Anda di halaman 1dari 13

JURNAL ILMU SOSIAL, Vol. 11, No.

1, April 2013

DINAMIKA DEMOKRASI DAN HAM DI INDONESIA:


Tantangan Kehidupan Berbangsa Di Era Reformasi

Susanto T. Handoko*
*Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP UNCEN

Abstract :This article is a review of the results of the authors on the development dynamics of democracy
and human rights in Indonesia today. assessment methods in this article using historical methods using
literature references that relafan with problems. The problems studied in the article include the dynamics of
the practice of democracy in Indonesia after the fall of the New Order is still trapped in a vortex of problems
and issues of human rights in Indonesia is still confined politics. Assessment results that the authors generate
ideas between democracy and human rights have a strong relationship.Both interact with each other and
mutual interdependence. Both are part of the makeup and character of the Indonesian nation in the current
maelstrom of global competition, both in the past, present, and future.

Abstrak:Artikel merupakan hasil pengkajian terhadap perkembangan dinamika demokrasi dan HAM di
Indonesia hingga saat ini. metode pengkajian dalam artikel ini menggunakan metode sejarah dengan
menggunakan referensi studi pustaka yang relafan dengan permasalahaan. Permasalahan yang dikaji dalam
artikel meliputi dinamika praktik demokrasi di Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru masih terperangkap
dalam pusaran masalah serta persoalan penegakan HAM di Indonesia masih terkungkung politik.Hasil
pengkajian penulis menghasilkan pemikiran bahwa antara demokrasi dan HAM memiliki hubungan yang
kental.Keduanya saling berinteraksi dan saling interdependensi. Keduanya merupakan cermin dan bagian
dari karakter bangsa Indonesia dalam arus pusaran persaingan global, baik di masa lalu, kini, dan yang
akan datang.

Keyword :Democracy, Human of Rights, Reformation, Indonesia

Perbincangan kita tentang demokrasi saat ini sebagai kebebasan sehingga kecenderungannya
sudah terkontaminasi berbagai kosakata mengarah pada anarkhi dan kurang atau tidak
humanisme, seperti kehendak umum, distribusi menghargai hak-hak orang lain. Kajian ini
sosial, dan kesetaraan. Padahal, demokrasi mengupas tentang dinamika demokrasi dan
berangkat dari ide mengenai demos atau HAM di Indonesia Era Reformasi kaitannya
kewargaan sebagai konsep yang berbatas. dengan tantangan kehidupan berbangsa dan
Demokrasi tidak berpijak pada kemanusiaan bernegara dalam arus pusaran global.
universal atau proletariat yang mengatas- Tahun 2013 bagi bangsa dan negara
namakan kemanusiaan.Demokrasi adalah Indonesia bukan sekadar Tahun Ular menurut
sebuah ruang (rumah/bangunan) dengan pagar perhitungan kalender Tiongkok Kuno, melain-
politik yang jelas.Pagar demokrasi adalah kan juga Tahun Politik karena menjadi tahun
konstitusi.Konstitusi mendefinisikan substansi pemanasan menuju pesta demokrasi atau
politik yang menjadi ukuran kewargaan dalam Pemilu 2014.Politik dalam pemikiran Aris-
sebuah ruang demokratis. toteles (384-322 SM) memiliki makna yang
Demokrasi memerlukan etika publik yang mulia, politik berkaitan dengan hal-hal kenega-
tertanam dalam setiap warga dalam bentuk raan.Menurut Aristoteles kemunculan sebuah
kebajikan (virtue).Demokrasi sebagai jalan negara tidak terlepas dari wajah politik manusia
pembangunan rasionalitas politik berdasarkan sebagai zoon politicon atau makhluk yang
prinsip transparansi dan ketepercayaan ke- berpolitik.Namun, dalam dinamika politik
hilangan roh.Politik di era postmodern seja- Indonesia saat ini, politik diarena praksis
tinya meletakkan dasar eksistensinya di atas mengalami peyorasi makna sebagai cara untuk
kekuatan kultural lokal.Politik postmodern meraih kekuasaan. Ada adagium: human is an
mempromosikan keadilan dan kesejahteraan animal rational atau manusia adalah hewan
rakyat. Pada sisi lain, komitmen terhadap HAM yang berpikir. Berdasarkan tabiat itu maka
di Indonesia dewasa ini semakin menguat. kepada negaralah manusia mempraktikkan
Namun, pemahaman terhadap HAM sering watak politik tersebut.
dilakukan secara sempit. HAM hanya dipahami

