fa@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2000 2006 : SD Islam Al Azhar 9 Kemang Pratama
2006 2008 : SMP Islam Al Azhar 9 Kemang Pratama
2008 2010 : SMA Islam Al Azhar 4 Kemang Pratama
2010 sekarang : S1 Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pengalaman Organisasi
2012 sekarang : Anggota ENVIHSA (Environmental Health Student
Association) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
2011 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas
Pondok Aren Tangerang Selatan
vii!
!
!
!
KATA PENGANTAR
nikmat kepada kita semua. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad yang telah memberikan umat manusia pencerahan menuju agama Allah,
dengan memanjatkan rasa syukur atas segala nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
Perusahaan Pest Control Di Jakarta Tahun 2014. Penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
1. Prof. Dr (HC). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes., selaku pembimbing I Skripsi yang
telah memberikan bimbingan serta motivasi, terima kasih atas setiap kebaikan serta
4. Ibu Dewi Utami Iriani, Ph.D., selaku Pembimbing II Skripsi yang telah
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang sering melibatkan
penulis dalam kegiatan di kampus dan luar kampus, pengalaman yang luar biasa
viii!
!
!
!
6. Seluruh teknisi pest control serta supervisor pada dua perusahaan pest control di
Jakarta, khususnya pak amin dan pak asep, terima kasih telah mau berbagi ilmu dan
7. Teman-teman seperjuangan, Fajriatin, Asri, Nida, Fitria, Ana, Wiwid, Anis. Terima
9. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bias penulis tulis satu persatu yang
telah memberikan doa serta semangat kepada penulis, senang dapat mengenal dan
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap masukan dan saran yang diberikan
untuk memperbaiki laporan ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis serta
pembaca.
ix!
!
!
!
DAFTAR ISI
ABSTRAK. . ii
ABSTRACT.. . iii
LEMBAR PERSETUJUAN. v
CURICCULUM VITAE.. vii
KATA PENGANTAR.... . viii
DAFTAR ISI..... x
DAFTAR TABEL. xiv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah.. . 6
1.3 Pertanyaan Penelitian.. 7
1.4 Tujuan Penelitian. 8
1.4.1 Tujuan Umum... 8
1.4.2 Tujuan Khusus... 8
1.5 Manfaat Penelitian.. 9
1.5.1 Manfaat Bagi Program Kesehatan Masyarakat.. . 9
1.5.2 Manfaat Bagi Peneliti 9
1.5.3 Manfaat Bagi Pembaca. 9
1.6 Ruang Lingkup....... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 11
2.1 Pestisida. 11
2.1.1 Definisi Pestisida. 11
2.1.2 Klasifikasi Pestisida 12
2.1.3 Toksikologi Pestisida. 16
2.1.3.1 Mekanisme Keracunan Pestisida..... 17
x!!
!
!
2.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan... 20
2.2.1 Faktor Dari Dalam Tubuh ... 21
2.2.2 Faktor Dari Luar Tubuh 25
2.3 Kholinesterase 30
2.3.1 Pengertian Kholinesterase.... 30
2.3.2 Jenis Kholinesterase. 30
2.4 Pest Control. .. 31
2.4.1 Definisi Pest Control............ 31
2.4.2 Kegiatan Dalam Pest Control.. 32
2.4.3 Jenis Jenis Insektisida... 34
2.5 Pencegahan Keracunan Pestisida... 36
2.5.1 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention). 36
2.5.2 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) 40
2.5.3 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)............... 41
2.6 Kerangka Teori... 42
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL. 44
3.1 Kerangka Konsep. 44
3.2 Definisi Operasional. 47
3.3 Hipotesis... 50
BAB IV METODE PENELITIAN. 51
4.1. Desain Penelitian. 51
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 51
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 52
4.4 Teknik dan Sumber Pengumpulan Data Penelitian.. 53
4.5 Etika Penelitian 54
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas... 55
4.7 Instrumen Data Penelitian 56
4.8 Manajemen Data.. 59
4.9 Analisis Data 60
BAB V HASIL PENELITIAN 62
5.1 Gambaran Umum Perusahaan.. 62
5.1.1 Jenis Pengendalian Hama di Perusahaan Pest Control.... 63
xi!
!
!
!
5.2 Analisi Univariat.. 64
5.2.1 Gambaran Tingkat Keracunan Petugas Teknisi Pest Control.. 64
5.2.2 Gambaran Umur Petugas Teknisi Pest Control 65
5.2.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Petugas Teknisi Pest Control.. 66
5.2.4 Gambaran Pengetahuan Petugas Teknisi Pest Control. 67
5.2.5 Gambaran Status Gizi Petugas Teknisi Pest Control 67
5.2.6 Gambaran Tata Cara Pencampuran Pestisida Petugas Teknisi
Pest Control.. 68
5.2.7 Gambaran Frekuensi Penyemprotan Pestisida Petugas Teknisi
Pest Control.. 69
5.2.8 Gambaran Jumlah Jenis Pestisida Petugas Teknisi Pest Control. 70
5.2.9 Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Petugas Teknisi
Pest Control.. 72
5.3 Analisis Bivariat... 73
5.3.1 Tes Normalitas Data.. 73
5.3.2 Gambaran Variabel Umur Dengan Tingkat Keracunan.... 74
5.3.3 Gambaran Variabel Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Keracunan 75
5.3.4 Gambaran Variabel Pengetahuan Dengan Tingkat Keracunan.. 76
5.3.5 Gambaran Variabel Status Gizi Dengan Tingkat Keracunan. 77
5.3.6 Gambaran Variabel Tata Cara Pencampuran Pestisida Dengan
Tingkat Keracunan 78
5.3.7 Gambaran Variabel Frekuensi Penyemprotan Dengan
Tingkat Keracunan. 79
5.3.8 Gambaran Variabel Jumlah Jenis Pestisida Dengan
Tingkat Keracunan 80
5.3.9 Gambaran Variabel Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dengan Tingkat Keracunan 81
BAB VI PEMBAHASAN. 83
6.1 Keterbatasan Penelitian.... 83
6.2 Tingkat Keracunan Pada Petugas Teknisi Pest Control.. 83
6.3 Hubungan Faktor Dari Dalam Tubuh Dengan Tingkat Keracunan. 86
6.3.1 Umur. 86
xii!
