Anda di halaman 1dari 11

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA


TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
(Studi Kasus pada Dinas Kehutanan UPT KPH Bali Tengah
Kota Singaraja)

1
Komang Sri Endrayani,
1
I Made Pradana Adiputra, 2Nyoman Ari Surya Darmawan

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {komangsriendrayani@gmail.com, depradana@yahoo.co.id,


arysuryadharmawan@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan anggaran
berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Dinas
Kehutanan UPT KPH Bali Tengah. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive
sampling yang menjadi kriterianya adalah pegawai yang memiliki masa kerja minimal
satu tahun, serta yang semua melakukan aktivitas dalam anggaran berbasis kinerja dan
akuntabilitas kinerja.
Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 47 buah, dari kuesioner yang disebar
13 kuesioner gugur dan 34 kuesioner dapat diolah. Sebelum menggunakan analisis
regresi linier sederhana, terlebih dahulu melakukan uji kualitas data (uji validitas dan uji
reliabilitas) dan uji asumsi klasik (uji normalitas dan uji heteroskedastisitas) dengan
program SPSS 19,0.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Kata kunci: akuntabilitas kinerja, anggaran berbasis kinerja, Dinas Kehutanan.

Abstract
This present study was intended to identify the impact of the implementation of
the performance-based budget on the accountability of performance of the government
institution at the Department of Forestry, UPT KPH Central Bali. The sample was
determined using the purposive sampling technique. The criteria of the sample were that
the staff used as the sample had been working for at least one year, all the people who
did the estimate of performance-based budget and accountability of performance.
The number of questionnaire distributed totaled 47; however, 13 were invalid,
meaning that 34 could be processed. Before the simple linear regression analysis was
used, the quality of the data was tested using validity test and reliability test. In addition,
the classic assumption of the data was also tested using normality test and
heteroskedastisity test supported with SPSS 19.0 program.
The result of the study showed that the implementation of the performance-
based budget positively and significantly contributed to the accountability of performance
of the government institution.

Keywords: accountability of performance, performance-based budget, Department of


Forestry
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN dan meningkatkan akuntabilitas publik


Sekarang ini, dalam penggunaan (Bahri, 2012).
anggaran baik pemerintah pusat maupun Anggaran berbasis kinerja
pemerintah daerah seringkali tercermin (performance based budgeting)
dari kinerja organisasi sektor publik yang merupakan sistem penganggaran yang
tergambar tidak produktif, tidak efisien, berorientasi pada output organisasi dan
rendah kualitas, dan miskin kreativitas. berkaitan sangat erat dengan visi, misi,
Terbukti dari paparan informasi yang dan rencana strategis organisasi (Bastian,
terdapat pada harian (Bisnis Indonesia, 4 2006: 171). Diterapkannya anggaran
Mei 2006 dalam Bahri, 2012) yang berbasis kinerja pemerintah berharap
menyatakan kegemaran terhadap para anggaran digunakan secara optimal untuk
pejabat instansi pemerintah daerah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
maupun pusat yang sering melakukan mendukung peningkatan transparansi dan
pemborosan, yang berakibat negara akuntabilitas manajemen sektor publik.
terbebani oleh pembiayaan yang meliputi Anggaran pada instansi
tidak produktif, efektif, dan efisiensi kerja pemerintah selain berfungsi sebagai alat
yang mana tentu berdampak pada perencanaan dan alat pengendalian,
rendahnya kinerja dari organisasi sektor berfungsi pula sebagai instrumen
publik baik pusat atau daerah. Undang- akuntabilitas publik atas pengelolaan dana
undang Nomor 32 Tahun 2004 dan publik dan pelaksanaan program-program
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 yang dibiayai dengan uang publik sebagai
memberikan perubahan dalam alat akuntabilitas publik (Bahri, 2012).
pengelolaan keuangan daerah yang Sistem penganggaran di lingkup Dinas
mengakibatkan terjadinya reformasi dalam Kehutanan UPT KPH Bali Tengah sudah
manajemen keuangan daerah. Dengan disusun sesuai proses pengganggaran
adanya undang-undang tersebut, yang berbasis kinerja. Dengan
pemerintah diwajibkan untuk memenuhi diterapkannya anggaran berbasis kinerja
akuntabilitas yang mana memperhatikan diharapkan anggaran yang disusun oleh
beberapa hal, yaitu: anggaran, pemerintah dapat diwujudkan dengan baik
pengendalian akuntansi, dan sistem sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
pelaporan. ingin dicapai.
Penerapan anggaran berbasis Dengan kondisi jumlah anggaran
kinerja merupakan bentuk reformasi dan realisasinya menunjukkan bahwa
anggaran dalam memperbaiki proses antara rencana anggaran yang ditetapkan
penganggaran. Sebelum penerapan dengan realiasasi anggaran kegiatan
anggaran berbasis kinerja diatur dalam terdapat ketercapaian. Hal ini terlihat dari
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang adanya selisih tahun 2011 antara
kini menjadi Permendagri Nomor 59 anggaran dengan realisasi belanja dimana
Tahun 2007 tentang Pedoman total realisasi lebih rendah Rp
Pengelolaan Keuangan Daerah. Dampak 242.307.600,- dari total anggaran Rp
dari anggaran berbasis kinerja terhadap 254.218.750,- dan tahun 2012 total
akuntabilitas pemerintah terkait sebagai realisasi Rp 456.657.083,- dari total
fungsi pemberi pelayanan kepada anggaran Rp 488.169.000,-. Yang mana
masyarakat menjadikan lingkup anggaran dapat dikatakan bahwa anggaran yang
relevan dan penting di lingkungan ada dan digunakan Dinas Kehutanan UPT
pemerintah daerah. Melalui reformasi KPH Bali Tengah efisien yang realisasi
anggaran yang sudah dilakukan oleh fisik kegiatannya semua mencapai 100%.
pemerintah, tuntutan agar terwujudnya Dari penjelasan tersebut, bahwa
pemerintahan yang amanah dan didukung akuntabilitas yang ada di Dinas Kehutanan
oleh instansi pemerintahan yang efektif, UPT KPH Bali Tengah sudah dapat
efisien, profesional, dan akuntabel, serta dipertanggungjawabkan. Terlihat dari bukti
mampu memberikan pelayanan prima laporan kegiatan Dinas Kehutanan UPT
dalam proses penyusunan APBD KPH Bali Tengah Tahun 2011 dan Tahun
sehingga dapat menciptakan transparansi 2012. Dimana dana yang dialokasikan
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

