MINI PROJECT
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat
disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun
juga sehat secara mental serta sosial kultural. Sekitar 1 milyar manusia atau 1 dari
6 manusia di bumi ini adalah remaja dan 85% diantaranya hidup di negara
berkembang (UNFPA, 2000). Banyak sekali remaja yang sudah aktif secara
seksual meski bukan atas pilihannya sendiri. Kegiatan seksual menempatkan
remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi.
Setiap tahun kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta
melakukan aborsi, dan hampir 100 juta terinfeksi. Penyakit Menular Seksual
(PMS) yang masih dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus
HIV/AIDS terjadi pada kaum muda 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah setiap
hari ada 7000 remaja yang terinfeksi HIV (UNAIDS, 1998). Menurut Depatemen
Kesehatan jumlah kasus HIV di Indonesia yang dilaporkan hingga Maret 2007
mencapai 14.628 orang. Sedangkan kasus AIDS sudah mencapai 8.914 orang,
dimana separuh dari kasus ini adalah kaum muda (umur 15-29 tahun = 57,4 %).
Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Remaja yang diterbitkan oleh Biro
Pusat Statistik, BAPPENAS, dan UNFPA jumlah remaja usia 10 24 tahun pada
tahun 2007 adalah sekita 64 juta jiwa atau 28,64 % dari jumlah perkiraan
penduduk Indonesia sebanyak 222 juta jiwa. Permasalahan remaja saat ini sangat
kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Remaja perempuan dan laki-
laki yang tahun tentang masa subur baru mencapai 29,0 % dan 32,3 %. Remaja
perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui risiko kehamilan jika
melakukan hubungan seksual sekali, masing-masing baru mencapai 49,5 % dan
45,5 %. Remaja perempuan dan remaja laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku
mempunyai teman yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-
masing mencapai 48,6 % dan 46,5 % (SKRRI, 2002-2003).
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 1
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2001) didapatkan
27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di Medan mengatakan sudah
pernah melakukan hubungan seksual dan data PKBI (2006) didapatkan bahwa
kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 13-18 tahun dan
60% tidak menggunakan alat kontrasepsi. Risiko kesehatan reproduksi ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan misalnya kebersihan
organ-organ reproduksi, hubungan seksual pranikah, akses terhadap pendidikan
kesehatan, kekerasan seksual, pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas,
penggunaan NAPZA, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan kurangnya kedekatan remaja dengan kedua orangtuanya dan
keluarganya (PATH, 2000).
Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu
mendapat informasi yang cukup, sehingga mengetahui hal-hal yang seharusnya
dilakukan dan yang seharusnya dihindari (Wardah, 2007). Dengan mengetahui
tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari hal-hal
yang negatif yang mungkin akan dialami oleh remaja yang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi remaja (Wardah, 2007).
Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya pembuatan keputusan untuk
menolak setiap kegiatan seksual yang rentan terjadi pada masa remaja karena
setiap kegiatan seksual mempunyai risiko negatif tentang kesehatan
reproduksinya. Hubungan atau kontak seksual pada remaja di bawah 17 tahun
juga berisiko terhadap tumbuhnya sel kanker pada mulut rahim, penyakit menular
seksual, HIV/AIDS, melakukan aborsi, dan lebih jauh dapat menyebabkan
komplikasi berupa ganguan mental dan kepribadian pada remaja (Ernawati,
2007). Remaja putri merupakan yang paling rentan dalam menghadapi masalah
kesehatan sistem reproduksinya. Hal ini dikarenakan secara anatomis, remaja
putri lebih mudah terkena infeksi dari dari luar karena bentuk dan letak organ
reproduksinya yang dekat dengan anus. Dari segi fisiologis, remaja putri akan
mengalami menstruasi, sedangkan masalah-masalah lain yang mungkin akaterjadi
adalah kehamilan di luar nikah, aborsi, dan perilaku seks di luar nikah yang
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Dari segi sosial, remaja putri sering
mendapatkan perlakuan kekerasan seksual. Risiko kesehatan reproduksi remaja
ini dapat ditekan dengan pengetahuan yang baik tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Pengetahuan tentang KRR ini dapat ditingkatkan dengan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 2
pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Menurut BKNN
tahun 2005 pendidikan kesehatan reproduksi di usia remaja bukan hanya
memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat
pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak
diharapkan atau kehamilan berisiko tinggi. Oleh karena itu,penelitian ini perlu
dilakukan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang
kesehatan reproduksi remaja.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja terhadap kesehatan
reproduksi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Sejauhmana pengetahuan remaja terhadap
kesehatan reproduksi.
b. Untuk mengetahui bagaimana sikap remaja terhadap pentingnya
pengetahua terhadap kesehatan reproduksi
c. Untuk mengetahui bagaimana tindakan remaja dalam menjaga
kesehatan alat reproduksinya.
