MAKALAH
MAKALAH
K3 DALAM PERTAMBANGAN
Oleh
M. Rizki Koja
1031511030
A. Latar belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati posisi yang buruk jauh di bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan
Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit
menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga
kerja (produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat
ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian
perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Nuansanya harus bersifat
manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan
bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait
dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan
berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan
jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan
perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Kecelakaan kerja tambang.
2. Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja guna
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 Pertambangan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan
mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara
yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.
1. Faktor Personil
a) Kelemahan Pengetahuan dan Skill
b) Kurang Motivasi
c) Problem Fisik
d) Faktor Pekerjaan
Standar kerja tidak cukup Memadai
Pemeliharaan tidak memadai
Pemakaian alat tidak benar
Kontrol pembelian tidak ketat
Kapasitas Kerja
Beban Kerja
Lingkungan Kerja
Batu bara adalah sisa tumbuhan dari jaman prasejarah yang berubah
bentuk yang awalnya berakumulasi dirawa dan lahan gambut. Penimbunan lanau
dan sedimen lainnya, bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai
pergeseran tektonik) mengubur rawa dan gambut yang seringkali sampai ke
kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan tersebut, material tumbuhan
tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan yang tinggi
tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batu
bara. Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode
Pembentukan Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batu bara pertama
yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu
pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses awalnya gambut
berubah menjadi lignite (batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat)
Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari
hitam pekat sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebh hitam dan membentuk
bitumen atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
1. Safety Helmet (Helm Pengaman) ; Fungsi helm pengaman yang paling utama
adalah untuk melindungi kepala dari jatuhan dan benturan benda secara langsung.
Perlengkapan keselamatan ini merupakan perlengkapan yang cukup vital bagi
para pekerja didunia Pertambangan dan Perminyakan. Safety Helmet sangat
menolong pekerja karena sifatnya yang melindungi kepala dari bahaya terbentur
benda keras seperti pipa besi ataupun batu yang jatuh selama para pekerja berada
diarea kerja. Safety Helmet memiliki berbagai desain yang memiliki bentuk
berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing. Selain itu, warna helmet yang
digunakan menunjukkan jenis pekerjaannya.
2. Safety Vest (Rompi Reflektor) ; Rompi ini diengkapi dengan iluminator, yaitu
sebuah bahan yang dapat berpendar jika terkena cahaya. Bahan berpendar ini akan
memudahkan dalam mengenali posisi pekerja ketika berada di kegelapan.
Umumnya didunia Pertambangan, operasional berlangsung selama 24 jam dimana
kecenderungan kecelakaan kerja terjadi dimalam hari. Hal ini biasanya
disebabkan penerangan di area tambang tidak begitu baik, sehingga seringkali
pekerja yang berada didalam area tambang tidak terlihat. Rompi reflektor ini
menjadi penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan seperti
tertabrak/terlindas oleh kendaraan alat berat.
7. Ear Plugs (Pengaman Telinga) ; Ear Plugs berfungsi sebagai alat pelindung
yang dilekatkan di telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. Ear plugs
merupakan alat pelindung pendengaran dari kebisingan. Penggunaan earplug ini
mencegah pekerja mengalami gangguan pendengaran seperti penurunan
pendengaran akibat terpapar kebisingan sewaktu bekerja di area kerja yang
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi atau bekerja dengan peralatan yang
mengeluarkan kebisingan tinggi. Umumnya alat pendengaran kita hanya mampu
menahan besaran kebisingan sampai dengan 80-85 dB. Ear plugs pun memiliki
berbagai ragam bentuk dan jenis sesuai dengan peruntukkannya dalam pekerjaan.
9. Self Rescuer ; Dalam kondisi darurat akibat kebakaran atau ditemukannya gas
beracun, alat inilah yang dapat mennjadi penyelamat bagi para pekerja. Alat ini
dirancang dapat memasok oksigen secara mandiri kepada pekerja. Tidak lama
memang, tapi ini diharapkan memberikan cukup waktu bagi pekerja untuk
mencari jalan keluar atau mencapai tempat pengungsian yang lebih permanen.
10. Safety Boot (Sepatu Boot) ; Pada kondisi area pertambangan yang umumnya
licin dan berlumpur, sepatu boot menjadi kebutuhan pokok. Sepatu pendek hanya
akan menyebabkan kaki terbenam dalam lumpur. Sepatu boot juga harus
dilengkapi dengan sol berlapis logam untuk melindungi jari kaki.
