BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut
adalah hipertensi. Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah
berusia 75 tahun. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada
orang yang bertambah usianya. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
merupakan masalah kesehatan di dunia yang sangat penting dikarenakan
angka kejadiannya yang tinggi. Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat
seiring dengan peningkatan usia.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi pada pasien pada saat
pemeriksaan di balai pengobatan dan posbindu di Puskesmas Tulang
Bawang I, Kecamatan Banjar Agung, Lampung tahun 2017.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi berdasarkan Pengobatan
Dasar yang dilakukan di Balai Pengobatan Puskesmas Tulang Bawang
I, Kecamatan Banjar Agung, Lampung
2. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien mengenai faktor-faktor risiko
penyakit hipertensi
4
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program
internship dokter umum Indonesia.
1.4.2. Manfaat bagi pasien dan masyarakat
1. Sebagai bahan informasi bagi pasien dan masyarakat tentang penyakit
hipertensi sehingga pasien dan masyarakat akan lebih sadar untuk
melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pengobatan secara rutin
2. Sebagai bahan informasi bagi pasien dan masyarakat untuk melakukan
perubahan gaya hidup dan pola makan sebagai penanganan non-
farmakologi
1.4.3. Manfaat bagi instansi (Puskesmas)
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Tulang
Bawang I, Kecamatan Banjar Agung, Lampung dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.
2.1. Definisi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama) di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
5
2.2. Epidemiologi
Tekanan darah meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Tekanan
darah sistolik meningkat sepanjang hidup, tetapi tekanan darah diastolik
cenderung stabil pada usia dekade kelima. Dengan demikian, baik insiden dan
prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dan hipertensi
sistolik terisolasi menjadi subtipe yang paling umum pada orang tua. Untuk
orang setengah baya dengan tekanan darah normal yang hidup sampai usia 85
tahun, masa residual risiko mengembangkan hipertensi adalah 90%.7
Selain usia, faktor-faktor lain yang terkait dengan peningkatan risiko
hipertensi yang tidak dapat diubah (nonreversible) termasuk ras Afrika
Amerika atau memiliki riwayat keluarga hipertensi. Faktor yang dapat diubah
(reversible) termasuk memiliki tekanan darah dalam rentang prehipertensi,
kelebihan berat badan, memiliki gaya hidup yang kurang gerak, diet
mengkomsumsi tinggi natrium-rendah kalium, asupan alkohol yang berlebih,
atau memiliki sindrom metabolik. Sindrom metabolik didefinisikan oleh
adanya tiga atau lebih dari kondisi berikut: obesitas perut (lingkar pinggang>
40 inci pada pria atau> 35 inci pada wanita), toleransi glukosa oral (glukosa
puasa 110 mg / dL), tekanan darah 130/85 mm Hg atau lebih tinggi,
6
dengan sedikit variasi berdasarkan jenis kelamin. Selain itu, tekanan darah
suboptimal tersebut merupakan faktor risiko nomor satu kematian di dunia.9.
Untuk orang-orang dengan hipertensi, kematian yang paling sering
disebabkan oleh komplikasi dari penyakit arteri koroner. Faktor-faktor yang
menambah risiko ini adalah penggunaan tembakau, hiperlipidemia, diabetes
mellitus, obesitas, gaya hidup yang kurang gerak, sindrom metabolik, jenis
kelamin (laki-laki dan pascamenopause pada perempuan), usia lebih tua dari
60 tahun, dan riwayat keluarga penyakit kardiovaskular premature (wanita
<65 tahun, laki-laki <55 tahun). Adanya kerusakan organ target (stroke,
hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif,
penyakit ginjal, retinopati, penyakit pembuluh darah perifer, dan demensia)
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular peristiwa ini berlanjut bahkan
jika tekanan darah telah dikontrol. Fakta ini berpendapat untuk identifikasi
dini dan pengobatan yang tepat hipertensi untuk menghindari perkembangan
cedera organ target.7
2.3. Klasifikasi
JNC 8 mengklasifikasikan hipertensi untuk usia 18 tahun, klasifikasi
hipertensi tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1.
