Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETIKA BISNIS

GOVERNMENT, REGULATION, DAN ETIKA BISNIS

KELOMPOK 5 :

AYUNADIAH R.MARASOBU (A21114513)

ZHAFIRAH A PASCARINI (A21114701)

ADLIM MURSYADIN (A21114506)

ACHDIAT ANANTA (A21114313)

A.FAJRIANSYAH DWIPUTRA (A21114511)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan berkah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Government,
Regulation, dan Etika bisnis. Tujuan dibuatnya makalah untuk menyelesaikan tugas kelompok
dari mata kuliah Etika bisnis.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan yang dialami, khususnya keterbatasan ilmu
serta kemampuan kami, namun berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua anggota kelompok yang telah bekerja sama sehingga
dapat tersusunnya makalah ini.
Namun demikian penyusunan makalah ini belum merupakan makalah yang sempurna
seperti pepatah Tak ada gading yang tak retak. Untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini. Harapan kami mudah-
mudahan makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Makassar, 22 May 2017

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Pembelajaran......................................................................................... 4
BAB II.......................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN............................................................................................................. 5
2.1 Pemerintah, Peraturan, dan Etika bisnis.....................................................................5
2.2 Peran Pemerintah Di Dalam Perusahaan/Organisasi.....................................................7
2.3 Regulasi Bisnis Di Indonesia dan Global......................................................................9
2.4 Isu Etika Perusahaan di Indonesia Terhadap Peraturan Pemerintah..............................13
BAB III....................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

3
BAB I

PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang

Bisnis adalah organisasi ekonomi yang beroperasi dalam lingkungan hukum, dan didirikan
dengan tujuan untuk menyediakan barang-barang dan jasa. Keberhasilan suatu perusahaan
tergantung pada efisiensi atas operasinya. Dalam sistem ekonomi kapitalis, untuk mendapatkan
keuntungan perusahaan harus bersaing secara efektif dalam suatu pasar terbuka. Persaingan
tersebut menurut pebisnis barat diibaratkan sebagai sebuah game, perusahaan dimungkinkan
untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin namun tetap mematuhi aturan
permainan (the rule of the game) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Ekonomi dan hukum merupakan dua hal yang penting dalam pembuatan keputusan bisnis.
Seperti halnya dalam suatu pertandingan sepak bola dimana kedua tim yang bertanding harus
menjujung tinggi sportifitas dan dalam bisnis, juga demikian. Mereka yang bersaing harus
mematuhi aturan yang telah ditetapkan. Dalam suatu sistem bisnis yang kompetitif, dimana
setiap orang bebas untuk bertindak asal tidak bertentangan dengan etika. Dengan demikian
hubungan etika bisnis terhadap ekonomi dan hukum adalah sangat kompleks dan tidak mudah
untuk dijabarkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hubungan pemerintah dan peraturan pemerintah dengan etika bisnis?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam sebuah organisasi atau perusahaan?
3. Bagaimana regulasi yang dibuat pemerintah tentang bisnis di Indonesia dan global ?
4. Bagaimana isu etika yang terjadi di Indonesia mengenai peraturan bisnis yang ditetapkan
pemerintah kepada perusahaan?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui hubungan pemerintah dan peraturan pemerintah dengan etika bisnis.
2. Mengetahui peran pemerintah dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
3. Mengetahui regulasi yang di buat pemerintah tentang bisnis di Indonesia dan global.
4. Mengetahui isu etika yang terjadi di Indonesia mengenai peraturan bisnis yang diterapkan
pemerintah kepada perusahaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemerintah, Peraturan, dan Etika bisnis


Pemerintahan dalam arti luas adalah pemerintah/ lembaga-lembaga Negara yang
menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif, legislative maupun
yudikatif. Dengan segala fungsi dan kewenganya. Pengertian Pemerintah Secara etimologi,
pemerintah bersala dari perkataan perintah, Pamudji ( 1995 : 23 ) mengartikan kata kata
tersebut sebagai berikut :

Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu.


Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu ngara ( daerah negara atau badan yang
tertinggi yang memerintah suatu negara ).
Pemerintah adalah perbuatan ( cara, hal urusan dan sebagainya ) memerintah.