untuk kegiatan tersebut bersumber dari mengawasi hutan tesebut. Selain hal
Anggaran Pendapatan dan Belanja tersebut, dilihat dari tugas pokok dan
Daerah Provinsi Bali (APBD I), Dinas fungsi Dinas Kehutanan UPT KPH yaitu
Kehutanan Provinsi Bali. menyelenggarakan pengelolaan hutan.
Bahri (2012) telah melakukan Maka penelitian ini sangat penting
penelitian dengan judul Pengaruh dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja diterapkannya anggaran berbasis kinerja
terhadap Akuntabilitas Publik pada oleh Dinas Kehutanan UPT KPH Bali
Instansi Pemerintah (Studi pada Dinas Tengah pada akuntabilitas kinerja dalam
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan penyelenggaraan pengelolaan hutan
Daerah Kota Cirebon), hasil dari lindung tersebut.
penelitiannya menunjukan bahwa Dari pemaparan tersebut, yang
pengaruh penerapan anggaran berbasis menjadi permasalahan dalam penelitian ini
kinerja terhadap akuntabilitas publik yaitu adalah apakah terdapat pengaruh
sebesar 64,1 tetapi ada faktor lain yaitu penerapan anggaran berbasis kinerja
sebesar 35,9% dipengaruhi oleh faktor lain terhadap akuntabilitas kinerja instansi
diantaranya: adanya upaya perbaikan pemerintah pada Dinas Kehutanan UPT
kesejahteraan pegawai, hilangkan budaya KPH Bali Tengah. Adapun tujuan
ewuh pakeuwuh yang berpotensi kolusi, penelitian ini adalah untuk mengetahui
asas pertanggungjawaban dalam setiap adanya pengaruh penerapan anggaran
kegiatan, penegakkan hukum secara berbasis kinerja terhadap akuntabilitas
konsisten. Haspiarti (2012) pun meneliti kinerja instansi pemerintah pada Dinas
Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kehutanan UPT KPH Bali Tengah.
Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Menurut Indra Bastian (2006: 164)
Instansi Pemerintah (Studi pada mengemukakan bahwa anggaran
Pemerintah Kota Parepare) mendapatkan merupakan rencana operasi keuangan
hasil penelitian yang menunjukan yang mencakup estimasi pengeluaran
perencanaan anggaran dan yang diusulkan, dan sumber pendapatan
pelaporan/pertanggungjawaban anggaran yang diharapkan untuk membiayainya
berpengaruh positif dan signifikan dalam periode waktu tertentu. Indra
terhadap akuntabilitas kinerja instansi Bastian (2006: 171) mengemukakan
pemerintah dan pelaksanaan anggaran anggaran berbasis kinerja adalah sistem
serta evaluasi kinerja berpengaruh positif penganggaran yang berorientasi pada
dan tidak signifikan terhadap akuntabilitas output organisasi yang berkaitan sangat
kinerja instansi pemerintah. Sedangkan erat dengan visi, misi, dan rencana
menurut penelitian Harjanti (2009) yang strategis organisasi. Anggaran berbasis
berjudul Pengaruh Penerapan Anggaran kinerja memiliki prinsip yang mana
Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas menurut Abdul Halim (2007: 178) prinsip-
Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Kota prinsip tersebut antara lain: (1)
Depok, hasil dari penelitiannya transparansi dan akuntabilitas anggaran,
menunjukkan bahwa penerapan anggaran (2) disiplin anggaran, (3) keadilan
berbasis kinerja mempunyai pengaruh anggaran, (4) efisiensi dan efektivitas
yang sangat lemah terhadap akuntabilitas anggaran, dan (5) disusun dengan
kinerja instansi pemerintah. pendekatan kinerja. Sedangkan Haspiarti
Mengingat dipandang cukup (2012) mengatakan prinsipprinsip yang
pentingnya peran UPT KPH Bali Tengah digunakan dalam penganggaran berbasis
dengan fungsi hutan seluruh wilayahnya kinerja meliputi: alokasi anggaran
merupakan hutan lindung, dan banyak berorientasi pada kinerja, fleksibilitas
terjadi kasus seperti perambahan, pengelolaan anggaran untuk mencapai
pencurian hasil hutan, dan penggunaan hasil dengan tetap menjaga prinsip
kawasan untuk kepentingan lain diluar akuntabilitas, money follow function dan
kehutanan, maka Dinas Kehutanan UPT function followed by structure.
KPH Bali Tengah dituntut agar lebih Setiap melakukan apapun, pasti
profesional dalam menjaga dan memiliki tujuan, anggaran pun memiliki
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

