Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

MINI PROJECT
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural. Sekitar 1 milyar manusia atau 1 dari
6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup di negara
berkembang (UNFPA, 2000). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara
seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual menempatkan
remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi.
Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta
melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi. Penyakit Menular Seksual
(PMS) yang masih dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus
HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap
hari ada 7000 remaja yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 1998). Menurut Depatemen
Kesehatan jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan hingga Maret 2007
mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang,
dimana separuh dari kasus ini adalah kaum muda (umur 15-29 tahun = 57,4 %).
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Remaja yang diterbitkan oleh Biro
Pusat Statistik, BAPPENAS, dan UNFPA jumlah remaja usia 10 24 tahun pada
tahun 2007 adalah sekita 64 juta jiwa atau 28,64 % dari jumlah perkiraan
penduduk Indonesia sebanyak 222 juta jiwa. Permasalahan remaja saat ini sangat
kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan laki-
laki yang tahun tentang masa subur baru mencapai 29,0 % dan 32,3 %. Remaja
perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui risiko kehamilan jika
melakukan hubungan seksual sekali, masing-masing baru mencapai 49,5 % dan
45,5 %. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku
mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-
masing mencapai 48,6 % dan 46,5 % (SKRRI, 2002-2003).
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 1
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2001) didapatkan
27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah
pernah melakukan hubungan seksual dan data PKBI (2006) didapatkan bahwa
kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 13-18 tahun dan
60% tidak menggunakan alat kontrasepsi. Risiko kesehatan reproduksi ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan misalnya kebersihan
organ-organ reproduksi, hubungan seksual pranikah, akses terhadap pendidikan
kesehatan, kekerasan seksual, pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas,
penggunaan NAPZA, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan kurangnya kedekatan remaja dengan kedua orangtuanya dan
keluarganya (PATH, 2000).
Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu
mendapat informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya
dilakukan dan yang seharusnya dihindari (Wardah, 2007). Dengan mengetahui
tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari hal-hal
yang negatif yang mungkin akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).
Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya pembuatan keputusan untuk
menolak setiap kegiatan seksual yang rentan terjadi pada masa remaja karena
setiap kegiatan seksual mempunyai risiko negatif tentang kesehatan
reproduksinya. Hubungan atau kontak seksual pada remaja di bawah 17 tahun
juga berisiko terhadap tumbuhnya sel kanker pada mulut rahim, penyakit menular
seksual, HIV/AIDS, melakukan aborsi, dan lebih jauh dapat menyebabkan
komplikasi berupa ganguan mental dan kepribadian pada remaja (Ernawati,
2007). Remaja putri merupakan yang paling rentan dalam menghadapi masalah
kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja
putri lebih mudah terkena infeksi dari dari luar karena bentuk dan letak organ
reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri akan
mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang mungkin akaterjadi
adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Dari segi sosial, remaja putri sering
mendapatkan perlakuan kekerasan seksual. Risiko kesehatan reproduksi remaja
ini dapat ditekan dengan pengetahuan yang baik tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Pengetahuan tentang KRR ini dapat ditingkatkan dengan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 2
pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Menurut BKNN
tahun 2005 pendidikan kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya
memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat
pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak
diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi. Oleh karena itu,penelitian ini perlu
dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang
kesehatan reproduksi remaja.

1.2 Pernyataan Masalah


Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, adapun pernyataan masalah
yang ingin dicapai dalam mini project ini adalah :
1. Sejauhmana pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi?
2. Bagaimana sikap remaja terhadap pentingnya pengetahuan terhadap
kesehatan reproduksi?
3. Bagaimana tindakan remaja dalam menjaga kesehatan alat reproduksinya?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja terhadap kesehatan
reproduksi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Sejauhmana pengetahuan remaja terhadap
kesehatan reproduksi.
b. Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap pentingnya
pengetahua terhadap kesehatan reproduksi
c. Untuk mengetahui bagaimana tindakan remaja dalam menjaga
kesehatan alat reproduksinya.