47
Susanto Handoko Dinamika Demokrasi dan HAM Indonesia

Kontelasi politik di era modern berakar pada sebagaimana kita lihat dalam Universal
kekuatan kultur Barat, yang tak jarang menafiq- Declaration of Human Right 10 Desember
kan kultur (kearifan) lokal yang di dalamnya 1948. Namun, melalui proses yang panjang
terkandung berbagai akar nilai budaya dalam sejarah peradaban manusia. Dari pers-
adiluhung. Akibatnya seluruh kontestasi ber- pektif historis deklarasi yang ditandatangani
ujung pada hitungan angka pemilih yang amat oleh Majelis Umum PBB dihayati sebagai suatu
sering berangkat dari pencitraan (Kompas, 16 pengakuan yuridis formal dan merupakan titik
Januari 2013).Sehingga tak heran ruang publik kulminasi perjuangan sebagian besar umat
dijejali berbagai pencitraan politik kaum elite manusia di belahan dunia, khususnya yang
yang memberangus suara kritis publik. Rekam tergabung dalam PBB. Upaya konseptualisasi
jejak sang aktor dipoles dan dipermak dalam HAM, baik di Barat maupun di Timur,
tampilan baru sebagai tokoh yang suci, bersih, meskipun upaya tersebut masih bersifat lokal,
dicintai rakyat, piawai dalam bernegara, peduli parsial, dan sporadikal (Kaelan, 2007: 99;
pada rakyat kecil dan populis. Dampaknya Kansil & Christine, 2005: 19; Mansyur, 2007:
adalah berbagai kontestasi sering kali diwarnai 33).
black campain yang berakar dari naluri buas Pada Sidang Majelis Umum PBB tanggal 10
manusia manusia adalah serigala bagi Desember 1948, PBB mendeklarasikan per-
sesamanya (homo homini lupus). nyataan umum HAM melalui Universal
Konstitusionalisme sebagai bagian inti dari Declaration Independent of Human
demokrasi konstitusional senantiasa menyertai Right.Deklarasi HAM ini berisi 30 pasal.Semua
dinamika sejarah Indonesia modern.Dalam pasal tersebut menegaskan pada semua bangsa
sejarah ketatanegaraan Republik Indonesia, bahwa setiap manusia dilahirkan itu memiliki
konstitusionalisme menjadi unsur penting sejak hak fundamental yang tidak dapat dirampas dan
ide dan konsep Indonesia merdeka mulai dicabut oleh manusia lainnya.Makna HAM
dirumuskan oleh para founding fathers. Debat yang dinyatakan di dalam deklarasi tersebut
panjang, alot dan sengit dalam sidang-sidang mengakui manusia sebagai pribadi
BPUPKI ketika merumuskan UUD1945, (individu).Hak asasi tersebut diantaranya hak
membuktikan para founding fathers meman- hidup, kemerdekaan, pekerjaan yang layak,
cang itikad menjunjung konstitusionalisme. jaminan sosial, dan pendidikan.
Konstitusionalisme juga menjadi bagian Menurut Undang-Undang RI Nomor 39
penting dalam proses demokratisasi Indonesia Tahun 1999 Tentang HAM, HAM (human
Era Reformasi, yang diwujudkan melalui empat right) adalah seperangkat hak yang melekat
kali amandemen UUD 1945 (Kaelan, 2003; pada hakikat keberadaan manusia sebagai
Marsudi, 2006) makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
Proses transformasi politik yang diawali anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
dengan runtuhnya rezim otoritarian menuju tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
tatanan politik yang demokratis merupakan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan
suatu perubahan yang sangat mendasar bagi serta perlindungan harkat dan martabat manusia
bangsa Indonesia. Demokrasi dimaksudkan (Samawi, 2007; Kansil & Christine, 2005: 30).
sebagai upaya membangun struktur dan sistem Dibandingkan dengan Universal Declaration
serta pengelolaan kekuasaan yang didasarkan Independent of Human Right PBB maka isi UU
atas kedaulatan rakyat (Koirudin, 2004: v-vi). RI No.39/1999 sebetulnya lebih lengkap dan
Yang terpenting adalah perilaku budaya terperinci mengatur tentang HAM.Hal ini dapat
demokrasi yang menghargai perbedaan, me- dilihat dari jumlah pasal dalam UU tersebut
ngembangkan toleransi, bersikap akuntabel, yang terdiri atas 106 pasal.
dapat menerima kekalahan, dan tidak berlaku Dinamika HAM di Era Reformasi ditandai
sewenang-wenang bagi yang memperoleh oleh Gerakan Reformasi 1998 yang telah
kemenangan dalam kompetisi. Dan hal ini mengadopsi sebagian besar Deklarasi Universal
membutuhkan proses waktu yang panjang, Hak Asasi Manusia. Nilai hak asasi manusia
ketekunan, kesabaran, dan kerja keras untuk telah diakomodasi oleh konstitusi negara
mewujudkan suatu nation state yang utuh, kuat Indonesia.Kebebasan berpendapat, kebebasan
dan demokratis. berorganisasi, dan kebebasan berekspresi betul-
Sementara itu, Hak Asasi Manusia (HAM) betul sedang menikmati bulan madu.Ajaran
sebagai gagasan, paradigma, serta kerangka HAM di Indonesia berdasarkan Pancasila dan
konseptual tidak lahir secara tiba-tiba UUD 1945 memiliki nilai-nilai kuat dalam

48
JURNAL ILMU SOSIAL, Vol. 11, No. 1, April 2013

Pembukaan UUD 1945.Nilai-nilai tersebut perkembangan ilmu-ilmu sosial menjadi bukti


kemudian dijabarkan ke dalam pasal-pasal, pengaruh ilmu-ilmu sosial pada sejarah.Oleh
terutama pasal 28 A-J tentang HAM.Ketentuan karena itu, selain pendekatan politik dalam
pasal tersebut kemudian dilaksanakan dalam kajian ini konsep politik juga penulis jadikan
beberapa UU.Dalam memaknai dan meng- landasan berpijak untuk menganalisis
implementasikan HAM perlu memperhatikan kehidupan demokrasi dan HAM Era
Kewajiban Asasi Manusia (KAM).Karena Reformasi.Dalam ilmu politik beragam istilah
dalam HAM melekat KAM.Dengan demikian seperti organisasi, sistem politik, political
kita secara proporsional dapat mengapresiasi culture, demokrasi, konstitusi, birokrasi,
dan mengimplementasikan HAM dan KAM. kharisma, kepemimpinan, korupsi, dan lainnya
penulis gunakan sebagai kerangka acuan
METODOLOGI analisis.
Kajian Dinamika Demokrasi dan HAM di
Indonesia Era Reformasi diawali dengan PEMBAHASAN
penelitian yang menggunakan metode sejarah.
Demokrasi dan Tantangan Hidup Berbangsa
Adapun metode Penelitian sejarah terdiri dari
Panorama iklim demokratisasi di Indonesia
empat tahap yaitu: (1) Tahap Pengumpulan
akhir-akhir ini menampakkan watak anomali,
data atau heuristik. Tahap ini merupakan
ditunjukkan oleh sikap, perilaku, dan tindakan
tahapan atau proses dalam mengumpulkan atau
para elite politik yang kian kehilangan arah dan
menemukan sumber-sumber sejarah. Adapun
tujuan. Alih-alih menjadi agen pembangun
cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data
karakter, pengayaan makna dan sublimasi
adalah studi pustaka dengan jalan mempelajari
kultur demokrasi, para elite politik justru
(menelaah) berbagai tulisan berupa buku, dan
menjadi parasit demokrasi, yang memangsa
artikel koran yang relevan dengan tema kajian.
nilai-nilai kultur demokrasi dari dalam, melalui
Koran Harian Kompas Edisi tahun 2008 2013
perilaku ironik mereka di dalam ruang
penulis jadikan rujukan utama dalam kajian ini
virtualitas media.
dengan pertimbangan banyak pakar bidang
Menurut Yasraf Amir Piliang, pemikir
politik dan HAM tingkat nasional dan
Forum Studi Kebudayaan ITB Bandung, bahwa
internasional yang menjadi kontributor dan
mesin demokrasi yang mestiya dibangun oleh
ketersediaan koleksi koran tersebut pada
kekuatan pikiran, pengetahuan, dan intelek-
penulis. (2) Tahap penilaian data atau kritik.
tualitas, kini dikuasai oleh mesin-mesin citra,
Tahap ini merupakan tahapan menyeleksi
tontonan, dan teater politik di atas panggung
sumber sejarah untuk menentukan kredibilitas
masyarakat tontonan politik (society of
dengan jalan kritik intern dan otensitasnya
political spectacle) yang menyuguh-kan aneka
dengan jalan kritik ekstern. (3) Tahap penaf-
artifisialitas, banalitas, dan distorsi politik.
siran data atau interpretasi. (4) Tahap
Mesin komunikasi politik yang diharapkan
penulisan atau historiografi. Tahap keempat ini
dapat mendiseminasi ide, pengetahuan, dan
merupakan tahapan mensintesakan fakta-fakta
gagasan cerdas politik kini menjadi ajang
untuk ditampilkan dalam cerita yang utuh
retorika, parodi, danseduksi virtual
dalam bentuk tulisan/karya sejarah yang kritis
politik(Kompas, 15 Februari 2010).
analitis dan bersifat ilmiah (Garraghan, 1957:
Akibatnya, masih menurut Yasraf Amir
33; Suhartono, 2010: 9-56); Renier,1997: 113-
Piliang bahwa proses demokratisasi tak mampu
127).
membangun arsitektur masyarakat politik yang
Adapun pendekatan yang penulis gunakan
cerdas, etis, dan estetis karena pendidikan
dalam kajian ini adalah pendekatan historis dan
warga (civic education) kini telah diambil alih
politik (ilmu sosial).Politik dan HAM menjadi
oleh penghiburan warga (civic entertain-
paradigma dan wacana utama dinamika
ment). Elite politik yang mestinya menjadi
kehidupan bangsa Indonesia Era Reformasi
pelopor pencerahan dan pencerdasan warga
1998-2013. Pendekatan sejarah yang
justru terperangkap di dalam skema banalitas,
diakronisakan meneropong proses
artifisialitas, dan virtualitas media (elektronik)
perkembangan demokrasi dan HAM Era
yang menyerahkan dirinya pada logika
Reformasi, sedangkan pendekatan ilmu sosial
komersialitas, popularitas, dan selebriti
(politik) yang sinkronis akan menekankan
media(Ibid).
struktur (Kuntowijoyo, 1995: 107). Sejarah
Baru yang memang lahir dari adanya