tujuan. Tujuan anggaran berbasis kinerja resources), pilihan (choice), dan trade offs,
menurut Pedoman Reformasi (3) anggaran diperlukan untuk meyakinkan
Perencanaan dan Penganggaran dalam bahwa pemerintah telah bertanggung
Bahri (2012) antara lain: (1) menunjukkan jawab terhadap masyarakat. Tahap-tahap
keterkaitan antara pendanaan dan penyusunan anggaran berbasis kinerja
prestasi kerja yang akan dicapai, (2) menurut Deddi Nordiawan (2006: 79)
meningkatkan efisiensi dan transparansi adalah penetapan strategi organisasi,
dalam pelaksanaan, (3) meningkatkan pembuatan tujuan, penetapan aktivitas,
fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam evaluasi dan pengambilan keputusan.
melaksanakan tugas dan pengelolaan Badan Perencanaan dan Pembangunan
anggaran. Karakteristik utama dari Nasional (BAPPENAS) di Buku 2
anggaran berbasis kinerja menurut Deddi Pedoman Penerapan Penganggaran
dan Ayuningtyas (2010: 82) sebagai Berbasis Kinerja dalam Bahri (2012)
berikut: (1) mengelompokkan anggaran langkah-langkah pokok penerapan
berdasarkan program atau aktivitas, (2) anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:
setiap program atau aktivitas dilengkapi penyusunan rencana strategi, sinkronisasi,
dengan indikator kinerja yang menjadi penyusunan kerangka acuan, perumusan
tolok ukur keberhasilan, (3) pada tingkat atau penetapan indikator kinerja,
yang lebih maju, pendekatan ini dicirikan pengukuran kinerja, pelaporan kinerja.
dengan diterapkannya unit costing untuk Pelaporan kinerja ini dituangkan
setiap aktivitas. Dengan demikian total dalam laporan akuntabilitas kinerja.
anggaran untuk suatu organisasi adalah Akuntabilitas kinerja menurut Pusat
jumlah dari perkalian dari biaya standar Pendidikan dan Pelatihan
per unit dengan jumlah unit aktivitas yang Pengawasan/Badan Pengawasan
diperkirakan pada periode mendatang. Keuangan dan Pembangunan (2011: 2)
Elemen-elemen utama anggaran adalah perwujudan kewajiban suatu
berbasis kinerja yang harus ditetapkan instansi pemerintah untuk
menurut Departemen Keuangan Republik mempertanggungjawabkan keberhasilan/
Indonesia/Badan Pendidikan dan kegagalan pelaksanaan program dan
Pelatihan Keuangan (BPPK, 2008: 10) kegiatan yang telah diamanatkan para
yaitu visi dan misi yang ingin dicapai, pemangku kepentingan dalam rangka
tujuan, sasaran, program, dan kegiatan. mencapai misi organisasi secara terukur
Unsur-unsur pokok anggaran berbasis dengan sasaran/target kinerja yang telah
kinerja yang harus dipahami menurut ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
Badan Pendidikan dan Pelatihan pemerintah yang disusun secara periodik.
Keuangan (BPPK, 2008: 14) yaitu Bentuk akuntabilitas menurut Mardiasmo
pengukuran kinerja, penghargaan dan (2009: 21) terdapat dua macam yaitu
hukuman, kontrak kinerja, kontrol akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas
eksternal dan internal, dan horizontal.
pertanggungjawaban manajemen. Dimensi akuntabilitas dalam
Anggaran berbasis kinerja memiliki organisasi sektor publik menurut Hopwood
manfaat bagi pemerintahan, Mardiasmo dan Ellwood yang dikutip oleh Mahmudi
(2009: 63) mengemukakan manfaat dalam Bahri (2012) yaitu akuntabilitas
tersebut yaitu: (1) anggaran merupakan hukum dan kejujuran, akuntabilitas
alat bagi pemerintah untuk mengarahkan manajerial, akuntabilitas program,
pembangunan sosial ekonomi, menjamin akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas
kesinambungan, dan meningkatkan finansial. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
kualitas hidup masyarakat, (2) anggaran Pengawasan/Badan Pengawasan
diperlukan karena adanya kebutuhan dan Keuangan dan Pembangunan (2011: 21)
keinginan masyarakat yang tak terbatas sistem akuntabilitas kinerja instansi
dan terus berkembang, sedangkan pemerintah merupakan suatu tatanan,
sumber daya yang ada terbatas. Anggaran instrumen, dan metode
diperlukan karena adanya masalah pertanggungjawaban yang intinya meliputi:
keterbatasan sumber daya (scarcity of penetapan perencanaan strategis,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, Jika suatu organisasi menerapkan