Perbedaan pengertian pemerintah dan pemerintahan lazimnya disebut bahwa pemerintah


adalah lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi untuk melakukan upaya mencapai
tujuan negara sedangkan pemerintahan dari aspek dinamikanya.

Pemerintah sebagai lembaga legislatif adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa
membuat hukum. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama
dan bebas dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga
memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya.
Legislatif juga kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.

Aktivititas bisnis berada dalam wilayah hukum, dan sebagian orang berasumsi bahwa
hukum hanya merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam aktivitas bisnis. Mereka
berasumsi, hanyalah hukum yang merupakan pedoman yang relevan bukan etika. Berikut ini
akan dibahas dua pendapat tentang hubungan etika dan hukum.

Pendapat pertama adalah bahwa hukum dan etika merupakan dua wilayah yang berbeda.
Hukum berlaku dalam kehidupan masyarakat, dimana etika merupakan sesuatu yang bersifat

5
pribadi. Hukum secara jelas didefinisikan seperangkat aturan yang mengikat yang diterapkan
kepada setiap orang, sedangkan etika merupakan opini yang bersifat pribadi yang mengarahkan
kehidupan kita sendiri. Sebagai bentuk dari kontrol sosial, hukum memiliki berbagai keunggulan
jika dibandingkan dengan etika. Hukum menyediakan aturan yang tepat dan terinci dibandingkan
etika dan aparat penegak hukum tidak hanya melaksanakan aturan-aturan tersebut dengan
kekuasaan dari pemerintah tetapi juga menginterpretasikan ketika kalimatnya tidak jelas.

Di negara dimana sistem hukumnya telah sangat maju, hukum merupakan aturan yang relatif
lengkap untuk kegiatan bisnis. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan etika (unethical) adalah
tidak sah (illegal). Sebaliknya di negara dimana sistem hukumnya belum begitu maju, etika
merupakan sumber utama sebagai pedoman, bukan hukum. Etika diperlukan tidak hanya karena
berbagai situasi yang tidak dicakup oleh hukum tetapi juga sebagai pedoman untuk menciptakan
hukum yang baru. Dengan demikian hubungan antara etika dan hukum sesuai dengan moto
sebagai berikut : Jika sesuatu adalah legal, maka secara moral adalah legal (If its legal, then
its morally okay).

Jika seorang manajer dalam sebuah perusahaan hanya mempertimbangkan dari aspek hukum
saja dalam membuat suatu keputusan. Maka hal ini tidak hanya salah tetapi juga sangat
berbahaya. Manajer harus mempertimbangkan baik dari aspek etika maupun hukum dalam
membuat suatu keputusan karena akan berdampak besar bagi keberlangsungan perusahaan.

Pertama, hukum tidak mengatur tentang segala aspek aktivitas bisnis. Belum tentu segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan moral (immoral) adalah tidak sah (illegal). Menuntut
yang berlebihan kepada anak buah dan mencerca secara tidak pantas kepada seorang
pegawai adalah tindakan yang merupakan objek dari etika, namun hal itu bukan dari
objek hukum.
Kedua, hukum kadangkala lambat berkembang terhadap suatu objek/wilayah baru. Hal
ini menimbulkan adanya kekosongan hukum karena belum ada produk hukum yang
mengaturnya. Cristopher D. Stone (Where the Law Ends), menunjukkan bahwa hukum
bersifat reaktif, menjawab permasalahan dimana orang berada dalam dunia bisnis dapat
mengantisipasi dan berhubungan sebelumnya sebelum permasalahan tersebut menjadi
perhatian masyarakat.

6
Ketiga, hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak
didefinisikan secara jelas, sehingga hal ini tidak memungkinkan dalam berbagai kejadian
dapat mengerti hukum tanpa mempertimbangkan permasalahan yang bersifat moral.
Keempat, hukum itu sendiri kadangkala tidak pasti, sehingga untuk menetapkan apakah
suatu tindakan adalah legal/sah harus diputuskan oleh pengadilan. Dan dalam membuat
suatu keputusan, pengadilan sering berpedoman pada pertimbangan moral.

