Anda di halaman 1dari 28

KOPERASI DAN UKM

Disusun Oleh :
Kelompok 14

Luh Gede Hari Purnama Sari (1415351162)


Ni Wayan Asri Mustika (1415351163)
Elli Arifah (1415351167)
Kadek Indri Dwipayanti (1415351171)
Ni Made Aristawati (1415351178)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
1. KONSEP PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan
atau badan usaha di semua sector ekonomi. Pada prinsipnya, perbedaan antara UMI (Usaha
Mikro), UK (Usaha Kecil), UM (Usaha Menengah), dan UB ( Usaha Beasar) umumnya
didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah dan bangungan), omset rata-rata per tahun,
atau jumlah pekerja tetap. Namun, definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda
menurut Negara.

Di Indonesia, difinisi UMKM diatur dalam Undang Undang RI No 20 tahun 2008


tentang UMKM. Dalam bab 1 (Ketentuan Umum), pasal 1 dari UU tersebut menyatakan :

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang-perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria UM sebagimana diatur dalam UU ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usahha Menengah atau Usaha Beasar yang memenuhi kritertia Usaha
Kecil.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagimana diatur dalam UU ini.
d. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengeh,
yang meliputi usaha nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan dan usaha asing
yang melakukankegiatan ekonomi di Indonesia.

Dalam Undang-Undang ini kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMK seperti
yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dalam pasal tersebut berikut
merupakan kriteria untuk UMI, UK, UMKM:

1
a. Kriteria Usaha Mikro (UMI) adalah :
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangungan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta
rupiah)
b. Kriteria Usaha Kecil (UK) adalah :
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangungan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (Dua milyar lima ratus juta rupiah)
c. Kriteria Usaha Menengah (UM) adalah :
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangungan tempat usaha; atau
Meiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah)

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintah seperti
Departemen Perindustrian dan BPS selama ini menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran
untuk membedakan skala usaha antara UMI, UK, UM dan UB. Misalnya, menurut BPS, UMI
(atau di sector industry manufaktur umumm disebut industry rumah tangga) adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang; UK antara 5 dan 19 pekerja; dan UM dari 20-99
orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori
UB.

2. KEBERADAAN UKM SECARA ALAMI

Globalisasi perekonomian dunia juga memperbesar ketidakpastian terutama karena


semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya produksi lainnya. Kemampuan
UKM bertahan selama ini di Indonesia menunjukan potensi kekuatan yang dimiliki UKM

2
Indonesia untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam perdagangan dan perekonomian dunia
di masa depan. Relatif lebih baiknya UK dibadingkan UM atau UB dalam menghadapi krisis
ekonomi tahun 1998 tidak lepas dari sifat alami dari keberadaan UK yang berbeda dengan sifat
alami dari keberadaan UM apalagi UB di Indonesia.

Sifat alami yang berbeda ini sangat penting untuk dipahami agar dapat mempredisikan
masa depan UK atau UKM. UK pada umumnya membuat barang-barang konsumsi sederhana
untuk kebutuhan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Sebagian dari pengusaha kecil
dan pekerjanya di Indonesia adalah kelompok masyarakat berpandidikan randah (SD) dan
kebanyakan dari mereka menggunakan mesin serta alat produksi sederhana atau implikasi dari
mereka sendiri. UK sebenarnya tidak terlalu tergantung pada fasilitas-fasilitas dari pemerintah
termasuk skim-skim kredit murah. Untuk mengetahui besarnya dampak dan proses terjadinya
dampak tersebut dari suatu gejolak ekonomi seperti krisis tahun 1998 terhadap UK perlu
dianalisis dari dua sisi :

Penawaran
Permintaan

Dari sisi penawaran, pada saat krisis berlangsung banyak pengusaha-pengusaha kecil
terpaksa menutup usaha mereka karena mahalnya biaya pengadaan bahan baku dan input lainnya
terutama yang diimpor akibat apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Namun, krisis
ekonomi tahun 1998 memberi suatu dorongan positif bagi pertumbuhan UK (dan mungkin
hingga tingkat tertentu bagi pertumbuhan UM) di Indonesia. Bagi banyak orang khususnya dari
kelompok masyarakat berpendapatan rendah atau penduduk miskin UK berperan sebagai salah
satu the last resort yang memberi sumber pendapatan secukupnya atau penghasilan tambahan.

Dari sisi permintaan salah satu dampak negatif dari krisis ekonomi tahun 1998 yang sangat
nyata adalah merosotnya tingkat pendapatan riil masyarakat per kapita. UK di Indonesia hingga
saat ini tetap ada bahkan jumlahnya terus bertambah walaupun mendapat persaingan ketat dari
UM, UB dan dari produk-produk M serta iklim berusaha yang selama ini terlalu kondusif akibat
kebijakan-kebijakan pemerintah yang dalam prakteknya tidak terlalu pro UK.

Pada umumnya produk-produk buatan UK adalah dari kategori inferior yang harganya
relatif murah daripada harga dari produk sejenis buatan UM dan UB atau M. Struktur pasar

3
output dualisme ini yang membuat UK bisa bertahan dalam persaingan dengan UM, UB dan
produk-produk M.

Kemampuan UKM

Dalam era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia terdapat tiga faktor
kompetitif yang akan menjadi dominan dalam menentukan bagus tidaknya prospek dari suatu
usaha antara lain:

Kemajuan Teknologi
Penguasaan ilmu pengetahuan
Kualitas SDM yang tinggi (profesionalisme)

Sayangnya, ketiga faktor keunggulan kompetitif tersebut masih merupakan kelemahan


utama dari sebagian besar UKM (terutama UK) di Indonesia.

3. KINERJA UMKM DI INDONESIA

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-


masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah
pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata
antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.

Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA,


the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for Economic
and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini
disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu
berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan
tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

4
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,
yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya
yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing
dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang
ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM
baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang perekonomian.


Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor UKM.
Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan
ekonomi Indonesia, yaitu (1) Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang
yang tidak tertampung di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil
devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah, (2)
unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut dijelaskan
sebagai berikut

a) Nilai Tambah
Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan
tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM
pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai
Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar
1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai
dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen,
Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.
b) Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen
terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta
orang.