11. Safety Harness (Tali Pengaman) ; Alat ini berfungsi sebagai pengaman saat
bekerja di ketinggian. Alat ini wajib digunakan apabila bekerja pada ketinggian
lebih dari 1,8 meter.
12. Safety Belt (Sabuk Pengaman) ; Berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lainnya yang serupa (mobil, alat
berat, pesawat, helikopter, dsb).
13. Raincoat (Jas Hujan) ; Berfungsi untuk melindungi pekerja dari percikan air
saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat). Terpapar
air secara langsung dan terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya penyakit
seperti infulensa dan demam, yang pada akhirnya akan mengganggu optimalisasi
pekerjaan dari pekerja tersebut.
14. Face Shield (Pelindung Wajah) ; Alat ini berfungsi sebagai pelindung wajah
dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggurinda dan las). Di
dunia tambang, alat ini biasanya banyak digunakan oleh para mekanik dan welder.
15. Lifevest (Pelampung) ; Alat ini wajib digunakan saat kita beraktivitas di
wilayah perairan/di atas air. Biasanya untuk menjangkau suatu lokasi tambang
harus melewati perairan dengan menggunakan alat transportasi. Alat ini harus
selalu dikenakan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama
perjalanan (alat transportasinya karam/terbalik). Lifevest harus selalu rutin di
periksa untuk mengecek daya ambang atau daya apungnya.
SISTEM PERUNDANG - UNDANGAN K3 JIS ( JAPAN INDUSTRIAL
STANDARD ) PADA PERTAMBANGAN
Pengertian
JIS (Japanese Industrial Standards)
Japanese Industrial Standar (JIS) menentukan standar yang digunakan untuk
kegiatan industri di Jepang. Proses standardisasi dikoordinasikan oleh Komite
Standar Industri Jepang dan dipublikasikan melalui Jepang Standards Association.
Note : the outlines of the amendments including the above 3 points are as follows.
(2) Six points of the amendments of the Industrial Safety and Health Act, this time,
are as follows.
1. Review of the way that should be, of the appropriate control of the hazardous
chemicals.
To make it compulsory obligation that the employer shall investigate danger or
harm of such chemical substances as are not covered by the special regulations
and have certain dangerous and/or harmful properties. with regard to the new
establishment of Article 57-3) Note; this provision will be enforced from 1 st, June,
2016.
6. Review of the system of such notification of the plan as requested, in the case of
the type of industry concerned and the scale of the establishment concerned, as
well as the addition of the machine to be undergone the type examination by the
registered type examination agency,
Taking into consideration of a good state of compliance of the employer
concerned with respect to the said Notification of the plan, the provision of the
said notification of the plan was abolished.
To add the Air Purifying Respirator with electric powered fan, which is
obligated that workers shall use in such workplaces as the concentration of the
dust is high in the air, to the machines to be undergone the type examination by
the registered type examination agency. (With regard to the amendment of Article
42, 44-2, 46, 88, appended Table2, etc.; omitted in this paper.)
Note; this provision was enforced from 1st, December, 2014.
Disclaimer
This translation is not formally accepted, because the only legally effective texts
of the main provisions, mentioned above are the ones which were published in
Japanese, in the Official Gazette, issued by the Government of Japan.
While great care is taken with the Translation of the main provisions among the
amendments by the Act (Act No. 82 of June 25, 2014) making partial amendments
of the Industrial Safety and Health Act, from the Japanese, original, legal text into
English, in the following Appendix the International Affairs Division,
International Affairs Center, Japan Industrial Safety and Health Association,
accepts no responsibility for meaning of these provisions included in the following
translation, as legally actual effects.
Appendix II
The main provisions among the amendments by the Act (Act No. 82 of June 25,
2014) making partial amendments of the Industrial Safety and Health Act
Ledakan
Ledakan dapat menimbulkan tekanan udara yang sangat tinggi disertai dengan
nyala api. Setelah itu akan diikuti dengan kepulan asap yang berwarna hitam.
Ledakan merambat pada lobang turbulensi udara akan semakin dahsyat dan dapat
menimbulkan kerusakan yang fatal
Longsor
Longsor di pertambangan biasanya berasal dari gempa bumi, ledakan yang terjadi
di dalam tambang,serta kondisi tanah yang rentan mengalami longsor. Hal ini bisa
juga disebabkan oleh tidak adanya pengaturan pembuatan terowongan untuk
tambang.