Klasifikasi Hipertensi Untuk Usia 18 Tahun.10
Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik Grade
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
>60 tahun >150 >90 A
<60 tahun >140 >90 A (30-59 tahun)
E (18-29 tahun)
>18 tahun (dengan >140 >90 E
CKD dan DM)
Tabel 2.2.
Definisi dan Klasifikasi Tekanan Darah dari European Society of
Hypertension (ESH).11
8
Tabel 2.3.
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
2.4. Etiologi
Penyebab hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :5,10,13
1. Hipertensi esensial atau primer
Hipertensi esensial memiliki etiologi multifaktorial.
a Faktor genetik
Tekanan darah anak dalam sebuah keluarga cenderung meningkat
apabila orang tuanya mengalami hipertensi,dibandingkan dengan
anak tanpa riwayat orang tua hipertensi. Hal ini menunjukkan
tendensi faktor risiko genetik dalam penyebab hipertensi, meskipun
sebagian, adanya pengaruh lingkungan secara bersama. Namun,
sebagian besar faktor genetik bertanggung jawab atas kejadian
hipertensi dalam sebuah keluarga.
b Janin faktor
Berat badan lahir rendah dikaitkan dengan hipertensi. Hubungan ini
mungkin karena adaptasi janin intrauterin akibat kekurangan gizi
dengan perubahan jangka panjang dalam darah, struktur atau fungsi
penting sistem hormonal.
c Faktor-faktor lingkungan
Di antara beberapa faktor lingkungan yang telah diduga berperan,
berikut ini tampaknya menjadi yang paling signifikan:
a Obesitas
Orang gemuk memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan orang kurus. Ada resiko, yang cenderung lebih
10
Tabel 2.4.
Contoh Penyebab Terjadinya Hipertensi Sekunder
Penyebab Contoh
Penyakit Ginjal 1. Stenosis arterirenalis
2. Pielonefritis
3. Glomerulonefritis
4. Tumor-tumor ginjal
5. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
6. Trauma ginjal (luka yang mengenai ginjal)
7. Terapipenyinaran yang mengenaiginjal
Kelainan Hormonal 1. Hiperaldosteronisme
2. Sindroma Cushing
3. Feokromositoma
Obat-obatan 1. Pil KB
2. Kortikosteroid
3. Siklosporin
4. Eritropoietin
5. Kokain
6. Penyalahgunaan alkohol
7. Kayumanis (dalam jumlah sangat besar)
Penyebab lainnya 1. Koartasio aorta
2. Preeklamsia
3. Porfiriaintermiten akut
4. Keracunan timbal akut
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa
timbul gejala berikut:
1 Sakit kepala
2 Kelelahan
3 Jantung berdebar-debar
4 Mual
5 Muntah
6 Sesak nafas
7 Gelisah
8 Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata,
jantung dan ginjal.
9 Telinga berdenging
10 Sering buang air kecil terutama di malam hari.
13
Bagan 2.1.
Pengaruh SRAA Terhadap Pengaturan Tekanan Darah
Hormon Natriuretik
Hormon natriuretik menghambat ATPase sodium dan potassium,
sehingga mempengaruhi transpor sodium melewati membrane sel.
Secara teoritis peningkatan konsentrasi hormon natriuretik dalam
sirkulasi darah akan meningkatkan sekresi sodium dan potassium
melalui urin. Defek pada kemampuan ginjal mengeliminasi sodium
dapat menyebabkan peningkatan volume darah. 6,13,16
Resistensi insulin dan Hiperinsulinemia
Resistensi insulin dan hiperinsulinemia dihubungkan dengan
perkembangan hipertensi karena kejadian tersebut berkaitan dengan
sindrom metabolik. Secara hipotesis, peningkatan knsentrasi hormon
insulin dapat menyebabkan hipertensi akibat retensi sodium dan
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik, lebih jauh lagi insulin
memiliki aksi mirip growth hormon yang dapat menginduksi hipertrofi
sel-sel otot polos vaskuler. Insulin dapat meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan kalsium intraseluler, yang menyebabkan
peningkatan tahanan vaskuler. Mekanisme pasti dari hipertensi akibat
resistensi insulin dan hiperinsulinemia belum diketahui. 6,13,16
2. Pengaturan Neuronal
Sisem saraf pusat dan otonom terlibat banyak dalam pengaturan
tekanan darah arteri. Sejumlah reseptor baik yang meningkatkan atau
menghambat pelepasan norepinefrin berada di permukaan presinaps
ujung syaraf simpatis. Reseptor presinaps dan berperan dalam
umpan balik negatif dan positif pada vesikel yang mengandung
norepinefrin yang berada di dekat ujung neuronal. Stimulasi reseptor
(2) presinaps menyebabkan penghambatan negatif pada pelepasan
norepinefrin. Stimulasi reseptor presinaps menstimulasi pelepasan
norepinefrin.