5
c) Ekspor UKM
Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3
triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya
terhadap total ekspor non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005
menjadi 20,1 persen pada tahun 2006

4. KONTRIBUSI UKM TERHADAP KESEMPATAN KERJA DAN PDB

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki peranan penting
dalam perekonomian nasional, terutama dalam kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB). Mengingat pentingnya peranan UMKM di bidang ekonomi, sosial dan politik, maka saat
ini perkembangan UMKM diberi perhatian cukup besar di berbagai belahan dunia

Selain itu UMKM diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya nasional, termasuk
pemanfaatan tenaga kerja yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan mencapai pertumbuhan
ekonomi yang maksimum. Rahmana (2009) menambahkan UMKM telah menunjukkan
peranannya dalam penciptaan kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber penting bagi
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha kecil juga memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor industri, perdagangan dan
transportasi. Sektor ini mempunyai peranan cukup penting dalam penghasilan devisa negara
melalui usaha pakaian jadi (garment), barang-barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan
bagi turis.

Berikut merupakan tabel perkembangan UMKM pada periode 2012 yang kami ambil dari
website Kementrian Koperasi dan UMKM :

6
PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB)
TAHUN 2012
No Tahun 2012
Indikator Satuan
Jumlah Pangsa
1 UNIT USAHA (A+B) (Unit) 56,539,560
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) (Unit) 56,534,592 99.99%
Usaha Mikro (UMi) (Unit) 55,856,176 98.79%
Usaha Kecil (UK) (Unit) 629,418 1.11%
Usaha Menengah (UM) (Unit) 48,997 0.09%
B. Usaha Besar (Unit) 4,968 0.01%
2 TENAGA KERJA (A+B) (Orang) 110,808,154
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) (Orang) 107,657,509 97.16%
Usaha Mikro (UMi) (Orang) 99,859,517 90.12%
Usaha Kecil (UK) (Orang) 4,535,970 4.09%
Usaha Menengah (UM) (Orang) 3,262,023 2.94%
B. Usaha Besar (Orang) 3,150,645 2.84%
3 PDB ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 (A+B) (Rp. Milyar) 2,525,120.4
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) (Rp. Milyar) 1,451,460.2 57.48%
Usaha Mikro (UMi) (Rp. Milyar) 790,825.6 31.32%
Usaha Kecil (UK) (Rp. Milyar) 294,260.7 11.65%
Usaha Menengah (UM) (Rp. Milyar) 366,373.9 14.51%
B. Usaha Besar (Rp. Milyar) 1,073,660.1 42.52%

Sumber : Kementrian Koperasi dan UMKM, 2012

Data dari Kementrian Koperasi dan UMKM tahun 2012 menunjukkan total nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp. 2.525. 120, 4 milyar seperti terlihat pada tabel di
atas. UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 1.451.460, 2 milyar atau 57,48% dari total
PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada tahun 2012 mencapai 56,53 juta unit
usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya
mencapai 107,65 juta orang atau 97,16% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Data tersebut
menunjukkan bahwa peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat penting dalam
menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi masyarakat.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

7
tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.
Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat
penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga
sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga
kerjanya yang demikian besar.

5. OTONOMI DAERAH DAN PELUANG SERTA TANTANGAN BISNIS DI DAERAH

Pembangunan yang Tidak Merata

Pembangunan ekonomi nasional selama pemerintahan orde baru yang lebih terfokus pada
pertumbuhan ternyata tidak membuat banyak daerah di tanah air berkembang dengan baik.
Proses pembangunan dan peningkatan kemakmuran sebagai hasil pembagunan selama itu lebih
terkonsentrasi di pusat (Jawa). Pada tingkat nasional memang laju pertumbuhan ekonomi rata-
rata per tahun cukup tinggi dan tingkat pendapatan per kapita naik terus setiap tahun (hingga
krisis terjadi). Namun dilihat pada tingkat regional, kesenjangan pembangunan ekonomi antar
provinsi semakin membesar.

Masalah ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan antara lain karena


selama pemerintahan orde baaru, berdasarkan UU No. 5 tahun 1974, pemerintah pusat
menguasai dan mengontrol hamper semua sumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai
penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam (SDA) di sector
pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan.

Konstelasi hubungan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda) yang
berlaku sejak pemmerintahan orde baru hingga diberlakukannya otonomi daerah (OD) sejak
bulan Januari 2001 lalu menyebabkan relative kecilnya peranan pendapatan asli daerah (PAD)
dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sumber-sumber penerimaan
yang yang relative besar pada umumnya dikelola oleh pemerintah pusat, sedangkan sumber-
sumber relatif kecil dikelola oleh pemda.

8
Perubahan Penerimaan Daerah dan Peranan Pendapatan Asli Daerah

Menurut UU No.18 Tahun 1997, sumber-sumber keuangan daerah terdiri atas pendapatan
asli daerah (PAD); bagi hasil pajak dan nonpajak; pendapatan pemberian dari pemerintah pusat,
yang terdiri atas sumbangan/subsidi daerah otonom atau SDO, inpres/bantuan pembangunan atau
DIP, dan sumbangan-sumbangan lain yang diatur denan peraturan perundang-undangan. Dengan
keluarnya UU No. 25/1999, struktur keuangan daerah mengalami perubahan, dimana sumber
baru yang penting adalah dana dari pemerintah pusat.

Didasarkan dari sejumlah asumsinya, penerimaan provinsi secara total meningkat sebesar
17%. Berdasarkan penerimaan yang bersumber dari bagian daerah, empat provinsi yang
memiliki kekayaan alam cukup besar mendapatkan kenaikan penerimaan besar, yakni DI Aceh,
Riau, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur. Keempat provinsi tersebut umumnya memiliki
penerimaan tambahan dari sector pertambangan, bukan migas, dan sector perhutanan. Hal ini
dikarenakan menurut UU No. 25/1999, presentase bagi hasil sumber tersebut hanya sebesar 3%
dari penerimaan BBM dan 6% dari penerimaan gas bumi. Walaupun demikian secara total bagi
hasil sumber daya alam di empat provinsi tersebut tetap didominasi oleh migas.