!
!
!
6.3.2 Tingkat Pendidikan 87
6.3.3 Pengetahuan... 88
6.3.4 Status Gizi. 89
6.4 Hubungan Faktor Dari Luar Tubuh Dengan Tingkat Keracunan.. 91
6.4.1 Tata Cara Pencampuran Pestisida.. 91
6.4.2 Frekuensi Penyemprotan 92
6.4.3 Jumlah Jenis Pestisida... 93
6.4.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri... 95
6.5 Pelatihan Pengamanan Penggunaan Pestisida... 97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN.... 99
7.1 KESIMPULAN. 99
7.2 SARAN. 100
xiii!
!
!
!
DAFTAR TABEL
4.1 Jumlah Petugas Teknisi Pest Control di Perusahaan Pest Control Tahun 52
2014
5.1 Distribusi Kadar Kolinesterase Teknisi Pest Control di Jakarta Tahun 2014 65
5.2 Gambaran Umur Petugas Teknisi Pest Control di Jakarta Tahun 2014 66
5.5 Gambaran Status Gizi Pada Petugas Teknisi Pest Control di Jakarta 68
Tahun 2014
5.6 Gambaran Tata Cara Pencampuran Pestisida Pada Petugas Teknisi Pest 69
Control di Jakarta Tahun 2014
5.8 Gambaran Jumlah Jenis Pestisida Pada Petugas Teknisi Pest Control di 71
Jakarta Tahun 2014
5.9 Jenis Pestisida yang Digunakan Oleh Petugas Pest Control di Jakarta Tahun 72
2014
5.10 Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Petugas Teknisi 73
Pest Control di Jakarta Tahun 2014
xiv!
!
!
!
5.11 Uji Normalitas Data 74
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
xv!
!
!
!
DAFTAR GAMBAR
xvi!
!
!
!
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
xvii!
!
!
!
BAB I
PENDAHULUAN
yang dianggap sebagai hama secara langsung maupun tidak langsung yang
Terdapat lebih dari 200 formulasi pestisida di Indonesia yang terdaftar dan
! 1!
pestisida dan sekitar 5.000-10.000 mengalami dampak kesehatan seperti
nyamuk, lalat, kecoa, dan vektor penyakit lainnya. Selain itu juga pestisida
Bahaya keracunan yang diakibatkan oleh pestisida dapat bersifat akut atau
paparan tinggi dapat terjadi pada pekerja yang menangani pestisida, seperti
! 2!
Keracunan kronik dengan paparan rendah dapat disebabkan oleh adanya
sisa badan air, atau pemaparan secara tidak langsung dalam aplikasi pestisida
terjadi secara akut maupun kronik akibat kontaminasi melalui 3 jalur, yaitu
(ingestion).
(Kusnoputranto, 1996).
pemakai pestisida tersebut. Cara ini selain menjadi petunjuk awal yang
! 3!
fosfor sehingga menyebabkan enzim tersebut tidak berfungsi lagi yang
masing teknisi pest control tersebut, hal ini dilakukan sebagai upaya
dapat terpapar melalui kulit, saluran pernapasan, mata, dll. Tingkat keracunan
pestisida pada setiap orang berbeda-beda, karena sifat racunnya ini pestisida
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar zat kimia beracun yang
pestisida itu sendiri dalam mengatasi serangan hama. Petugas teknisi juga
pelindung diri berupa masker, kacamata, sarung tangan, dan pelindung kaki
(Anies, 2005).
sudah keracunan oleh pestisida karena gejala penyakit yang ditimbulkan tidak
spesifik dan bahkan menyerupai gejala pada penyakit lainnya seperti, pusing,
mual dan lemah sehingga oleh mereka dianggap sebagai suatu gejala penyakit
terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan resiko kanker,
! 4!
kerusakan syaraf (Parkinson), gangguan perkembangan, gangguan
yang bersifat karsinogenik (kanker) jika seseorang telah terpapar oleh racun
DKI Jakarta oleh Balai Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta selama tahun
1999-2000 adalah sebagai berikut : tahun 1999 terdapat 100 orang (8,2%)
yang kadar kolinesterase dibawah normal dari 1213 orang yang diperiksa, dan
pada tahun 2000, ada 57 orang (5,7%) dari 1001 orang yang diperiksa, yang
! 5!
Bekasi tahun 2005-2007 dari 200 orang petani yang dilakukan pemeriksaan
dan penggunaan alat pelindung diri (APD) didapatkan hasil 195 orang
Hal ini lah yang membuat pemeriksaan pada teknisi pest control harus
atau tidak. Sampai saat ini belum ada data yang didapatkan tentang keracunan
pendidikan, status gizi, pengetahuan dan sikap, serta faktor dari luar tubuh
keracunan pestisida dalam darah petugas pest control belum pernah ada.
yang digunakan dalam kegiatan pest control merupakan jenis pestisida yang
digunakan dengan dosis yang tepat serta keahlian bagi setiap petugas
! 6!
pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan, sehingga memungkinkan
teknisi pest control. Dampak yang akan terjadi apabila terpapar pestisida
secara terus-menerus dan tanpa menggunakan alat pelindung diri yang benar
! 7!
1.4. TUJUAN PENELITIAN
! 8!
1.5. MANFAAT PENELITIAN
masyarakat.
Populasi penelitian ini adalah teknisi perusahaan pest control. Data penelitian
diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan data primer. Data
! 9!
