Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT, berkat rahmat

dan karunia_Nya jualah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Diabetes

Melitus.

Makalah ini dibuat berdasarkan hasil pencarian yang telah kami dapatkan.

Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

pembuatan makalah ini.

Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang

diberikan oleh dosen pembimbing dan untuk menambah pengetahuan kami

tentang Diabetes Melitus.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa banyak kekurangan,

untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca yang sangat

bermanfaat diperlukan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami juga

mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya

kami sebagai penulis dan diharapkan ALLAH SWT akan membalas segala

kebaikan kita. Amin yaa Robal Alamin.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan..... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus... 4

2.2 Patofisiologi penyakit Diabetes Melitus 5


2.3 Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus .... 7
2.4 Tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus.. 8
2.5 Diagnosa Penyakit Diabetes Melitus... 9
2.6 Faktor Pencetus penyakit Diabetes Melitus... 11
2.7 Pengobatan penyakit Diabetes Melitus.. 13
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 19
3.2 Saran............................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit degenerative yang

berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan cenderung akan mengalami

peningkatan, sehingga dampak adanya pergeseran perilaku pola konsumsi gizi

makanan. (Singgih B, et al. 2003)

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.

Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan

suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan

gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita

Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa

keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan

penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam

pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya

cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis,

hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.

Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan

menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta

meningkatnya umur harapan hidup (UHH), namun masa transisi demografi akibat

keberhasilan upaya menurunkan angka kematian dapat menimbulkan transisi


epidemiologis, sehingga pola penyakit bergeser dari infeksi akut penyakit

degenerative yang menahun.

Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan sebutan

kencing manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4 terbesar di

dunia. Menurut data WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabtes

mellitus (2000) dan akan meningkat dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030.

Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30% yang rutin berobat.

Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi diabetes

mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan

peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes

mellitus makin member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten

diseases leading cause of death). (Bustan, 2007)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus ?


2. Apa saja klasifikasi penyakit Diabetes Melitus ?
3. Bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus ?
4. Bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Diabetes Melitus

2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Diabetes Melitus

3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa penyakit Diabetes Melitus

4. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan Diabetes Melitus


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: , diabanein, tembus

atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di

Indonesia dengan istilah penyakit kencing gula adalah kelainan metabolis yang

disebabkan oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Menurut American Diabetes Asosiation (ADA) 2003, diabetes itu

merupkan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hyperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Sedangkan menurut WHO tahun 1980 diabetes mellistus merupakan suatu yang

tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara

umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomi dan kimiawi

yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin

absolute atau relative dan gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah( hyperglikemia) mungkin terdapat penurunan

dalam kemampuan tubuh untuk merespon terhadap insulin dan atau penurunan

atau tidak terdapatnya pembentukan oleh pancreas ( Burnner dan suddarrth, 2003)
2.2 Patofisiologi

Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan yang kita

makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-tepungan),

protein (asam amino) dan lemak (asam lemak). Pengolahan bahan makanan

dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Di dalam

saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi

glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak.

Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh

organ-organ di dalam tubuh sebagai energy. Supaya berfungsi sebagai energy zat

makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang

menghasilkan energy yang disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme

insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang

digunakan sebagai bahan bakar ( FKUI, Depkes, WHO, 2004)

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak

kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk

kemudian di dalam sel glukosa itu di metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin

tidak ada, maka glukosa dapat masuk ke sel dengan akibat glukosa akan tetap

berada didalam pembuluh darah yang artinya kadarnya didalam darah meningkat.

Dalam keadaan seperti ini badan akan menjadi lemah karena tidak ada sumber

energy di dalam sel. Inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.

2.2.1 Patofisologi diabetes mellitus tipe 1

Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena

pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel
beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya antibody terhadap sel beta yang disebut

ICA ( Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibody

ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.

2.2.2 Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2

Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih

banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang

kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk

ke dalam sel.

Penyebab resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 sebenarnya tidak

begitu jelas, tetapi faktor-faktor dibawah ini bayak berperan:

obesitas terutama bersifat sentral ( bentuk apel)

Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat

Kurang gerak badan

Factor keturunan

2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda. Penyakit ini dibedakan

berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi Diabetes

Melitus yang utama adalah:

2.3.1 Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin

Dependent Diabetes Melitus/IDDM)

Kurang dari 5-10% penderita mengalami diabetes yang tergantung insulin.

Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal
menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai

akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar gula darah.

2.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)

Kurang dari 90-95% penderita mengalami diabetes tipe 2, yaitu diabetes

yang tidak tergantung insulin. Diabtes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitifitas

insulin ( retensi insulin). Sebagian besar penderita diabetes tipe 2, obat oral tidak

mengendalikan keadaan hyperglikemia. Sebagian penderita diabetes tipe 2 dapat

mengendalikan diabetesnya dengan diet, latihan, obat hypoglikemia oral dan

mungkin memerlukan penyuntikan insulin dalam periode stress fisiologi akut

seperti sakit atau pembedahan.

2.4 Tanda dan gejala diabetes

Gejala khas

a. Poliuria (sering kencing terutama di malam hari)


b. Poliphagia (banyak makan atau cepat lapar)
c. Polidipsia (rasa haus yang berlebihan)

2. Gejala lain

a. Kelainan kulit seperti gatal dan bisul. Biasanya, bagian tubuh yang terasa

gatal adalah daerah genital atau daerah lipatan kulit,seperti ketiak bawah

payudara dan pelipatan paha.


b. Katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa

akibat akibat hiperglikemia


c. Kelainan ginekologi,seperti keputihan yang di akibatkan adanya jamur

candida dan kelainan pola haid.


d. Impotensi pada laki-laki
e. Kesemutan dan mati rasa (baal) pada jari tangan dan kaki yang di

akibatkan neuropati.
f. Luka atau bisul yang tak kunjung sembuh, meskipun luka hanya timbul

karena hal sepele,seperti luka lecet.


g. Tubuh merasa lemah dan mudah merasa lelah
h. Berat badan menurun tanpa penyebab khusus.

2.5 Diagnosa Diabetes Mellitus

Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara baik

melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan darah. Kriteria

diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi kesehatan dunia

(WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah. Diagnosa diabetes

millitus dapat di tetapkan dengan mengukur kadar glukosa darah ketika puasa dan

1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram (tes toleransi oral). Kadar

glukosa darah ketika puasa menunjukan keadaan pruduksi insulin tubuh yang

bersifat basal atau dasar. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

a. Seorang dikatakan menderita diabetes mellitus,jika kadar gula darah sewaktu

200 mg/dl. (gula darah sewaktu adalah kadar glukosa darah pada suatu saat

yang dapat berubah sepanjang hari dengan jumlah karbohidrat yang dimakan.

b. Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah

ketika puasa > 126 mg/dl atau 2 jam setelah meminum larutan glukosa 75

gram menunjukkan kadar glukosa darah >200 mg/dl.(puasa = tidak ada

masukan makanan atau kalori sejak 10 jam terakhir).


c. Seseorang dikatakan normal atau tidak menderita diabetes mellitus jika kadar

glukosa darah ketika puasa adalah < 110 mg/dl,kadar glukosa darah 1 jam

Rekomendasi WHO kriteria diagnosis diabetes mellitus dan

hipoglikemia intermediate :

Jenis pemeriksaan Nilai normal


Diabetes :

Glukosa puasa > = 7.0 mmol/1 (126mg/dl), atau


Glukosa 2 jam pp
> = 11.1 mmol (200mg/dl)
Impaired glucose tolerance (IGT)

Glukosa puasa < = 7.0 mmol/1 (126)mg/dl, dan


Glukosa 2 jam pp
> = 7.8 mmol/1 dan < 11.1 mmol

(140 mg/dl dan 2000 mg/dl)


Impaired fasting glucose (IFG)

Glukosa puasa 6.1 6.9 mmol/1 (110 125 mg/dl),


Glukosa 2 jam pp
dan

< 7.8 mmol/1 (140 mg/dl)


+ glukosa plasma vena 2 jam setelah makan 75 gram glukosa

Jika 2 jam pp tidak diukur, status diabetes tidak jelas, dan IGT tidak bisa

dikeluarkan

2.6 Faktor Pencetus

Faktor bibit merupakan penyebab utama timbulnya penyakit diabetes di

samping penyebab lain seperti infeksi,kehamilan dan obat-obatan. Tetapi

meskipun demikain, pada orang dengan bibit diabetes,belumlah menjamin

timbulnya penyakit dibetes. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri

secara nyata sampai akhir hayatnya.