Peluang dan Tantangan Bisnis Di Daerah

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu
perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha/persaingan di daerah. Oleh
sebab itu, seetiap pelaku bisnis di daerah dituntut untuk dapat beradaptasi menghadapi perubahan
tersebut. Di satu sisi, perubahan itu akan memberi kebebasan sepenuhya bagi daerah dalam
menentukan sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan. Tentunya diharapkan
kegiatan-kegiatan yang produktif yang dapat menghasilkan nilai tambah (NT) yang tinggi dan
dapat memberi sumbangan besar bagi pemerntukan PAD, salah satunya adalah industri-industri
dengan dasar sumber daya alam. Diharapkan industri-industri tersebut dapat dikembangkan di
daerah yang kaya sumber daya alam sehingga mempunyai daya saing tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lain. Bagi pengusaha setempat, pembangunan industri-industri tersebut
berarti suatu peluang bisnis ang besar, baik dalam arti membangun perusahaan di industri

9
tersebut atau perusahaan di sector lain yang terkait dengan industri tersebut, misalnya di sector
jasa (perusahaan transportasi) atau di sector perdagangan (perusahaan ekspor-impor).

Di sisi lain, jika tidak ada kesiapan yang matang dari pelaku bisnis daerah, maka
pemberlakuan otonomi daerah akan menimbulkan ancaman besar bagi mereka untuk dapat
bertaha menghadapi persaingan dari luar daerah atau luar negeri. Dengan kata lain, tantangan
yang pasti dihadapi setiap pelaku bisnis di daerah pada masa mendatang adalah bagaimana
mereka memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Dalam makalah Kalla (1999)
mengatakan bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah, secara umum pengusaha di daerah
akan melakukan hal sebagai berikut:

a) Bekerja dengan biaya lebih murah dan mudah karena tida perlu berurusan banyak dengan
birokrasi di Jakarta.
b) Tata niaga nasional pasti tidak ada lagi, dengan syarat Pemda tidak membuat aturan-aturan
tata niaga local yang menimbulkan sekat-sekat baru.
c) Mengurangi persaingan dengan perusahaan besar dengan lobi pusat. Ini artinya, pengusaha-
pengusaha di daerah dapat bersaing dipasar secara langsung, dan fair dengan pengusaha-
pengusaha dari luar (misalnya Jakarta).
d) Mencegah adanya proyek yang datang sekaligus dengan kontraktornya.
e) Kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kelebihan daerah masing-masing dapat diambil oleh
pemda dan pengusaha-pengusaha setempat untuk pertumbuhan yang lebih baik.

Peluang terbaik dalam otonomi daerah yang juga dapat dikaitkan dengan era perdagangan
bebas adalah wilayah Negara kita yang terletak di kawasan Asia Pasifik dengan ekonominya
yang besar dan dinamis. Kota-kota Indonesia dapat disiapkan untuk menjadi bagian penting dari
jaringan-jaringan bisnis yang berkembang di kawasan ini. Daya tarik Indonesia di kawasan Asia
Pasifik dan bagian dunia lain diperkuat oleh sumber daya alam, angkatan kerja, dan letak
geografikal yang sangat dibutuhkan dalam system produksi global.

10
6. PELUANG DAN TANTANGAN BAGI UKM DALAM LIBERASI PERDAGANGAN

Derasnya paham globalisasi dan kesuksesan integrasi ekonomi Eropa dalam bentuk pasar
tunggal yang digodok sejak 1950-an sedikit banyak menginspirasi wilayah lain. Asia Tenggara
menjadi wilayah yang kemudian mengikuti langkah ini. Isu integrasi ekonomi ASEAN mulai
dipelajari tahun 1997 ketika badai krisis ekonomi global menerpa. Negara-negara anggota
ASEAN berharap Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa menjadi fondasi kokoh ketika
diwujudkan tiga tahun mendatang.

ASEAN sangat berkepentingan membentuk pakta ekonomi yang kokoh, saling melindung
dan bersifat timbal balik karena kawasan ini adalah pasar dan wilayah investasi terbesar dari
negara-negara industri. Tentu saja di luar kepentingan ekonomi, geopolitik ASEAN kini semakin
penting karena menjadi kawasan perimbangan kekuatan Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Rusia
dan China. Satu negara yang bergantung namun terkesan gengsi melakukan pendekatan dalam
taraf setara adalah Australia yang berada di utara. Tanpa ASEAN, Australia akan menjadi benua
mini yang terasing.

Tahun 2007, di usia ke-40, 10 negara-negara Asia Tenggara menyepakati Piagam ASEAN
dan Cetakbiru ASEAN menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, pada Konferensi
Tingkat Tinggi ASEAN ke-13 di Singapura. Penandatangan Piagam ASEAN ini akan menandai
babak baru ASEAN menuju sebuah organisasi dengan komitmen bersama yang mengikat secara
hukum. Sedangkan cetakbiru MEA akan memberikan arah bagi perwujudan ASEAN sebagai
sebuah kawasan basis produksi dan pasar tunggal. Pencapaian MEA ini dilakukan melalui lima
pilar, yaitu: aliran bebas dari barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang
lebih bebas.

Upaya mewujudkan ASEAN sebagai kawasan basis produksi dan pasar tunggal ini tentu
saja memberikan banyak peluang, tantangan sekaligus ancaman yang besar bagi Indonesia.
Berikut kami sajikan berbagai bentuk peluang, tantangan dan juga ncaman yang mungkin akan
dihadapi oleh bangsa Indonesia.