Serat saraf simpatis berada pada permukaan sel efektor yang
menginervasi reseptor dan , stimulasi reseptor ( 1) postsinaptik
pada arteriol dan venule menyebabkan vasokontriksi. Terdapat dua
16
2. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak
menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk
peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon
estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya
termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif
Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki
pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.18Ahli lain berpendapat bahwa
wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan
kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap
konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula
menyebabkan peningkatan tekanan darah.19
3. Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko
hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika
seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit
tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya
memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua
memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan
penyakit tersebut sebesar 60%.20
2. Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah.
Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat
merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat
meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat
menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi
dan penyakit jantung.18
3. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi.
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
20
4. Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh
lebih dari atau sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok
oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume
darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga
tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan kadar insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.17 Kincaid-Smith
mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom resistensi insulin berperan
utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien hipertensi atau
disebut juga nephrosclerosis hypertension.
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit
kardiovaskular melalui mekanisme pengaktifan sistem renin-
angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas simpatis, peningkatan
aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain hipertensi,
timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis penyakit
jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.
21
2. Kardiovaskular
22
3. Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut terutama terjadi
pada hipertensi kronik.
4. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin
lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan
yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat
tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri
dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena
retina. Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak
menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada
stadium akhir.
2.9. Pengobatan
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik.22,23
23
2. Pengobatan Farmakologik
24
Bagan 2.2.
Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 810
Tabel 2.5.
Obat-Obat Anti Hipertensi.10
2 Corollary Recommendation
Pada populasi umum usia 60 tahun, jika terapi
farmakologi ternyata menurunkan tekanan darah SBP lebih
rendah dari target (SBP 140 mmHg) dan terapi dapat
26
Bagan 2.3.
Skema Tatalaksana Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan
Penyakit Penyertanya10
2.10.Diagnosis
Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan (merokok), konsumsi
makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi
sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan
dll).
BAB III
METODE
3.4. Media
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah poster.
BAB IV
HASIL
4.2.2.Wilayah Administrasi
Secara Administratif batas wilayah Puskesmas Tulang Bawang I adalah
sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kibang
Budi Jaya
b. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Gedung
Aji Lama
c. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Penawar
Jaya
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Banjar
Baru
Tabel 4.1.
33
Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk Per Kampung Kecamatan Bandar Agung Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2015
L P
4 Dwi Warga Tunggal Jaya 4215 Jiwa 4120 Jiwa 8335 Jiwa
5 Tri Tunggal Jaya 1933 Jiwa 3501 Jiwa 5434 Jiwa
6 Banjar Agung 1692 Jiwa 1610 Jiwa 3302 Jiwa
7 Banjar Dewa 1300Jiwa 1235 Jiwa 2535 Jiwa
8 Moris Jaya 1650 Jiwa 1652 Jiwa 3302 Jiwa
9 Tri Mukti Jaya 560 Jiwa 550 Jiwa 1110 Jiwa
10 Tri Darma Wira Jaya 1023 Jiwa 1001 Jiwa 2024 Jiwa
11 Tri Mulya Jaya 685 Jiwa 615 Jiwa 1300 Jiwa
JUMLAH 36.659 Jiwa
Sumber : Data Jumlah Penduduk Per Kampung Kec. Banjar Agung Tahun
2015
Tabel 4.3.