1.4 Manfaat
a. Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
pihak terkait untuk meningkatkan mutu kesehatan di masa mendatang,
menyediakan sarana yang cukup, serta melakukan kegiatan promotif dalam
hal kesehatan reproduksi remaja.

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 3


b. Hasil mini project ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi
puskesmas dan dinas terkait dalam hal ksehatan reproduksi remaja.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan kita
dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan edukas serta acuan bagi mitra-
mitra kerja di tingkat manapun.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang
mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara dalam terminologi lain PBB
menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang berusia 15-24 tahun.
Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young
people) yang mencakup 10-24tahun. Sementara itu dalam program BKKBN
disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun.
Menurut Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan
kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode yang
paling berat. Menurut Bisri (1995), remaja adalah mereka yang telah
meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan
menuju masa pembentukan tanggung jawab.

2.1.2 Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja


Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki
usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis,
dimensi kognitif dan dimensi sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah
pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang
sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada saat memasuki masa
pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 4
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi
juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul
mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah
kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih besar, otot-otot
membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk fisik
mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawamereka pada dunia remaja.

b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif,remaja dalam pandangan Jean
Piaget(2007) (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi
formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remajatidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri.Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan.

c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 5
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya.

II.2 Organ Reproduksi


2.2.1 Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian
luar danorgan reproduksi bagian dalam.Organ reproduksi bagian luar,
meliputi :
1. Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi
labia majora, labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum
vaginae, glandula vestibularis major dan minor, serta orificium
vaginae.
2. Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak
yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari
mons pubis.
3. Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan
anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan
ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu.
4. Payudara/kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Organ reproduksi bagian dalam, meliputi :


1. Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora,
dan berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa
perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian
tengah klitoris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja.
2. Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya
berlubang teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ
dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita berhubungan
seksual (coitus) atau setelah melahirkan.
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 6
3. Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot
melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini)
menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas
seksual.
4. Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian
bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri.
Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai tempat pembuahan,
berkembangnya janin. Pada dinding sebelah dalam uterus selalu
mengelupas setelah menstruasi.
5. Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus,
sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.
6. Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini
berjumlah 2 buah.

Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi


pertama kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu,
kelenjar hipofisa mulai berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja
menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Hormon ini akan
mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan terjadilah
menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur/ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba
uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause,
kemudian tidak berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh
hormon ini sehingga payudara akan membesar.

2.2.2 Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian
luar dan alat kelamin pria bagian dalam.Organ reproduksi bagian luar,
meliputi :
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah
ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi
pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 7


terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di
sebut uretra.
2. Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat
2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi
rambut pubis.

Organ reproduksi bagian dalam:


1. Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari
saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat
pembentukan sel spermatozoa.
2. Vasdeferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel
spermatozoa, berjumlah 2 buah.
3. Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan
cairan kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta
memproduksi enzim-enzim.
4. Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan
untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan
tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut
semen, yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi


dimulai saat pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh
organ-organ tersebut antara lain:
1. Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Halini
berlangsung selama kehidupannya.
2. Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah
mendapat pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel
interstisial Leydig dalam testis.

II.3 Kesehatan Reproduksi Remaja


2.3.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 8
fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat
menikmati kehidupan seksualnya sertamampu menjalankan fungsi dan
proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan
reproduksidalam Konferensi International Kependudukan dan
Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi,
peran & sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan
seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa,
akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.
Kebersihan Organ-Organ Genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana
remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat
genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman
akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur.Remaja
perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga
kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya
dekat dengan anus.
Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang
seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang
kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber
yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yangtepat,

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 9


kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di
dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam
kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang
tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko,
Penyakit Menular Seksual (PMS), danabstinesia sebagai upaya
pencegahan kehamilan, Dengan mengetahui tentang kesehatan
reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya
hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi
remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya
untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan
penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan
diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari
remaja tersebut.
Hubungan Seksual Pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan
mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita
yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang
dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat
persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain.
Kegawatdaruratanyang berhubungan dengan kehamilan juga sering
terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan
anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara
umum.Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali
berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara
berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita
berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali
berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka
yang lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan
bahwa kematiandan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi
yang tidak aman. Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara
lain seperti yang dijelaskan dalambuku Facts of Life yaitu: kematian