A. Peluang
Perubahan sistem perdagangan internasional menuju liberalisasi, seperti ASEAN menuju
AFTA dan nanti menjadi MEA 2015, memunculkan banyak peluang diantaranya yaitu:

11
- Manfaat integrasi ekonomi
Kesediaan Indonesia bersama-sama dengan 9 (sembilan) Negara ASEAN lainnya
membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)pada tahun 2015 tentu saja didasarkan
pada keyakinan atas manfaatnya yang secara konseptual akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan ASEAN. Integrasi ekonomi dalam
mewujudkan MEA 2015 melalui pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar,
dorongan peningkatan efisiensi dan daya saing, serta pembukaan peluang penyerapan
tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di
kawasan.
- Pasar potensial dunia
Pewujudan MEA di tahun 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar
terbesar ke-3 di dunia yang didukung oleh jumlah penduduk ke-3 terbesar (8% dari total
penduduk dunia) di dunia setelah China dan India. Pada tahun 2008, jumlah penduduk
ASEAN sudah mencapai 584 juta orang (ASEAN Economic Community Chartbook,
2009), dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan usia mayoritas
berada pada usia produktif. Pertumbuhan ekonomi individu Negara ASEAN juga
meningkat dengan stabilitas makroekonomi ASEAN yang cukup terjaga dengan inflasi
esia yang terbesar di kawasan (40% dari
total penduduk ASEAN) tentu saja merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia
menjadi negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar
ASEAN di masa depan.
- Negara pengekspor
Negara-negara di kawasan ASEAN juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor baik
produk berbasis sumber daya alam (seperti agro-based products) maupun berbagai
produk elektronik. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar
Negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian
yang cukup baik juga menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi
(penanaman modal).
Sepuluh (10) komoditi ekspor ASEAN ke dunia pada tahun 2008 (berdasarkan HS-4
digit) yang dilaporkan dalam ASEAN Economic Community Chartbook (2009) adalah
(1) electronic integrated circuits & microassemblies (9%); (2) oil (not crude) from petrol

12
& bituminous minerals etc. (7%); (3) automatic data processing machines, magnetic or
optical readers, etc. (5%); (4) crude oil from petroleum and bituminous minerals (4%);
(5) petroleum gases & other gaseous hydrocarbons propane, butane, ethylene (4%); (6)
parts and accessories for office macjines & typewriters (3%); (7) palm oil & its fractions,
not chemically modified (3%); (8) natural rubber in primary form or plates balata, gutta
percha, guayule, chicle (2%); (9) semiconductor devices; light emiting diodes;
mountedpiezoelectric crystals; parts thereof diodes, etc. (1%); dan (10) electric apparatus
for line telephony or telegraphy telephone sets, teleprinters, modems, facs machine (1%).
Pada umumnya, konsentrasi perdagangan ASEAN masih dengan dunia meskipun
cenderung menurun dan beralih ke intra-ASEAN. Data perdagangan ASEAN
menunjukkan bahwa share perdagangan ke luar ASEAN semakin menurun, dari 80,8%
pada tahun 1993 turun menjadi 73,2% pada tahun 2008, sedangkan share perdagangan di
intra-ASEAN meningkat dari 19,2% pada tahun 1993 menjadi 26,8% pada tahun 2008.
Hal yang sama juga terjadi dengan Indonesia dalam 5 tahun terakhir, namun
perubahannya tidak signifikan. Nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19%
sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya. Hal ini menunjukkan
bahwa peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan
agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor
dari intra-ASEAN.
Indonesia sudah mencatat 10 (sepuluh) komoditi unggulan ekspornya baik ke dunia
maupun ke intra-ASEAN selama 5 tahun terkhir ini (2004 2008) dan 10 (sepuluh)
komoditi ekspor yang potensial untuk semakin ditingkatkan. Komoditi unggulan ekspor
ke dunia adalah minyak kelapa sawit, tekstil & produk tekstil, elektronik, produk hasil
hutan, karet & produk karet, otomotif, alas kaki, kakao, udang, dan kopi, sedangkan
komoditi ekspor ke intra-ASEAN adalah minyak petroleum mentah, timah, minyak
kelapa sawit, refined copper, batubara, karet, biji kakao, dan emas. Disamping itu,
Indonesia mempunyai komoditi lainnya yang punya peluang untuk ditingkatkan nilai
ekspornya ke dunia adalah peralatan kantor, rempah-rempah, perhiasan, kerajinan, ikan &
produk perikanan, minyak atsiri, makanan olahan, tanaman obat, peralatan medis, serta
kulit & produk kulit. Tentu saja, Indonesia harus cermat mengidentifikasi tujuan pasar
sesuai dengan segmen pasar dan spesifikasi dan kualitas produk yang dihasilkan.

13
- Negara tujuan investor
Uraian tersebut di atas merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ASEAN merupakan
pasar dan memiliki basis produksi. Fakta-fakta tersebut merupakan faktor yang
mendorong meningkatnya investasi di dalam dalam negeri masing-masing anggota dan
intra-ASEAN serta masuknya investasi asing ke kawasan. Sebagai Negara dengan jumlah
penduduk terbesar (40%) diantara Negara Anggota ASEAN, Indonesia diharapkan akan
mampu menarik investor ke dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih
besar dari Negara Anggota ASEAN lainnya.
Dari segi peningkatan investasi, berbagai negara ASEAN mengalami penurunan rasio
investasi terhadap PDB sejak krisis, antara lain akibat berkembangnya regional hub-
production. Tapi bagi Indonesia, salah satu faktor penyebab penting penurunan rasio
investasi ini adalah belum membaiknya iklim investasi dan keterbatasan infrastuktur.
Dalam rangka MEA 2015, berbagai kerjasama regional untuk meningkatkan infrastuktur
(pipa gas, teknologi informasi) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda.
Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia melalui
pemanfaatan program kerja sama regional, terutama dalam melancarkan program
perbaikan infrasruktur domestik. Sedangkan, kepentingan untuk harmonisasi dengan
regional menjadi prakondisi untuk menyesuaikan peraturan invetasi sesuai standar
kawasan.
- Daya saing
Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk
pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan
non-tarif yang berarti sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan
dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha lainnya untuk
meproduksi dan mendistribusikan barang yang berkualitas secara efisien sehingga
mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga
mempunyai alternatif pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia sebagai
salah satu Negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di sektor elektronik
dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya alam, berpeluang besar
untuk mengembangkan industri di sektor-sektor tersebut di dalam negeri.

