MODUL pH CONTROL
KELOMPOK 10sn
ANGGOTA KELOMPOK:
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Control), melainkan harus dengan algoritma tertentu, misalnya PID (Proportional,
Integral, Derivative).
Salah satu pengendalian proses yang dilakukan di industri adalah
pengontrolan kadar pH dari keluaran limbah atau air hasil dari proses industri.
Limbah atau air yang dibuang, harus memenuhi spesifikasi tertentu sehingga tidak
membahayakan apabila dibuang ke lingkungan luar. Pengendalian yang dilakukan
dapat secara manual, ataupun otomatis menggunakan kontroller P,PI atau PID.
Sistem pengendalian penetralan pH dirancang untuk mengontrol pH keluaran dari
aliran sehingga mendekati atau sama dengan setpoint yang diinginkan (setpoint =
7). Oleh sebab itu, sebagai calon sarjana Teknik Kimia yang akan sangat berperan
dalam proses water treatment tersebut, penting bagi kita untuk melakukan
percobaan mengenai control pH ini untuk mengetahui kinerja sistem pengendalian
dan pengenalan akan alat-alat yang berperan dalam sistem kendali tersebut.
Praktikum pengendalian pH ini dilakukan secara sederhana di dalam
laboratorium pengendalian proses DTK-FTUI yaitu dengan menggunakan air
(diasumsikan sebagai air limbah) yang bersifat asam (diasamkan dengan larutan
H2SO4 97%) dinetralkan dengan air bersifat basa (dibasakan dengan larutan
NaOH) untuk mencapai keluaran air yang memiliki pH sekitar 7 sehingga aman
untuk dibuang. Dalam praktikum ini, ingin dikendalikan pH dari air asam yang
akan dibuang agar tidak melebihi dari 7 (tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa).
Pengendalian yang dilakukan dilakukan secara manual dan otomatis.
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun beberapa targetan yang ingin dicapai setelah dilaksakanannya
percobaan modul pengeringan pH control ini adalah:
Mengamati berbagai respon yang terjadi (perubahan bukaan valve) akibat
berbagai macam bentuk masukan
Membandingkan karakteristik perubahan set point pada sistem PID, PI,
dan P
Mengamati karakteristik perubahan manipulated variabel ketika
digunakan pengontrol PID
Mengamati perubahan nilai pH pada saat variasi nilai set value.
4
BAB II
DASAR TEORI
5
Sistem kontrol tertutup merupakan suatu sistem kontrol dengan kondisi di
mana kontroler terhubung dengan proses, dan kontroler melakukan perbadingan
set point terhadap variabel yang dikontrol dan adanya aksi untuk melakukan
koreksi. Sistem tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Masukan Keluaran
Elemen
Kontroler Kontrol Proses
Akhir
Sensor-
Transmitter
6
1. Sensor-transmitter
Sensor berfungsi untuk mengukur (measuring) CV dan menghasilkan
sinyal mV yang sesuai, sensor sering juga disebut sebagai elemen primer.
Sedangkan transmitter menguatkan sinyal ke tingkat voltase V(t) dan
mengirimkan ke kontroler. Transmiter sering disebut sebagai elemen
sekunder. Ada 3 hal penting dalam sensor-transmitter:
Range of the instrument : harga yang terendah dan tertinggi
Span of instrument : beda antara harga yang terendah dan tertinggi
Zero of the instrument : haraga range yang terendah
2. Controller
Controler merupakan otak dari sistem kontrol dan membuat keputusan
(decision). Pembuatan keputusan dilakukan dengan cara:
mengubah set point ke tegangan VR
menghitung error e(t) = VR V(t)
menghitung daya yang diperlukan dan mengirim sinyalnya yang
sesuai p(t) ke final element
Ada 2 jenis aksi kontroller:
Aksi berlawanan (reverse action), bila harga output naik maka
kontroler akan mengurangi sinyal outputnya
Aksi searah (direct action), bila harga output naik maka kontroler
akan meningkatkan sinyal outputnya
3. Process
4. Final Element
Sebagai respon sinyal masukan p(t), final element merubah sinyal p(t) ke
arus yang menghasilkan daya yang sesuai. Final elemen biasanya berupa
control valve. Ada 2 jenis kontrol valve berdasarkan suplai udara yaitu:
Fail to Open (FO) atau Air to Close (AC): control valve akan terbuka
jika tidak ada suplai udara maka katup. Untuk menutup katup
diperlukan suplai udara
Fail to Close (FC) atau Air to Open (AO): control valve akan tertutup
jika ada suplai udara. Untuk membuka katup diperlukan suplai udara
5. Recoder
Recoder merupakan sistem pencatatan dari perubahan yang ada dan
recoder tidak diikutkan dalam perhitungan. Keseluruhan komponen dasar
pada sistem kontrol tersusun dalam sistem kontrol tutup sebagai berikut:
7
Masukan Keluaran
Elemen
Kontroler Kontrol Proses
Akhir
Sensor-
Transmitter
8
Harga yang diinginkan dari controlled variable.
5. Disturbance atau upset (gangguan):
Variabel yang dapat menyebabkan controlled variable berubah dari harga
setpoint-nya; biasanya berupa laju alir, suhu, atau komposisi sebuah aliran
yang masuk (tapi kadang meninggalkan) suatu proses. Gangguan dapat
diklasifikasikan dan didefinisikan dalam beberapa cara:
a. Bentuk: step, pulse, impulse, ramp, sinusoidal, dsb.
b. Lokasi di feedback loop:
load disturbance (perubahan komposisi umpan, suplai tekanan uap
air, suhu air pendingin, dsb.); fungsi kontroler: mengembalikan
controlled variable pada setpoint-nya dengan perubahan yang tepat
pada manipulated variable
setpoint disturbance (perubahannya dapat dibuat, khususnya dalam
proses batch atau dalam merubah dari satu kondisi ke kondisi lain
dalam proses kontinyu); fungsi kontroler: mendorong controlled
variable mencapai setpoint yang baru.