BAB I
PENDAHULUAN
yang dianggap sebagai hama secara langsung maupun tidak langsung yang
Terdapat lebih dari 200 formulasi pestisida di Indonesia yang terdaftar dan
! 1!
pestisida dan sekitar 5.000-10.000 mengalami dampak kesehatan seperti
nyamuk, lalat, kecoa, dan vektor penyakit lainnya. Selain itu juga pestisida
Bahaya keracunan yang diakibatkan oleh pestisida dapat bersifat akut atau
paparan tinggi dapat terjadi pada pekerja yang menangani pestisida, seperti
! 2!
Keracunan kronik dengan paparan rendah dapat disebabkan oleh adanya
sisa badan air, atau pemaparan secara tidak langsung dalam aplikasi pestisida
terjadi secara akut maupun kronik akibat kontaminasi melalui 3 jalur, yaitu
(ingestion).
(Kusnoputranto, 1996).
pemakai pestisida tersebut. Cara ini selain menjadi petunjuk awal yang
! 3!
fosfor sehingga menyebabkan enzim tersebut tidak berfungsi lagi yang
masing teknisi pest control tersebut, hal ini dilakukan sebagai upaya
dapat terpapar melalui kulit, saluran pernapasan, mata, dll. Tingkat keracunan
pestisida pada setiap orang berbeda-beda, karena sifat racunnya ini pestisida
mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar zat kimia beracun yang
pestisida itu sendiri dalam mengatasi serangan hama. Petugas teknisi juga
pelindung diri berupa masker, kacamata, sarung tangan, dan pelindung kaki
(Anies, 2005).
sudah keracunan oleh pestisida karena gejala penyakit yang ditimbulkan tidak
spesifik dan bahkan menyerupai gejala pada penyakit lainnya seperti, pusing,
mual dan lemah sehingga oleh mereka dianggap sebagai suatu gejala penyakit
terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan resiko kanker,
! 4!
kerusakan syaraf (Parkinson), gangguan perkembangan, gangguan
yang bersifat karsinogenik (kanker) jika seseorang telah terpapar oleh racun
DKI Jakarta oleh Balai Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta selama tahun
1999-2000 adalah sebagai berikut : tahun 1999 terdapat 100 orang (8,2%)
yang kadar kolinesterase dibawah normal dari 1213 orang yang diperiksa, dan
pada tahun 2000, ada 57 orang (5,7%) dari 1001 orang yang diperiksa, yang
! 5!
Bekasi tahun 2005-2007 dari 200 orang petani yang dilakukan pemeriksaan
dan penggunaan alat pelindung diri (APD) didapatkan hasil 195 orang
Hal ini lah yang membuat pemeriksaan pada teknisi pest control harus
atau tidak. Sampai saat ini belum ada data yang didapatkan tentang keracunan
pendidikan, status gizi, pengetahuan dan sikap, serta faktor dari luar tubuh
keracunan pestisida dalam darah petugas pest control belum pernah ada.
yang digunakan dalam kegiatan pest control merupakan jenis pestisida yang
digunakan dengan dosis yang tepat serta keahlian bagi setiap petugas
! 6!
pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan, sehingga memungkinkan
teknisi pest control. Dampak yang akan terjadi apabila terpapar pestisida
secara terus-menerus dan tanpa menggunakan alat pelindung diri yang benar
! 7!
1.4. TUJUAN PENELITIAN
! 8!
1.5. MANFAAT PENELITIAN
masyarakat.
Populasi penelitian ini adalah teknisi perusahaan pest control. Data penelitian
diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan data primer. Data
! 9!
primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait variabel yang mempengaruhi
Tahun 2014. Data sekunder diperoleh dari program pelatihan petugas teknisi
! 10!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk :
! 11!
d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
Pestisida adalah :
! 12!
a. Insektisida berfungsi untuk membunuh atau
mengendalikan serangga.
(tumbuhan pengganggu).
pengerat.
kutu.
bakteri.
hewan sasarannya.
! 13!
b. Racun perut adalah racun yang membunuh
tersebut.
a. Golongan Organoklorin
! 14!
pertama kali disintetiskan adalah DDT (Dichloro
b. Golongan Organofosfat
(Wudianto, 2008)
c. Golongan Karbamat
! 15!
keracunan organofosfat, tetapi lebih cepat terjadi dan
d. Golongan Piretroid
berikut :
! 16!
a. Mempengaruhi kerja enzim atau hormon
terhadap tubuh.
! 17!
A. Toksikokinetik
Pestisida yang kontak dengan kulit akan diabsorbsi oleh kulit dan
paru-paru dan organ vital lainnya seperti otak dan otot (Rustia,
2. Distribusi
! 18!
berbentuk gas atau yang akan membentuk gas, misalnya
salah ambil.
B. Toksikodinamik
! 19!
parasimpatik), dan sistem saraf somatik. Asetilkolin bekerja pada
agen kimia atau Chemical agent, manusia sebagai host dan faktor lingkungan
yang mendukung. Agen kimia yang dihasilkan dari aktivitas manusia dapat
! 20!
Menurut Achmadi (2011) ada dua faktor yang mempengaruhi keracunan
1. Umur
Suhenda, 2007).
2. Jenis Kelamin
! 21!
menggunakan pestisida karena pada saat wanita mengalami
2009).
3. Tingkat Pendidikan
4. Status Gizi
! 22!
5. Pengetahuan
angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek
(Notoatmojo, 2007).
6. Sikap
! 23!
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu
objek.
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
resikonya.
! 24!
dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan
(Afriyanto, 2008).
! 25!
3. Arah Semprot Terhadap Arah Angin
4. Frekuensi Penyemprotan
menggunakan pestisida.
! 26!
tempat kerja yang mengelola pestsida, pada pasal 2 ayat 2
pemaparan pestisida.