14
- Sektor jasa yang terbuka
Di bidang jasa, ASEAN juga memiliki kondisi yang memungkinkan agar pengembangan
sektor jasa dapat dibuka seluas-luasnya. Sektor-sektor jasa prioritas yang telah ditetapkan
yaitu pariwisata, kesehatan, penerbangan dan e-ASEAN dan kemudian akan disusul
dengan logistik. Namun, perkembangan jasa prioritas di ASEAN belum merata, hanya
beberapa negara ASEAN yang mempunyai perkembangan jasa yang sudah berkembang
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Kemajuan ketiga negara tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai penggerak dan acuan untuk perkembangan liberalisasi jasa di
ASEAN. Lebih lanjut, untuk liberalisasi aliran modal dapat berpengaruh pada
peningkatan sumber dana sehingga memberikan manfaat yang positif baik pada
pengembangan system keuangan, alokasi sumber daya yang efisien, serta peningkatan
kinerja perekonomian secara keseluruhan. Dari sisi jumlah tenaga kerja, Indonesia yang
mempunyai penduduk yang sangat besar dapat menyediakan tenaga kerja yang cukup dan
pasar yang besar, sehingga menjadi pusat industri. Selain itu, Indonesia dapat menjadikan
ASEAN sebagai tujuan pekerjaan guna mengisi investasi yang akan dilakukan dalam
rangka MEA 2015. Standardisasi yang dilakukan melalui Mutual Recognition
Arrangements (MRAs) dapat memfasilitasi pergerakan tenaga kerja tersebut.
- Aliran modal
Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan
penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. MEA membuka peluang
bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan aliran modal masuk ke kawasan yang
kemudian ditempatkan di aset berdenominasi rupiah. Aliran modal tersebut tidak saja
berupa porsi dari portfolio regional tetapi juga dalam bentuk aliran modal langsung
(PMA). Sedangkan dari sisi peningkatan kapasitas dan kualitas lembaga, peraturan
terkait, maupun sumber daya manusia, berbagai program kerja sama regional yang
dilakukan tidak terlepas dari keharusan melakukan harmonisasi, standarisasi, maupun
mengikuti MRA yang telah disetujui bersama. Artinya akan terjadi proses perbaikan
kapasitas di berbagai institusi, sektor maupun peraturan terkait. Sebagai contoh adalah
penerapan ASEAN Single Window yang seharusnya dilakukan pada tahun 2008 (hingga
saat ini masih dalam proses) untuk ASEAN-6 mengharuskan penerapan sistem National
Single Window (NSW) di masing-masing negara.

15
B. Tantangan
Pemikiran akan pentingnya menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dalam proses
integrasi merupakan salah satu upaya merespon tantangan di era globalisasi. Karena dengan
kerjasama yang solid dan intens dibidang ekonomi maka ASEAN akan mampu memegang
kendali kawasan, bukan menjadi marjinal di kawasannya sendiri dan Asia pada umumnya.
Dengan hal ini sepertinya tantangan justru datang menghampiri Indonesia, berikut ini berbagai
tantangan yang mungkin akan dihadapi Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN:
- Laju peningkatan ekpor dan impor
Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak
hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara
sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Kinerja ekspor
selama periode 2004 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah Singapura, Malaysia, dan
Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan Malaysia, merupakan
tantangan yang sangat serius ke depan karena telah mengakibatkan neraca perdagangan
Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara ASEAN tersebut.
Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas ASEAN dengan
China. Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China masih mengalami
surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit sebesar + US$ 3600
juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki, nilai defisit
perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhir-akhir ini para pelaku usaha
khususnya yang bergerak di sektor industri petrokimia hulu, baja, tekstil dan produk
tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan masuknya
produk-produk sejenis dari China dengan harga yang relative lebih murah dari produksi
dalam negeri (Media Indonesia, 26 Nopember 2009).
- Laju inflasi
Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila
dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi
kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih
lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di ASEAN
membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga) Negara ASEAN

16
yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per kapita yang lebih tinggi
dari Indonesia.
- Dampak negatif arus modal yang lebih bebas
Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien,
merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi perdagangan
internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian, proses liberalisasi arus modal
dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak langsungnya pada kemungkinan
pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun dampak tidak langsungnya pada
peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya berujung pada tekanan inflasi. Selain
itu, aliran modal yang lebih bebas di kawasan dapat mengakibatkan terjadinya konsetrasi
aliran modal ke Negara tertentu yang dianggap memberikan potensi keuntungan lebih
menarik. Hal ini kemudian dapat menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makro
ekonomi.
- Kesamaan produk
Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif kawasan ASEAN,
khususnya di sektor pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan
elektronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan salah satu penyebab
pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari total
perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi
produk eskpornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari
Negara-negara ASEAN lainnya
- Daya saing sektor prioritas integrasi
Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan keunggulan
komparatif di sektor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan di
sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit, perikanan, produk
karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral (tembaga, batu bara,
nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan tingkat keunggulan
yang terbatas.

17
- Daya saing SDM
Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik secara formal
maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal memenuhi ketentuan
dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3 pendirian perusahaan
(commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga kerja (movement of natural
persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor prioritas integrasi. Untuk itu,
Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga kerjanya sehingga bisa digunakan
baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk mencegah banjirnya tenaga kerja
terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena memerlukan adanya cetak birum
sistem pendidikan secara menyeluruh, dan sertifikasi berbagai profesi terkait.
- Tingkat perkembangan ekonomi
Tingkat perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN hingga saat ini masih
beragam. Secara sederhana, penyebutan ASEAN-6 dan ASEAN-4 dimaksudkan selain
untuk membedakan tahun bergabungnya dengan ASEAN, juga menunjukkan perbedaan
tingkat ekonomi. Apabila diteliti lebih spesifik lagi, tingkat kemajuan berikut ini juga
terdapat diantara Negara Anggota ASEAN: (i) kelompok negara maju (Singapura), (ii)
kelompok negara dinamis (Thailand dan Malaysia), (iii) kelompok negara pendapatan
menengah (Indonesia, Filipina, dan Brunei), dan (iv) kelompok negara belum maju
(CLMV). Tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut merupakan salah satu masalah di
kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan agar tidak menghambat percepatan
kawasan menuju MEA 2015. Oleh karenanya, ASEAN dalam menentukan jadwal
komitmen liberalisasi mempertimbangkan perbedaan tingkat ekonomi tersebut. Dalam
rangka membangun ekonomi yang merata di kawasan (region of equitable economic
development), ASEAN harus bekerja keras di dalam negeri masing-masing dan bekerja
sama dengan sesama ASEAN.
- Kepentingan nasional
Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional merupakan yang
utama yang harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN. Kepentingan kawasan,
apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan prioritas kedua. Hal ini
berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan komitmen liberalisasi MEA
Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat secara politik serta masalah