9
menghitung daya yang diperlukan dan mengirim sinyalnya
yang sesuai p(t) ke final element
Process
Final Element
Sebagai respon sinyal masukan p(t), final element merubah sinyal p(t)
ke arus yang menghasilkan daya yang sesuai.
Masukan Keluaran
Elemen
Kontroler Kontrol Proses
Akhir
Sensor-
Transmitter
Nilai gain (Kp), dead time (), dan konstanta waktu (), dapat ditentukan.
Metode penentuan FOPDT dengan model empirik terbagi lagi menjadi
dua metode, yang dijelaskan sebagai berikut.
Metode I
Metode I dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada gambar 2.8
1. Menghitung KP dengan persamaan:
KP=
di mana adalah besar perubahan respon dan adalah besar
perubahan input.
2. Menghitung dengan persamaan:
=
s
di mana s adalah slope maksimum yang dicari dari garis singgung
Process Reaction Curve (PRC) yang paling tegak.
10
3. Menentukan dead time () dari kurva.
Metode II
Metode II dilakukan sebagai berikut dan diilustrasikan pada Gambar 2.9.
1. Menghitung KP
KP=
Gambar 2.6 Penentuan Konstanta gain (Kp), Dead time (), dan Konstanta waktu ()
dengan Metode I FOPDT
11
Gambar 2.7 Penentuan Konstanta gain (Kp), Dead time (), dan Konstanta waktu ()
dengan Metode II FOPDT
Pendekatan Orde Tinggi
Pada pendekatan orde tinggi (selain orde satu), dibutuhkan patameter-
parameter lain, seperti rise time, time to first peak, settling time,
overshoot, decay ratio, dan periode osilasi. Nilai-nilai ini ditunjukkan
secara grafis pada Gambar 2.10.
12
2.7 Alogaritmik Pengontrolan
Secara umum, jenis-jenis pengontrol yang sering digunakan, anatara lain:
ON-OFF Controller
Sistem ini merupakan loop control yang paling sederhana. Final control
element hanya mempunyai dua keadaan operasi. Jika sinyal kesalahan
positif, controller mengirim sinyal hingga final control element (control
valve) bergerak ke salah satu posisi untuk meminimalkan kesalahan; jika
sinyal kesalahan negative, control valve akan bergerak ke posisi
sebaliknya. Secara matematis, sistem ini dapat dituliskan sebagai berikut:
u ( t ) =M untuk e (t)>0
u ( t ) =M untuk e ( t ) <0
Ciri khas dari sistem dengan algoritma ON-OFF adalah keluaran akan
menunjukkan nilai yang berosilasi sebelum mencapai harga set point-
nya.
Pengontrol Proporsional (Proportional Controller, P Controller)
Dalam aksi pengontrolan proporsional, alat pengoreksi akhir
memiliki suatu daerah posisi yang kontinu. Posisi tepatnya sebanding
dengan besarnya kesalahan. Dengan kata lain, output dari controller
(manipulated variable) sebanding dengan input-nya (besarnya
penyimpangan atau error). Semakin besar error, semakin besar sinyal
kendali yang dihasilkan P Control. Output aktual pada controller ini
(actuating output) dirumuskan sebagai:
u ( t ) =K P ( t )+ us
13
dengan KP adalah perubahan output/perubahan input. Dengan demikian,
proportional band adalah perbandingan antara perubahan input terhadap
perubahan output.
Dari persamaan-persamaan di atas, fungsi transfer dari P
Control bisa dibuat. Persamaan (11) bisa disusun ulang menjadi:
u ( t ) us=K P ( t )
14
Gambar 2.9 Hasil Keluaran P Control
4 Dari K. Ogata, diketahui bahwa proses dinamik akan stabil jika 14/9
> KP > 0. Perbedaan kestabilan pada saat K P bernilai 1.2 (stabil) dan
bernilai 1.6 (tidak stabil) diberikan pada Gambar 1.13.
Gambar 2.10 Plot Keluaran Terhadap Waktu pada: (a) KP = 1.2; (b) KP = 1.6
Penambahan P Control pada sistem lup tertutup memberikan pengaruh
berikut:
1 Menambah atau mengurangi kestabilan;
2 Memperbaiki respon transien, khususnya: rise time dan settling
time;
3 Mengurangi (tetapi tidak menghilangkan) steady state error (SSE).
Untuk dapat menghilangkan SSE, dibutuhkan KP yang sangat besar.
Hal ini akan berakibat langsung pada penurunan kestabilan sistem.
Pengontrol Integral (Integral Controller, I Controller)
Pada I Control, perubahan sinyal kontrol sebanding dengan
integral sinyal kesalahan terhadap waktu, artinya besarnya kesalahan
dikalikan dengan waktu dimana kesalahan tersebut terjadi. Semakin besar
15
error, semakin cepat sinyal kontrol bertambah/berubah. Persamaan
matematis untuk I Control adalah sebagai berikut:
t
u ( t ) =K I ( t ) dt
0
16
Dalam aksi pengontrolan proporsional plus integral
(proportional-plus-reset), posisi alat pengoreksi akhir (control valve)
ditentukan oleh dua hal:
1 Besarnya sinyal kesalahan, yang merupakan kontribusi dari P
Control.
2 Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan
dikalikan dengan waktu di mana kesalahan tersebut terjadi, yang
merupakan kontribusi dari I Control.
Persamaan matematis dari PI Control adalah gabungan dari persamaan
untuk P Control dan I Control:
KP t
u ( t ) =K P ( t )+ ( t ) dt+u s
I 0
dengan I adalah konstanta integral time atau reset time dalam satuan
menit. Konstanta ini merupakan parameter yang dapat diatur dan kadang-
kadang mengacu sebagai minutes per repeat. Dalam industri yang
digunakan sebagai acuan adalah kebalikan dari konstanta waktu yang
dikenal sebagai reset rate.
