I. IDENTITAS PASIEN
RM : 729882
Ruang : Lontara 2 Atas Depan
Nama : An. H.W.
Tanggal Lahir : 07-02-2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Flores
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 7-11-2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Benjolan pada lipat paha kiri.
Anamnesis Terpimpin:
Dialami sejak pasien baru lahir. Benjolan dapat keluar dan masuk. Benjolan keluar
saat pasien berdiri dan bermain. Benjolan masuk saat pasien istirahat atau posisi
berbaring. Pasien merasa kadang nyeri, terutama ketika bermain dalam waktu yang lama.
Mual tidak ada, riwayat mual ada saat di rumah sakit flores, muntah tidak ada riwayat
muntah tidak ada. Demam tidak ada .
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Perkembangan:
- Prenatal : ibu melakukan ANC teratur di puskesmas.
- Natal : Pasien lahir cukup bulan (9 bulan), cara persalinan pervaginam.
- Postnatal : langsung menangis, berat lahir 3100 gram.
- Bisa berjalan umur 2 tahun
- Bisa berbicara umur 3 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
1
III. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalisata:
Keadaan umum: Sakit sedang/Gizi Cukup/Compos mentis
BB: 14 kg TB: 86 cm IMT: 18,9 kg/m2 (Gizi kurang)
Status Vitalis:
BP: 100/70 mmHg RR: 24 x/menit, simetris, vesikular
HR: 90 x/menit, regular, adekuat Temp (axilla): 36,8C; akral hangat
Status Lokalisata:
Regio abdomen:
- Inspeksi : Tampak benjolan pada inguinal sinistra, warna kulit sama
dengan warna kulit sekitarnya, datar, ikut gerak napas, darm contour (-),
darm steifung (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), supel, defans muskuler (-)
- Perkusi : Nyeri ketok (-)
Regio Skrotalis
- Inspeksi : Tampak kulit scrotum sama dengan kulit sekitarnya, skrotum
bagian sinistra tampak lebih besar dibandingkan dengan scrotum bagian
sinistra.
- Auskultasi: Peristaltik (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
- Perkusi : Tidak dilakukan.
2
PT 10,3 10-14 detik
INR 0,96 -- --
APTT 28,9 22.0-30.0 detik
GDS 120 140 mg/dL
Ureum 17 10-50 mg/dL
Kreatinin 0.30 L(<1.3); P(<1.1) mg/dL
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thorax PA (19-10-2015)
- Posisi asimetris, kondisi film baik, inspirasi cukup
- Corakan bronkovaskular meningkat
- Tidak tampak pemadatan kedua hilus
- Cor: bentuk dan ukuran dalam batas normal (Cardio Thoracic Index 0,47), aortae
normal
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan: Tidak tampak kelainan radiologik pada foto thorax ini
VI. RESUME
Dialami sejak pasien baru lahir. Benjolan dapat keluar dan masuk. Benjolan keluar
saat pasien berdiri dan bermain. Benjolan masuk saat pasien istirahat atau posisi
berbaring. Pasien merasa kadang nyeri, terutama ketika bermain dalam waktu yang lama.
Mual tidak ada, riwayat mual ada saat di rumah sakit flores, muntah tidak ada riwayat
muntah tidak ada. Demam tidak ada .
Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan, yaitu ibu melakukan ANC
teratur di puskesmas, pasien lahir cukup bulan (9 bulan), cara persalinan pervaginam,
langsung menangis, berat lahir 3100 gram. Bisa berjalan umur 2 tahun. Bisa berbicara
umur 3 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga, tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti
ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, dan
compos mentis. Pada status vitalis semua dalam batas normal. Pada regio abdomen
tampak benjolan pada regio ingunalis sinistra . warna kulit sama dengan warna kulit
sekitarnya. Pada region skrotalis, tampak pembesaran scrotum bagian sinistra
dibandingkan dengan scrotum daerah dextra. Warna kulit sama dengan warna kulit
sekitarnya. Pada pemeriksaan fisis khusus, didapatkan tes reposisi (+). Tes visible, tes
oklusi tidak dapat dilakukan.
3
Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan darah dalam batas normal. Dan
pemeriksaan radiologis, foto thorax dalam batas normal.
VII. DIAGNOSIS
Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Sinistra
XI. DISKUSI
A. PRE OPERATIF
Pada pasien dapat dilihat kolostomi mengalami prolaps (penonjolan mukosa
usus sepanjang 6 cm atau lebih dari permukaan kulit), disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: pembukaan yang terlalu besar pada dinding abdomen atau fiksasi usus
yang tidak cukup kuat pada dinding abdomen, gerakan usus (peristaltik) yang
meningkat, tekanan di dalam rongga perut yang tinggi, dinding perut tipis dengan
tonus otot yang lemah.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien mengalami anemia. Hal ini
disebabkan oleh penurunan absorpsi dari vitamin B12 yang diakibatkan oleh
menurunnya faktor intrinsik pada otot polos usus.
Loopografi pada Hirschsprung disease kurang bermanfaat karena kegunaan
dilakukan loopografi hanya untuk mengevaluasi saluran cerna post colostomy.