! 27!
B. Respirator berguna untuk melindungi pernapasan dari debu,
kabut, uap logam, asap, dan gas. Alat ini dapat dibedakan
atas :
dan kabut.
tangan yang terbuat dari bahan kedap air serta tidak bereaksi
! 28!
6. Alat pelindung kaki, biasanya sepatu yang digunakan berupa
sepatu yang terbuat dari bahan kedap air, tahan asam, basa atau
dibawah lutut.
! 29!
b. Setiap perlengkapan alat pelindung diri yang akan digunakan
tersebut.
2.3. Kolinesterase
suatu bentuk enzim dari katalis biologi didalam jaringan tubuh yang
yang terdapat pada ujung syaraf dan otot yang berfungsi meneruskan
sel darah merah (ILO, 1975). Kolinesterase dalam sel darah merah
! 30!
merupakan enzim yang ditemukan dalam system syaraf, sedangkan
2007).
! 31!
(perindukan), tempat transit atau istirahat, serta tempat mencari
adalah:
1. Penyemprotan (spraying)
! 32!
2. Pengembunan (misting)
3. Pengasapan (fogging)
4. Pengumpanan (baiting)
! 33!
6. Penggasan (fumigation)
tumbuhan.
tidak tepat dapat merusak lingkungan sekitar akibat dari residu bahan
masyarakat.
! 34!
kimia (Komisi Pestisida, 1998). Berikut beberapa kandungan bahan
aktif atau zat kimia yang biasa digunakan dalam kegiatan pest control:
penggunaan insektisida.
segera.
! 35!
5. Allethrin berfungsi sebagai pengasapan yang dilakukan
DBD.
1. Memilih Pestisida
! 36!
penyemprot, bila menggunakan alat penyemprot pestisida
! 37!
pemaparan pestisida terhadap tubuhnya, orang lain, dan
! 38!
8. Hindarkan pestisida terhirup melalui pernapasan atau
terkena pestisida.
melakukan penyemprotan.
digunakan.
sungai.
! 39!
seperti bekas botol plastik air minum dan wadah lainnya
mungkin.
3. Bila racun kontak dengan kulit, cuci dengan sabun dan air
selama 15 menit.
! 40!
2.5.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
dampak serius tidak terjadi segera dan masih ada waktu untuk
menolong korban.
! 41!
2.6. Kerangka Teori
(2010) dan Pratama (2008), faktor resiko dikelompokan menjadi dua yaitu
faktor dari dalam tubuh (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status gizi,
pengetahuan, sikap) dan faktor dari luar tubuh (tata cara pencampuran
jenis pestisida yang digunakan dan penggunaan alat pelindung diri/ APD).
oleh faktor dari dalam tubuh dan faktor dari luar tubuh petugas teknisi pest
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
! 42!
Gambar 2.1. Kerangka Teori
!
!
!
!
Faktor Dalam Tubuh : !
!
! Umur !
! Jenis Kelamin !
! Tingkat Pendidikan !
! Status Gizi !
! Pengetahuan !
! Sikap !
!
! Tingkat Keracunan
! Pestisida
!
! 1. Normal
Faktor Luar Tubuh : ! 2. Tidak Normal
!
! Tata Cara !
Pemakaian !
Pestisida !
!
! Cara Penyimpanan
!
Pestisida !
! Arah Semprot !
Terhadap Arah !
Angin !
! Frekuensi !
Penyemprotan !
!
! Jenis Pestisida
!
yang digunakan
!
! Alat Pelindung!Diri! !
!
!
!
!
Sumber : Achmadi, 2011, Notoadmojo, 2010, dan Pratama, 2008
! 43!
BAB III
3.1.Kerangka Konsep
kedalam dua faktor yaitu faktor dalam tubuh dan faktor luar tubuh. Faktor
dalam tubuh antara lain yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status
gizi, pengetahuan dan sikap. Sedangkan faktor luar tubuh yaitu tata cara
variabel yang terdapat pada kerangka teori. Peneliti hanya memilih beberapa
kelamin petugas pest control adalah laki-laki sehingga data bersifat homogen
arah semprot terhadap arah angin tidak dteliti karena peneliti hanya meneliti
satu kali dan hasilnya bisa menjadi bias. Variabel cara penyimpanan dan
! 44!
penggunaan pestisida mulai dari pembelian hingga siap digunakan tidak
petugas teknisi pest control. Adapun kerangka konsep yang digunakan oleh
Variabel Independen !
!
1. Umur !
!
2. Tingkat Pendidikan !
!
3. Pengetahuan !
! Variabel Dependen
4. Status Gizi !
! Tingkat Keracunan Pestisida
5. Tata Cara !
! 1. Normal
Pencampuran !
! 2. Tidak normal
6. Frekuensi !
!
Penyemprotan !
!
7. Jumlah Jenis !
!
Pestisida !
!
8. Penggunaan Alat !
!
Pelindung Diri !
!
! 45!
Penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel independen (umur,
! 46!
3.2.Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1. Tingkat Keracunan Masuknya pestisida ke Spektrofotometer Pemeriksaan Kholinesterase Pada Pria: Rasio
Pestisida dalam tubuh manusia kolinesterase 1. Normal (4600
baik melalui kulit, menggunakan 11500 U/l)
pernapasan maupun serum darah 2. Tidak normal ( <
mulut yang diketahui 4600 U/ l)
dengan pemeriksaan (PDS PatKlin 2009)
aktifitas enzim
kolinesterase teknisi pest
control
Variabel Independen
2. Umur Rentang waktu usia Kuesioner Wawancara Tahun Rasio
responden yang dihitung
dari lahir sampai
pengambilan data
3. Tingkat Pendidikan Jenis pendidikan yang Kuesioner Wawancara 1. Rendah (Tidak Ordinal
tidak formal maupun sekolah/ Tidak
formal yang telah tamat SD/
diselesaikan oleh SD/SMP)
responden 2. Tinggi (SMA/
Perguruan
Tinggi)
(Rusimah, 2011)
! 47!