pemanfaatan informasi kinerja bagi anggaran berbasis kinerja yang kurang
perbaikan kinerja secara memadai, maka akan menimbulkan
berkesinambungan. Agar akuntabilitas hambatan dan akhirnya informasi
tersebut dapat diterapkan, harus memiliki akuntansi kualitasnya memburuk yang
prinsip, menurut Mardiasmo (2004: 105) akan mempengaruhi ketepatan
prinsip-prinsip akuntabilitas yaitu pengambilan keputusan. Dengan kurang
transparasi, akuntabilitas, value for memadainya penerapan anggaran
money. berbasis kinerja, hal tersebut dapat
Anggaran merupakan salah satu mempengaruhi akuntabilitas kinerja
masalah yang sangat penting pada instansi pemerintah yang kurang baik.
organisasi sektor publik dalam Laporan akuntabilitas kinerja merupakan
pengelolaan keuangan pemerintah. hal yang penting bagi organisasi untuk
Penerapan dengan berbasis kinerja dalam memberikan gambaran mengenai
kegiatan rencana kinerja instansi tingkatan pencapaian kinerja, sasaran
pemerintah harus menaati unsur-unsur program dan kegiatan serta indikator
angaran kinerja agar dapat dipahami makro baik keberhasilan-keberhasilan
dengan baik oleh semua pihak yang kinerja yang telah dicapai maupun
terkait dalam pelaksanaan anggaran kegagalan pada periode tahun tertentu.
berbasis kinerja. Unsur-unsur yang harus Penelitian ini sesuai dengan
dipahami antaran lain: pengukuran kinerja, penelitian yang dilakukan oleh Syambudi
penghargaan dan hukuman, kontrak Prasetia Bahri (2012) menunjukkan bahwa
kinerja, kontrol eksternal dan internal, terdapat pengaruh yang signifikan antara
serta pertanggungjawaban manajemen pengaruh penerapan anggaran berbasis
agar terlaksana sesuai tujuan kinerja terhadap akuntabilitas publik.
pelaksanaan kinerjanya. Serta dalam Begitu pula dengan penelitian yang
penerapan anggaran berbasis kinerja dilakukan oleh Haspiarti (2012)
untuk mendukung terciptanya akuntabilitas menyatakan bahwa perencanaan dan
pada instansi pemerintah sebagai pelaporan/pertanggungjawaban anggaran
pelaksanan otonomi daerah dan berpengaruh signifikan dan positif
desentralisasi dalam organsisasi sektor terhadap akuntabilitas kinerja instansi
publik harus memenuhi beberapa aspek pemerintahan
atau dimensi dalam akuntabilitas kinerja. Berdasarkan telaah teoritis, hasil-
Aspek atau dimensi akuntabilitas hasil penelitian terdahulu serta kerangka
diantaranya: akuntabilitas hukum dan pemikiran yang telah disusun, maka
kejujuran, akuntabilitas manajerial, digunakan pengujian hipotesis nol (H0)
akuntabilitas program, akuntabilitas dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis
kebijakan, dan akuntabilitas finansial. yang ditetapkan adalah:
Aspek-aspek tersebut sangat berpengaruh H0: Penerapan anggaran berbasis kinerja
terhadap suatu anggaran berbasis kinerja. tidak berpengaruh terhadap
Menurut Sugiyono (2010: 39) akuntabilitas kinerja.
hipotesis merupakan jawaban sementara H1: Penerapan anggaran berbasis kinerja
terhadap rumusan masalah penelitian, berpengaruh terhadap akuntabilitas
dikatakan sementara karena jawaban kinerja.
yang diberikan baru didasarkan pada
fakta-fakta yang empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Tanpa METODE
anggaran pemerintah tidak mampu Penelitian ini akan dilaksanakan di
mengendalikan pemborosan pengeluaran. Dinas Kehutanan UPT KPH Bali Tengah
Keefisienan penerapan anggaran berbasis yang berkantor di Kota Singaraja.
kinerja dapat meningkatkan pelaksanaan Rancangan penelitian ini digunakan untuk
fungsi utama anggaran sektor publik salah menganalisis penelitian tentang Pengaruh
satunya sebagai alat pengendalian. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