Kebakaran
Bila akumulasi gas-gas yang tertahan dalam terowongan tambang bawah tanah
mengalami suatu getaran hebat, yang diakibatkan oleh berbagai hal, seperti
gerakan roda-roda mesin, tiupan angin dari kompresor dan sejenisnya, sehingga
gas itu terangkat ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas
dalam kondisi batas ledak (explosive limit) dan ketika itu ada sulutan api, maka
akan terjadi ledakan yang diiringi oleh kebakaran.
Pengelolaan Risiko menempati peran penting dalam organisasi kami karena fungsi
ini mendorong budaya risiko yang disiplin dan menciptakan transparansi dengan
menyediakan dasar manajemen yang baik untuk menetapkan profil risiko yang
sesuai. Manajemen Risiko bersifat instrumental dalam memastikan pendekatan
yang bijaksana dan cerdas terhadap pengambilan risiko yang dengan demikian
akan menyeimbangkan risiko dan hasil serta mengoptimalkan alokasi modal di
seluruh korporat. Selain itu, melalui budaya manajemen risiko proaktif dan
penggunaan sarana kuantitatif dan kualitatif yang modern, kami berupaya
meminimalkan potensi terhadap kemungkinan risiko yang tidak diharapkan dalam
operasional.
Pengendalian risiko diperlukan untuk mengamankan pekerja dari bahaya yang ada
di tempat kerja sesuai dengan persyaratan kerja Peran penilaian risiko dalam
kegiatan pengelolaan diterima dengan baik di banyak industri. Pendekatan ini
ditandai dengan empat tahap proses pengelolaan risiko manajemen risiko adalah
sebagai berikut :
Penanganan K-3 adalah tanggung jawab seluruh individual yang terlibat di dalam
perusahaan, namun secara struktural perlu dibentuk Bagian K3 dan
Lingkungan, dimana Kepala Bagian-nya diposisikan sebagai Wakil Kepala Teknik
Tambang yang langsung bertanggung jawab kepada General
Managersebagai Kepala Teknik Tambang. Bagian tersebut selain melakukan
inspeksi juga sebagai evaluator dan bersifat administratif, dengan tugas :
a) Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan
menganalisanya
b) Mengumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan
membuat Standart Operation Procedure (SOP) yang aman untuk bekerja pada
kegiatan tersebut.
c) Membuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh
pekerja.
d) Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
e) Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K
3), perusahaan membentuk organisasi dan menunjuk personil yang
bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan program K3 tersebut. Wadah
organisasi tersebut adalah:
Kepala Teknik Tambang (KTT).
Pengawas operasional.
Pengawas teknik.
Petugas K3 (safety officer).
Komite K3 (safety committee).
Pada pelaksanaan operasionalnya nanti, Perusahaan akan menempatkan orang-
orang yang menguasai operasional penambangan dengan tujuan agar
implementasi aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini dapat berjalan dengan
baik.
Selain organisasi yang bersifat struktural terdapat organisasi yang bersifat
fungsional atau sering disebut Safety Committee yaitu tempat berkumpul dari
beberapa department didalam struktur organisasi. Komitee ini secara berkala
melakukan inspeksi dan evaluasi.
Elemen program K3 adalah sebagai berikut :
a. Kepemimpinan & Administrasi
b. Inspeksi dan Perawatan
c. Prosedur dan Analisa Pekerjaan
d. Investigasi Kecelakaan/Insiden
e. Observasi pekerjaan
f. Persiapan tanggap darurat
g. Permit kerja
h. Analisa kecelakaan
i. Pelatihan
j. Alat Pelindung Diri
k. Kesehatan Kerja
l. Evaluasi sistem
m. Rekayasa dan Manajemen Perubahan
n. Komunikasi pribadi
o. Komunikasi grup
p. Promosi dan publikasi
q. Seleksi dan penempatan
r. Manajemen Material dan Servis
s. Keselamatan di luar kerja.
Peralatan K-3
Untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat berlangsung dengan
baik perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang mendukung kegiatan dapat
berjalan dengan aman. Alat perlindungan diri (APD) standar seperti topi proyek,
sepatu pelindung, pelindung mata, masker dan pelindung telinga. Selain pakaian
pelindung tersebut, pemasangan papan-papan peringatan, rambu lalu lintas,
ketentuan atau peraturan pengunaan peralatan yang sesuai dengan fungsinya dan
ketentuan-ketentuan yang membuat lokasi kegiatan aman dan di dukung oleh
personil yang menangani setiap kegiatan menguasai operasional akan menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung baik.
