Anda di halaman 1dari 3

RESENSI BUKU FIKSI

AYAH SIAPA?

Oleh : Muhammad Luqman Hakim

Identitas Buku :

Judul Buku : Ayah


Penulis : Andrea Hirata
Jumlah Halaman : xx + 412 halaman
Dimensi : 23,75 cm X 20,25 cm
Cetakan : 1 (Pertama)
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2015
Cover : Ada

A. Pendahuluan

Ayah adalah sosok yang selalu ada di dalam kehidupan setiap orang. Baik
yang selalu ada maupun sudah tiada, Ayah pasti memberikan kesan tersendiri bagi
kita. Sebagai orang yang lebih berpengalaman daripada anaknya, ia pasti ingin
membesarkan anaknya menjadi orang yang sukses. Ayah akan memberikan apapun
demi putra-putrinya agar menjadi suksesornya.

Novel ini ditulis Andrea Hirata yan telah menerbitkan 9 novel edisi bahasa
Indonesia dan 2 novel edisi internasional. Dia adalah pemenang New York Book
Festival 2013, kategori General Fiction untuk The Rainbow Troops, dan pemenang
Buchawards 2013, Jerman, untuk Die Regenbogen Truppe (Laskar Pelangi edisi
Jerman). Andrea lulus dari Sheffield Hallam University, UK dan juga mendapat
beasiswa studi sastra di University of Iowa, USA.

B. Pembahasan

Novel ini menceritakan tentang kehidupan ayah dan anak. Dimulai dari masa
mudanya, tokoh yang bernama Sabari. Tokoh ini patut untuk diteladani. Walaupun
dia begitu lugu. Sabari itu anak seorang guru Bahasa Indonesia. Dia pandai juga
membuat puisi. Setiap malam menjelang tidur, ayahnya selalu diminta untuk
bercerita tentang keluarga langit dan melantunkan nyanyian untuk merayu awan.
Sabari memiliki teman yang sangat setia kepadanya yaitu Tamat, Ukun, dan
Toharun. Kesetiakawanan mereka dalam mendukung temannya satu sama lain.
Walaupun Sabari terkadang tidak mendengarkan pembicaraan temannya.

Sabari juga merupakan tokoh yang setia. Dia mencintai seorang perempuan
yang bernama Lena sejak SMA. Sampai sampai dia hafal dia telah mencintai Lena
selama berapa tahun, bulan, minggu, jam hingga menit. Awal Sabari terpesona
dengan Lena adalah disaat ujian masuk SMA yaitu pada saat Lena mengambil
kertas jawaban ujian Bahasa Indonesia Sabari. Setelah lulus SMA pun, Sabari tetap
mencintai Lena. Kemanapun ia pergi, ia tidak lupa kepada Lena. Sabari itu orangnya
tidak pantang menyerah. Ia mencari cara untuk bisa tetap dekat dengan Lena. Ia
bekerja di pabrik batako milik ayah Lena, Markoni.

Sabari menikah dengan Lena. Akan tetapi, pernikahan tersebut hanya buat
menutupi rasa malu keluarga mereka kalau Lena hamil di luar nikah. Pas awalnya
saya bingung, si Lena hamil anak siapa. Kenapa saya bingung? Karena Sabari tidak
pernah tinggal satu rumah dengan Lena. Bagaimana caranya Lena bisa hamil?
Setelah Lena melahirkan, anaknya diurus oleh Sabari dengan sabar. Sabari tetap
menyayangi anaknya meskipun anak itu bukan hasil dari pernikahannya.

Berbeda dengan Lena, Lena merupakan orang yang keras kepala. Dia selalu
membangkang omongan ayahnya. Ayahnya, Markoni tidak ingin nasib anak-
anaknya sepertinya, yang tidak pernah mendengarkan perkataan ayahnya. Akhirnya
dia malah gagal dan merasa menyesal di akhir karena tidak mendengarkan
ayahnya. Lena tidak setia, gampang bosan, dan plin-plan. Kalau menurut saya, ini
agak lucu, karena Lena bisa nikah dengan seseorang yang belum pernah ia kenal
hanya karena perbuatan temannya yaitu mengirim foto Lena kepada lelaki itu dan
foto lelaki itu kepada Lena. Mereka tidak mengenal satu sama lain tapi bisa menikah
itu aneh. Kejadian itu setelah Lena menceraikan Sabari.

Lena mengambil anaknya yang berada dibawah asuhan Sabari, yaitu Zorro.
Zorro sangat kehilangan sekali sosok ayah seperti Sabari yang bisa membacakan
cerita keluarga awan dan puisi merayu awan. Ya begitulah kisahnya Lena. Nikah
cerai sebanyak empat kali.
Pada novel 412 halaman ini Andrea menggunakan bahasa yang khas dan
lugas. Pada novel ini juga tidak menceritakan soal kesuksesan studi di luar negeri.
Tokoh-tokohnya bahkan terlihat kere dan tidak berpendidikan tinggi sampai akhir
cerita. Tapi kisah Sabari yang sangat mencintai ayahnya, kesetiakawanan pada para
sahabatnya, dan perjuangan cinta menjadi daya tarik novel Ayah ini.
Kelebihan yang dimiliki novel ini yaitu ceritanya sangat sederhana, masih
menerapkan budaya orang Indonesia. Novel ini dikemas juga dengan humor khas
Melayu dan kalimat puitis yang membuat para pembaca untuk terus membaca dan
menyelesaikan cerita.

Sayangnya, kekurangan buku ini menggunakan gaya bahasa yang terlalu


mendayu-dayu untuk percakapan sehari-hari. Seperti membaca buku sastra lama,
padahal setting waktu novel ini mengambil garis waktu masa kini, yang sungguh
aneh jika menggunakan kalimat baku dalam percakapan sehari-hari.

C. Penutup

Kelebihan novel ini tentu saja membuktikan pembaca tidak cepat bosan
dalam membaca. Novel ini mengajarkan nilai-nilai sosial seperti pantang menyerah,
tekun, berpikir positif, menghormati orangtua, dan setia kawan yang mulai pudar di
masa modern ini. Novel ini sangat cocok untuk dibaca semua usia, khususnya bagi
para pemuda dan pemudi yang ingin mendalami filsafat cinta dan kehidupan dengan
contoh nyata karena kisah ini diinspirasi oleh kisah nyata.

Anda mungkin juga menyukai