49
Oleh karena itu, nuansa kehidupan demok- kentalnya, hal yang sama dapat dirasakan dalam
rasi Indonesia di Era Reformasi ditandai olehSusanto
dinamika
Handokopolitik internal
Dinamika parpol,
Demokrasi dan HAMkhususnya
Indonesia
beragam paradoksal yang membuat bangsa dalam penentuan calon partai dalam pilkada
Indonesia bernafas dan bergelut dengan atau pemilu.
kompleksitas masalah. Dalam arti yang paling Kasus-kasus politik uang yang melibatkan
radikal, demokrasi adalah bentuk tata sosial hampir semua parpol di parlemen, baik yang
politik yang menjadikan pihak yang diperintah mengarah ke korupsi maupun pelanggaran
(rakyat) sebagai pemerintah.Radikalitas de- aturan dana politik (kampanye). Hal ini akan
mokrasi persis terletak di dalam inti argumen senantiasa mengemuka dan memperburuk
yang sekilas bersifat paradoksal itu.Bahasan wajah perpolitikan nasional di tengah dinamika
berikut penulis paparkan paradoksal demokrasi persaingan dan pergantian politik yang cepat di
di Indonesia. setiap tingkatan dewasa ini (Kompas, 14 Mei
2008). Apalagi menjelang Pemilu 2014yang
Paradoks-Paradoks Demokrasi akan datang intensitasnya akan makin tinggi
Demokrasi Permukaan dan Demokrasi Visual dan panas.
Menurut Jeff Haynes demokrasi permukaan Political buying tidak bisa dielakkan karena
adalah model demokrasi di negara-negara sistem politik mendukung hal itu.Mahalnya
berkembang di mana demokrasi masih berkutat biaya politik selalu dituding sebagai salah satu
pada pembentukan pranata formal, penyediaan penyebab utama maraknya praktik korupsi di
prosedur elektoral, dan belum menyentuh ranah parlemen. Untuk kampaye Pemilu Legislatif
pembangunan kesadaran (Kompas, 21 Januari 2014, setiap calon utama atau yang di-
2009). Hal ini terkait masyarakat sipil yang perkirakan lolos ke Senayan (DPR Pusat)
lemah dan absennya kepemimpinan politik membutuhkan dana sekitar Rp 2 miliar
yang berinisiatif menciptakan kontingensi bagi (Kompas, 17 Desember 2012). Bertolak dari
lahirnya gerakan sipil kearah demokratisasi. kondisi riil ini maka arisan korupsi akan
Untuk konteks Indonesia, menurut Bony makin merajalela. Bahkan seorang tokoh politik
Hargens, akademisi FISIP UI Jakarta, ada dua mengatakan, korupsi menjadi watak politik
fakta yang menonjol: (1) demokrasi masih Indonesia.Dengan demikian, terbongkarnya
dipermukaan; (2) masyarakat belum cukup praktik korupsi di lingkungan politisi atau
matang untuk menentukan pilihan rasional parpol hanya masalah nasib dan
tanpa pengaruh dominatif dari struktur domi- waktu.Terbongkarnya korupsi itu arisan, arisan
nan, seperti oligarki partai politik, birokrasi, nasib.Oleh karena arisan, tidak ada yang tahu
institusi tentara, dan penguasa kapital (Ibid). kapan dapatnya (Kompas, 4 Februari 2013a).
Demokrasi permukaan seperti yang terjadi di Jika dibandingkan pola korupsi antara Orba
Indonesia pada Era Reformasi, diperparah oleh dengan kini, dulu (Orba) korupsi dilakukan
penekanan berlebihan pada tampilan sehingga karena ada kesempatan (peluang), tetapi kini
demokrasi kita sebenarnya adalah demokrasi korupsi by design, sudah diniatkan dan
visual.Demokrasi ini lebih mengutamakan dirancang sejak awal ketika menyusun
aspek tampak atau tampilan.Dalam politik, kebijakan dan anggaran. Anggaran itu sengaja
aspek visual tentu penting, tetapi penampilan dibuat besar untuk bisa dikorupsi, tetapi apa
sekadar bungkusan atau topeng.Paling kontribusinya bagi masyarakat luas? Masyara-
mendasar adalah substansi, yaitu kinerja in kat hanya sekadar melihat permaian bancakan
actu, keberpihakan pada rakyat, dan komitmen anggaran para elite penguasa/politik yang rakus
konkret terhadap prinsippemerintahan dan korup.Hati nurani telah luntur dan punah
demokratik (Ibid). homo homini lupus menyeruak dalam segala
sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
Demokrasi Uang berbegara.
Selain menjamurnya demokrasi visual,
kekuatan uang dalam perpolitikan nasional Era Narsisme Demokrasi
Reformasi semakin menunjukkan pengaruh Selain karena maraknya demokrasi visual
yang masif. Pengaruh itu dapat kita saksikan dan demokrasi uang yang menggerogoti tubuh
dalam bekerjanya fungsi-fungsi parlemen dalam bangsa Indonesia sekitar satu setengah dasa-
hubungannya dengan pemerintah, institusi warsa.Demokrasi kita kini menjadi demokrasi
negara, dan sektor swasta. Dan tidak kalah narsisistik (narcissistic democracy), yang di
dalamnya para elite politik (wakil rakyat)