Lokasi tambang juga harus dilengkapi fasilitas pemadam kebakaran dan unit
kesehatan termasuk gawat darurat yang dilengkapi paramedik on-site dan alat-alat
medis serta obat-obatan. Akan lebih baik lagi jika unit kesehatan ini juga
dilengkapi dengan mobil ambulance.
Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak akan berhasil apabila tidak
ada program yang jelas dan terarah. Dengan adanya program pelaksanaan
pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang lebih terarah maka
keberhasilan atau penampilan dari pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
lebih mudah dievaluasi dan diatur untuk perbaikan dan peningkatan dalam
program atau waktu selanjutnya.
Langkah-langkah pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus
dilakukan untuk mencapai hasil yang baik adalah :
Membuat peraturan perusahaan
Berdasarkan Kep Men No.555.K disebutkan bahwa Kepala Inspeksi Tambang
harus menerbitkan sekurang-kurangnya 12 pedoman teknis. Selain itu juga
membuat peraturan perusahaan atau pedoman-pedomankerja dan operasi berupa
SOP (Standart Operation Procedure) yang khusus menyangkut keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan pemerintah tentang masalah ini.
Peraturan perusahaan dapat bersifat umum dan khusus, Peraturan perusahaan yang
bersifat umum berlaku untuk seluruh kegiatan yang ada, mulai dari lokasi
penambangan, jalan angkut Batubara dan stock pile. Peraturan yang bersifat
khusus dibuat pada masing-masing kegiatan, karena masing-masing kegiatan
tersebut memiliki potensi bahaya yang berbeda, sehingga harus dibuat peraturan
khusus yang spesifik.
Program pendidikan dan latihan dasar K3
Program pendidikan dan pelatihan ini sangat diperlukan, agar pekerja dapat
memahami bagaimana dan pentingnya untuk melakukan pekerjaannya dengan
aman. Program pendidikan atau pelatihan, adalah untuk pekerja baru, pelatihan
untuk pekerja dengan tugas baru dan pelatihan penyegaran untuk pekerja lama.
Materi-materi yang biasa disampaikan dalam pelatihan ini adalah: membuat tata
cara yang aman untuk melakukan pekerjaan, mengidentifikasi potensi bahaya
yang ada dalam lingkungan kerja dan bagaimana cara pencegahan dan tindakan
yang harus dilakukan untuk menghindari apabila bahaya tersebut terjadi. Program
pendidikan dan pelatihan akan dilaksanakan selama kegiatan tambang
berlangsung.
Perawatan peralatan kerja.
Guna mencegah terjadinya kecelakaan, maka perlu dilakukan perawatan secara
berkala terhadap semua peralatan yang dipergunakan. Peralatan pelindung diri,
sebaiknya diberikan secara secara berkala dan dibatasi waktu pemakaiannya,
untuk menjamin keefektifan alat ketika dipergunakan.
Kesehatan kerja.
Selain penggunaan peralatan dalam upaya perlindungan terhadap kecelakan,
pemeriksaan kesehatan karyawan wajib dilakukan, baik pada awal mulai bekerja
maupun secara berkala selama dinas kerja. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kecelakaan akibat penurunannya tingkat kesehatan pekerja dan karyawan.
Rencana pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja harus termasuk tetapi tidak
terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
1. Tingkatan kewenangan dan tanggung jawab untuk kesehatan dan keselamatan kerja
di organisasi.
2. Detail program pelatihan dan induksi.
3. Sistem pencatatan kesehatan & pengobatan
4. Penilaian resiko.
5. Prosedur operasional standar untuk daerah beresiko tinggi.
6. Program pencanangan keselamatan kerja.
7. Pengurus keselamatan kerja dan rapat.
8. Waktu dan format untuk rapat toolbox keselamatan kerja.
9. Laporan Kecelakaan/bahaya dan prosedur investigasi.
10. Analisa statistika keselamatan kerja.
11. Program audit & inspeksi keselamatan kerja.
12. Pencanangan dan pengawasan kesehatan.
13. Persyaratan keselamatan kerja.
14. Kebijakan peralatan keselamatan.
15. Analisa pekerjaan keselamatan kerja.
16. Perizinan.
Pengawasan
Pengawasan dilakukan secara aktif dan berjenjang mulai dari pekerja di lapangan
sampai manajer sehingga efektif dan kondisi aman dari suatu kegiatan akan
terjaga terus. Selain itu juga dilakukan pengawasan silang, karena sering terjadi
pengawas dan pekerja disuatu bagian tertentu menjadi terbiasa dan tidak
menyadari akan adanya suatu potensi bahaya. Pengawasan silang diharapkan akan
dapat menemukan hal-hal seperti ini dan harus segera dikoreksi.