4. Pengetahuan Sesuatu yang dipahami Kuesioner Wawancara 1. Pengetahuan Ordinal
oleh responden yang buruk (skor <
berhubungan dengan median)
pestisida, aplikasi dan 2. Pengetahuan baik
pencegahannya (skor median)
5. Status Gizi Gambaran keadaan gizi Meteran dan Pengukuran 1. Kurus ( IMT< 18) Ordinal
responden yang dinilai timbangan berat 2. Normal ( IMT>
dengan perhitungan berat badan 18)
badan (kg) dibagi tinggi (Depkes, 2003
badan (m2)
6. Tata Cara Kegiatan yang dilakukan Kuesioner Wawancara 1. Buruk (skor < Ordinal
Pencampuran responden mulai dari mean)
penentuan dosis bahan 2. Baik (skor
aktif yang akan mean)
diformulasikan hingga
pelaksanaan aplikasi
8. Frekuensi Banyaknya Kuesioner wawancara 1. Setiap 1 bulan Ordinal
Penyemprotan penyemprotan yang 2. Setiap 2 minggu
dilakukan responden 3. 1-2 kali per
dalam satu minggu minggu
4. 3-4 kali per
minggu
5. setiap hari
! 48!
9. Jumlah Jenis Pestisida Jumlah Jenis pestisida Kuesioner Wawancara 1. Jumlah Jenis Ortdinal
yang digunakan pada Pestisida > 2
saat penyemprotan 2. Jumlah Jenis
Pestisida 2
(Batasan 2 jenis
pestisida = nilai
median)
10. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri dan Kuesioner Wawancara 1. Tidak seusai `Ordinal
pakaian kerja yang (skor < median)
digunakan teknisi pada 2. Sesuai (skor
saat aplikasi pestisida median)
(Batasan skor dari
nilai median)
! 49!
3.3. Hipotesis
4. Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat keracunan pestisida pada
2014.
8. Ada hubungan antara penggunaan alat pelidung diri (APD) dengan tingkat
2014.
! 50!
BAB IV
METODE PENELITIAN
perusahaan pest control. Dari 5 perusahaan pest control yang diajukan izin
Pamor Mas dan CV. Rikat Utama Neoten. Sehingga didapatkan data
teknisi pest control berjumlah 42 orang yang berasal dari PT. Maju Pamor
! 51!
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Jumlah 42
Sumber : Data teknisi pest control PT. Maju Pamor Mas dan CV. Rikat
Utama Neoten Tahun 2014
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti (Arikunto,
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
! 52!
control pada tahun 2014. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 42
orang.
1. Kriteria inklusi
adalah :
terakhir
2. Kriteria eksklusi
! 53!
2. Pengambilan sampel darah dari masing-masing petugas
teknisi pest control pada PT. Maju Pamor mas dan CV.
terkait lainnya.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, sebagai persyaratan dan izin
! 54!
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas
kevalidan dan reliabilitas alat ukur tersebut. Uji validitas berguna untuk
a. Uji validitas
valid bila R hitung > R tabel, nilai R tabel pada penelitian ini adalah
! 55!
Tabel 4.2. Uji Validitas
b. Uji Reliabilitas
maka dapat disimpulkan bahwa nilai pada cronbachs alpha (0,988) >
1) Spektrofotometer
! 56!
Bekasi.Prinsip pengujiannya menggunakan serum yang sudah terpisah
selama 10 menit.
kedalam kuvet.
! 57!
Berikut foto alat sentrifuge dan spektrofotometer yang digunakan :
2) Kuesioner
pestisida.
3) Meteran
4) Timbangan badan
! 58!
4.8. Manajemen Data
(IMT 18 ).
! 59!
2. Menyunting data (data editing)
memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga data tersebut
1. Analisis Univariat
! 60!
berguna.Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan
2. Analisis Bivariat
pestisida.
kemaknaan 5%. Jika P value 0,05 maka ada hubungan yang bermakna
value 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
!
!
! 61!
BAB V
HASIL PENELITIAN
PT. Maju Pamor Mas dan CV. Rikat Utama Neoten merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang jasa serta memiliki teknisi pest control
yang merupakan tenaga profesional yang telah terlatih dan memiliki berbagai
ruang dan waktu. PT. Maju Pamor Mas dalam melakukan kegiatan
sebagai bagain dari usaha untuk menciptakan kodisi bekerja yang selamat dan
PT. Maju Pamor Mas dan CV. Rikat Utama Neoten telah mendapatkan
! 62!
Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (IPPHAMI).Teknisi pada
perusahaan ini merupakan tenaga profesional yang telah terlatih dan memiliki
bangunan.
! 63!
program pengendalian tikus, Rodent proofing, dan program
sanitasi.
pengumpanan (Baiting).
5.2. AnalisisUnivariat
! 64!
Batasan skor tingkat keracunan pestisida didapatkan dari nilai
2009).
96,9%.
Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini
! 65!
Tabel 5.2. Gambaran Umur Petugas Teknisi Pest Control
di Jakarta Tahun 2014
petugas teknisi pest control adalah 38,50 tahun, dengan standar deviasi
10,72 tahun, petugas teknisi pest control dengan umur tertinggi adalah
52 tahun.
pendidikan pada petugas teknisi pest control yang dapat dilihat pada
! 66!
5.2.4. Gambaran Pengetahuan Pada Petugas Teknisi Pest Control
pengetahuan petugas teknisi pest control yaitu 30. Dapat dilihat pada
(IMT) petugas teknisi pest control adalah 21,86, dengan standar deviasi
3,68. Status gizi petugas terendah yaitu 16,14 dan tertinggi yaitu 30,11.