Pemeriksaan radiologi yang lebih bermanfaat yaitu pemeriksaan barium enema
4
dengan menggunakan teknik Hirschsprung, karena pada pemeriksaan tersebut dapat
melihat dan menentukan zona transisi.
Pada hasil Patologi Anatomi yang dilakukan pada tanggal 08-04-2015 yaitu
rectum terdapat sel ganglion + Colon aganglionik. Hal ini tidak sesuai dengan teori
pertumbuhan system saraf usus (neuroenteric system) dan migrasi yang inkomplit dari
sel neural crest. Fenotip pada penyakit Hirschsprung bervariasi, tergantung dari
kelainan selama pertumbuhan neuroenteric system (NES) dan kapan saat migrasi
neural-crest berhenti. Neural crest bermigrasi ke traktus digestivus bagian cranial dan
kemudian berkembang ke arah kaudal. Sel saraf pertama terlihat di esophagus pada
minggu ke-5, di midgut minggu ke-7 dan sampai ke kolon pada minggu 12. Migrasi
awalnya mencapai intermuskularis (Auerbach) kemudian menuju submukosa
(Meisner).
Sebelum dilakukan pullthrough sebaiknya pasien dilakukan beberapa
persiapan, yaitu bowel sterilisasi baik secara mekanik maupun antibiotika, dan
dilakukan pemeriksaan rectal untuk memastikan tidak ada sisa feses.
B. INTRA OPERATIF
Operasi yang dilakukan adalah pullthrough dengan menggunakan prosedur
Duhamel. Dan sebelum kolostomi distal ditutup, dilakukan tappering dengan
menggunakan STAPPLER TLC75.
Pada pasien ini dilakukan prosedur Duhamel karena teknik sederhana, mudah
dikerjakan, dan angka komplikasi kecil.
C. POST OPERATIF
Pada pasien tidak ada komplikasi yang terjadi. Pasien dirawat selama 7 hari
post operasi, dan setelah itu diperbolehkan untuk rawat jalan. Selama perawatan post
operasi, pasien tidak ada keluhan apapun.
Ada beberapa komplikasi yang biasa muncul, yaitu: komplikasi dini yang
biasa timbul dalam 4 minggu pertama (kebocoran, enterokolitis, stenosis); dan
komplikasi lanjut (inkontinensia, soiling, obstipasi berulang).
I. PENDAHULUAN
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status
kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya
5
dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan
24,1 % di Amerika Serikat. 1
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun
1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring
bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk
memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis
inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria dan
wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi
oleh umur. 1
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga
pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan
hernia penting.
2. DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat
dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut tentang hernia
ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain
hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan
miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai
arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia
inguinalis lateralis (HIL) terjadi disebabkan kelainan kongenital meskipun ada yang
didapat.3
6
Tabel.1. Perbedaan HIL dan HIM.3
Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus oleh Onset biasanya
dengan vasa fascia pada waktu
epigastrica spermatica
inferior interna
Hernia Penojolan Lateral Ya Congenital
ingunalis melewati cincin dan bisa pada
lateralis inguinal dan waktu dewasa.
biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan cincin
ingunalis interna
pada waktu
embrio setelah
penurunan testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
ingunalis langsung
medialis menembus fascia
dinding abdomen
7
3. KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga tahapan, yaitu:3
Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3
Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3
1. Hernia Indirek
hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
hernia inguinalis indirek sliding.
2. Hernia Direk
suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum.
hernia divertikular di dinding posterior.
hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga
Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
8
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
- Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin
interna yang berdiameter < 1cm.
9
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
4. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi
diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Kehamilan
Ascites
5. PATOFISIOLOGI
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad
ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen
yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis
adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums
bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis, testis
akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum.
Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia
inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah yang sebelah kanan.
10
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan
testis yang dikenal dengan tunika vaginalis.
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis
lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi
tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus
vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia ingunalis lateralis
proseccus vaginalisnya menutup.5
6. ANATOMI
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan tentang
dinding abdomen,kanalis inguinalis dan lapisan-lapisan dinding abdomen.
Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri
atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai
nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka. Dalam bukunya
Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar inguinal terdiri dari susunan multi
laminer dan seterusnya.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
11
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa).
Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis,
skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding
abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan
luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis.,
Lakunare (Gimbernat) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.
Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada
ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.2
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea
(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.
8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
9. Peritoneum
10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5
12
Bagian bagian dari hernia 7
a. Pintu hernia adalah lapisan-lapisan dinding perut dan panggul. Hernia dinamai
berdasarkan dari pintunya
b. Kantung hernia adalah peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus dan
basis
c. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm
dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi kanalis
inguinalis adalah:
- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan 1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
- Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus abdominis yang
bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding posterior dibagian
lateral.
- Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon, dinding posterior
berkembang dari aponeurosis muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.
- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus dan
muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.
Canalis Inguinalis
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini merupakan
defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan terletak di
bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas muskulus
transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan
13
pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah
daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk U
dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 8
8. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.11
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9.1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
16
1.Retropubic
2.Intra abdominal
3.Pre peritoneal
4.Pre peritoneal locule
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19