Ciri khas dari PI Controller adalah
1 Output berubah selama error tidak sama dengan nol. Oleh karena
sifat inilah, pengontrol ini dapat menghilangkan error bahkan pada
kondisi error yang kecil.
17
2 Adanya waktu reset menyebabkan output kembali ke set point.
Respon output pada nilai waktu reset yang berbeda-beda
digambarkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.13 Perbedaan Respon pada: (a) Tanpa Kontrol; (b) P Control dengan KP = 2;
(c) I Control dengan KI = 1; (d) PI Control dengan KP = 2, KI = 1
Proportional Derivative Control (PD Control)
18
Dalam aksi pengontrolan proporsional plus integral
(proportional-plus-reset), posisi alat pengoreksi akhir (control valve)
ditentukan oleh dua hal:
1 Besarnya sinyal kesalahan, yang merupakan kontribusi dari P
Control.
2 Besarnya perubahan error (e) terhadap waktu, yang merupakan
kontribusi D Control.
Perbedaan keluaran P Control dan PD Control diberikan pada gambar di
bawah ini
(a)
(b)
Gambar 2.14 Perbedaan Respon pada: (a) P Control dengan KP = 1;
(b) PD Control dengan KP = 1, KD = 3
Pengontrol Proporsional, Integral, dan Derivatif (Proportional
Integral Derivative Control, PID Control)
Kontroler jenis ini dikenal juga sebagai kontroler
proportional-plus-reset-plus-rate. Dalam aksi pengontrolan proporsional,
integral, dan derivatif (PID Control), posisi alat pengoreksi akhir (control
valve) ditentukan oleh tiga hal:
1 Besarnya sinyal kesalahan, ini adalah bagian proporsional;
2 Integral waktu dari sinyal kesalahan, artinya besarnya kesalahan
dikalikan dengan waktu di mana kesalahan tersebut terjadi, ini
adalah bagian integral;
3 Laju perubahan kesalahan terhadap waktu. Perubahan kesalahan
yang cepat menyebabkan suatu aksi korektif yang lebih besar dari
perubahan kesalahan. Ini adalah bagian derivatif.
19
Output dari kontroler ini dinyatakan sebagai:
KP t
u ( t ) =K P ( t )+ ( t ) dt+ K P D d
I 0
+u
dt s
PID Control bisa disusun seri dan paralel. Persamaan matematis untuk
PID seri adalah:
t
(
u ( t ) =K P e ( t )+
1 de ( t )
e ( t ) dt +T d dt
Ti 0 )
1
(
U ( s )=K P E ( s ) +
Ti s
E(s)dt+T d sE( s) )
KI
U ( s )=K P E ( s ) + E(s) dt+ K D sE ( s)
s
1
U ( s )=K P E ( s ) + E (s) dt +T d sE (s )
Tis
KI
U ( s )=K P E ( s ) + E(s) dt+ K D sE ( s)
s
20
2 Rate time akan berpengaruh terhadap respon controller. Rate time
yang terlalu besar mempercepat laju pencapaian set point tetapi
akan menyebabkan terjadinya osilasi di sekitar set point.
Gambar 2.15 Respon PID Controller Terhadap Perubahan Beban dengan Variasi Rate
Time
PID Control digunakan pada dua jenis proses yang sangat sulit
pengontrolannya, di mana PI Control tidak lagi memadai, yaitu: proses
dengan beban berubah dengan sangat cepat dan proses yang memiliki
kelambatan yang besar antara tindakan korektif dan hasil yang muncul
dari tindakan tersebut. Aksi PID Control memiliki beberapa kelemahan
seperti berikut ini:
1 Untuk respon dengan error konstan dan tidak nol, kontroler ini
tidak memberikan aksi;
2 Untuk respon yang bergejolak dengan error yang hampir nol,
kontroler ini dapat memperoleh nilai derivatif yang besar, yang
menghasilkan aksi kontrol yang besar, meskipun seharusnya tidak
diperlukan.
Walaupun memiliki kelemahan di atas, PID Control memiliki beberapa
kelebihan:
1 Mengadopsi kelebihan P Control, yaitu memperbaiki respon
transien. KP mengurangi rise time, tetapi tidak menghilangkan
steady state error (SSE).
2 Mengadopsi kelebihan I Control, yaitu menghilangkan steady state
error (SSE). KI menghilangkan SSE, tetapi membuat transisent
response lebih buruk
21
3 Mengadopsi kelebihan D Control, yaitu memberikan efek redaman.
KD meningkatkan stabilitas sistem, mengurangi overshoot dan
meningkatkan transient response.
Tabel 2.1. Pengaruh KP, KI, KD pada Berbagai Faktor
Closed-Loop Rise Time Overshoot Settling Time SS Error
Response
KP Turun Naik Sedikit berubah Turun
KI Turun Naik Naik Dihilangkan
KD Sedikit berubah Turun Turun Sedikit berubah
Respon dinamik pada berbagai jenis kontrol diberikan pada gambar di
bawah ini:
22
2.8 Quarter Decay Ratio
Metode Quarter Decay atau biasa disebut juga metode Ziegler-Nichols online
atau metode Ziegler-Nichols closed loop dikembangkan oleh John G. Ziegler
dan Nathaniel B. Nichols. Pada tahun itu, metode ini dijadikan standar untuk
mengontrol temperatur dan tekanan.
Hasil perhitungan dari metode ini (controller ultimate gain dan critical
frequency) dapat digunakan untuk tunning P,PI dan PID. Keuntungan dari
metode ini adalah:
1 Dapat digunakan pada proses yang tidak dapat dimodelkan dengan model
first-order with dead-time.
2 Memberikan informasi mengenai efek pada seluruh elemen yang ada
pada loop pada keadaan stabil dan besaran-besaran tuning.