! 67!
Status gizi (IMT) dikelompokan dari numerik menjadi kategorik
menjadi kurus dengan IMT < 18 dan normal dengan IMT 18 (Depkes,
2003).
Tubuh) petugas teknisi pest control, dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut
ini :
Persentase
No. Status Gizi Frekuensi
(%)
1 Kurus (IMT < 18) 5 15,6 %
2 Normal (IMT 18) 27 84,4 %
Jumlah 32 100 %
5.2.6. Gambaran Tata Cara Pencampuran Pestisida Pada Petugas Teknisi Pest
Control
petugas teknisi pest control baik dan buruk di perusahaan pest control
di Jakarta Tahun 2014. Hasil uji statistik terhadap variabel tata cara
! 68!
deviasi 1,67. Nilai terendah dari tata cara pencampuran pestisida yaitu
Dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini tentang distribusi tata cara
nilai sikap buruk apabila skornya < 7 dan nilai sikap baik apabila
skornya 7.
Pest Control
! 69!
rata-rata penyemprotan pestisida yaitu 4,25, dengan standar deviasi
1 bulan sekali dan yang paling tinggi yaitu dilakukan setiap hari.
Berdasarkan data pada tabel 5.7, dapat dilihat petugas yang paling
5.2.8. Gambaran Jumlah Jenis Pestisida Pada Petugas Teknisi Pest Control
! 70!
Penggunaan jumlah jenis pestisida terendah yaitu sebesar 1 dan
Berikut dapat dilihat pada tabel 5.8 tentang distribusi jumlah jenis
penilaian lebih dari 2 jenis dan kurang dari 2 jenis, pembagian banyak
! 71!
Tabel 5.9. Jenis Pestisida yang Digunakan Oleh
Petugas Pest ControlDi Jakarta Tahun 2014
5.2.9. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petugas Teknisi Pest
Control
cara penilaian tidak sesuai dengan skor kurang dari 13 dan esuai dengan
skor lebih besar sama dengan 13. Berikut dapat dijelaskan pada tabel
! 72!
Tabel 5.10. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pada Petugas Teknisi Pest Control di Jakarta Tahun 2014
Persentase
No. Alat Pelindung Diri Frekuensi
(%)
1 Tidak sesuai (skor < 13) 17 53,1 %
2 Sesuai (Skor 13) 15 46,9 %
Jumlah 32 100 %
pada petugas teknisi pest control dengan skor rata-rata dari 8 jenis alat
pelindung diri (APD) adalah 12,5. Nilai terendah dari skor penggunaan
alat pelindung diri ini adalah 1 dan nilai tertingginya adalah 18.
tes normalitas data untuk mengetahui apakah data dari variabel yang di
! 73!
Tabel 5.11. Uji Normalitas Data
Shapiro - Wilk
1 Kolinesterase 0,756
2 Umur 0,031
kolinesterase.
Kadar Kolinesterase =
Umur 0,371 0,138 0.036
6340,80 + 47,40 umur
! 74!
artinya semakin bertambah umur maka semakin rendah kadar
Pestisida
tingkat keracunan pestisida dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut ini.
teknisi pest control dengan tingkat pendidikan rendah yaitu 7435,45 U/l
! 75!
dengan standar deviasi 1474,36. Petugas pest control dengan tingkat
pestisida.
Rata-Rata Standar
Pengetahuan Jumlah Pvalue
Kolinesterase Deviasi
Buruk 14 8447,93 1293,57
0,119
Baik 18 7685,28 1363,81
! 76!
pengetahuan buruk, rata-rata kolinesterasenya adalah 7685,28 dengan
Rata-Rata Standar
Status Gizi Jumlah Pvalue
Kolinesterase Deviasi
Kurus 5 7777 2025,88
0,674
Normal 27 8063,74 1258,66
teknisi pest control dengan status gizi kurus yaitu 7777 U/l dengan
standar deviasi 2025,88. Petugas pest control dengan status gizi normal,
1258,66.
! 77!
Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)
Keracunan Pestisida
dengan tingkat keracunan pestisida dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut
ini :
teknisi pest control dengan tata cara pencampuran buruk yaitu 7695,20
U/l dengan standar deviasi 1179,18. Petugas pest control dengan status
! 78!
Dari hasil uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (Pvalue)
keracunan pestisida.
Pestisida
! 79!
rata-rata kadar kolinesterase 9070 U/l, setiap 1-2 kali per minggu
memiliki rata-rata kadar kolinesterase 7871,33 U/l, setiap 3-4 kali per
8019,41 U/l.
keracunan pestisida.
Pestisida
! 80!
Diketahui rata-rata kolinesterase petugas teknisi pest control
dengan jumlah jenis pestisida kurang dari 2 jenis yaitu 8046,70 U/l
pestisida.
Keracunan Pestisida
! 81!
Diketahui rata-rata kolinesterase petugas teknisi pest control
dengan alat pelindung diri yang tidak sesuai yaitu 7548,24 U/l dengan
! 82!
BAB VI
PEMBAHASAN
kelamin tidak diteliti karena seluruh petugas pest control berjenis kelamin
angin tidak diteliti karena setiap saat arah mata angin selalu berubah.
inform consent.
control di Jakarta tahun 2014, dari 32 petugas diketahui ada 31 orang yang
! 83!
mempunyai kadar kolinesterase normal (4600 11500 U/l) dengan
Tingkat keracunan yang rendah pada petugas teknisi pest control bisa
saja terjadi karena pada saat pengambilan darah, teknisi tidak dalam masa
berkurang.
Hal ini juga diperjelas oleh Wardiani (1997) dalam Prabowo (2002), kadar
kadar asetil kolinesterase akan kembali seperti semula hanya dalam waktu
! 84!