50
disibukkan
JURNAL ILMU mengatur
SOSIAL, penampilan
Vol. 11, No. 1, dan
Aprilcitra
2013 diri eksektutif.Keper-cayaan publik terjun bebas ke
di depan kamera TV ketimbang mengasah pisau titik terendah.Padahal politisi di parlemen
analisa (nalar) memikirkan rakyat (misalnya adalah elemen mendasar dalam
pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan demokrasi.Lebih parah lagi jika kemerosotan
rakyat).Kemajuan teknologi informasi dan mutu demokrasi juga diakibatkan ulah penegak
komunikasi khususnya media cetak, elektronik, hukum yang curang.Mereka bekerja dalam
dan digital membuat perilaku elite politik sistem hukum untuk menghukum orang yang
menyaingi bahkan melebihi para selebritis tidak menguntungkan dari aspek ekonomi,
(artis).Dan menariknya di Indonesia banyak kekuasaan, dan me-melihara mereka yang
artis yang akhirnya tergiur masuk ke ranah memberi keuntungan ekonomi dan
politik praktis menjadi pejabat eksekutif dan politik.Sebenarnya, mereka bukan parasit
legislatif baik di tingkat kabupaten/kota, pro- langsung demokrasi.Melainkan mereka adalah
vinsi maupun pusat. Para selebritis itu memang penumpang gelap dari kelompok parasit.
telah memiliki modal sosial yang cukup kuat
(popularitas) dan kapital yang besar, sehingga Demokrasi ala Dikte Pasar
tidak membutuhkan polesan yang Salah satu bentuk kekecewaan terhadap
banyak/tebal untuk menarik dukungan massa demokrasi adalah tidak mampu mengurangi
dalam pilkada/pemilu. ketidakadilan dan tidak mendorong partum-
Apalagi menjelang masa kampanye Pemilu buhan ekonomi.Demokrasi sebenarnya me-
Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2014 nuntut mediasi dan diskusi.Untuk tujuan ini
yang akan datang, nuansa pencitraan dinilai ruang publik menjadi syarat mutlak. Namun,
paling mendominasi tampilan iklan politik di ketika ruang publik masih ditentukan oleh jasa
media massa. Sehingga, pengenalan visi, misi, dan kepemilikan kapital, ia diskriminatif dan
dan program cenderung tertanggalkan di tengah tidak berbeda dengan pasar (H. Arend, 1952,
kekhawatiran tumpang tindih kepentingan dalam Kompas, 23 April 2008). Lalu, politik
dengan politisi pemilik media (Kompas, 28 bekerja mengikuti model pasar dan politik
Januari 2013). pencitraan. Politik masuk ke teknik merayu,
seperti iklan yang digunakan untuk me-
Parasit Demokrasi masarkan tokoh, dan gagasan politik. Hanya
Di Era Reformasi ini teridentifikasi ada tiga masalahnya, supermarket dan mal memang
kelompok parasit yaitu: parpol, politisi korup, benar-benar melayani kebutuhan konsumen
dan penegak hukum yang curang (Kompas, 8 meski menindas pekerja (R. Sennett, 2006,
Desember 2009). Parpol di Indonesia absen dan dalam Kompas, 23 April 2008).
lalai dalam melakukan fungsi dan tugas Aka tetapi, warga negara bukan sekadar
pendidikan politik, sosialisasi politik, serta konsumen yang tidak puas, warga negara
agregasi dan artikulasi kepentingan. Parpol adalah konsumen politik yang dihadapkan pada
seolah berperan hanya sebagai petarung tekanan untuk membeli atau memilih.Ke-
(fighter) dalam pemilu, merekrut calon pejabat putusan memilih produk tergantung dari
eksekutif dan legislatif, dan merebut suara pencitraan dan pemasarannya.Versi politik
rakyat, itulah sebabnya sistem kepartaian di model supermarket menekan demokrasi lokal,
Indonesia lemah dan keropos. tetapi memungkinkan fantasi individu seperti
Kerapuhan parpol di Era Reformasi telah iklan.Memang dinamika megastore ini me-
berdampak munculnya politisi korup di nurunkan bobot isi dan substansi politik, tatapi
berbagai lembaga negara Indonesia.Politisi tipe merangsang imajinasi perubahan.
ini tak bisa diharapkan sebagai wakil rakyat Menurut Haryatmoko, akademisi UI Jakarta,
karena orientasi politiknya bersifat parsial dan bahwa perubahan saat ini menjadi mantra
prakmatis.Mereka inilah benalu (parasit) politik (Kompas, 23 April 2008). Berubah dan
demokrasi kita.Hidup dari demokrasi, tetapi bergerak menjadi indikator institusi yang
tidak bekerja, bahkan membunuh dinamis.Institusi menarik bila menunjukkan
demokrasi.Politisi tipe ini memperlihatkan tanda-tanda perubahan.Perubahan harus
perilaku berpolitik yang compang-camping, dibedakan dengan konflik internal parpol yang
baik dari sisi visi, kinerja, dan etis.Kita seperti menunjukkan kemapanan kekuasaan.
di-ingatkan oleh Montesquieu, Suatu negeri Sementara itu, stabilitas adalah tanda ke-
akan karamdan tenggelam jika kekuasaan lemahan, sedangkan destabilisasi tanda
legislatif lebih korup ketimbang baik.Citra diri yang ideal ialah rela pergi,