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 10


mendadak karena pendarahan hebat, kematian mendadak karena
pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi serius
disekitar kandungan, kerusakan leher rahim (CervicalLacerations)
yang akan menyebabkancacat pada anak berikutnya, kanker payudara
(karenaketidakseimbangan hormon estrogen padawanita), kanker
indung telur (Ovarian Cancer), kanker leher rahim (Cervical Cancer),
kanker hati (Liver Cancer), kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta
Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan
pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya, menjadi
mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy),
infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease), dan infeksi
pada lapisan rahim (Endometriosis). Selain itu aborsi juga dapat
menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa
bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat
menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri.
Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA
tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein,
dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri,
ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan
pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh
terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZAjarum
suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus
HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian.
Pengaruh Media Massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan
yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 11


kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya
artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindariuntuk menjaga
kesehatan reproduksinya.
Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan
preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan
di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain
yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan
kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya
khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan
tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya
seperti penyakit menular seksual.
Hubungan Harmonis Dengan Keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang
berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan
kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya.
Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang
anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga
dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka
tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani
kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal
yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat
memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi
bagi seorang remaja.
Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya
terbatas secara genitalgenital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital,
atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit
kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 12


pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga
dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat
seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit
menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika
di dalam kandungan.Penyakit menular seksual yang umum terjadi di
Indonesia antara lain:gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks,
trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole,
granuloma inguinale, dan Acquired Immune Deficiency Syndrom
(AIDS).

III. PELAKSANAAN
III.1 Topik Kegiatan
Mini project ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data
secara primer, yaitu dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah
melakukan intervensi unuk mendapatkan gambaran pengetahuan peserta.
Intervensi yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan/edukasi kesehatan
menggunakan media slide presentasi dan proyektor dengan materi penjelasan
berupa kesehatan reproduksi remaja, yang terdiri dari pengenalan organ
reproduksi, tanda-tanda pubertas, definisi kesehatan reproduksi, serta hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
III.2 Lokasi Kegiatan
Mini Project ini dilakukan di SMPN 1 Bungoro di Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
III.3 Waktu Kegiatan
Pelaksanaan Mini Project dilakukan selama 1 hari, yaitu hari Rabu, 27
Januari 2016 pukul 10.00-13.00 WITA.
III.4 Sasaran
Sasaran mini project ini adalah siswa-siswi kelas VIII dan IX SMPN 1
Bungoro.
III.5 Uraian Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan
Memberi salam Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 13
2 10 menit Pre-test
Membagikan lembaran soal Mengisi lembar
pre-test dan menjelaskan cara jawaban pre-test
pengisian
3 30 menit Penyuluhan
Menjelaskan materi Menyimak materi
penyuluhan secara
berurutan dan teratur. Isi
materi berupa :
Definisi Remaja
Perubahan yang
terjadi saat remaja
Definisi organ
reproduksi
Definisi kesehatan
reproduksi
Hal-hal yang
mempengaruhi
kesehatan reproduksi
Melakukan sesi tanya
jawab dengan peserta
4 20 menit Evaluasi dan Kuis
Memberikan pertanyaan Menjawab
seputar materi pertanyaan kuis
Memberikan hadiah Menerima hadiah
kepada peserta yang
dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat
5 10 menit Post-test
Membagikan lembaran soal Mengisi lembar
post-test dan menjelaskan jawaban post-test
cara pengisian
6. 2 menit Penutup
Menyimpulkan isi materi Mendengarkan dan
Mengucapkan terima memperhatikan
kasih dan salam Menjawab salam

IV. HASIL
Berdasarkan kuisioner yang diberikan pada siswa-siswi SMPN 1 Bungoro
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep, didapatkan hasil sebagai berikut :

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 14


Tabel 4.1Jenis Kelamin Peserta Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
di SMPN 1 Bungoro Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 23 46
Perempuan 27 54
Total 50 100
Sumber : Data Sekunder