2.2 Peran Pemerintah Di Dalam Perusahaan/Organisasi.


Pemerintah merupakan salah satu dari sekian banyak pemangku kepentingan
(stakeholder) yang hubungannya perlu dijaga dengan baik oleh perusahaan. Meskipun hanya
merupakan salah satu dari sekian banyak. Pemerintah dapat dipandang sebagai pemangku
kepentingan istimewa yang memerlukan perhatian, bahkan penanganan khusus. Pemerintah
memiliki wewenang yang sangat luas sebagai pengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Pemerintah (baik pusat maupun pemerintah provinsi) beserta seluruh pejabat mempunyai
pengaruh besar terhadap berbagai bentuk industri. Bahkan Pemerintah pun dapat berperan
sebagai penengah dalam mengatasi krisis.

Perusahaan berkepentingan terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan dan diberlakukan


oleh Pemerintah, yang mungkin saja berdampak pada keberlangsungan usahanya. Keputusan
pemerintah selain merupakan cermin dari kebutuhan masyarakat, sering kali juga merupakan
cerminan opini dari pejabatnya. Karenanya hubungan baik dengan pemerintah diperlukan oleh
perusahaan untuk melindungi keberlangsungan usahanya. Dalam beberapa kategori perusahaan
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), hubungan
baik dengan pemerintah memegang peranan yang sangat strategis, mengingat Pemerintah disini
tidak hanya menjadi sekedar satu dari sekian stakeholder, Pemerintah bagi perusahaan BUMN
dan BUMD bahkan sebagai pemegang saham mengingat kepemilikan saham Pemerintah di
BUMD.

Fungsi dan peran menjalin hubungan baik dengan Pemerintah ini kebanyakan di emban oleh
Government Relations, yang merupakan salah satu bagian dari fungsi corporate communications.
Kunci utama dalam tugas berhubungan dengan Pemerintah adalah mengenali berbagai lembaga
yang bersangkutan, mengenali struktur dan birokrasinya dan memenuhi persyaratan atau
peraturan yang telah ditetapkan pemerintah ke perusahaan.

7
Berikut contoh peran pemerintah kepada suatu perusahaan :

Kegagalan Pasar : Pasar gagal untuk menyesuaikan harga untuk biaya sesungguhnya
dari tingkah laku perusaaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan biasanya tidak
mempunyai insentif untuk dialokasikan pada peralatan pengendali polusi.
Pasar gagal untuk memasukan biaya bahaya lingkungan kedalam persamaan
ekonomi bisnis, karena biaya tersebut ditanggung pihak lain. Pemerintah dapat
mengunakan regulasi untuk memaksa semua pesaing dalam industri untuk
menerapkan standar minimun anti-polusi. Perusahaan kemudian memasukkan biaya
tambahan untuk mematuhi aturan tersebut ke dalam harga produk. Perusahaan akan
secar berhati-hati dalam menerima regulasi yang telah ditetapkan, karena regulasi
tersebut memaksa para pesaing untuk menanggung beban yang sama.
Monopoli Alami : Berapa industri, monopoli alami akan terjadi. Industri
pemanfaatan listrik memberikan sebuah contoh. Suatu kali satu perusahaan
membangun sistem tiang dan kawat atau menaruh kabel bawah tanah bermil-mil
jauhnya untuk memasok listrik konsumen lokal, hal tersebut menjadi tidak efisien
untuk perusahaan kedua seandainya membangun sistem lain disamping perusahaan
pertama. Tetapi, perusahaan pertama telah menjadikannya monopoli alami,
perusahaan lalu menaikkan harga sesuai keinginannya, karena tidak terdapat pesaing.
Pemerintah seringkali ikut campur dan mengatur harga serta akses. Industri lain yang
kadang-kadang mengembangkan monopoli alami meliputi TV kabel, layanan internet
broadband, sofware, dan jalan kereta api.
Argumen Etika : Terdapat juga dasar etika dalam regulasi. Sebagai contoh, argumen
utilitarianisme etika dalam mendukung kondisi kerja yang aman. Terdapat biaya
yang mahal untuk melatih dan mendidik karyawan hanya untuk kehilangan layanan
mereka karena terdapat kecelakan yang dapat dihindari.
Terdapat pula argumen kejujuran dan keadilan bagi pemerintah untuk menetapkan
standar dan mengembangkan regulasi untuk melindungi para pekerja, konsumen, dan
stakeholder lainnya. Dalam perdebatan mengenai regulasi, pihak yang mendukung
dan melawan usulan regulasi seringkali menggunakan argumen ekonomi dan etika
untuk mendukung pandangannya.