Metode ini terdiri dari 2 langkah :
1 Menentukan karakteristik dinamik atau kepribadian dari control loop
2 Estimasi parameter tuning controller yang menghasilkan respon yang
diinginkan untuk karakteristik dinamik yang ditentukan pada langkah
pertama dengan kata lain mencocokkan kepribadian kontroler dengan
elemen lain pada loop.
Parameter yang direpresentasikan oleh karakteristik dinamik dari proses
adalah ultimate gain dari kontroler proporsional dan ultimate period of
oscillation. Parameter ini dapat ditentukan dengan metode substitusi langsung
jika fungsi alih dari semua komponen loop diketahui secara kuantitatif.
Ultimate gain dan periode dari sistem aktual yang mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1 Mengatur harga set-point Ti dan mematikan derivative dan integral
actions dengan menyetel levelnya ke 0. Pada beberapa model integral
action tidak dapat dimatikan tetapi dapat dibuat seakan-akan mati dengan
cara mengeset integral time (Ti) hingga harga maksimum atau ekivalen
dengan integral rate pada harga minimum.
2 Dengan controller dalam keadaan automatik (loop closed), Atur
proportional gain hingga loop berosilasi dengan amplitudo konstan.
Harga gain yang menghasilkan osilasi dengan amplitudo konstan dicatat
sebagai Kcu, ultimate gain. Langkah ini harus dilakukan delam incremen
23
gain yang berlainan, menggeser sistem dengan menggunakan perubahan
set point yang kecil pada setiap pengaturan gain. Incremen dari gain
seharusnya lebih kecil seiring dengan semakin dekat mencapai ultimate.
Waktu yang dibutuhkan untuk berosilasi dikenal dengan ultimates period
(tu).
3 Konstanta PID dapat dihitung dengan menggunakan Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perhitungan Konstanta PID
Kp Ti Td
P action Kcu/2 - -
PI action Kcu/2.2 Tu/1.2 -
PID action Kcu/1.7 Tu/2 Tu/8
2.9
24
BAB III
PERCOBAAN
25
3.3.2 Persiapan Tinta dan Kertas Recorder
Tinta dan kertas recorder disipakan dengan memasukkan kertas dan tinta
pada unit PLC yang tersedia di mini plant W921. Kertas dan tinta dimasukkan dan
disiapkan oleh asisten.
3.3.3 Percobaan Proses Control pH
Pada percobaan pH control ini dilakukan secara linier control yang meliputi
metoda manual (open loop) dan otomatis (closed loop) dengan cara S dan L,
namun pada percobaan ini untuk metode otomatis hanya dilakukan dengan cara S
saja. Cara S merupakan cara kontrol dimana aliran asam dan basa dari tangki
pompa asam (P52) dan pompa basa (P51) langsung dimasukkan ke wadah sensor
(W53) tanpa melalui tangki proses (T53), konfigurasi ini akan menghasilkan
proses pH dengan dead time dan time constant yang singkat. Cara S ini dilakukan
dengan membuka manual valve 2 dan 3 adn menutupi manual valve 1 dan 4.
Sebaliknya cara L merupakan cara kontrol dimana aliran asam dan basa
dilewatkan terlebih dahulu ke tangki proses (T53) sebelum dimasukkan ke wadah
sensor (W53), konfigurasi ini akan menghasilkan proses pH dengan dead time dan
time constant yang panjang. Cara L ini dilakukan dengan membuka manual valve
1 serta 4 dan menutup manual valve 2 serta 3. Perbedaan kedua cara S dan L ini
sebetulnya hanya terletak pada penempatan sensornya. Pada cara S, sensor
ditempatkan sebelum tangki proses, sedangkan pada cara L, sensor ditempatkan
sesudag tangki proses. Berikut prosedur percobaan pH control:
A. Metode Manual (Open Loop)
1. Memastikan kontroller pHlC51 dalam manual mode
2. Mengatur SV = 7, dan PV sekitar nilai pH 7 (misal sekitar 6.5 7.5)
3. Menaikkan/menurunkan nilai MV kira-kira 10%-20% dari nilai MV saat
stabil
4. Mengamati respon perubahan pH di kertas recorder
5. Menghentikan percobaan jika perubahan pH tidak terjadi lagi dengan
penambahan/pengurangan basa
B. Metode Automatic (Closed Loop, Controller P)
26
1. Men-set hingga mencapai keadaan awal (pH sekitar 7) dengan
mengaturnya dalam keadaan manual. Untuk melakukan pengesetan dapat
mengubah-ubah nilai MV atau menyalakan/mematikan tombol pompa
asam/pompa basa.
2. Sambil mengatur hingga pH sekitar 7, memasukkan nilai Pb = 25%, Ti =
9999 detik dan Td = 0 detik.
3. Setelah tercapai keadaan awal dan nilai Pb, Ti, Td, SV telah dimasukkan,
kemudian mengganti mode kontroller pHlC51 dalam automatic mode.
4. Men-set nilai SV = 8 kemudian mengamati respon perubahan pH di kertas
recorder.
5. Menghentikan percobaan jika perubahan pH tidak terjadi lagi dengan
penambahan/pengurangan basa (mencapai keadaan stabil)
C. Metode Automatic (Closed Loop, Controller PI)
1. Men-set hingga mencapai keadaan awal (pH sekitar 7) dengan
mengaturnya dalam keadaan manual. Untuk melakukan pengesetan dapat
mengubah-ubah nilai MV atau menyalakan/mematikan tombol pompa
asam/pompa basa.
2. Sambil mengatur hingga pH sekitar 7, memasukkan nilai Pb = 25%, Ti =
40 detik dan Td = 0 detik.
3. Setelah tercapai keadaan awal dan nilai Pb, Ti, Td, SV telah dimasukkan,
kemudian mengganti mode kontroller pHlC51 dalam automatic mode.
4. Men-set nilai SV = 8 kemudian mengamati respon perubahan pH di kertas
recorder.