Pestisida golongan organofosfat dapat menurunkan kadar
kolinesterase dalam serum darah dan eritrosit sampai 50%, kira-kira 25%
waktu 7-10 hari dan kembali pulih dalam waktu 4 minggu. Sedangkan
pengukuran berupa data sebelum terpapar pestisida sebagai data dasar dan
menggunakan sampel darah pada saat petugas pest control tidak terpapar
yang terbaca digunakan dalam deteksi secara dini efek akut keracunan
dalam sel darah merah digunakan untuk mengevaluasi efek dalam tubuh
! 85!
waktu yang sangat lama yang menyangkut efek pada syaraf seseorang,
6.3.1. Umur
statistik uji korelasi dan regresi linear, terdapat hubungan yang bermakna
antara teknisi pest control yang bervariasi antara usia 18-52 tahun dengan
antara kadar kolinesterase dan umur untuk jenis kelamin laki-laki, dimana
rendah.
usia responden yang lebih tua terlebih jika dipengaruhi oleh paparan atau
! 86!
kadarkolinesterase alami terjadi dibawah usia 10 tahun baik pada laki-laki
maupun pada perempuan tetapi pada usia 30-40 tahun penurunan kadar
perempuan.
(2012) dan Ruhendi (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
dalam darah.
yang dapat dilihat pada tabel 5.13, petugas dengan pendidikan rendah
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tugiyo
! 87!
mengatakan bahwa resiko petani yang menggunakan pestisida dengan
berpendidikan tinggi.
6.3.3. Pengetahuan
! 88!
dengan pengetahuan baik sebesar 56,3 % ini secara deskriptif dapat
Hasil analisis status gizi responden pada tabel 5.15, setelah diuji
didapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi
dengan tingkat keracunan pestisida. Hal ini sejalan dengan hasil analisis
univariat status gizi pada tabel 5.5 dari total 32 responden, didapatkan 5
responden dengan status gizi kurus (IMT < 18) sebesar 15,6% dan dari 27
menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi petugas
! 89!
dengan kejadian keracunan pestisida, baik pada petugas yang terpapar
resiko yang lebih besar daripada responden yang mempunyai IMT sama
rentan memiliki kadar kolinesterase yang rendah akibat racun yang masuk
gizi kurus (IMT < 18), sehingga dapat dikatakan mempunyai resiko
! 90!
Indikator status gizi tersebut berkaitan dengan keracunan yang terjadi,
dimana bila kondisi tubuh lemah atau IMT < 18 memudahkan keracunan
ketetapan ke empat ayat (a) dan (b) Keputusan Dirjen PPMPLP No. 31-
menggunakan uji t independen, pada tabel 5.16 didapatkan hasil tidak ada
keracunan pestisida. Pada bahasan ini tidak ditemukan batasan tata cara
cara pencampuran yang baik atau buruk didapatkan dari nilai rata-rata.
Hal ini sama dengan persentase yang didapatkan pada tabel 5.6,
! 91!
Responden dengan tata cara pencampuran pestisida yang baik
sebanyak 22 orang, memiliki resiko yang lebih kecil dalam hal terpajan
lebih besar dari pada yang berperilaku buruk, serta pengetahuan, sikap dan
Tetapi hal ini tidak sejalan dengan Suhenda (2007), dimana hasil uji
dalam darah.
! 92!
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian menurut Prabowo
untuk menjaga efek yang tidak diinginkan, maka dianjurkan supaya tidak
pestisida.
control.
Hal ini sesuai dengan persentase yang didapatkan pada tabel 5.8,
! 93!
orang dengan persentase 6,2% dan penggunaan jumlah jenis pestisida
Sehingga memiliki resiko paparan atau pajanan pestisida yang lebih kecil
syaraf serangga antara sel syaraf dengan sel-sel lain termasuk otot. Pada
! 94!
tetapi di alam mudah terurai oleh sinar ultraviolet.Piretrum mempunyai
toksisitas yang rendah pada manusia tetapi dapat menimbulkan alergi pada
pelindung diri pada saat penyemprotan dengan tingkat keracunan. Hasil ini
sesusai persentase pada tabel 5.10, teknisi pest control dengan skor tidak
pest control yang memiliki skor sesuai dalam penggunaan alat pelindung
adalah melalui kulit dan tangan. Suroso (2002) menyatakan bahwa ada
petugas pest control yang menggunakan alat pelindung diri secara lengkap
dengan yang tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
! 95!
lengan panjang dan celana panjang (lebih tertutup) mendapatkan efek yang
melalui kulit dan pernapasan juga melalui mulut atau saluran cerna dimana
pelindung muka dan masker. Pasal 5 ayat (1) dan (3) menyatakan bahwa
! 96!
pernapasan (masker), pelindung badan (apron/ baju overall), pelindung
oleh perusahaan maupun oleh dinas kesehatan DKI Jakarta dalam 2 tahun
kali atau lebih pelatihan dalam 2 tahun terakhir yang dilakukan oleh
rutin.
! 97!
yang paling besar dengan penurunan aktifitas kolinesterase akibat paparan
merupakan penyakit endemik yang selalu ada sepanjang tahun dan dapat
yang dapat dilakukan oleh individu (per rumah) atau instansi (perkantoran,
cepat, namun perlu diingat pula bahwa penggunaan pestisida secara terus
kematian.
! 98!
BAB VII
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
1. Kadar kholinesterase yang tidak normal dengan batasan nilai < 4600 U/l
2 jenis sebanyak 30 orang (93,8%) dan pemakaian alat pelindung diri yang
petugas teknisi pest control, tetapi pada variabel lainnya didapatkan tidak
! 99!
ada hubungan dengan kadar kolinesterase pada petugas teknisi Perusahaan
7.2. Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan, dapat dibuatkan saran sebagai berikut :
IPPHAMI.
! 100!
b. Memastikan adanya data sekunder yang spesifik menjelaskan
! 101!