Pemerintah (Studi Kasus pada Dinas HASIL DAN PEMBAHASAN


Kehutanan UPT KPH Bali Tengah Kota Dinas Kehutanan Unit Pelaksana
Singaraja). Penelitian ini termasuk dalam Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Bali
penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Tengah merupakan salah satu Unit
Data kuantitatifnya adalah anggaran dan Pelaksana Teknis (UPT) pengelola hutan
realisasi dari Dinas Kehutanan UPT KPH yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Bali Tengah serta hasil kuesioner berupa Pemerintah Provinsi Bali Nomor 2 tahun
jawaban responden yang diukur dengan 2008, tanggal 7 Juli 2008 berada di bawah
skala likert, yang mana sikap responden dan bertanggung jawab langsung kepada
dari yang sangat tidak setuju diwakili oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali,
poin (1) hingga sangat setuju diwakili oleh terutama dalam hal perencanaan
poin (5). Data yang digunakan terdiri dari pengelolaan, pengorganisasian,
data primer yang diperoleh dengan pelaksanaan pengelolaan, pengendalian
menggunakan kuesioner yang disebar dan pengawasan, sehingga diharapkan
kapada responden atau, yang telah dapat tercipta pengelolaan hutan secara
terstruktur bertujuan untuk mengumpulkan lestari. Jika ditinjau dari segi pemangkuan
informasi dari pegawai Dinas Kehutanan kawasan hutannya, di UPT KPH Bali
UPT KPH Bali Tengah Kota Singaraja, Tengah terdapat 7 Resort Pengelolaan
dan data sekunder berbentuk angka di Hutan (RPH) yang luasnya sangat
berbagai Laporan Kegiatan Dinas bervariasi, mulai dari yang terkecil yaitu
Kehutanan UPT KPH Bali Tengah dengan RPH Petang, RPH Candikuning, RPH
melihat anggaran dan realisasinya, serta Banjar, RPH Sukasada, RPH Pupuan,
penjelasan atau gambaran umum RPH Penebel, dan RPH Kubutambahan.
organisasi. Di samping adanya 7 RPH tersebut, di
Populasi dalam penelitian ini KPH Bali Tengah juga terdapat 1 pos
berjumlah 47 orang. Teknik penentuan Peredaran Hasil Hutan (pos PHH) yang
sampel atas responden menggunakan beralokasi di Kecamatan Payangan,
teknik purposive sampling. Purposive Kabupaten Gianyar.
sampling digunakan karena informasi Untuk menjalankan tugasnya, Dinas
yang akan diambil berasal dari sumber Kehutanan UPT KPH Bali Tengah memiliki
yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria visi dan misi. Visi Dinas Kehutanan UPT
yang telah ditetapkan peneliti. Adapun KPH Bali Tengah adalah menjadi
kriteria responden dalam penelitian ini pengelola hutan di KPH Bali Tengah
yaitu pegawai yang memiliki masa kerja secara profesional sehingga mampu
minimal 1 tahun di Dinas Kehutanan UPT menjamin berlangsungnya fungsi-fungsi
KPH Bali Tengah serta yang semua hutan untuk mendukung kepariwisataan
melakukan aktivitas dalam anggaran alam, konservasi, budaya dan spiritual
berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja. secara optimal dan lestari melalui
Jadi sampel yang digunakan berjumlah 47 pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
orang. Sedangkan misinya adalah (1)
Alat uji yang digunakan dalam memantapkan penataan kawasan hutan
penelitian ini yaitu uji kualitas data (uji KPH Bali Tengah menjadi wilayah hutan
validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik yang dapat dikelola secara rasional, efektif
(uji normalitas dan uji heteroskedastisitas), dan efisien. (2) menyusun perencanaan,
analisis regresi linier (koefisien pemantauan dan evaluasi pengelolaan
2
determinasi (R ), dan analisis regresi sumber daya hutan dengan paradigma
sederhana), dan uji parsial (uji statistik t) kehutanan sosial (social forestry). (3)
untuk pengujian hipotesis. Pengujian ini melaksanakan kegiatan pengelolaan
dilakukan dengan bantuan komputer sumberdaya hutan yang mencakup
program SPSS 19,0 (Statistical Package pemanfaatan, rehabilitasi hutan dan lahan,
for Social Scince). perlindungan dan konservasi sumber daya
hutan, dan pengamanan hutan
berdasarkan aturan yang berlaku, keadilan
dan kesejahteraan bagi semua pihak. (4)
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