Beberpa faktor yang dapat menyuburkan dan sering merupakan faktor

pencetus diabetes melitus ialah :

1. Kurang gerak / malas

2. Makanan berlebihan

3. Kehamilan

4. Kekurangan produksi hormon insulin

5. Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin

Secara singkat factor-faktor yang mempertinggi risiko diabetes adalah

1. Kelainan genetika

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat

menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi risikonya terkena diabetes juga

tergantung pada factor kelebihan berat badan, stress, dan kurang bergerak.

2. Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologi yang secara drastic

menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah

seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada

mereka yang berat badanya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi

terhadap insulin.

3. Gaya hidup stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak.


Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.

Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko kena

diabetes.

4. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan

risiko kena diabetes. Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pancreas,

sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin

(retensi insulin).

Kurang gizi dapat terjadi selama kehamilan, masa anak-anak, dan pada

usia dewasa akibat diet ketat berlebihan. Sedangkan kurang gizi pda

janinmungkin terjadi karena ibunya merokok atau mengkonsumsi alcohol

semasa hamilnya.

Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya

lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak,

sehongga cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangant

berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang

tergolong gemuk.

2.7 Pengobatan Diabetes Melitus


Secara garis besar pengobatan dilakukan dengan:

1. latihan jasmani

latihan jasmani dalam bentuk olah raga menimbulkan penurunan kadar

gula darah yang disebabkan oleh karena peninggian penggunaan glukosa didaerah

perifer. Tetapi bila kadar gula darah tinggi > 18 mmol/ 320mg% dan bila ada

ketosis, olahraga sebaiknya akan menyebabkan keadaan diabetes lebih parah, gula
dan ketonemia akan meninggi karena bertambahnya glukoneogenesis dan ketosis

dalam hepar. Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama

kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhythmical,

Interval, Progressive, Endurance,Training). Sedapat mungkin mencapai zona

sasaran 75-85% denyaut nadi maksimal (220- umur), disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan

adalah berjalan kaki biasa selamam 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan

cepat selama 20 menit dan oalhraga berat misalnya jogging

2. Obat-obatan

Obat antidiabetic oral dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

golongan Sulfonilurea

Golongan sulfonylurea bekerja dengan cara merangsang sel beta pancreas

untuk mengeluarkan insulin

a. menghalangi pengikatan insulin


b. mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin
c. menekan pengeluaran glucagon

Sulfonilurea golongan I :

Klorpropamid (Diabenese)

Indikasi : NIDDM

Kontra-indikasi : diabetes juveil, NIDDM berat atau tidak stabil. Ketoasidosis,

pembedahan, infeksi berat, trauma, ggn fungsi hati, ginjal atau tiroid. Hamil.

Bentuk sediaan & dosis : tablet 100 mg ; tablet 250 mg dan pasien paruh baya

250 mg/hari, usia lebih tua 100-125 mg/hari. Aturan pakai 3 x sehari bersama

makanan.
Efek samping : ikterus kolestatik, reaksi seperti disulfiram, mual, muntah, diare,

anoreksia.

Resiko khusus : pada penderita gangguan fungsi ginjal dan wanita menyusui.

Sulfonilurea golongan II

Glipizid (Aldiab)

Indikasi : NIDDM

Kontra-indikasi : DM ketoasidosis dengan atau tanpa koma, juvenile DM, ggn

fungsi ginjal, hati yang berat.

Bentuk sediaan & dosis : tab 5 mg dan dosis awal 15-30 mg 1x /hari sebelum

makan pagi, dosis ditambah 2,5-5 mg tergantung kadar gula

darah.

Efek samping : ggn GI, hipoglikemik, reaksi alergi kulit eritema, erupsi

makulopapular, urtikaria, pruritus, eksema, porfiria,

fotosensitifitas. Reaksi seperti disulfiram. Reaksi

hematologik:agranulositois,leukopenia,trombositopenia,

anemia plastesik, anemia hemolitik, pansetopenia, pusing,

mengantuk, sakit kepala. Peningkatan AST, LDH, alkaline

phosphatese, BUN & kreatinin.

Resiko khusus : penderita hati, ginjal dan wanita hamil.