Evaluasi program.
Perbaikan dan peningkatan program K3 Apabila menurut penilaian Inspektur
Tambang tingkat kecelakaan cukup memprihatinkan yang penyebabnya diduga
berkaitan dengan lemahnya program K3 perusahaan tersebut. Tim Evaluasi, yang
anggotanya terdiri dari beberapa inspektur tambang akan mengevaluasi,
memperbaiki, dan meningkatkan program K3 dari perusahaan yang bersangkutan.
Tabel 7. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Peralatan Keselamatan dan
No Lokasi
Kesehatan Kerja
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
c. Kacamata / Sunglasses
d. Sarung tangan kuli t/ leather gloves
e. Masker + ear plug
1 Tambang f. Reflector vest
g. Pemadam api
h. Bendera tanda kendaraan
i. Kotak P3K di setiap kendaraan
tambang
j. Rambu lalu lintas
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
c. Kacamata / Sunglasses
d. Sarung tangan kulit / leather gloves
e. Masker + ear plug
2 Bengkel f. Penampung minyak pelumas bekas
g. Penampung besi-besi / suku cadang
bekas
h. Pemadam api
i. Kotak P3K
j. Pembersih tumpahan minyak
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
3 Gudang suku cadang c. Sarung tangan kulit / leather gloves
d. Pemadam api
e. Kotak P3K
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
c. Sarung tangan kulit / leather gloves
4 Instalasi Pengolahan d. Masker + ear plug
e. Jas laboratorium
f. Pemadam api
g. Kotak P3K
a. Penutup belt conveyor
b. Rambu-rambu keamanan
5 Jalur Belt Conveyor c. Pagar pengaman
d. Lampu penerangan
e. Kabel pemutus aliran listrik darurat
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
Jalan angkut dari
c. Kacamata / Sunglasses
tambang
6 d. Sarung tangan kulit / leather gloves
kestockpileinstalasi
e. Masker + ear plug
pengolahan
f. Bendera tanda kendaraan
g. Rambu lalu lintas
a. Helm pengaman / Safety helmet
b. Sepatu pengaman / Safety shoes
c. Kacamata / Sunglasses
d. Sarung tangan kulit / leather gloves
e. Masker + ear plug
7 Pelabuhan
f. Pemadam api
g. Bendera tanda kendaraan
h. Kotak P3K di setiap kendaraan
tambang
i. Rambu lalu lintas
Tabel 8. Langkah-langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan
No Kegiatan Uraian
a. peninjauan / pengecekan untuk
mengantisipasi kekurangan dan
kondisi tidak aman
b. penertiban sesuai peraturan K-3
1 Patroli Keamanan c. melaporkan secara lisan / tertulis
kepada supervisor bagi pelanggar
peraturan
d. mengontrol batas kecepatan
kendaraan tambang
2 Inspeksi Keamanan a. cek kondisi pemadam api, mela-
kukan inventarisasi dan pengisian
kembali jika perlu
b. cek kondisi fasilitas transportasi
c. cek kondisi fasilitas bengkel
d. cek kondisi dan penataan gudang
e. cek kondisi dan penataan camp
utama dan lokasi kerja
a. masalah keselamatan pada setiap
Diskusi Masalah jam
3
Keselamatan b. diskusi pagi, membantu dan
memonitor realisasi diskusi pagi
a. secara pendekatan pribadi, pembe-
lajaran, mengedarkan slogan,
4 Kampanye Keselamatan
leaflet, dsb
b. evaluasi
a. inventarisasi Alat Pelindung Diri
(APD)
5 Pelindung Keamanan b. cek kelengkapan pengaman alat-alat
c. cek kelengkapan rambu-rambu
d. melengkapi kekurangan
6 Pemilihan Operator a. cek jenis peralatan
a. laporan kecelakaan tambang
b. laporan bulanan
7 Laporan Keamanan
c. laporan tahunan
d. laporan pelatihan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak
dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau
orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan
pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan.
Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi
upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara
mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu
perusahaan, kerugian pada diri pekerja, bahkan kerugian pada Negara. Oleh
karena itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat khusunya masyarakat
pekerja di pertambangan tersebut guna meminimalisir segala kerugian yang dapat
terjadi.
Sumber : https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/06/01/kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-di-pertambangan/
http://www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/pertanyaan-mengenai-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-di-indonesia-1
nfotambang.com/organisasi-prosedur-dan-perlengkapan-pelaksanaan-k-p451-
142.htm