melakukan pemberdayaan masyarakat di yaitu sebesar 0,831 dan 0,863 dan semua
dalam dan sekitar hutan secara kolaboratif nilai alpha lebih besar dari rtabel. Jadi dapat
dengan tujuan untuk meningkatkan indek disimpulkan untuk variabel anggaran
pembangunan manusia (IPM) masyarakat berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja,
setempat. Dinas Kehutanan UPT KPH Bali nilai item secara parsial maupun komposit
Tengah pun mempunyai tugas pokok dan dinyatakan reliabel.
fungsi KPH (PP No. 6/2007) yaitu
menyelenggarakan pengelolaan hutan
yang meliputi: (1) tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan,
(2) pemanfaatan hutan, (3) penggunaan
kawasan hutan, (4) rehabilitasi hutan dan
reklamasi, (5) perlindungan hutan dan
konservasi alam.
Kuesioner desebarkan mulai dari
tanggal 10 Pebruari 2014 hingga 3 Maret
2014. Dari keseluruhan kuesioner yang
kembali, terdapat beberapa kuesioner
yang tidak dapat diolah, karena ada Gambar 1. Normal P-P Plot of Regression
beberapa kuesioner yang beberapa item Standardized Residual
pernyataan tidak terjawab dan ada
beberapa yang sama sekali tidak terjawab Hasil uji normalitas dengan melihat
oleh responden. Jumlah kuesioner yang grafik normal plot pada gambar 1, bahwa
disebar sebanyak 47 buah, dari kuesioner titik menyebar disekitar garis diagonal dan
yang disebar 13 kuesioner gugur dan 34 penyebarannya mengikuti garis diagonal,
kuesioner yang dapat diolah. sehingga dapat dikatakan bahwa pola
Berdasarkan hasil uji validitas distribusinya normal.
variabel X (anggaran berbasis kinerja)
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000
0,018 yang berarti nilai signifikansinya <
dari 0,05 dinyatakan valid. Sedangkan
hasil uji validitas variabel Y (akuntabilitas
kinerja) memiliki nilai signifikansi sebesar
0,000 0,028 yang berarti nilai
signifikansinya < dari 0,05 dinyatakan
valid. Hal ini diartikan bahwa semua
pernyataan dalam kuesioner dapat
mengungkapkan penerapan anggaran
berbasis kinerja dan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
Uji reliabilitas untuk variabel Gambar 2. Scatterplot
anggaran berbasis kinerja dan
akuntabilitas kinerja, menunjukkan Berdasarkan gambar 2. diagram
koefisien Cronbachs Alpha secara scatterplot, data tersebar secara acak
simultan atas 15 dan 19 item. Nilai alpha tanpa membentuk suatu pola tertentu,
dibandingkan dengan rtabel, yang dicari serta titik-titiknya menyebar diatas dan
pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dibawah 0 pada sumbu Y, ini
dan jumlah data (n) = 34, maka diperoleh membuktikan tidak terjadi
nilai rtabel 0,3291. Dapat dilihat bahwa heteroskedastisitas.
Cronbachs Alpha anggaran berbasis
kinerja dan akuntabilitas kinerja > 0,60
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

Tabel 1. Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .701a .491 .475 4.218 1.368
a. Predictors: (Constant), Anggaran Berbasis Kinerja
b. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja
Sumber: data primer diolah (2014)

Uji koefisien determinasi nilai R dipengaruhi oleh variabel anggaran


square yang diperoleh sebesar 0,491 yang berbasis kinerja sebesar 49,1%. Sedangkan
berarti bahwa akuntabilitas kinerja instansi sisanya 50,9% dipengaruhi oleh variabel
pemerintah yang ada pada Dinas lain diluar penelitian ini.
Kehutanan UPT KPH Bali Tengah

Tabel 2. Hasil Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 29,184 8,470 3,446 ,002
Anggaran ,752 ,135 ,701 5,558 ,000
Berbasis Kinerja
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja
Sumber: data primer diolah, 2014

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa kepercayaan 95%, karena pengujian


persamaan regresi dari penerapan dilakukan dengan 2 sisi atau 2 pihak
anggaran berbasis kinerja terhadap sehingga yang digunakan adalah /2.
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Berdasarkan hal tersebut, dapat
adalah Y = 29,184 + 0,752 X. Konstanta disimpulkan
sebesar 29,184 menunjukkan tidak ada H1: Anggaran berbasis kinerja
penerapan anggaran berbasis kinerja, mempengaruhi akuntabilitas kinerja
maka akuntabilitas kinerja instansi Nilai ttabel (32) yang diperoleh adalah
pemerintah sebesar 29,184. Koefisien sebesar 2,03693, karena nilai t hitung lebih
regresi sebesar 0,752 menunjukkan besar dari ttabel (5,558 > 2,03693) maka H0
meningkatnya penerapan anggaran berada pada daerah penolakan, berarti H1
berbasis kinerja (variabel X), maka akan diterima. Artinya terdapat pengaruh yang
meningkatnya akuntabilitas kinerja instansi signifikan antara anggaran berbasis
pemerintah (variabel Y). Jadi dapat kinerja dan akuntabilitas kinerja. Nilai
dsimpulkan tanda + menyatakan arah signifikansi yang diperoleh adalah 0,002
hubungan yang searah, yang mana dan 0,000 atau probabilitas jauh dibawah
kenaikan atau penurunan variabel 0,025. Maka H1 diterima atau anggaran
independen (X) akan mengakibatkan berbasis kinerja berpengaruh signifikan
kenaikan atau penurunan variabel terhadap akuntabilitas kinerja.
dependen (Y).
Hasil uji t dengan pengujian dua
pihak, akan diperoleh hasil thitung kemudian
dibandingkan dengan ttabel dengan derajat
kebebasan (df) = n-2 dan atau tingkat
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