51
menyerahkan kepemilikan atau jabatan. Maka,Susanto
memiliki
Handokopendukung loyal/fanatik.
Dinamika Demokrasi dan HAMSungguh
Indonesia
parpol yang menunjukkan mobilitas pimpinan- ironi demokrasi rental mobil memerlukan
nya akan mendapat banyak simpati. Ideal ini durasi proses yang panjang, melelahkan, dan
menjadi keharusan praktis bagi eksekutif yang cost relatif mahal.
mencoba menghadapi tekanan konstituen yang
tidak sabar, seperti tekanan kapital yang tidak KRISIS DEMOKRASI
sabar.Maka, harus selalu merekayasa diri, selalu Jika kita mau belajar dari sejarah Indonesia
memenuhi dan menggoyang pasar.Mobilitas modern, sejak 1952, Presiden Soekarno telah
dan kerelaan pimpinan untuk meninggalkan mengingatkan bangsa Indonesia tentang lima
jabatan menunjukkan sistem yang berfungsi, macam krisis yang bisa mematikan. Lima
bukan kekalahan.Contoh faktual untuk kasus ini macam krisis itu adalah: (1) krisis politik, yang
adalah mundurnya Luthfi Hasan Ishaaq dari membuat banyak orang tidak percaya lagi
jabatan Presiden PKS (31 Januari kepada demokrasi (krisis demokrasi); (2) krisis
2013).Pengunduran diri itu di-sampaikan alat-alat kekuasaan negara; (3) krisis cara
tersangka dugaan suap terkait rekomendasi berpikir dan cara meninjau; (4) krisis moral; (5)
kuota impor daging sapi di Kementerian krisis kewibawaan (Kompas, 16 April 2008).
Pertanian di teras Gedung KPK Jakarta.Alasan Kelima macam krisis tersebut seakan
Lutfi ingin berkonsentrasi menghadapi kasus berdaur ulang menggerogoti bangsa Indonesia
hukum yang membelitnya, dan PKS tetap dari Era Orde Lama, Orde Baru hingga Era
berjalan sebagaimana mestinya (Kompas, 1 Reformasi.Sehingga kepercayaan rakyat
Februari 2013). terhadap aparatur negara (eksekutif, legislatif,
dan yudikatif) luntur dan berada pada titik
Demokrasi Rental Mobil nadir.Demokrasi yang diagung-agungkan
Jika benar sinyalemen selama ini bahwa selama ini malah sebaliknya membuat bangsa
proses korporatisasi parpol telah dan sedang Indonesia tercoreng oleh demokrasi itu
terjadi, tentunya akan sangat menarik untuk sendiri.Krisis demokrasi di negeri ini salah
mencermati bisnis model apa yang selama ini satunya merupakan bentuk dari ketidak-
jadi acuan sebagian parpol. Mengacu pada dewasaan para elite politik dalam mem-
berbagai pemilihan kepala daerah, tampaknya perebutkan kekuasaan. Segala macam cara
model bisnis sebagian parpol di Indonesia dilakukan oleh elite politik untuk mendapatkan,
mendekatimodel bisnis rental mobil (Kompas, mendayagunakan, dan melestarikan (memper-
4 Februari 2013b).Siapa pun bisa tahankan) kekuasaan sehingga terjadi abuse of
menyewamobil untuk dikendarai menuju tujuan power. Sekali lagi, rakyat menjadi korban
tertentu asalkan membayar uang sewa yang permaian tidak fair dari para elite politik.
besarnya tergantung dari jenis mobil.Kalau satu Entah sampai kapan hal ini (game) berlangsung
mobil dirasa tak mencukupi, penyewa bisa di negeri Indonesia.
melakukan koalisi dengan menyewa beberapa Menurut advokat senior Adnan Buyung
mobil sekaligus. Nasution, bahwa demokrasi tidak melulu terkait
Selanjutnya, pasca mendapatkan mobil, prosedur.Demokrasi harus memiliki substansi,
penyewa harus mencari sopir dan kernet, yaitu prinsip-prinsip pokok yang harus
mengisi BBM, lantas membeli GPS atau ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan
menyewa pemandu (tour guide). Dalam bernegara.Oleh karena itu, demokrasi harus
konteks pemilihan kepala daerah, menurut berdasarkan prinsip konstitusionalisme yang
Wijayanto Samirin akademisi dari Universitas bertujuan membatasi kesewenang-wenangan
Paramadina Jakarta, cabub/cagub harus mem- kekuasaan, termasuk mencegah adanya tirani
bentuk tim sukses termasuk membiayai dari kelompok mayoritas (tyranny of the
keperluan logistik mereka serta menyewa majority) (Kompas, 9 Oktober 2008).
konsultan politik untuk melakukan survei dan
menyusun strategi pemenangan karena Konsolidasi Demokrasi
umumnya parpol tidak menyediakannya (Ibid). Beragam paradoks demokrasi yang telah
Agenda berikutnya cabub/cagub harus berjuang penulis paparkan tersebut, maka demokrasi di
door to door, mengumpulkan massa dan Indonesia harus dibenahi, ditata kembali, dan
memasang iklan diberbagai media massa dikembalikan pada roh demokrasi itu
(cetak/elektronik/digital) untuk meraih duku- sendiri.Dalam hal ini langkah yang pertama dan
ngan pemilih karena umumnya parpol tidak utama adalah komitmen konsolidasi demokrasi