Data Tenaga Kesehatan Berdasarkan Jumlah Dan Kualifikasi
Pendidikan Pada Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar
Agung Tahun 2016
Apoteker 1
SKM 4 1
S.Keperawatan 2 1 1
D4 Bidan 3
Umum 3
4 SLTA Bidan
SPAG
SMAK
SPRG 1
SPK 4
PEKES 1
5 Umum SMA 2
SMK 1 1
JUMLAH 48 7 2 11
Sumber : Database Kepegawaian Puskesmas Tulang Bawang I tahun 2016
Tabel 4.5.
Data Upaya Kesehatan Bersumberdaya Manusia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Tahun 2016
Tabel 4.6.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Banjar Agung
JENIS
TEKANA
UMU KELAMI
NO NAMA N
R N
DARAH
L P
1 Syah Budin 48 th L 160/70
2 Rosmaladin 62 th P 160/90
3 Hanimi 58 th P 180/100
4 Sony 42 th L 190/100
5 Siti Jubaidah 52 th P 160/80
6 Marpin 57 th P 160/90
7 Sutini 46 th P 160/110
8 Siti katimah 60 th L 120/80
9 Penyanto 41 th L 80/60
10 Sutomo 56 th L 150/90
11 Tuti mutia 49 th P 120/80
12 Mujiati 40 th P 110/70
13 Setyo 44 th L 120/80
37
14 Galin 57 th P 130/70
15 Riwon 52 th P 130/70
Tabel 4.7.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Dwi Warga Tunggal Jaya
JENIS
KELAMI TEKANAN
NO NAMA UMUR
N DARAH
L P
1 Sugiri 51 th L 160/90
2 Ruminah 85 th P 160/60
3 Juminah 59 th P 160/100
4 Suratman 67 th L 180/110
5 Samilah 65 th P 180/80
6 Sumiyatun 57 th P 160/90
7 Supriyanto 54 th L 170/100
8 Tagiyah 69 th P 170/100
9 Uma 67 th P 180/80
10 Yakinah 69 th P 190/90
11 Isnanih 52 th P 180/100
12 Asiah 40 th P 160/80
13 Rosnelawati 57 th P 160/100
14 Irsa 52 th P 170/100
15 Resmawati 53 th P 200/100
16 Leginem 54 th P 160/100
17 Putu 55 th L 190/120
18 Romapinta 73 th P 210/80
19 Subagio 51 th L 180/110
20 M. Alfian 70 th L 160/80
21 M. mukrom 56 th L 160/80
22 Irsawati 60 th P 160/100
23 Ali Sujito 67 th L 160/100
24 Kasdun 56 th L 120/80
25 M. Alfian 70 th L 130/60
26 Mansur 55 th L 130/80
38
27 Toyibatun 52 th P 130/60
28 Katmiatun 90 th P 90/60
29 Nurjanah 55 th P 120/70
30 Ribut Rianti 46 th L 150/100
31 Sri Handayani 52 th P 150/100
32 Cik Mamat 61 th L 120/80
33 Tarini 65 th P 120/80
34 I Dewa putu 63 th L 110/70
35 Erni Wati 46 th P 130/80
36 Juniar 68 th P 150/100
37 Sainem 51 th P 120/70
38 Raswan 42 th L 130/70
39 Kasaeri 52 th L 120/70
40 Riyati 49 th P 130/80
41 Kadiyana 42 th P 110/70
42 Karmiatun 62 th P 130/60
43 Jawiah 68 th P 130/80
44 Nurpiati 45 th P 120/80
45 Lasmiati 58 th P 150/80
Dari tabel diatas didapatkan dari 45 orang yang diperiksa tekanan
darahnya terdapat 26 orang yang tekanan darahnya tinggi, 9 orang laki laki
dan 17 orang perempuan. Diantaranya yang berusia 45-59 tahun 15 orang, 60-
74 tahun 10 orang dan 75-90 tahun 1 orang. Sedangkan 19 orang lainnya
tekanan darahnya dalam batas normal.