8
2.3 Regulasi Bisnis Di Indonesia dan Global.
Regulasi adalah cara utama mendapatkan kebijakan publik. Karena pemerintah beroperasi
pada banyak tingkatan (pusat, povinsi, kabupaten), bisnis modern menghadapi sejumlah regulasi
yang komplek. Masyarakat mengandalkan pemerintah untuk menetapkan aturan tingkah laku
atau regulasi untuk masyarakat dan organisasi. Dimana aturan atau regulasi bisnis terhadap
berbagai jenis perusahaan dan kegiatan berbisnis telah di atur dan ditetapka oleh pemerintah di
dalam undang undang republic Indonesia.

Contohnya: Aturan kontrak bisnis, yaitu bentuk badan usaha, lalu perusahaan go publik dan
pasar modal, lalu jual beli perusahaan, penanaman modal/ investasi (PAM/PMDN), kepailitan
dan likuidasi, merger, konsolidasi dan akuisisi, perkreditan dan pembiayaan, jaminan hutan, surat
berharga, ketenagakerjaan dan perburuhan, Hak Kekayaan Intelektual, yaitu Hak Paten (UU No.
14 tahun 2001, Hak Merek UU No. 15 tahun 2001, Hak Cipta (UU No. 1 19 tahun 2002),
Perlindungan Varietas Tanaman (UU No. 29 tahun 2000), Rahasia Dagang (UU No. 30 tahun
2000). Selanjutnya ada Desain Industri, (UU No. 31 tahun 2000), dan Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu (UU No. 32 tahun 2000), Larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,
Perlindungan konsumen (UU No.8/1999), Keagenan dan distribusi, Asuransi (UU No. 2/1992),
Perpajakan, Penyelesaian sengketa bisnis, Bisnis internasional, Hukum pengangkutan (baik
darat, laut, udara), Hukum Kegiatan perusahan multinasional (ekspor inport), Hukum Kegiatan
Pertambangan, Hukum Perbankan (UU No. 10/1998) dan surat-surat berharga, Hukum Real
estate/perumahan/bangunan, Hukum Perjanjian internasional/perdagangan internasional, Hukum
Tindak Pidana Pencucian Uang (UU No. 15 tahun 2002). Dan masing banyak lagi hukum yang
sudah di atur pemerintah di dalam undang undang.

Dalam regulasi pemerintah terdapat bentuk yang berbeda. Beberapa langsung dibebankan;
yang lain bersifat tidak langsung. Beberapa ditujukan untuk industri tertentu (misal perbankan);
lainya, seperti hal-hal yang berkenaan dengan diskriminasi pekerjaan atau polusi, diterapkan
untuk semua industri. Badan regulasi menghadapi tantangan untuk menetapkan aturan-aturan
yang adil dan efektif dalam mencapai tujuan publik.

9
1. Regulasi Ekonomi

Regulasi ekonomi bertujuan untuk memodifikasi operasi normal pasar bebas dan kekuatan
penawaran dan permintaan. Regulasi ekonomi meliputi regulasi yang mengendalikan harga atau
gaji, alokasi sumber daya publik, penetapan area layanan, penetapan banyaknya peserta, dan
penjatahan sumber daya. Keputusan komisi komunikasi pemerintahan (FCC) berkenaan dengan
bagaimana untuk mengalokasikan porsi spektrum elektromagnetik. Perhatikan beberapa contoh
berikut ini:

Perusahaan telepon lokal diperbolehkan menawarkan layanan jarak jauh, tetapi


hanya jika mereka membuka jaringannya kepada penyedia layanan lainnya. Tujuan
dari regulasi FCC ini adalah untuk mendorong adanya kompetisi terbuka untuk
layanan jarak jauh, memberikan konsumen lebih banyak pilihan dan harga yang lebih
rendah.
Komisi Regulasi Energi Pemrintah, di beberapa situasi, mengendalikan harga listrik.
Sebagai contoh, badan ini menutup (menetapkan batas atas) harga jual keseluruhan
di California, setelah harga membumbung tinggi dan pengelapan terjadi.
Regulator baik di tingkat povinsi maupun pusat menetapkan aturan yang ketat
mengenai kapan dan dimana kapal-kapal perikanan komersial dapat beroperasi, dan
juga aturan mengenai jenis ikan apa yang dapat ditangkap. Satu alasan untuk aturan
tersebut adalah untuk membagi sumber daya umum (ikan liar) diantara bisnis dengan
cara yang adil.