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Jakarta.
Diponegoro Semarang.
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertam. PT. Elex Media
Komputindo: Jakarta.
! 102!
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rinekas Cipta:
Jakarta.
Liberty.
3.
http://bankdata.depkse.go.id/profil/indo1997/annex/liic62htm.
! 103!
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 1999. Laporan Hasil Pemeriksaan Darah (aktivitas
Pustaka.
Faziah, Endah Gina. 2002. Pengaruh penggunaan alat pelindung diri dengan
Indonesia
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian dan Tehnik Analisa Data.
Salemba: Surabaya.
SafetyGeneva : ILO.
! 104!
IPCS. Environmental Health Criteria 63: Organophosphorus Insecticides: A
IPPHAMI. Daftar Perusahaan Pest Conrol yang Mendapar Ijin DKK DKI
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Buku%20PEDOMAN%20PENG
GUNAAN%20INSEKTISIDA.pdf
Jakarta.
! 105!
Munaf, Sjamsuir.1997. Keracunan Akut Pestisida: Teknik Diagnosis, Pertolongan
May : 11-16.
Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi : Pedoman Skripsi, Tesis, dan
Republik Indonesia.
! 106!
Prabowo, Kuat. 2002. Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Pekerjaan
Indonesia.
! 107!
Sayuran Penyemprot Pestisida (Kelurahan Campang, Kecamatan Gisting,
Bandung.
Universitas Indonesia.
! 108!
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Pada Petani Sayur di Kota Jambi Tahun 2002. Tesis. Fakultas Kesehatan
Indonesia.
Indonesia.
Indonesia.
! 109!
WHO. 1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja (Early Detection of
Occupational Disease). Alih Bahasa: dr. Joko Suyono, Editor: dr. Caroline
Penebar Swadaya
Pada Petani di Desa Srimahi Tambun Utara, Bekasi Tahun 2011. Skripsi.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22988/4/Chapter%20II.pdf
http://psp.deptan.go.id/assets/file/PESTISIDA%20TERDAFTAR%20DAN%20D
! 110!
!
!
!
!
!
KUESIONER PENELITIAN
TENTANG FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KERACUNAN PESTISIDA BERDASARKAN TOLERANSI TINGKAT
KOLINESTERASE PADA TEKNISI PERUSAHAAN PEST CONTROL DI
JAKARTA TAHUN 2014
Setelah mendapatkan informasi dan membaca penjelasan di atas, saya memahami tujuan
dan manfaat pemeriksaan ini, saya mengerti bahwa pemeriksaan akan menghargai dan
menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden dan saya menyadari bahwa
pengambilan sampel darah ini tidak akan berdampak negatif bagi saya dan institusi. Saya
menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam pemeriksaan kholinesterase ini sangat besar
manfaatnya bagi kesehatan saya sebagai petugas teknisi pest control.
Ttd
..
No. A. IDENTITAS RESPONDEN
1. :
Nomor Responden (diisi oleh peneliti)
2. :
Nama
3. :Tahun
umur
4. : Laki-laki/ Perempuan
Jenis Kelamin (Lingkari yang dipilih)
5. :
Hasil Pemeriksaan Cholinesterase
6. Pendidikan 1. Tidak Sekolah
2. SD, SMP
3. SMA / Sederajat
4. Diploma/ Sarjana atau sederajat
7. Frekuensi Penggunaan Pestisida 1. Setiap 1 bulan
2. Setiap 2 minggu
3. 1 2 x/minggu
4. 3 4 x/minggu
5. Setiap hari
No C. PENGGUNAAN PESTISIDA
1. Sebutkan merk pestisida yang digunakan 1. .
2. .
3. .
4. .
5. .
6. ..
2. Dalam satu kali penyemprotan, berapa jenis
pestisida yang digunakan ? :..Jenis Pestisida
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
UJI UNIVARIAT
1. Kolinesterase
Statistics
Kolinesterase_baru
N Valid 32
Missing 0
Mean 1.0313
Median 1.0000
Mode 1.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Kolinesterase_baru
2. Umur
Statistics
Umur
N Valid 32
Missing 0
Mean 35.41
Median 38.50
Mode 40
Minimum 18
Maximum 52
3. Tingkat Pendidikan
Statistics
Pendidikan_baru
N Valid 32
Missing 0
Mean 1.6563
Median 2.0000
Mode 2.00
Minimum 1.00
Maximum 2.00
Pendidikan_baru
4. Pengetahuan
Statistics
PENGETAHUAN
N Valid 32
Missing 0
Mean 26.44
Median 28.00
Mode 29
Minimum 12
Maximum 30
Pengetahuan_baru
5. Status Gizi
Gizi_baru
Statistics
FP
N Valid 32
Missing 0
Mean 4.25
Median 5.00
Mode 5
Minimum 1
Maximum 5
Sum 136
FP
Statistics
TATACARA
N Valid 32
Missing 0
Mean 7.16
Median 7.50
Mode 8
Minimum 4
Maximum 10
Tatacara_baru1
Statistics
JML_JENISPESTISIDA
N Valid 32
Missing 0
Mean 1.66
Median 1.50
Mode 1
Minimum 1
Maximum 6
Jumlahjenis_baru
Statistics
APD
N Valid 32
Missing 0
Mean 12.50
Median 13.00
Mode 16
Minimum 1
Maximum 18
APD_baru
Correlations
Umur Cholinesterase
*
Umur Pearson Correlation 1 .371
N 32 32
*
Cholinesterase Pearson Correlation .371 1
N 32 32
Model Summary
b
ANOVA
Total 5.795E7 31
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Cholinesterase
1-2 kali/ minggu 6 7871.33 1638.223 668.802 6152.12 9590.54 6369 10812
Cholinesterase
Total 5.795E7 31
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference
Group Statistics
95% Confidence
Interval of the
Difference