5. Menghentikan percobaan jika perubahan pH tidak terjadi lagi dengan
penambahan/pengurangan basa (mencapai keadaan stabil)
D. Metode Automatic (Closed Loop, Controller PID)
1. Men-set hingga mencapai keadaan awal (pH sekitar 7) dengan
mengaturnya dalam keadaan manual. Untuk melakukan pengesetan dapat
mengubah-ubah nilai MV atau menyalakan/mematikan tombol pompa
asam/pompa basa.
27
2. Sambil mengatur hingga pH sekitar 7, memasukkan nilai Pb = 25%, Ti =
40 detik dan Td = 10 detik.
3. Setelah tercapai keadaan awal dan nilai Pb, Ti, Td, SV telah dimasukkan,
kemudian mengganti mode kontroller pHlC51 dalam automatic mode.
4. Men-set nilai SV = 8 kemudian mengamati respon perubahan pH di
kertas recorder.
5. Menghentikan percobaan jika perubahan pH tidak terjadi lagi dengan
penambahan/pengurangan basa (mencapai keadaan stabil)
28
b. Tangki T51 mengandung larutan encer NaOH. Ini menggambarkan
sebagai larutan penetral asam buangan yang akan dibuang. Laju alir
dapat dimanipulasi melalui signal 4-20 mA dari controller pHIC51,
dengan cara mengatur jumlah stroke per menit (spm) pompa pengukur
P51.
c. Tangki T53 yang dapat digunakan sebagai tangki reaksi dalam loop
pengendalian pH atau untuk memperlancar bagian bawah diluar loop
pengendalian pH. Isi tangki T53 hanya bisa dibuang jika nilai pH
berada pada batas yang diijinkan (6 sampai 8 atau 8,5) dengan cara
mengatur controller ON/OFF pH pHIC51, yang secara otomatis
membuka solenoid valve pHSV51, yang kemudian mengalirkan udara
untuk membuka katup pengendali (control valve) pHCV51 untuk
melakukan pembuangan.
d. Tangki T54 untuk menerima buangan dari tangki T53. Selain itu di
tangki T54 juga dilakukan pengukuran konduktivitas dan pengendalian
konduktivitas.
e. Tangki T55 untuk menerima buangan berlebih dari tangki T54.
2. Sistem Instrumen dan Kontrol WA 921
a. Panel control yang berfungsi sebagai pusat kontrol operator dipasang
pada flatform bersama-sama dengan alat proses.
b. Ruang kecil tempat sistem listrik juga disediakan untuk
mendistribusikan kebutuhan listrik ke bermacam-macam instrumen
dan alat proses.
c. Jika DCS (distributed control sistem) diperlukan untuk direct digital
control (DDC), sebuah panel/DDC selektor switch disediakan untuk
mengubah semua signal hard-wiring ke DCS melalui panel instrumen
kontrol. Kemudian DCS mengganti kontrol panel sebagai pusat
pengendalian.
Instrumentasi
Berikut ini adalah daftar instrumen yang digunakan dalam WA921
- Sensor
a. pHE51: Elemen sensor pH, dibenamkan dalam wadah pengukur
W53.
b. CE51: Elemen sensor konduktivitas, dibenamkan dalam tangki T54.
c. DOE51: Elemen sensor oksigen terlarut, dibenamkan dalam tangki
T54.
29
d. ORPE51: Elemen sensor potensial oksidasi-reduksi (atau redoks),
dibenamkan dalam wadah pengukur W53.
- Indikator-Transmitter
a. pHIT51 : Transmitter menunjukkan pH, keluaran 4-20 mA,
terpasang di panel
b. CIT51: Transmitter menunjukkan konduktivitas, keluaran 4-20 mA,
terpasang di panel
c. DOIT51: Transmitter menunjukkan oksigen terlarut, keluaran 4-20
mA, terpasang di panel
d. ORPIT51: Transmitter menunjukkan ORP, keluaran 4-20 mA,
terpasang di panel.
- Kontrol
Satu unit panel controller pHIC51/CIC51 disusun dengan sebuah PID
dan dua buah ON/OFF controller, pHIC51 (PID), PHIC511 (ON/OFF)
dan CIC51 (ON/OFF), sebagai berikut:
Pengontrol pH Keasaman/Kebasahan
a. Phic: Pengontrol pH, PID
b. pHIC511: Pengontrol pH, ON/OFF
c. CIC51 : Pengontrol konduktivitas kandungan ion atau total
padatan terlarut, kelebihan asam/basa. Pengontrol konduktivitas
bekerja dengan ON/OFF. Besar nilai setpoint konduktivitas diatur
pada CIC51.
- Pencatat
pHCR51: Terdapat tiga buah pen sebagai pencatat. Kedua pH dan
konduktivitas, variabel proses kunci dicatat. ORP atau oksigen terlarut
dapat dipilih untuk pencatatan. Alat pencatat memiliki multiple chart
speed. Kecepatan kerja diperlukan untuk latihan controller PID
- Elemen Pengontrol Akhir
a. P51: Pompa pengukur/dosis. Diatur melalui keluaran 4-20 mA dari
controller pHIC51 untuk PID pengontrol pH.
b. pHSV51 : Valve electric solenoid, Normally Closed (NC),
berfungsi untuk mengatur OPEN/CLOSE dengan controller
ON/OFF pHIC51, mengontrol kebutuhan udara untuk
mengoperasikan katup pengendali pHCV51
c. pHCV51: Kontrol valve pneumatic, OPEN/CLOSE melalui udara
dari pHSV51.
d. CSV51 : Valve electric seleniod, Normally Open (NO), berfungsi
untuk mengatur OPEN/CLOSE dengan ON/OFF controller
30
konduktivitas CIC51 , mengontrol kebutuhan udara untuk
mengoperasikan katub pengendali CSV51
e. CCV51: Kontrol valve pneumatic, OPEN/CLOSE malalui udara
dari CSV51
f. CSV52 : Valve electric solenoid, Normally Closed (NC), berfungsi
untuk mengatur OPEN/CLOSE dengan controller konduktivitas
CIC51
g. P54A : Pompa beroperasi dengan udara. Beroperasi ketika udara
masuk dari CSV52.