PEMBAHASAN Penganggaran dengan pendekatan


Pengaruh Penerapan Anggaran kinerja berfokus pada efisiensi
Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi
Kinerja Instansi Pemerintah adalah sejauh mana perbandingan antara
Berdasarkan hasil uji parsial yang tingkat keluaran suatu kegiatan (output)
telah dilakukan antara anggaran berbasis diminimalkan dengan masukan yang
kinerja sebagai variabel x terhadap digunakan (input) dimaksimalkan. Suatu
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah aktivitas dikatakan efisien, apabila output
sebagai variabel Y, hasil uji regresi yang dihasilkan lebih besar dengan input
sederhana menunjukan nilai koefisien yang sama, atau output yang dihasilkan
sebesar 0,752 yang berarti bahwa variabel adalah sama dengan input yang lebih
anggaran berbasis kinerja berpengaruh sedikit. Anggaran ini tidak hanya
positif dan signifikan terhadap didasarkan pada apa yang dibelanjakan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, saja, seperti yang terjadi pada sistem
dengan persamaan regresi linier anggaran tradisional, tetapi juga
sederhana Y = 29,184 + 0,752 X. Untuk didasarkan pada tujuan/rencana tertentu
koefisien determinasinya menunjukkan yang pelaksanaannya perlu disusun atau
bahwa nilai R square yang diperoleh didukung oleh suatu anggaran biaya yang
sebesar 0,491 yang berarti bahwa cukup dan penggunaan biaya tersebut
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah harus efisien dan efektif. Tolok ukur
yang ada pada Dinas Kehutanan UPT keberhasilan sistem anggaran ini terletak
KPH Bali Tengah dipengaruhi oleh pada prestasi dari tujuan atau hasil
variabel anggaran berbasis kinerja anggaran dengan menggunakan dana
sebesar 49,1%. Sedangkan sisanya secara efisien. Dengan membangun suatu
50,9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar sistem penganggaran yang dapat
penelitian ini. Hasil pengujian hipotesis memadukan perencanaan kinerja dengan
nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,558 > anggaran tahunan akan terlihat adanya
2,03693) maka H0 berada pada daerah keterkaitan antara dana yang tersedia
penolakan, berarti H1 diterima. Dapat juga dengan hasil yang diharapkan.
dilihat dari Sig yang mana probabilitas Dalam penerapan anggaran
jauh dibawah 0,025 yaitu sebesar 0,000. berbasis kinerja untuk mendukung
Maka H1 diterima atau anggaran berbasis terciptanya akuntabilitas pada instansi
kinerja berpengaruh signifikan terhadap pemerintah dalam rangka pelaksanan
akuntabilitas kinerja. otonomi daerah dan desentralisasi dalam
Anggaran berbasis kinerja organsisasi sektor publik harus memenuhi
merupakan suatu kegiatan beberapa dimensi dalam akuntabilitas
menganggarkan yang dilakukan oleh kinerja. Dimensi akuntabilitas diantaranya
organisasi yang lebih menekankan pada akuntabilitas hukum dan kejujuran,
output. Didalam suatu perencanaan akuntabilitas manajerial, akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah, anggaran program, akuntabilitas kebijakan, dan
berbasis kinerja harus diterapkan dan akuntabilitas finansial. Dimensi-dimensi
menaati unsur-unsur yang mendasarinya. tersebut sangat berpengaruh terhadap
Yang mana unsur-unsur anggaran suatu anggaran berbasis kinerja karena
berbasis kinerja wajib dipahami dengan jika dalam melaksanakan berbasis kinerja
baik dalam pelaksanaannya oleh semua dengan menaati dimensi akuntabilitas
pihak yang terkait. Unsur-unsur pokok tersebut, instansi pemerintah akan mampu
tersebut ada lima, antara lain pengukuran menghasilkan kinerja secara optimal yang
kinerja, penghargaan dan hukuman, bisa dipertanggungjawabkan kepada
kontrak kinerja, kontrol eksternal dan masyarakat.
internal, serta pertanggungjawaban Adapun prinsip akuntabilitas pada
manajemen. Tercapainya tujuan anggaran pemerintahan yang baik dalam mengelola
berbasis kinerja, bila prosedur yang keuangan daerah berdasarkan Pedoman
menjadi unsur dari anggaran berbasis Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
kinerja benar-benar dilaksanakan. Kinerja Instansi Pemerintah yang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