Glimepirid (Amadiab)

Indikasi : DM tipe II (NIDDM)


Kontra-indikasi : DM tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma

diabetikum, hipersensitif terhadap glimepirid, hamil,

laktasi.

Bentuk sediaan & dosis : kapl 1 mg; 2 mg; 3 mg; 4 mg. Dosis 1 mg 1 x/hari

dosis dinaikkan selama 1-2 minggu.

Efek samping : hipoglikemik, ggn visual sementara, ggn GI, kerusakan hati.

Trombopenia, leukopenia.

Resiko khusus : hipersensitif & ggn fungsi hati.

Glibenclamide ( Prodiabet)

Indikasi : NIDDM

Kontra-indikasi : IDDM, ketoasidosis, infeksi berat, stress, trauma, ggn ginjal,

hati atau tiroid berat, porifia akut.

Bentuk sediaan & dosis : tablet 5 mg. Dosis awal 2,5 mg/hari, ditingkatkan 2,5

mg.

Efek samping : ikterus kolestasis, alergi dermatologi & reaksi hematologi, ggn

GI, sakit kepala, pusing, parestesia.

Resiko khusus : usia lanjut & hipoglikemia.

Indikasi pemberian golongan ini adalah:

a. bila berat badan sekitar ideal


b. bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari
c. bila tidak ada stress akut misalnya infeksi berat atau operasi

Efek samping golongan Sulfonilurea:

1. mual, muntah sakit kepala, vertigo dan demam


2. rasa pada kulit dermatitis, pruritis
3. kelainan, hermatologik: lekopeni, trombosittopeni dan enemia
3. Penyuluhan

Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk

memdapatkan hasil yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan

pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien diabetes yang

bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien

akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan

penyesuaian keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta

kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral dari asuhan

perawatan pasien diabetes.

Tujuan dari penyuluhan penyakit diabetes mellitus ialah:

1. Meningkatakan pengetahuan
2. Mengubah sikap
3. Mengubah perilaku serta meningkatkan kepatuhan
4. Mengubah kualitas hidup

Metode penyuluhan :

1. diskusi

2. Penyediaan bahan-bahan penyuluhan

3. penggunaan media(TV, radio, poster, leaflet,dsb)


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Patofisiologi penyakit Diabetes Melitus adalah :

a. Patofisologi diabetes mellitus tipe 1

Insulin pada diabetes mellitus tipe 1 tidak ada, ini disebabkan oleh karena

pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan adanya peradangan

pada sel beta insulitis.

b. Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2

Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih

banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang

kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu

masuk ke dalam sel.

2. Klasifikasi penyakit Diabetes Melitus adalah :

a. Diabetes Melitus Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin

Dependent Diabetes Melitus/IDDM)


b. Diabetes Melitus Tipe 2: diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non

Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)

3. Diagnosa penyakit Diabetes Melitus adalah :

Menurut Utami P,(2003) Diabetes mellitus dapat didiagnosis secara

baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan melakukan pemeriksaan


darah. Kriteria diagnosa Diabetes mellitus diambil dari keputusan organisasi

kesehatan dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau glukosa darah.

4. Pengobatan penyakit Diabetes Melitus adalah :

a. Latihan jasmani
b. Obat obatan
c. Penyuluhan

3.2 Saran

Sesuai dengan perkembangan zaman maka akan memicu timbulnya

penyakit seperti yang disebabkan oleh prilaku dan pola hidup yang salah.Salah

satu contohnya adalah penyakit Diabetes Melitus.Untuk itu perlu pencegahan

sejak dini dalam menghindari penyakit Diabetes Melitus dengan menjaga dan

meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga dengan

cara melakukan pola makan dan pola hidup sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Febriyatri,Diena.2009
Peningkatan Kasus Penyakit Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan Penyakit
dalam Rumah Sakit Dokter Mohammad Hoesin Palembang. STIK Bina Husada.
Palembang
http://bkp2011.blogspot.com/2011/04/makalah-diabetes-melitus.html

http://merinirmalasari.wordpress.com/2012/04/04/dmcontoh-makalah-diabetes-

melitus/

http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-

sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/

Suci Raplia,Serni. 2011


Hubungan Determinan Penderita dengan Kejadian Diabetes Mellitus Pasien
Rawat Jalan di RSUD Palembang Bari Tahun 2011. STIK Bina Husada.
Palembang

Anda mungkin juga menyukai