- Lain-Lain
AR : Pengatur udara, diatur sesuai dengan tekanan yang
ditunjukan
3. Sistem Annunciator
Berikut ini adalah annunciator yang dipasang pada panel kontrol:
a. pHAH51: pH ketika W53 melebihi saat batas high alarm
b. pHAL51: pH ketika W53 dibawah saat batas low alarm
c. CAH51: Konduktivitas ketika T54 melebihi batas high alarm
d. LAL51: Level di T51 dibawah batas low. Jika level terus turun ke batas
low-low, pompa P51 akan berhenti secara otomatis.
e. LAL52: Level di T52 dibawah batas low. Jika level terus turun ke batas
low-low, pompa P52 akan berhenti secara otomatis.
31
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
t (s) pH
0 7.17
167 7.18
183 7.19
225 7.2
239 7.21
251 7.22
262 7.23
271 7.24
303 7.25
327 7.26
329 7.27
339 7.28
344 7.29
t (s) pH
354 7.3
369 7.31
383 7.32
413 7.33
434 7.34
467 7.35
499 7.36
513 7.37
547 7.38
550 7.39
626 7.4
694 7.41
728 7.42
t (s) pH
767 7.41
769 7.42
789 7.43
32
827 7.44
888 7.43
965 7.44
981 7.45
1052 7.46
1091 7.45
1131 7.46
1144 7.47
1254 7.46
33
Dari hasil percobaan tersebut, kami mendapatkan grafik berupa:
7.5
7.45
7.4
7.35
7.3
7.25
pH
7.2
7.15
7.1
7.05
7
1000
0 2000
t (s)
2. Menghitung Kp (K)
Kp=
MV akhir MV awal
0.29
Kp= = 0.4143
0.7
3. Menghitung
=1,5 ( t 63 t 28 )
34
Nilai t 63 dan t 28 didapat dari grafik. Maka didapat hasil pengolahan data
sebagai berikut:
63% 0.1827 7.423 774.40
0
28% 0.0812 7.321 386.6
=1,5 ( t 63 t 28 )
=581.7 sekon
4. Menghitung (o)
=t 63
=192.7
Maka FOPDTnya adalah
192.7 s
0.41 e
FOPDT =
581.7 s+ 1
Kemudian dilakukan pula perhitungan dengan menggunakan metode
Ziegler Nichols yang terlihat pada tabel berikut:
Table 4.3 Persamaan PID dengan metode Ziegler Nichlos
PID, PI, dan P dihitung dengan menggunakan metode Ziegler Nichlos dengan
persamaan
Maka didapatkan nilai Kc, Ti, dan Td untuk PID, PI dan P sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Nilai Kc, Ti dan Td
Kc Ti Td SK
8.7437
385.4 96.350 PID
7
6.5578
635.91 - PI
3
7.2864
- - P
7
35
Pada pendekatan selain orde satu (orde tinggi), dibutuhkan parameter
lainnya, seperti rise time, time to firsr peak, settling time, overshoot, decay ratio
serta periode osilasi. Gambar berikut menunjukkan cara memperoleh nilai
parameter tersebut menggunakan grafik yang didapat sebelumnya:
Jenis Time to
Oversh Rise Decay Settlin Period of Offs
Kontrole First
oot Time Ratio g Time Oscillation et
r Peak
PID 0.0013 1052 s 0 1144 s 1254 s 102 0
36
Berikut merupakan grafik hasil percobaan yang didapat dari mesin kontroler:
t (s) pH
0 7.45
31 7.54
40 7.56
52 7.57
69 7.6
77 7.61
107 7.62
115 7.63
127 7.64
150 7.65
164 7.67
185 7.68
249 7.69
254 7.7
263 7.72
t (s) pH
274 7.75
290 7.76
326 7.74
345 7.75
356 7.76
416 7.77
425 7.78
452 7.79
482 7.8
37
492 7.81
512 7.82
570 7.83
597 7.84
606 7.85
647 7.86
t (s) pH
672 7.87
739 7.88
767 7.89
805 7.9
833 8
905 7.92
928 7.93
982 7.94
1076 7.95
1093 7.96
1142 7.97
1232 8
1288 7.98
1383 7.97
1410 7.97
38
8.1
7.9
7.8
7.7
pH 7.6
7.5
7.4
7.3
7.2
7.1
0 500 1000 1500
t (s)
Gambar 4.4 Grafik Controller dengan Kc, Ti, dan Td dari Perhitungan Mesin
Tabel 4.6 Parameter Kondisi Awal dan Akhir Percobaan Automatic Contoller dengan Nilai Kc, Ti,
dan Td dari Mesin
Awal Akhir
PV 7.45 PV 7.96
SV 7 SV 8
MV 57.1 MV 100
39
Kp=
MV akhir MV awal
0.51
Kp= =0.012
10057.1
40
Tabel 4.7 Parameter Kondisi Percobaan Automatic Controller I
Jenis
Over- Rise Decay Time to Settling Period of Off
Kontrole
shoot Time Ratio First Peak Time Oscillation set
r
PID 0.037 805 s 1 833 s 1383 s 399 s 0
Berikut merupakan grafik hasil percobaan yang didapat dari mesin kontroler:
3.1.2 Automatic Controller dengan Nilai Kc, Ti, dan Td diperoleh dari
Perhitungan Manual
Data pengamatan percobaan ini dirangkum pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Data Pengamatan Percobaan Automatic Controller
t (s) pH
0 6.82
17 6.83
57 6.85
60 6.87
61 6.88
62 6.96
66 6.91
69 6.92
72 6.93
74 6.94
76 6.95
79 6.96
83 6.97
89 6.98
97 6.99
104 7
41
111 7.01
120 7.02
124 7.03
129 7.04
132 7.05
136 7.06
141 7.07
146 7.08
151 7.09
155 7.1
159 7.11
165 7.12
174 7.13
180 7.14
186 7.15
192 7.16
199 7.17
204 7.18
208 7.19
214 7.2
220 7.21
229 7.22
234 7.23
244 7.24
264 7.25
271 7.26
278 7.27
280 7.28
286 7.29
298 7.3
300 7.31
326 7.32
330 7.33
335 7.34
346 7.35
348 7.36
350 7.37
353 7.38
356 7.39
358 7.4
360 7.41
369 7.42
42
378 7.43
384 7.44
387 7.45
396 7.46
420 7.47
430 7.48
444 7.49
460 7.5
489 7.51