ditetapkan oleh Kepala Lembaga dipengaruhi oleh variabel lain diluar


Administrasi Negara dalam Haspiarti penelitian ini. (2) Berdasarkan hasil uji
(2012), antara lain: pertama, adanya regresi sederhana, menghasilkan
komitmen dari pimpinan dan seluruh staf persamaan regresi linier sederhana Y =
instansi yang bersangkutan. Kedua, 29,184 + 0,752 X yang mana terdapat
berdasarkan suatu sistem yang dapat pengaruh positif yang signifikan antara
menjamin penggunaan sumber-sumber penerapan anggaran berbasis kinerja dan
daya secara konsisten dengan peraturan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
perundang-undangan yang berlaku. (3) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
Ketiga, menunjukkan tingkat pencapaian yang membandingkan hasil thitung dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. ttabel menunjukkan bahwa nilai thitung lebih
Keempat, berorientasi pada pencapaian besar dari ttabel (5,558 > 2,03693) maka H0
visi, misi, hasil, dan manfaat yang berada pada daerah penolakan, yang
diperoleh. Kelima, jujur, obyektif, berarti H1 diterima. Dapat juga dilihat dari
transparan, dan akurat. Keenam, sig yang mana probabilitas jauh dibawah
menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam 0,025 yaitu sebesar 0,000 maka H1
pencapaian sasaran dan tujuan yang telah diterima atau anggaran berbasis kinerja
ditetapkan. berpengaruh signifikan terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
penelitian yang dilakukan oleh Syambudi Ketika penerapan anggaran berbasis
Prasetia Bahri (2012) menunjukkan bahwa kinerja dilakukan semakin baik, maka
terdapat pengaruh yang signifikan antara semakin besar pula akuntabilitas kinerja
pengaruh penerapan anggaran berbasis instansi pemerintah.
kinerja terhadap akuntabilitas publik. Berdasarkan hasil penelitian yang
Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
dilakukan oleh Haspiarti (2012) yang memberikan saran-saran sebagai berikut:
menyatakan bahwa perencanaan dan (1) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
pelaporan/pertanggungjawaban anggaran melakukan penelitian yang berkaitan
berpengaruh signifikan dan positif dengan penelitian yang sama, sebaiknya
terhadap akuntabilitas kinerja instansi meneliti variabel-variabel lain yang
pemerintahan mempengaruhi akuntabilitas kinerja
Dengan demikian dapat instansi pemerintah seperti
disimpulkan bahwa ketika penerapan kepemimpinan, penegakan hukum yang
anggaran berbasis kinerja dilakukan konsisten dan dapat memperluas
semakin baik, maka semakin besar pula pengambilan sampel. (2) Sebaiknya Dinas
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Kehutanan UPT KPH Bali Tengah
Serta mengindikasikan bahwa adanya membuat rekapitulasi atau laporan
hubungan yang signifikan antara pengaruh tahunannya secara menyeluruh atau
penerapan anggaran berbasis kinerja dijadikan satu dari semua kegiatan yang
terhadap akuntabilitas kinerja. dilaporkan, selain membuat laporan
tahunan per kegiatan. Hal ini dapat
SIMPULAN DAN SARAN mempermudah para pembaca laporan,
Berdasarkan hasil analisis data yang ketika laporan di setor ke Dinas
telah dikumpulkan melalui kuesioner, Kehutanan Provinsi dan pencari data
maka peneliti dapat mengambil untuk tugas perkuliahan.
kesimpulan sebagai berikut: (1)
Berdasarkan hasil pengujian, nilai
koefisien determinasi atau R square yang DAFTAR PUSTAKA
diperoleh sebesar 0,491 hal ini Abdul Halim. 2007. Pengelolaan
menunjukkan bahwa 49,1% akuntabilitas Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP
kinerja istansi pemerintah yang ada pada STIM YKPPN
Dinas Kehutanan UPT KPH Bali Tengah
dipengaruhi oleh anggaran berbasis Badan Pendidikan dan Pelatihan
kinerja. Sedangkan sisanya 50,9% Keuangan. 2008. Pengukuran Kinerja,
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

Suatu Tinjauan pada Instansi Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Pemerintah. Jakarta. Pengawasan/Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Edisi
Bahri, Syambudi Prasetia. 2012. Pengaruh Keenam. 2011. tentang Akuntabilitas
Penerapan Anggaran Berbasis Instansi Pemerintah.
Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (Dinas Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis,
Pendapatan dan Pengelolaan CV. Bandung: Alfabeta
Keuangan Daerah Kota Cirebon).
Universitas Pasundan. Bandung. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Bastian, Indra. 2006. Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah. 2004. Jakarta:
Sektor Publik, Edisi 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Otonomi Daerah.
Salemba Empat.
Undang-undang Republik Indonesia
Departemen Keuangan Republik Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Indonesia/Badan Pendidikan dan Perimbangan Keuangan Antara
Pelatihan Keuangan (BPPK). 2008. Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan
Kajian Terhadap Penerapan Daerah. 2004. Jakarta: Departemen
Penganggaran Berbasis Kinerja di Keuangan Republik Indonesia.
Indonesia.

Haspiarti. 2012. Pengaruh Penerapan


Anggaran Berbasis Kinerja terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Kota Parepare).
Universitas Hasanudin. Makasar.

Mardiasmo. 2004. Otonomi dan


Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta: ANDI.

. 2009. Akuntansi Sektor Publik.


Yogyakarta: ANDI.

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor


Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas


Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor
Publik, Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006


tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007


tentang Perubahan atas Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.

Anda mungkin juga menyukai