Operasi tertentu atau fungsi bisnis telah dipilih untuk diperhatikan secara khusus oleh
regulator pemerintah. Badan pemerintahan menetapkan gaji minimum, mengatur gaji lembur,
menetapkan aturan bagi kampanye serikat kerja, dan menengahi perselisihan pekerja dengan
manajemen, termasuk, baru-baru ini, pemogokan yang dilakukan oleh pilot dari perusahaan
penerbangan, pegawai penerbangan, guru sekolah, dan bahkan pemain baseball profesional.

Kompetisi adalah fungsi bisnis yang lain yang sangat dipengaruhi oleh regulasi. Hukum
antitrust berusaha untuk mencegah monopoli, mempertahankan harga yang kompetitif, dan
melindungi konsumen terhadap praktek-praktek yang tidak jujur.

10
2. Regulasi social

Regulasi sosial dimaksudkan pada pentingnya tujuan sosial seperti perlindungan konsumen
dan lingkungan serta menyediakan para karyawan dengan kondisi kerja yang aman dan sehat.

Kesempatan kerja yang sama, perlindungan terhadap imbalan pensiun, dan perawatan
kesehatan bagi para karyawan merupakan area lain yang penting dalam regulasi sosial. Regulasi
sosial tidak terbatas pada satu jenis bisnis atau industri. Hukum memperhatikan polusi,
keamanan dan kesehatan, dan diskriminasi pekerjaan yang diterapkan untuk semua bisnis,
hukum perlindungan konsumen diterapkan untuk semua bisnis terkait dengan produksi dan
penjualan barang-barang konsumsi. Contoh berikut ini mengenai regulasi sosial:

Komisi kemanan produk konsumen menetapkan aturan ketat untuk mainan anak-
anak. Alasan ini untuk mencegah penjualan mainan yang dapat membahayakan anak
kecil, seperti mainan dengan bagian kecil yang dapat menyebabkan bahaya tersedak.
Badan perlindunagan lingkungan menetapkan batas jumlah belerang dioksida yang
dapat dikeluarkan ke udara lewat cerobong udara pembangkit tenaga listrik.
Pemerintah ingin mengurangi jumlah hujan asam yang jatuh di hutan, danau,
peternakan, dan kota- kadangkala melewati batas-batas negara dan menyebabkan
gesekan dengan negara tetangga.
Administrasi Keamanan Jalan Raya Nasional mengharuskan mobil-mobil baru untuk
dilengkapi dengan kantong udara, sabuk pengaman, dan perlengkapan perlindungan
yang lain serta untuk memenuhi standar yang ketat mengenai efisiensi bahan bakar.

Regulasi ekonomi dan sosial, aturan tertentu ditetapkan oleh badan pemerintahan dan oleh
lembaga eksekutif, dan aturan tersebut ditafsirkan oleh mahkamah. Regulator pemerintah dan
mahkamah menghadapi tantangan pekerjaan dalam menerapkan mandat dari kebijakan publik.
Terdapat sebuah kebutuhan legitimasi untuk regulasi pemerintah pada ekonomi modern., Tetapi
regulasi juga mempunyai masalah. Dalam ekonomi modern, biaya dan efektifitas regulasi, dan
juga konsekuensi yang tidak diinginkan, merupakan isu serius yang tidak dapat di abaikan.

Regulasi Dalam Konteks Global

11
Perdagangan internasional menyatukan orang dan bisnis dengan cara baru dan komplek.
Pola perdagangan internasional tumbuh lebih komplek, pemerintah merasa perlu untuk
menetapkan aturan yang melindungi kepentingan warganya. Tidak ada negara yang mau
menerima produk-produk manufaktur yang berbahaya bagi warganya dan tidak ada pemerintah
yang ingin melihat ekonominya rusak karena persaingan yang tidak jujur dari para pesaing luar
negeri. Hal-hal inilah yang menjadi perhatian untuk dijadikan dasar adanya kerjasama dan
kesepakatan regulasi internasional.