52
semua elemen
JURNAL bangsaVol.
ILMU SOSIAL, terutama
11, No. para pemangku
1, April 2013 dalam berdemokrasi.Sementara itu, Larry
kepentingan (stake holders). Diamond (1999, dalam Kompas,Ibid), meyakini
Keberhasilan tiga kali penyelenggaraan bahwa salah satu indikator kon-solidasi
pemilu Era Reformasi (1999, 2004, dan 2009), demokrasi adalah ketika semua komponen
menjadikan bangsa Indonesia berhasil melalui dalam negara setuju mematuhi
fase kritis/krisis.Arus balik atau stagnasi konstitusi.Dimensi konstitusional merupakan
transisi demokratisasi tidak terjadi.Pengalaman salah satu prasyarat penting mewujudkan
sejarah gelombang demokratisasi di dunia demokrasi terkonsolidasi.
menunjukkan kriteria kesuksesan dalam meniti Praktik demokrasi di Indonesia Era Re-
jalan transisi demokrasi adalah tes dua/tiga kali formasi, negara dan masyarakat sama-sama
penyerahan kekuasaan (Huntington, 1991, mengidap problem berdemokrasi konstitu-
dalam Kompas, 13 Mei 2009; penulis).Me- sional. Menurut Munafrizal Manan, akademisi
nurut Huntington, fase transisi untuk kon- dari Fisip Universitas Al-Azhar Indonesia,
solidasi demokrasi adalah terjadinya rotasi gurita korupsi di kalangan elite hingga in-
kekuasaan secara damai dari penguasa pe- toleransi terhadap kaum minoritas adalah
menang pemilu pertama kepada pemenang contoh bahwa konstitusionalismebelum
pemilu kedua dan seterusnya. Apabila tes itu memiliki roh dalam praktik kenegaraan dan
gagal dilalui, otoritarianisme akan kembali kebangsaan kita sehari-hari. Negara dan mas-
menerpa bangsa Indonesia. yarakat masih berjarak dengan demokrasi
Konsolidasi demokrasi menurut Diamond konstitusional. Hal ini merintangi laju de-
(2003, dalam Kompas, 13 Mei 2009) dapat mokrasi menuju konsolidasi demokrasi, dan
dimaknai sebagai pembiasaan norma-norma, menjadi PR segenap warga negara.
prosedur-prosedur, dan harapan-harapan ten-
tang demokrasi ke dalam perilaku aktor-aktor KUALITAS DEMOKRASI INDONESIA
politik.Para aktor politik secara rutin dan Selain konsolidasi demokrasi, aspek berikut
mekanis menyesuaikan diri dengan aturan yang juga penting diperhatikan adalah takaran
demokrasi sebagai the only game in town, demokrasi.Upaya mengukur seberapa tinggi
bahkan ketika mereka berkonflik dan bersaing. kini kualitas demokrasi di Indonesia kerap
Jadi, konsolidasi demokrasi secara singkat menyedot perhatian banyak kalangan, baik di
adalah kesesuaian antara norma dan perilaku dalam maupun luar negeri.Beragam konsep,
aktor-aktor politik mengenai prinsip-prinsip metode, waktu, ataupun analisis
demokrasi. dimunculkan.Hasilnya pun beragam, yang
Sehingga konsolidasi demokrasi tak hanya memungkinkan diinterpretasikan berbeda.Pada
mencakup dimensi liberalisasi politik dan tahun 2012, setidaknya ada dua indeks
kontestasi elektoral (Kompas, 27 Desember demokrasi sudah terpublikasikan.Bappenas,
2012).Jika hanya dua aspek ini sebagai BPS, dan UNDP pada pertengahan Oktober
barometer konsolidasi demokrasi, tak ada memaparkan nilai IDI sebesar 63,17 dari skor
keraguan mengatakan demokrasi Indonesia tertinggi 100. Indeks ini dibangun dari 28
telah terkonsolidasi.Sebab, sejauh ini masih ada indikatordan 11 variabel yang dikelompokkan
ruang kebebasan politik dan ritual pemilihan dalam aspek kebebasan sipil, hak-hak politik,
umum dan pemilihan kepala daerah secara dan kelem-bagaan demokrasi (Kompas, 31
periodik.Praktik demokrasi di Indonesia pasca Desem-ber 2012a). Dengan nilai tersebut,
runtuhnya Orde Baru didominasi gegap gempita kinerja demok-rasi di Indonesia tahun 2010
dua dimensi ini. disimpulkan belum memuaskan. Bahkan,
Keseriusan berkonstitusi adalah esensial dibandingkan tahun 2009 indeks sebesar 67,30,
bagi demokrasi baru seperti Indonesia.Studi berarti terjadi penurunan kualitas demokrasi di
tentang demokratisasi menggarisbawahi pen- Indonesia.
tingnya konstutisionalisme dalam setiap fase Sebaliknya, Lembaga Kajian Demokrasi dan
demokratisasi.Mulai dari fase transisi, fase Hak Asasi (Demos) serta Puskapol UI Jakarta
instalasi, hingga fase konsolidasi dalam lingkup konsorsium Indeks Demokrasi
demokrasi.Konstitusionalisme adalah batu uji Asia mencatat tahun 2012 indeks demokrasi
kualitas demokratisasi (Ibid). Indonesia sebesar 5,27 dari skor tertinggi 10.
Menurut Juan J. Linz, Alfred Stepan, dan Indeks demokrasi ini dibangun dari pengukuran
Richard Gunther (1995, dalam Kompas, Ibid), aspek liberalisasi dan ekualisasi. Dibandingkan
menekankan pentingnya konstutisionalisme dengan tahun sebelumnya dengan nilai indeks

53
4,99, hasilnya mengindikasikan terjadi pening-Susanto
(dalam kondisi
Handoko Dinamikapenarikan
Demokrasi dansampel acak
HAM Indonesia
katan kualitas demokrasi sederhana).
Semakin panjang lagi daftar indeks Meskipun demikian, kesalahan di luar
demokrasi berikut perbedaan hasilnya jika pemilihan sampel dimungkinkan terjadi.Dalam
ditambahkan dengan produk lembaga lain. mengukur kualitas demokrasi ada tiga dimensi
Hasil pengukuran FreedomHouse, misalnya, penilaian yang dilakukan, yaitu dimensi
lembaga internasional yang secara rutin sejak kebebasan sipil (civil liberty), Hak-hak Politik
tahun 1972 memeringkat demokrasi atau (political rights), dan evaluasi kehidupan
kualitas kebebasan di 87 negara, menyatakan, institusi/kelembagaan Demokrasi (institutions
pada tahun 2012, indeks Indonesia sebesar 2,5 of democracy). Selanjutnya, dari ketiga dimensi
dari skala tertinggi 1 dan terendah. Artinya, penilaian tersebut diturunkan dalam 13
Indonesia dari sisi keterbukaan politik, indikator persepsi publik seperti terlihat pada
kebebasan sipil, independensi kehidupan table 3.Beragam konsep, metode, waktu,
masyarakat dan media tergolong bebas, tidak ataupun institusi penyelenggara yang berbeda
banyak berbeda dengan India, Korea Selatan, memang memungkinkan hasil ataupun penaf-
atau bahkan Amerika Serikat. Dibandingkan siran hasil yang berbeda. Rentang keterbatasan
tahun sebelumnya, angka indeks tidak berubah, setiap indeks pun berbeda-beda. Inilah rimba
yang menyimpulkan tidak terjadi penurunan pengukuran demokrasi yang dalam pandangan
ataupun peningkatan kualita kebebsan di pesimistis memungkinkan menyesatkan siapa
Indonesia. pun yang terjebak.Atau sebaliknya, me-
Dalam bahasan ini menarik untuk dicermati mungkinkan pula memberikan peluang untuk
hasil survei wawancara tatap muka langsung memilih dan memanfaatkannya sesuai dengan
Litbang Kompas tanggal 26 November 11 kepentingan.Akan tetapi, dalam pandangan
Desember 2012 terhadap 1.404 responden usia yang lebih optimistis, keragaman pengukuran
minimal 17 tahun yang dipilih secara acak semacam ini juga berarti suatu
bertingkat di 33 provinsi di Indonesia. Meng- kekayaan.Kekayaan untuk memahami
gunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan kelebihan dan kekurangannya.Oleh karena,
95%, margin of error penelitian sekitar 2,6% dalam keragaman atau kemajemukan, kilau
demokrasi hadir.

Tabel 1.
Tabel Kualitas Demokrasi di Indonesia
Survei Litbang Kompas 26 November 11 Desember 2012

No Dimensi Persepsi Skor Ket.