18
kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi kawasan. Selama ini ASEAN
selalu menggunakan pendekatan voluntary approach dalam berbagai inisiatif kerja sama
yang terbentuk di ASEAN sehingga group pressure diantara sesama Negara Anggota
lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada pewujudan integrasi ekonomi kawasan
akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
- Kedaulatan negara
Integrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara untuk menggunakan
kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri.
Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau pengorbanan terbesar yang
diberikan oleh masing-masing Negara Anggota ASEAN. Untuk mencapai MEA 2015
dengan sukses, diperlukan kesadaran politik yang tinggi dari suatu negara untuk
memutuskan melepaskan sebagian kedaulatan negaranya. Kerugian besar lainnya
adalah seperti kemungkinan hilangnya peluang kerja di suatu negara serta kemungkinan
menjadi pasar bagi Negara ASEAN lainnya yang lebih mampu bersaing.
Tantangan lainnya yang akan dihadapi oleh Indonesia adalah bagaimana mengoptimalkan
peluang tersebut. Bila Indonesia tidak melakukan persiapan yang berarti maka Indonesia
akan menjadi Negara tujuan pemasaran bagi ASEAN lainnya.
C. Ancaman
Sumber daya manusia Indonesia sedang terancam dari berbagai sisi, antara lain integrasi
mobilitas tenaga kerja kawasan ASEAN melalui kesepakatan diberlakukannya Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), teknologi yang semakin berkembang dan perdagangan bebas yang
menyebabkan membanjirnya produk luar di Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN diluar Indochina, kualitas tenaga kerja Indonesia adalah yang paling rendah. Survei
yang dilakukan oleh APO (Asian Productivity Organization) pada tahun 2004 menunjukkan, dari
setiap 1.000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3 persen yang terampil dibandingkan
dengan Filipina 8,3 persen, Malaysia 32,6 persen dan Singapura 34,7 persen.
Rendahnya kualitas tenaga kerja Indonesia disebabkan karena sistem diklat yang masih
berorientasi pada pendekatan supply driven". Program diklat yang dikembangkan oleh lembaga
diklat pemerintah dan swasta belum mengacu kepada kebutuhan pasar kerja. Akibatnya terjadi
kesenjangan yang semakin lebar antara kualitas tenaga kerja yang dihasilkan oleh lembaga diklat
dengan kualitas yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri. Kesenjangan ini telah menyebabkan

19
meningkatnya jumlah pengangguran terbuka khususnya pengangguran terdidik usia muda. Tanpa
adanya upaya terobosan dari para pemangku kepentingan khususnya pemerintah, pada era MEA
yang mulai efektif tahun 2015 nanti, tenaga kerja Indonesia akan kalah bersaing dan semakin
terpinggirkan.
Selain masalah itu, dengan adanya pasar tunggal ASEAN ini juga mengancam eksistensi
usaha sekaligus SDM lokal. Selama ini Indonesia lebih banyak berperan sebagai pasar empuk
bagi produk-produk luar. Berbagai produk negara lain membanjiri Indonesia mulai dari
makanan, fashion, otomotif dan elektronik. Produk-produk itu sangat kompetitif baik dari segi
kualitas maupun harga, sehingga produk dalam negeri menjadi kurang berkembang akibat kalah
bersaing. Apakah salah jika konsumen dalam negeri lebih memilih barang dari luar negeri tentu
saja jawabannya adalah tidak meskipun dengung nasionalisme salah satunya adalah
menggunakan produk-produk Indonesia. Konsumen tak akan mempertimbangkan itu, namun
kualitas dan harga yang sesuai kriteria, dan sepertinya produsen luar yang di dukung kebijakan
negaranya yang malah lebih paham soal pemenuhan selera pasar itu. Selain mengancam
pengusaha, membanjirnya produk luar dengan pasar yang tinggi di Indonesia juga mengancam
kelangsungan tenaga kerja. Jika pengusaha tidak mampu mempertahankan usahanya karena
collapse, tentu saja tenaga kerjanya akan terkena imbas PHK.
Sejauh ini mayoritas pemerintah daerah tidak mengetahui mengenai rencana
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean sehingga banyak pengusaha di daerah lebih
kesulitan mempersiapkan diri. Di sisi lain, para pengusaha asal Malaysia, Vietnam, dan Thailand
saat ini aktif memperkenalkan produknya kepada pasar Indonesia. Contohnya yaitu produk
makanan dan minuman dari Malaysia yang mulai membanjiri pasar Indonesia. Minuman cokelat
asal Malaysia lebih gampang ditemukan daripada minuman coklat buatan Indonesia. Makanan
dan minuman dari negeri jiran itu memang membanjiri toko kelontong, minimarket, dan pasar di
wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Malaysia belakangan ini menjadi eksportir utama
produk makanan dan minuman ke Indonesia.
Hampir seperlima dari seluruh makanan dan minuman impor berasal dari Malaysia.
Lonjakan impor makanan dan minuman ini sangat mengkhawatirkan. Kenaikan impor dari
Januari 2010 ke Januari 2011 mencapai 83%. Produk makanan-minuman Malaysia itu
membanjiri pasar Indonesia sejak berlakunya kesepakatan ASEAN Trade in Goods Agreement
(ATIGA).