Regulasi Terhadap Produk Impor


Setiap negara mempunyai kekuasaan terhadap produk yang dijual dinegaranya.
Contoh: Mainan yang diproduksi diluar negri tapi dijual di Amerika haruslah
memenuhi standar keaman yang berlaku seperti halnya yang berlaku bagi industri
sejenis yang berasal dari dalam negri.
Regulasi Terhadap Produk Ekspor
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk mengetahui apakah produk-produk bisnis
di ekspor keseluruh dunia. Pemerintah pusat memperhatikan produk yang dibuat Di
Amerika merupakan produk berkualitas bagus. Perusahaan Amerika kadang-kadang
mengekspor produknya ke suatu negara yang dilarang oleh negara (Amerika) untuk
melakukan transaksi penjualan karena masalah keamanan. Meskipun praktek
semacam itu mungkin tidak ilegal, perusahaan tersebut bertindak tidak etis.
Pemerintah Amerika juga memperhatikan perusahaan Amerika untuk tidak menjual
teknologi militer kepada negara yang tidak bersahabat. Hukum Amerika yang
membatasi penjualan teknologi militer tertentu yang hanya disetujui oleh departemen
pertahanan.
Regulasi Terhadap Perilaku Bisnis Internasional
WTO, yang bertugas membentuk aturan-aturan pelaksanaan perdagangan
internasional. Aturan ini dapat dipertimbangkan sebagai regulasi multinasional.
Mengutip sebuah contoh, WHO, sebuah badan PBB, bekerja dengan industri farmasi
untuk menciptakan database mengenai efek samping produk obat, penetapan standar
kualitas, dan memecahkan konflik praktek pemasaran dan manufaktur yang dapat
membahayakan masyarakat. Pembuatan regulasi bilateral atau multilateral
menyebabkan perundingan panjang lebar diantara para pemimpin bisnis,
pemerintahan, dan organisasi non pemerintah (seperti kelompok konsumen).

12
Interaksi ini diperlukan karena banyaknya stakeholder yang terlibat. Pemasaran
internasional WHO mengkodifikasi produk-produk formula bayi, sebagai contoh,
membutuhkan dalam hampir tiga tahun untuk rapat dan perundingan sebelum
pengodean yang sesuai siap untuk diterapkan oleh pemerintah negara.
Negara juga bekerja sama untuk menetapkan standar penggunaan sumberdaya global
yang tidak dimiliki oleh negara manapun. Dalam setiap kasus, pengetahuan
pemerintah terhadap masalah tidak dapat diselesaikan melalui tindakan satu negara.
Hal ini menghasilkan kerangka kesepakatan internasional, standar, dan pemahaman
terhadap usaha untuk mengharmonisasikan aktifitas bisnis dan kepentingan publik.

2.4 Isu Etika Perusahaan di Indonesia Terhadap Peraturan Pemerintah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan takkan berhenti mengusut kasus dugaan
suap Innospec. Ltd, perusahaan energi asal Inggris terhadap para pejabat Pertamina dan Dirjen
Migas tahun 2005. KPK bahkan akan mengembangkan kasus tersebut dan menampik bahwa
selama ini penanganannya terkatung-katung.

KPK memastikan, kasus tersebut kini tengah dikembangkan kepada para pejabat-pejabat
Indonesia yang telah menerima suap sekitar US$ 8 juta dari perusahaan multinasional di Inggris
tersebut. Karenanya sejumlah saksi telah diperiksa KPK terkait pengembangan kasus itu. Salah
satu yang pernah diperiksa adalah Ari Soemarno. Sebab, saat kasus itu bergulir, Ari masih
menjabat Direktur Utama PT Pertamina. Kata Busyro, KPK akan terus memonitor kasus itu,
termasuk saksi-saksi yang pernah diperiksa. Selain itu, KPK juga beralasan kekurangan sumber
daya manusia (SDM) membuat pihaknya belum bisa menuntaskan kasus tersebut. Koordinator
Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi
sebelumnya mendesak agar KPK serius dalam mengusut kasus tersebut. Pun termasuk menelisik
dugaan keterlibatan Ari Soemarno. Bukan tanpa alasan hal itu dungkapkan Uchok. Pasalnya,
disayangkan Uchok, KPK mendalami tanpa ada perkembangan untuk menuntaskan kasus itu.