1 Kebebasan Sipil Kebebasan dari Tindakan diskriminatif 7,7 0 skor terendah,
(civil liberty) Kebebasan dalam berserikat 7,9 10 skor tertinggi
Kebebasan dalam menjalankan keyakinan 7,8
Kebebasan dalam berpendapat 7,6
2 Hak-hak Politik Keterlibatan dalam kebijakan publik 4,2
(political rights) Praktik menjalankan hak politik (memilih) 8,4
Jaminan keberadaan hak politik 8,7
3 Kelembagaan Praktik keadilan hukum 4,5
Demokrasi Transparansi layanan publik 4,9
(institutions of Pendidikan politik masyarakat 4,5
democracy) Penciptaan pemimpin/kader 4,8
Pengawasan jalannya pemerintahan 5,1
Penyerapan aspirasi masyarakat 4,7
Sumber: Diolah dari Kompas, 31 Desember 2012

Membangun Kultur Demokrasi Indonesia globalisasi informasi dan komunikasi seperti


Masyarakat Indonesia adalah masyarakat saat ini, kemajemukan berkembang sangat
yang secara historis bersifat majemuk. Beragam cepat. Di satu sisi, kemajemukan sosial itu
suku, ras, adat-istiadat, dan agama hidup serta dapat menjadi sumber kekayaan budaya yang
berkembang bersama membentuk suatu realitas tiada tara. Namun, di sisi lain dapat berpotensi
kolektif yang disebut Indonesia. Pada era

54
sebagai ILMU
JURNAL penghancur
SOSIAL,sekaligus
Vol. 11, No.menjadi sumber
1, April 2013 membicangkan persoalannya dalam berbagai
perpecahan dan konflik (Hardiman, 2009). aspek kehidupan berbangsa dan
Di dalam paradoks itu muncul berbagai bernegara.Diskusi publik ini dengan segala
gerakan kultural-religius yang ingin menghapus tarik ulur dan perbedaan persepsi akhirnya
semua bentuk kemajemukan pandangan hidup terjadi musyawarah mufakat (konsensus) untuk
atas nama kelompok ajaran tertentu. Segala kepentingan bersama, menjadi esensi dari
masalah seolah bisa diselesaikan dengan demokrasi radikal.Sila keempat Pancasila
diterapkannya ajaran tersebut.Pandangan- menjadi dasar demokrasi yang berlandaskan
pandangan yang berbedadari ajaran itu pada permufakatan yang dipimpin oleh hikmat
dianggap sebagai noda yang harus dimusnahkan kebijaksanaan.Di sinilah pentingnya pendidi-
(Ibid; Kompas, 5 November 2009). kan kewarganegaraan agar rakyat memiliki
Dunia kehidupan (lebenswelt) telah dijajah literasi (sadar) terhadap hak dan kewajibannya
oleh paradigma berpikir sistem dan secara cerdas menggunakan hak dan
ekonomi.Solidaritas dan spontanitas yang kewajiban tersebut dalam kemajemukan bangsa
mendasari komunikasi antar manusia secara Indonesia. Formasi demokrasi radikal adalah
perlahan hancur. Hal ini adalah akibat formasi pendidikan warga negara untuk
berkembangnya cara berpikir yang membentuk masyarakat majemuk yang
mengedepankan kontrol, efektivitas, dan didasarkan pada rasionalitas bukan atas dasar
efisiensi. Berhadapan dengan situasi seperti itu, mitos belaka.
maka model teori diskursus negara hukum Demokrasi tidak pernah cukup pada
demokratis (Hardiman, 2009). Dalam hal ini dirinya.Demokrasi memerlukan etika publik
semua bentuk kebijakan publik haruslah dibuat (warga) dalam bentuk virtue.Oleh karena itu,
dalam proses komunikasi yang terbuka, bebas demokrasi perlu dilengkapi program etis
paksaan, dan egaliter dari semua pihak. terencana, seperti pendidikan moral, pendidikan
Terutama pihak-pihak yang terkait dengan karakter, pen-didikan kewargaan, pendidikan
kebijakan tersebut. toleransi, dan lainnya.
Oleh karena itu, diskursus publik merupakan Pada bagian berikut penulis akan
salah satu bentuk komunikasi dalam proses memaparkan kondisi dan tantangan HAM di
penentuan kebijakan publik. Dalam diskursus Indonesia di Era Reformasi. Antara demokrasi
setiap orang dianggap sebagai subyek bebas dan HAM memiliki keterkaitan yang
yang berdiri setara dan memiliki keinginan erat.Keduanya ibarat dua sisi mata uang
untuk mencapai kesepakatan bersama. Subyek logam.Pemahaman demokrasi dan HAM
bebas ini juga harus menjauhkan diri dari penting agar kehidupan bermasyarakat,
semua bentuk sikap yang tidak adil untuk berbangsa, dan bernegara kita sesuai dengan
mencapai kesepakatan bersama yang bebas dan koridor huma-nisme.
rasional (Kompas, 5 November 2009 ).
Diskursus tersebut dilindungi oleh hukum DINAMIKA HAM DI ERA REFORMASI
yang dianggap sebagai kunci penjaga kesatuan Pada Era Reformasi pertumbuhan gerakan
di dalam masyarakat majemuk. Hukum itu HAM di Indonesia sangat pesat.Berbagai
sendiri hanya dapat dianggap sahih apabila lembaga yang memperjuangkan HAM tersebut
sudah merupakan hasil dari proses diskursus dapat dilihat dari adanya lembaga-lembaga Non
yang egaliter, bebas paksaan, dan open endeed Gouverment Organization (NGO) atau
(terbuka). Nantinya, hukum yang sahih itu pula Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).Ber-
dapat memastikan terjadinya diskursus yang bagai NGO/LSM muncul dengan berbagai
sehat.Sekaligus untuk melindungi orang-orang bidang kegiatan, misalnya menangani pen-
yang terlibat di dalamnya.Hal ini berarti hukum didikan anak jalanan, kekerasan anak dalam
selalu terkait dengan moral sebagai prinsip rumah tangga atau sekolah, tindak kekerasan
keadilan yang tidak memihak (Kompas, 5 terhadap perempuan dalam rumah tangga,
November 2009). demokratisasi, bantuan hukum dan
Pemahaman diskursus ruang publik di sini, lainnya.Banyak LSM yang memang berbuat
terdiri dari para ahli, penguasa, dan rakyat banyak dalam memperjuangkan HAM untuk
sebagai pihak yang berdaulat.Sehingga me-majukan nilai kemanusiaan, tetapi disinyalir
implementasi atau praktik demokrasi tidak tidak sedikit pula yang melakukan tanpa
hanya saat pemilu saja, melainkan justru di memperhatikan kepentingan nasional.
antara pemilu saat dimana warga negara