Tabel 4.8.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Tunggal Warga
JENIS
TEKANA
UMU KELAMI
NO NAMA N
R N
L P DARAH
1 Sukaini 57 th L 230/120
2 Rasimin 57 th L 160/100
3 Giah 90 th P 170/100
4 Romilah 48 th P 170/80
5 Yulasmi 45 th P 190/100
6 Sri Puji Astuti 45 th P 180/100
7 Sudiarti 45 th P 160/70
8 Hasan 63 th L 170/110
9 Suratiyah 59 th P 160/100
10 Sumanto 67 th L 180/90
39
11 Ruswati 53 th P 190/100
12 lin titik 47 th P 180/100
13 Sumarto 60 th L 190/90
14 Kusinawati 46 th P 170/90
15 Abidi 55 th L 160/90
16 Fatimah 41 th P 170/90
17 Nurdin 67 th L 170/90
18 Sanikem 70 th P 170/90
19 Sriyati 47 th P 190/110
20 Ruswita 53 th P 200/110
21 Iin Wartini 54 th P 170/110
22 Purwatiningsih 52 th P 190/100
23 Siti Sulaini 42 th P 160/100
24 Suharwati 48 th P 170/90
25 Ponem 65 th P 170/90
26 Joyo padi 85 th L 110/60
27 Darni 47 th P 120/70
28 Sunarno 45 th L 150/90
29 Nila wati 48 th P 150/80
30 Irma 42 th P 120/70
31 Samsudin 69 th L 130/70
32 Irnawati 42 th P 110/70
33 Karmanto 57 th L 130/70
34 Sugiman 54 th L 150/90
35 Tusilah 48 th P 120/80
36 Katimatu 45 th L 140/70
37 Nurmika 40 th P 150/90
38 Darius yaminsuri 61 th L 120/80
39 Pujiarti 40 th P 110/70
40 Timan 65 th L 150/100
41 Ani 57 th P 130/90
42 Dadah 63 th P 110/60
43 Marlina 42 th P 120/70
44 Leli haryani 43 th P 130/80
45 Nurjanah 65 th P 170/90
46 Yayah 82 th P 160/90
Tabel 4.9.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Moris Jaya
JENIS
TEKANA
UMU KELAMI
NO NAMA N
R N
DARAH
L P
1 Ruhailah 72 th P 160/90
2 Suparman 47 th L 170/110
3 Aswati 40 th P 150/100
4 Siti Aminah 40 th P 120/70
5 Muryanto 46 th L 120/70
6 Asubri 40 th P 150/90
7 Murcito 40 th L 130/80
8 Suparmi 54 th P 120/70
Tabel 4.10.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Warga Makmur Jaya
JENIS
TEKANA
UMU KELAMI
NO NAMA N
R N
DARAH
L P
1 Rini 42 th P 160/100
2 Nyoman Destri 50 th P 180/110
3 Ismiati 60 th P 160/100
4 Nur ani 48 th P 160/80
5 Superni 57 th P 180/90
6 Sri Winayu 84 th P 180/90
7 Tuparno 47 th L 160/80
8 Rohiah 40 th P 160/100
9 Miyati 50 th P 160/90
10 Bambang 53 th L 160/100
11 Siti 60 th P 130/80
12 Sunanto 41 th L 120/70
41
13 Suratno 70 th L 130/80
Tabel 4.11.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Balai Pengobatan Puskesmas
Tulang Bawang I Desa Tri Tunggal Jaya
JENIS
TEKANA
N UMU KELAMI
NAMA N
O R N
DARAH
L P
1 Soimah 51 th P 170/80
2 Rusmin 55 th L 160/100
3 Lagimin 49 th L 160/100
4 Mukafiqi 55 th L 160/100
5 Rasmin 55 th L 180/110
6 Sahlan 74 th L 200/100
7 Trimiarti 58 th P 170/80
8 Durkas Sumiarti 58 th P 130/80
9 Endang 48 th P 130/80
10 Sarkini 41 th P 120/80
11 Sarmini 41 th P 110/70
12 Sulyati 46 th P 130/80
Tabel 4.12.