Kasus dugaan suap Innospec, Ltd bermula ketika perusahaan asal Inggris itu dinyatakan
terbukti menyuap pejabat Pertamina dan BP Migas. Pengadilan Southwark Crown, Inggris,
bahkan telah menyatakan suap Innospec itu diberikan terkait penjualan bahan baku bensin
tetraethyl lead (TEL). Dari persidangan di Pengadilan Southwark Crown juga terungkap bahwa

13
selama kurun waktu 14 Februari 2002 hingga 31 Desember 2006, Innospec membayar US$ 11,7
juta kepada agennya di Indonesia, yakni PT Sugih Interjaya yang selanjutnya membayarkannya
kepada petinggi Pertamina dan pejabat publik lainnya agar mendukung pembelian TEL.
Karenanya, pengadilan Inggris memutuskan perusahaan yang berbasis di Ellesmere Port itu
terbukti bersalah dan wajib membayar denda US$ 12,7 juta. Dari situ terungkap, pejabat
Pertamina yang diduga menerima suap itu adalah Suroso Atmomartoyo, Direktur Pengolahan PT
Pertamina.

Pada November 2013, KPK kemudian menetapkan Suroso sebagai tersangka. Belakangan
KPK juga menjerat Direktur PT Sugih Interjaya, Willy Sebastian Liem sebagai tersangka. Willy
ditengarai sebagai penyuap Suroso. Selain itu, beberapa pihak oleh KPK juga sudah dicegah ke
luar negeri melalui Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkum HAM. Di samping Suroso dan
Willy, mereka antara lain yang telah dicegah, yakni mantan Dirjen Migas Rachmat Sudibyo,
mantan Wakil Dirut Pertamina Mustiko Saleh, petinggi PT Sugih Interjaya Muhammad Syakir,
serta seseorang bernama Herwanto Wibowo.

Kasus diatas menunjukkan dampak yang dihadapi perusahaan ketika melakukan etika yang
tidak baik. Dalam hal ini, melanggar peraturan yang diatur pemerintah.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku yang etis merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu bisnis/organisasi
secara jangka panjang. Berdasarkan argumen makro menyatakan bahwa pentingnya etika dalam
suatu sistem ekonomi. Perilaku yang tidak etis akan menyebabkan distorsi sistem pasar , yang
pada akhirnya terjadinya ketidakefisienan dalam pengalokasian sumber daya. Sedangkan
argumen mikro memandang pentingnya etika dalam perusahaan sebagai individual.

Perilaku yang tidak etis akan menyebabkan menurunnya kinerja dalam jangka panjang.
Perilaku yang sesuai dengan etika (Ethical Behavior) adalah perilaku yang sesuai dengan
peraturan (rules) atau standar untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang benar atau sesuai dengan
moralitas (morality). Etika dapat diartikan seperangkat aturan yang menjadi pedoman atau
standar bagi setiap orang atau masyarakat apakah suatu tindakan adalah benar dan salah atau
baik dan buruk.

Tidak bisa dipungkiri perusahaan di Indonesia harus mematuhi peraturan pemerintah demi
ketertiban dan terciptanya keharmonisasian yang baik antara perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat. Indonesia Negara yang mempunyai hukum yang kuat dan jelas mengenai dunia
bisnis sudah sepatutnya perusahaan mentoleri dan melaksanakan aturan-aturan tersebut. Jika
tidak akan berdampak langsung ke perusahaan. Jika perusahaan beretika baik pemerintah bisa
menjadi pendukung perusahaan, tetapi jika perusahaan beretika buruk terhadap aturan dalam
menjalankan bisnisnya pemerintah bisa menjadi musuh yang tangguh bagi mereka. Oleh karena
itu perusahaan tidak bisa serta merta mengabaikan pemerintah sebagai stakeholder eksternal
perusahaan dan regulasinya.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bppk.kemenkeu.go.id : Hubungan antara etika, hukum, dan ekonomi.

www.notarisdanppat.com : Hukum Bisnis Secara Umum.

http://news.liputan6.com : KPK Usut Suap Perusahaan Inggris.

https://rudipost.wordpress.com : Hubungan Bisnis dan Pemerintah.

https://fakhrurrojihasan.wordpress.com : Membangun Hubungan Dengan Pemerintah.

16

Anda mungkin juga menyukai