20
HASIL WAWANCARA ONLINE DENGAN CREATIVE DIRECTOR BCIC (BALI
CREATIVE INDUSTRY CENTER)

Pada kesempatan ini kelompok kami berkesempatan untuk melakukan wawancara secara online
melalui Line dengan Creative Director BCIC yaitu Mbak Genie Anggita. Wawancara ini kami
lakukan melalui Line karena tim yang Mbak Genie pimpin sedang berada di Surabaya, sehingga
kami belum sempat untuk bertemu langsung dengan beliau. Meskipun begitu kami di ajak untuk
berkunjung di bulan Juli mendatang untuk sekedar melihat kegiatan di BCIC yang akan
dilaksanakan pada bulan tersebut.

Mbak Genie Anggita mulai menjadi Creative Director BCIC sejak tahun 2014 silam, wanita
yang menyelesaikan sarjana arsitektur di ITS dan Master of Architecture (MArch) merupakan
sosok yang bersahabat dan mau untuk berbagi pengalamannya tentang dunia design dan
arsitektur, khususnya kegiatan yang harus dipimpinnya berkenaan dengan BCIC. Mbk Genie
sendiri sudah menekuni profesi sebagai design dan arsitektur sejak 2010, dan sudah mengerjakan
banyak proyek yang tak jarang bekerjasama dengan kementrian perindustrian. Proyek tersebut
diantaranya : branding Raja Ampat, Pulau Komodo, Angkutan Bandara Soekarno Hatta, proyek
monorail dan trem Surabaya yang diberi nama Surotram dan Boyorail di tahun 2013, dan masih
banyak lagi.

21
A. Sekilas BCIC

Salah satu strategi pembangunan ekonomi dan industri di Indonesia adalah pengembangan
industri kreatif. Saat ini terdapat 15 subsektor industri kreatif yang dikembangkan, yakni
periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan/kriya, desain, fesyen, film-video-fotografi,
permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan
piranti lunak, radio dan tv, riset dan pengembangan, serta kuliner.

Kementerian Perindustrian mendorong pertumbuhan industri fesyen dan kerajinan dengan


menyediakan sarana pendidikan dan pengembangan. Menteri Perindustrian telah menerbitkan
Keputusan No. 146/M-IND/Kep/3/2014 tentang Pemberdayaan Balai Pendidikan dan Pelatihan
Industri Denpasar sebagai Pusat Pengembangan Industri Kreatif, atau disebut Bali Creative
Industry Center (BCIC). Keputusan Menteri tersebut memberi amanat kepada Ditjen IKM untuk
mengembangkan industri kreatif sektor kerajinan dan fesyen agar mempunyai nilai tambah dan
berdaya saing.

B. Sarana Dan Prasarana Yang Sudah Ada Di BCIC:

1. Ruangan Lobi ( 80 m2) sebagai tempat penerimaan tamu dan Pusat Informasi.
2. Empat unit showroom (Area Ceramic, Jewelry, Fashion dan Craft), masing-masing seluas
64 m2, yang akan dimanfaatkan oleh IKM, untuk dapat mempromosikan atau menjual
berbagai prototype produk & desain kreatif baru.
3. Tiga Unit Bangunan 3 lantai, masing-masing seluas 240 m2 sebagai fasilitas para
desainer kreatif untuk menciptakan desain dan prototype produk-produk baru.
4. Ruang Exhibition Lantai Dasar 1960 m2 yang akan dimanfaatkan sebagai Ruang
Pameran/Exibition bagi produk fesyen dan kreatif dari berbagai daerah di Indonesia.
5. Bengkel peralatan untuk pembuatan Mock Up, Model dan Prototype, seluas 600 m2.

C. Visi & Misi

Visi BCIC adalah menjadi Pusat Pengembangan Industri Kreatif dan Inovasi Unggulan untuk
meningkatkan daya saing Bangsa sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat.

22
Misi BCIC:

1. Membangun Ekosistem Industri Kreatif.


2. Mengembangkan Riset Teknologi, Desain, Seni, Budaya dan Inovasi Industri Kreatif
Nasional.
3. Membangun Kapasitas SDM dan Komunitas Kreatif yang unggul dan lebih berdaya
saing.
4. Memfasilitasi Promosi dan Pemasaran Produk Industri Kreatif Nasional.

Rangkuman wawancara dengan narasumber Genie Anggita-Creative Director BCIC :


1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya BCIC?
BCIC secara basically merupakan creative center yang bidangnya fokus pada kriya dan
fashion. Program dari BCIC itu sendiri memiliki program inkubator bisnis, Design Lab,
Branding & Markom (dengan berbagai macam program yang ada di dalamnya), long
houl workshop (creative camp), kompetisi nasional (IFCA), program networking
(international conference & even international exhibition).
2. Apakah BCIC itu sendiri memuat seluruh industry kreatif yang ada?
Tidak semua industry, BCIC dibiayai oleh kementrian perindustrian yang berada di ranah
kementrian perindustrian bidang kriya dan fashion, sedangkan untuk industry kreatif
lainnya berada di bawah naungan kementrian lainnya. Namun, BCIC sejauh ini sudah
bekerjasama dengan sektor industry kreatif lainnya juga. BCIC menjangkau secara
nasional, tidak hanya di Bali, namun home basednya berada di Bali. BCIC juga sudah
melakukan roadshow di 8 kota, dan memiliki partner IKM di seluruh Indonesia. IKM
yang sudah bekerjasama dengan BCIC sebanyak 40-an IKM.
3. Tantangan terbesar BCIC selama melaksanakan program kerjanya?
Tantangannya, bagaimana bisa bersinergi, bekerjasama dengan berbagai banyak orang
yang memiliki karakter berbeda-beda, selain itu bagaimana membina komunikasi yang
baik, sebab pekerja kreatif rata-rata mempunyai sifat idealis dan mempunyai sudut
pandang yang unik.
4. Mengapa BCIC lebih memberikan perhatian terhadap IKM dibandingkan dengan UKM?
UKM merupakan usaha kecil menengah, IKM, industry kecil menengah. IKM itu sendiri
merupakan usaha yang sudah memiliki pola atau standar seperti industry, sehingga BCIC