42
JENIS
TEKANA
UMU KELAMI
NO NAMA N
R N
DARAH
L P
1 Made Ari 68 th L 180/100
2 Ketut Kaimi 50 th P 210/120
3 Nyoman Rani 50 th P 150/90
4 Wayan Nurwati 46 th P 140/90
5 Made Darwi 53 th P 130/80
Tabel 4.13.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Posbindu
Desa Warga Makmur Jaya
JENIS
N TEKANA
NAMA UMUR KELAMIN
O N DARAH
L P
1 Pawit 66 th L 160/90
2 Ngatipah 45 th P 150/90
3 Astuti 45 th P 150/100
4 Ummi Salamah 42 th P 120/80
5 Narti 48 th P 120/80
6 Ismiyati 55 th P 150/90
7 Sariyanto 42 th P 120/80
8 Mei Ningsih 62 th P 160/90
9 Wijatsih 65 th P 190/100
10 Sugiarti 51 th P 180/100
11 Basuki 54 th L 100/70
12 Parmini 45 th P 110/70
13 Santo 70 th L 190/110
14 Darto 45 th L 150/90
Tabel 4.14.
Penjaringan Umur Dan Tekanan Darah Di Posbindu
Desa Tunggal Warga
JENIS
TEKANA
NO NAMA UMUR KELAMIN
N DARAH
L P
1 Tumirah 51 th P 150/90
2 Sutiem 43 th P 130/80
3 Wijiati 52 th P 130/80
4 Martuti 50 th P 150/90
5 Sundari 46 th P 90/60
6 Suharwati 60 th P 160/90
7 Menik Zaharo 55 th P 130/80
8 Parti 41 th P 120/80
9 Sri Indarti 47 th P 130/80
10 Kartinem 50 th P 140/100
11 Siti Soleha 51 th P 150/90
12 Ruswati 53 th P 170/90
13 Cipto Utomo 64 th L 160/100
14 Partini 51 th P 120/80
15 Ama 46 th P 200/130
16 Nani 53 th P 170/100
BAB V
44
DISKUSI
5.1. Monitoring
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring.
Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam
kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa mengontrol dari kartu
monitoring ini.
Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign dan berat badan.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi, terlihat
bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada narasumber.
Setelah diadakan penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham mengenai
hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin memperlihatkan tanda-tanda
bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak terlambat mendapatkan
penanganan di instalansi kesehatan.
5.2. Evaluasi
Dari hasil kegiatan penyuluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi
dengan menanyakan pertanyaan dibahah ini:
1. Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan
darah?
Jawab :
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun
tidak. Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan cara minum obat secara
rutin dan memperbaiki gaya hidup. Sehingga pada pasien yang memiliki
risiko tinggi hipertensi sebaiknya dianjurkan rutin untuk memeriksakan
tekanan darahnya. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat bermanifestasi
serius pada organ vital tubuh seperti jantung, ginjal,
5.3. Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular
yang merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan
psikososial. Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan
yang paling banyak pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%,
45
yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah adoption,
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya.
Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat
sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular
sedangkan bagi yang sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya
progresivitas penyakit dan terjadinya komplikasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1 Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.
2 Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan
terdekat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko
hipertensi. Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk
memeriksakan tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih
kurang.
47
6.2. Saran
1. Tenaga kesehatan terutama meliputi pemegang program posbindu,
posyandu lansia dan prolanis serta kader juga ikut proaktif untuk
mengajak masyarakat berkunjung ke posyandu lansia, posbindu atau
balai pengobatan dan prolanis sehingga secara rutin dapat mendeteksi
secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia dan mengontrol
tekanan darah pada lansia.
2. Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut dan diberikan kartu menuju sehat lansia sebagai
salah satu alat ukur untuk memantau tekanan darah dan menilai
keberhasilan pengobatan.
3. Lansia yang menderita hipertensi juga disarankan untuk mengikuti
program prolanis terutama yang mengikuti program JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional). Dalam hal ini diharapkan pada beberapa
pemegang program seperti posbindu, posyandu lansia dan prolanis
dapat bekerjasama dalam mendeteksi, memantau tekanan darah dan
menilai keberhasilan pengobatan terutama penyakit hipertensi.
4. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan
tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.
5. Pada puskesmas terutama pada kegiatan prolanis diharapkan dapat
memberikan jumlah obat hipertensi lebih banyak kepada pasien yang
menderita hipertensi.