Sebelum melakukan tindakan intervensi, yaitu melakukan penyuluhan


Kesehatan Reproduksi, peserta mengisi kuisioner terlebih dahulu. Adapun
hasil kuisioner pre-test adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2a Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Siswa-Siswi


SMPN 1 Bungoro Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep
Sebelum Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
Baik 5 10
Cukup 15 30
Kurang 30 60
Total 50 100
Sumber : Data Sekunder

Setelah menyimak penyuluhan yang disampaikan oleh panitia, peserta


kembali mengisi kuisioner sebagai bahan evaluasi dan di dapatkan hasil
kuisioner post-test adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2b Gambaran Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Siswa-Siswi


SMPN 1 Bungoro Kecamatan Bungoro KabupatenPangkep
Setelah Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
Baik 33 66
Cukup 12 24
Kurang 5 10
Total 50 100
Sumber : Data Sekunder

4.4 Pembahasan dan Diskusi


Karakteristik jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 27 orang
(54%) dan laki-laki sebanyak 23 orang (46%). Seorang anak akan menunjukkan
tanda-tanda awal dari pubertas, seperti suara yang mulai berubah, tumbuhnya
rambut-rambut pada daerah tertentu dan payudara membesar untuk seorang gadis.

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 15


Untuk seorang anak perempuan, tanda-tanda itu biasanya muncul pada usia 10
tahun ke atas dan pada anak laki-laki, biasanya lebih lambat, yaitu pada usia 11
tahun ke atas. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-
jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit
dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang
benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah
meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen
remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah
melakukan hubungan seks.
Sebelum melakukan tindakan intervensi, yaitu melakukan penyuluhan
Kesehatan Reproduksi, peserta mengisi kuisioner terlebih dahulu dan didapatkan
hasil antara lain pengetahuan peserta tentang kesehatan reproduksi sebelum
penyuluhan dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang dan
didapatkan hasil yang menjawab dengan baik yaitu hanya 5 orang (10%),
menjawab cukup sebanyak 15 orang (30%) dan yang menjawab kurang yaitu
sebanyak 30 orang (60%). Hal ini memperlihatkan masih kurangnya pengetahuan
peserta tentang kesehatan reproduksi.
Setelah menyimak penyuluhan yang disampaikan oleh panitia, peserta
kembali mengisi kuisioner sebagai bahan evaluasi dan didapatkan hasil kuisioner
post-test adalah pengetahuan peserta tentang kesehatan reproduksi setelah
penyuluhan dapatkan hasil yang menjawab dengan baik yaitu 33 orang (66%),
menjawab cukup sebanyak 12 orang (24%) dan yang menjawab kurang yaitu
sebanyak 5 orang (10%). Hal ini memperlihatkan setelah penyuluhan terjadi
peningkatan pengetahuan peserta tentang kesehatan reproduksi.

4.5 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Pihak sekolah diharapkan untuk dapat membantu
siswa untuk mendapatkan informasi-informasi tentang kesehatan reproduksi
pada remaja sehingga membantu mereka dalam pencegahan perilaku
negatif dalam lingkup kesehatan reproduksi remaja
2. Bagi Orang tua Diharapkan dari hasil penelitian ini para orang tua dapat
mengetahui dan menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi
remaja dan hubungannya dengan keluarga sehingga orang tua dapat

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 16


mencegah terjadinya masalah yang berdampak pada kesehatan reproduksi
anaknya.
3. Bagi peneliti selanjutnya. Untuk penelitian selanjutnya yang berminat untuk
mengangkat tema yang sama diharapkan menggunakan penelitian ini
sebagai acuan, sehingga dapat mempertimbangkan variabel lain yang lebih
mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi
seperti interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau teman sebaya, cara
pergaulan atau kualitas lingkungan dan disarankan juga untuk
menggunakan alat ukur yang memiliki reliabilitas yang lebih tinggi. Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah menggunakan data tambahan seperti
observasi dan wawancara agar hasil yang didapat lebih mendalam dan
sempurna, karena tidak semua hal dapat diungkap dengankuesioner.

Peserta Pendamping,

dr. Andini Febriyanda dr. Hj. Halima Hafid

dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 17

Anda mungkin juga menyukai