1.4 Manfaat
a. Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
pihak terkait untuk meningkatkan mutu kesehatan di masa mendatang,
menyediakan sarana yang cukup, serta melakukan kegiatan promotif dalam
hal kesehatan reproduksi remaja.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif,remaja dalam pandangan Jean
Piaget(2007) (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan
periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi
formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara
logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remajatidak lagi
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri.Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan
rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-
tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi
masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 5
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku,
sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang
ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan
ditanamkan kepadanya.
2.2.2 Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian
luar dan alat kelamin pria bagian dalam.Organ reproduksi bagian luar,
meliputi :
1. Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah
ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi
pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya
III. PELAKSANAAN
III.1 Topik Kegiatan
Mini project ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data
secara primer, yaitu dengan memberikan kuesioner sebelum dan setelah
melakukan intervensi unuk mendapatkan gambaran pengetahuan peserta.
Intervensi yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan/edukasi kesehatan
menggunakan media slide presentasi dan proyektor dengan materi penjelasan
berupa kesehatan reproduksi remaja, yang terdiri dari pengenalan organ
reproduksi, tanda-tanda pubertas, definisi kesehatan reproduksi, serta hal-hal
yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
III.2 Lokasi Kegiatan
Mini Project ini dilakukan di SMPN 1 Bungoro di Kecamatan Bungoro,
Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
III.3 Waktu Kegiatan
Pelaksanaan Mini Project dilakukan selama 1 hari, yaitu hari Rabu, 27
Januari 2016 pukul 10.00-13.00 WITA.
III.4 Sasaran
Sasaran mini project ini adalah siswa-siswi kelas VIII dan IX SMPN 1
Bungoro.
III.5 Uraian Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan
Memberi salam Menjawab salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
dr. Andini Febriyanda | Kesehatan Reproduksi Remaja 13
2 10 menit Pre-test
Membagikan lembaran soal Mengisi lembar
pre-test dan menjelaskan cara jawaban pre-test
pengisian
3 30 menit Penyuluhan
Menjelaskan materi Menyimak materi
penyuluhan secara
berurutan dan teratur. Isi
materi berupa :
Definisi Remaja
Perubahan yang
terjadi saat remaja
Definisi organ
reproduksi
Definisi kesehatan
reproduksi
Hal-hal yang
mempengaruhi
kesehatan reproduksi
Melakukan sesi tanya
jawab dengan peserta
4 20 menit Evaluasi dan Kuis
Memberikan pertanyaan Menjawab
seputar materi pertanyaan kuis
Memberikan hadiah Menerima hadiah
kepada peserta yang
dapat menjawab
pertanyaan dengan tepat
5 10 menit Post-test
Membagikan lembaran soal Mengisi lembar
post-test dan menjelaskan jawaban post-test
cara pengisian
6. 2 menit Penutup
Menyimpulkan isi materi Mendengarkan dan
Mengucapkan terima memperhatikan
kasih dan salam Menjawab salam
IV. HASIL
Berdasarkan kuisioner yang diberikan pada siswa-siswi SMPN 1 Bungoro
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep, didapatkan hasil sebagai berikut :
4.5 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Pihak sekolah diharapkan untuk dapat membantu
siswa untuk mendapatkan informasi-informasi tentang kesehatan reproduksi
pada remaja sehingga membantu mereka dalam pencegahan perilaku
negatif dalam lingkup kesehatan reproduksi remaja
2. Bagi Orang tua Diharapkan dari hasil penelitian ini para orang tua dapat
mengetahui dan menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi
remaja dan hubungannya dengan keluarga sehingga orang tua dapat
Peserta Pendamping,