23
sendiri berkonsentrasi pada standarisasi, pengembangan desain, pengembangan system
produksi, dll. Selain itu alasan BCIC lebih menangani IKM disebabkan karena BCIC itu
sendiri bergerak di bawah kementrian perindustrian.
5. Bagaimana menanggapi IKM yang tidak memiliki informasi dan akses ke pasar global?
IKM itu sendiri memiliki definisi yang luas dan yang termasuk golongan IKM sangat
beragam adanya, mulai dari yang kecil-kecil di daerah pelosok sampai dengan yang
sudah aktif dalam menjalankan ekspor. Kendala dari IKM yang belum memiliki
informasi dan akses ke pasar global disebabkan karena letak geografis di masing-masing
daerah sehingga keterbatasan akses informasi ataupun standarisasi baik dari segi
kualitasnya yang belum mumpuni untuk masuk ke standar pasar global.
6. Apakah BCIC sendiri melakukan upaya dalam menangani keterbatasan daerah yang
kurang dalam hal informasi dan akses ke pasar modal?
BCIC melakukan beberapa kegiatan community development. BCIC bekerjasama
besama IKM-IKM di daerah pelosok untuk membuat produk bersama. Seperti yang ada
di program Design Lab, para desainer dari BCIC mengembangkan produk sehingga
menghasilkan desain yang berkualitas baik, jadi layak masuk untuk pasar global.
7. Apakah yang ingin mengikuti program Design Lab harus memiliki usaha?
Design Lab yang ada di BCIC, designernya ada 6 orang anggota yang sudah memiliki
pengalaman, namun hanya dibuka untuk partner atau kerjasama. Untuk umum, program
inkubator bisnisnya disyaratkan sudah lulus, dan sudah memiliki produk awal untuk
dikembangkan menjadi bisnis, tentunya masih dalam kategori kriya dan fashion.
8. Apakah BCIC membina IKM mulai dari branding sampai dengan produk tersebut
dipasarkan?
Sejauh ini BCIC membantu dalam hal desain dan kualitas produk, dalam hal pemasaran
hanya membantu di tahap awalnya saja, seperti dengan mengikutkan hasil-hasil
produknya pada pameran-pameran yang diselenggarakan, lalu menyambungkan kepada
beberapa partner e-commerce seperti qlapa.com
9. Bagaimana kiat-kiat agar produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar global?
- Cost leadership (seperti barang-barang China, yang pada umumnya mampu bersaing
di harga, dan kualitas menjadi nomor yang kesekian)

24
- Focus (mempunyai keahlian yang focus ,jadi ketika orang ingin membeli barang
tertentu yang terfikirkan pada orang tersebut adalah barang anda)
- Uniqueness (produknya unik, berbeda, baru, serta inovatif)

Jika sudah memiliki salah satu kategori tersebut, produk sudah dikategorikan sudah
kompetitif.

10. Mbak Genie disini saya punya gambar yang saya ambil dari website BCIC, Geo Guri,
kriya yg di desain Ega Elanda, apakah ini salah satu buah dari inkubator bisnnis BCIC
mbk?

Nah klo geo guri ini karya design lab kami..yang


kebetulan menang dalam kompetisi Indonesian
Fashion and Craft Awards 2015. Namun karna
Geo Guri ini masih prototype, jadi masih harus
disempurnakan sebelum masuk ke produksi
masalnya.

11. Menurut mbk Genie sebagi Creative Director BCIC, apakah kinerja BCIC sejauh ini
sudah dikatakan maksimal dalam pengembangannya dan juga penggalian IKM di
Indonesia?
Tentunya masih banyak hal yang harus dibenahi, agar kedepannya produk yang
dirancang ataupun dihasilkan lebih matang. BCIC usianya baru 2 tahun, dan tahun ini
masuk tahun ke-3, jadi masih banyak yang harus dikembangkan.
12. Bagaimana cara pemerintah dalam mendampingi pelaku usaha dalam programnya
mendukung e-commerce dalam bidang market place?
BCIC dari segi pembiayaannya memang dibiayai oleh pemerintah (kementrian), namun
tim pelaksananya adalah praktisi. Masuknya pasar digital e-commerce yang sedang
digalakkan ini, biasanya pihak pemerintah melakukan sosialisasi mengenai ini.

25
Pemasaran online memang sangat membantu untuk percepatan dalam hal pemasaran,
diimbangi dengan kualitas dan kapasitas produksinya yang sudah mumpuni. Namun,
sebenarnya di pasar domestik kita saja kalau digarap sudah banyak peminatnya dan bagus
secara bisnis.
Salah satu strategi bagi pemula yang memasuki pasar adalah dengan melakukan riset
pasar kecil-kecilan serta membaca trend yang berkembang.
13. Adanya intervensi pemerintah melalui MENKU meluncurkan fasilitas kemudahan impor
tujuan ekspot (KITE) untuk sector IKM, apakah sudah dinikmati atau adakah syarat,
ketentuan dalam intervensi tersebut?
Program tersebut merupakan salah satu upaya baik pemerintah untuk membangun
infrastruktur di daerah-daerah yang jarang dijamah namun potensial, agar akses yang
lebih mudah dalam melakukan ekspor, program ini baru diaktivatisasi akhir tahun lali dan
masih dalam tahap sosialisasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus.2012.Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia.Jakarta:LP3ES

http://www.depkop.go.id/pdf-viewer/?p=uploads/tx_rtgfiles/sandingan_data_umkm_2011-2012-
new.pdf (diakses pada 25 April 2017)

Tri, Dani Danuar. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis
Ekonomi Kreatif di Kota Semarang. Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

http://mediaindonesia.com/, Laju perekonomian Indonesia (Media Indonesia, 26 Nopember


2009)

https://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kinerja-ukm-di-indonesia/, diakses pada 1 Mei 2017

http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik, diakses pada 5 Mei 2017

http://mumiro29.blogspot.co.uk/2013/05/peluang-tantangan-dan-ancaman-indonesia.html

27

Anda mungkin juga menyukai