492 7.52
496 7.53
513 7.54
520 7.55
532 7.56
546 7.57
571 7.58
590 7.59
623 7.6
671 7.61
689 7.62
776 7.63
790 7.64
812 7.65
848 7.66
888 7.67
903 7.68
956 7.69
979 8
1044 7.71
1067 7.72
1187 7.73
1199 7.74
1293 7.91
1454 8.12
1686 7.77
1775 7.78
1786 7.79
1856 7.8
1956 7.7
43
Kemudian kami mengolah data tersebut menjadi sebuah grafik:
8.5
7.5
pH
7
6.5
6
0 500 1000 1500 2000 2500
t (s)
Gambar 4.6 Grafik Data Pengamatan Percobaan Automatic Controller dengan Nilai Kc, Ti, dan
Td dari Percobaan Manual
Tabel 4.8 Parameter Kondisi Awal dan Akhir Percobaan Automatic Contoller 2
Awal Akhir
PV 6.82 PV 7.7
SV 7 SV 8
MV 5.7 MV 100
44
Berikut merupakan grafik percobaan yang didapatkan dari mesin kontroler:
45
BAB V
ANALISIS
46
perubahan PV dan MV seiring berjalannya waktu sampai stabil. Kondisi stabil
tercapai ketika sudah tidak ada perubahan nilai PV dan MV.
Pada percobaan kedua, prosedurnya yang sama dengan percobaan pertama
namun alat di setel ke mode otomatis. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
mengamati respon dari perubahan manipulated value (MV) dan terhadap
perubahan set value. Sama seperti sebelumnya pada percobaan ini yang menjadi
manipulated variable-nya adalah besar bukaan valve dan set valuenya adalah pH.
Pada percobaan ini harga set value (SV) dinaikkan dari 7 menjadi 8. Pencatatan
dimulai dengan melihat perubahan PV, SV, dan MV seiring berjalannya waktu
sampai mencapai set value yang baru.
Pada percobaan ketiga, sama dengan percobaan kedua namun yang berbeda
adalah data PID-nya. Dimana data PID-nya didapat dari perhitungan nilai Kc, Ti,
Td dari percobaan manual. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk melihat respon
dari perubahan pH terhadap nilai Kc, Ti, dan Td yang didapat dari percobaan
manual.
Percobaan pH control juga dilakukan karena untuk mendapatkan parameter-
parameter pengendalian dengan nilai optimum, yaitu respon cepat mencapai
kestabilan atau cepat menuju set value yang diinginkan,tidak ada offset, nilai IAE
(Integral of the Absolute Error) kecil, nilai settling time kecil, nilai overshoot
(puncak grafik respon) kecil dan nilai rise time (waktu untuk mencapai set point)
kecil.
5.2 Analisis Hasil & Grafik Percobaan
Percobaan Manual Controller
Pada percobaan manual controller, set point yang ditetapkan adalah pH
neutral (=7). Grafik diatas menunjukkan seiring berjalanya waktu maka nilai
maka nilai pH akan terus meningkatkan yang mana kestabilan tercapai pada
PV = 7.46 dan MV = 71 dimana sudah tidak ada lagi perubahan. Namun,
grafik yang dihasilkan tidak ideal dengan kata lain tidak sinusoid atau
membentuk osilasi berulang seperti pada grafik yang seharusnya. Selain itu,
PV dapat berubah dari set point yang ditetapkan karena adanya gangguan.
Berdasarkan pengolahan data, maka nilai Kc, Ti, dan Td yang didapat dari
ketiga sistem kontroller yang berbeda adalah sebagai berikut;
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Nilai Kc, Ti dan Td
47
Kc Ti Td SK
8.74377 385.4 96.350 PID
6.55783 635.91 - PI
7.28647 - - P
Dengan menggunakan sistem PID, maka harga Kc, Ti, dan Td bisa dicari
dibandingkan dengan sistem PI dan P dikarenakan tidak adanya pengaruh
Pengontrol Integral dan Derivatif. Pada sistem pengontrolan PID,
didapatkan juga data seperti berikut;
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Parameter Kondisi
Jenis Overshoo Rise Decay Time to Settling Period of Offse
Kontroler t Time Ratio First Peak Time Oscillation t
PID 0.0013 1052 s 0 1144 s 1254 s 102 0
Terdapat beberapa hasil yang diinginkan dan tidak dinginkan yang akan
dibahas dengan detail. Menurut Marlin, nilai overshoot yang paling baik
adalah sekitar 5%-25%. Sedangkan pada data yang diperoleh, nilai
overshoot adalah 0,13% yang mana hal ini membuktikan bahwa overshoot
terlalu rendah dan hampir tidak ada overshoot sama sekali. Selain itu
berdasarkan parameter yang ditetapkan, nilai offset dan nilai decay ratio
yang baik adalah mendekati 0 dimana hal ini sudah sesuai dengan hasil yang
didapat. Settling time to mencapai kestabilan adalah 1254 s dan lebih tinggi
110s dari Time to First Peak. Ini mengindikasikan bahwa sistem ini lambat
merespon perubahan atau gangguan. Selain itu rise time yang dihasilkan
adalah 1052 s. Menandakan butuh waktu yang lama untuk mencapai set
point. Perbandingan dengan automatic controller dari modul dan hasil
perhitungan manual akan dibahas pada analisis dibawah.
Percobaan Automatic Controller dari Modul
Pada percobaan ini, dilakukan perubahan set point dari 7 menjadi 8, yang
mana secara fisis menyatakan bahwa pH yang dinginkan menuju pH larutan
basa. Dimana hal ini mengakibatkan perubahan bukaan valve yang semakin
besar jika dibandingkan dengan percobaan manual. Selain itu nilai PV akan
semakin tinggi dikarenakan nilai PV akan menyeimbangi nilai SV. Grafik
yang dihasilkan menunjukkan kenaikkan pH menuju set point seiring
berjalannya waktu, namun grafik yang dihasilkan tidak ideal dengan kata
48
lain tidak sinusoid atau membentuk osilasi berulang seperti pada grafik yang
seharusnya.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, dengan menginput nilai Kc,
Ti, dan Td didapatkan data parameter kondisi sebagai berikut;
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Parameter Kondisi
Jenis Over- Rise Decay Time to Settling Period of Offset
Kontroler shoot Time Ratio First Peak Time Oscillation
PID 0.037 805 s 1 833 s 1383 s 399 s 0
Terdapat beberapa hasil yang diinginkan dan tidak dinginkan yang akan
dibahas dengan detail. Menurut Marlin, nilai overshoot yang paling baik
adalah sekitar 5%-25%. Sedangkan pada data yang diperoleh, nilai
overshoot adalah 3.7% yang mana hal ini membuktikan bahwa terdapat
overshoot namun sangat rendah. Selain itu berdasarkan parameter yang
ditetapkan, nilai offset yang baik adalah mendekati 0 dimana hal ini sudah
sesuai dengan hasil yang didapat.
Nilai Decay ratio dan period of oscilation diatas menyatakan bahwa osilasi
berulang terlalu banyak atau fluktuatif. Settling time to mencapai kestabilan
adalah 1383s. Ini mengindikasikan bahwa sistem ini lambat merespon
perubahan atau gangguan. Selain itu rise time yang dihasilkan adalah 805s.
Jika dibandingkan dengan percobaan yang manual, percobaan ini lebih cepat
untuk mencapai set point, memiliki nilai overshoot yang lebih tinggi (namun
masih dalam batas aman), lebih lama dan fluktuatif untuk mencapai keadaan
kondisi stabil.
Percobaan Automatic Controller dari Perhitungan Manual
Pada percobaan ini, dilakukan perubahan set point dari 7 menjadi 8, yang
mana secara fisis menyatakan bahwa pH yang dinginkan menuju pH larutan
basa. Dimana hal ini mengakibatkan perubahan bukaan valve yang semakin
besar jika dibandingkan dengan percobaan manual. Selain itu nilai PV akan
semakin tinggi dikarenakan nilai PV akan menyeimbangi nilai SV. Sama
halnya dengan percobaan Automatic Controller dari Modul, grafik yang
dihasilkan menunjukkan kenaikkan pH menuju set point seiring berjalannya
waktu namun tidak ideal dengan kata lain tidak sinusoid atau membentuk
osilasi berulang seperti pada grafik yang seharusnya.
49
Pada percobaan ini nilai Kc, Ti, dan Td yang didapat pada percobaan
manual digunakan untuk mencari parameter-parameter kondisi seperti
dibawah.
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Parameter Kondisi
Jenis Over- Rise Decay Time to First Settling Period of Offs
Kontr shoot Time Ratio Peak Time Oscillation et
oler
PID 0.06 956s 1.4 979s 1686s 475 s 0.12
Terdapat beberapa hasil yang diinginkan dan tidak dinginkan yang akan
dibahas dengan detail. Menurut Marlin, nilai overshoot yang paling baik
adalah sekitar 5%-25%. Sedangkan pada data yang diperoleh, nilai
overshoot adalah 6% yang mana hal ini membuktikan bahwa terdapat
overshoot berada pada rentang yang baik. Selain itu berdasarkan parameter
yang ditetapkan, nilai offset yang baik adalah mendekati 0 dimana hal ini
sudah sesuai dengan hasil yang didapat. Settling time to mencapai
kestabilan adalah 1686s dan lebih tinggi 707s dari Time to First Peak. Ini
mengindikasikan bahwa sistem ini sangat lambat merespon perubahan atau
gangguan. Selain itu rise time yang dihasilkan adalah 956s.
Jika dibandingkan dengan percobaan yang manual dan automatic controller
dari modul, percobaan ini lebih cepat untuk mencapai set point
dibandingkan manual namun lebih lambat dibandingkan dengan automatic
controller dari modul, memiliki nilai overshoot yang lebih tinggi (namun
masih dalam batas aman), lebih lama dan fluktuatif untuk mencapai keadaan
kondisi stabil.
5.3 Analisis Kesalahan
Kesalahan yang dilakukan praktikan saat praktikum adalah sebagai berikut;
Bukaan valve tangki larutan basa sudah mencapai 100% sebelum mencapai
set point.
Penambahan konsentrasi larutan NaOH yang dilakukan untuk mencapai set
point dengan waktu yang lebih cepat sehingga terdapat inkonsistensi
terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai set point.
Masih terdapat kristal-kristal NaOH yang tidak larut sehingga membuat pH
larutan tidak stabil.
50
BAB VI
KESIMPULAN
51
3. DAFTAR PUSTAKA
4.
5. Marlin, T. 2000. Process Control: Designing Processes and Control
Systems for Dynamic Performance, 2nd Edition. New York: McGraw-
Hill.
6. Smith & Corripio. 1985. Principles and Practice of Automatic Process
Control. New York: John Wiley.
7.
52