55
Berbagai tekanan baik dari dalam maupun kehidupan dewasa kelak sehingga mampu
luar negeri membuat pemerintah RI merespon mengapresiasi HAM.
tuntutan terhadap HAM.Melalui peraturanSusanto Handoko Dinamika Demokrasi dan HAM Indonesia
perundang-undangan dan lembaga tentang
HAM kemudian dibentuk.Tahun 1993 di- KEINDONESIAAN SAAT INI
bentuk Komnas HAM.UUD 1945 di-aman-
demen dengan memasukkan bagian HAM ke Kondisi bangsa belakangan ini timbul
dalam pasal 28 ayat A-J, Ketetapan MPR RI berbagai ancaman dan tantangan terkait
Nomor XVII Tahun 1998 Tentang HAM, dan fundamentalisme agama. Pengacara senior
Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Adnan Buyung Nasution (Kompas, 9 Oktober
Tentang HAM kesemuanya menunjukkan 2008), mengidentifikasi tiga gejala tersebut
bahwa negara sudah memiliki perhatian dan yaitu: (1) kemunculan berbagai perda syariat
komitmen yang tinggi terhadap persoalan yang diskriminatif dan melanggar HAM; (2)
HAM. Pengadilan HAM (UU RI No.26/2000) desakan untuk mengegolkan RUU tentang
juga dibentuk sebagai respon untuk menangani Pornografi yang amat antiperempuan (misogy-
pelangaran HAM (Kansil & Christine, 2005: nist) dan tidak mampu melindungi anak; dan (3)
44 & 53; Marsudi, 2006). tindak kekerasan yang dilakukan kelompok
Saat ini Indonesia telah meratifikasi dua fundamental terhadap pemeluk agama dan
konvensi dasar HAM, yaitu tentang hak sipil- kepercayaan minoritas, rakyat kecil marjinal,
politik serta hak ekonomi, sosial, dan budaya. juga aktivis pejuang kebebasan beragama.
Oleh karena itu, setiap orang ditantang Kondisi riil demokrasi kita saat ini masih
mengaktualisasikannya dalam kehidupan ber- mengidap penyakit kronis. Virus perusak
bangsa dan bernegara, meskipun negara tetap demokrasi dibawa oleh berbagai kelompok
motor utama karena negaralah yang menjadi fundamental yang mengotori dan menodai
pemangku kewajiban atas pemenuhan, keadaban publik dengan menggunakan cara-
perlindungan, dan penghormatan HAM cara kekerasan pada sesama anak bangsa
(Kompas, 27 Mei 2010). Hak asasi manusia (warga). Tindakan premanisme harus dicegah
haruslah dilihat secara utuh antara hak sipil dan dan penegakan hukum (dan HAM) harus
politik serta hak ekonomi, sosial dan budaya. ditegakkan oleh aparat. Negara tidak boleh
Memperhatikan setengah dari HAM sama terlambat dalam menangani berbagai anar-
dengan memperhatikan setengah kemanusiaan. khisme warga terhadap warga lain. Per-
Pemerintah harus mengambil peran signifikan lindungan negara terutama ditujukan untuk
untuk mempromosikan HAM, menghormati, kelompok-kelompok minoritas, kelompok
melindungi, dan menyediakan pemenuhan marjinal, lemah, dan terancam. Penegakan
HAM yang dijamin konstitusi.Kesejahteraan hukum harus mampu menjadi ultimum
manusia haruslah menjadi tujuan sesuai remedium guna mencegah agar tidak terjadi
lahirnya Deklarasi HAM.Apa saja yang kondisi ketiadaan norma (normless) dan
menyimpang dari kesejahteraan manusia harus memastikan tercapainya summum bonum
dipertanyakan, terlepas dari pengaruhnya (greatest good) (Kompas, 9 Oktober 2008).
terhadap pertumbuhan ekonomi, kekuasaan Carut marut sendi kehidupan politik,
politik, dan kestabilan politik sebuah wilayah ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan agama
(Kompas, 11 Desember 2012). saat ini baik skala lokal maupun nasional
Meskipun komitmen negara Indonesia mendominasi memori kolektif berbangsa kita.
sangat besar dalam menangani kasus-kasus Ada tantangan besar untuk mewujudkan
pelanggaran HAM dengan berbagai perang- keadaban publik dan intensionalitas sebagai
katnya sebagaimana tersebut di atas, tetapi bangsa.Menurut Herry Priyono dalam Kongres
berbagai kecenderungan pelanggaran HAM Pancasila 2009 di UGM Yogyakarta, tantangan
juga semakin meningkat.Hal ini berarti tersebut didasarkan bukan pada intensionalitas
penanganan persoalan HAM tidak dapat dan kesengajaan prinsip sektarian agama, ras,
dilakukan dengan perangkat hukum semata, atau kesukuan, tetapi atas dasar prinsip bersifat
tetapi harus ditangani secara civic (warga negara). Dasar civic berarti
komprehensip.Untuk itu pendidikan HAM keanggotaan dalam negara-bangsa (nation
sangat penting diberikan di setiap lembaga state) Indonesia bukan didasarkan pada
pendidikan di Indonesia.Pemahaman HAM identitas suku, ras, agama ataupun gaya hidup,
atau pendidikan HAM sejak dini sebagai bekal

56
pemilikan harta, melainkan identitas sebagai
warga negara (Kompas, 27 Mei 2010).
Para founding fathers sebenarnya mewaris-
kan dasar
JURNAL di mana
ILMU SOSIAL, bangunan
Vol. 11, No. 1, AprilIndonesia
2013
dibangun.Dasar itu adalah Pancasila (Kaelan,
2003; Marsudi, 2006). Untuk Indonesia yang PENUTUP
memiliki peta sosiologis begitu beragam dan
kaya, Pancasila adalah rumusan penting dari Kesimpulan
proses dan pergulatan pendiri bangsa. Pancasila Penegakan Demokrasi dan penuntasan HAM
tidak hanya lahir dari kesadaran tentang di Indonesia saat ini terasa masih tersandera
keragaman, tetapi juga jaminan bagi keragaman dinamika politik kontemporer.Hal ini di-
itu dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan karenakan para elite politik (penguasa) tidak
bersama, yaitu menjadi bangsa Indonesia.Dan memiliki komitmen kuat untuk menyelesaikan
itu bukan kepentingan (kesepakatan) satu atau kasus pelanggaran HAM tersebut.Bahkan,
dua golongan saja. Kesepakatan yang dirintis disinyalir kasus pelanggaran HAM tertentu
antara lain oleh pelajar di STOVIA, lalu dijadikan senjata pamungkas untuk merebut
Kongres Pemuda 1928, hingga Proklamasi dan melanggengkan kekuasaan.Aroma
Kemerdekaan 1945 menunjukkan, Indonesia kenikmatan (madu) kekuasaan sangat meng-
lahir dari semangat kebersamaan dan kesetaraan gairahkan dan menggelorakan nafsu elite dan
sebagai warga sebuah bangsa, mengatasi kelompoknya untuk menggapainya. Akhirnya
kepentingan golongan dan perseorangan kekuasaan yang tidak amanah akan men-
(Kartodirdjo dkk, 1999: 1-20; Abdullah, 2001 jerumuskan elite ke lembah belantara korupsi.
& Suhartono, 1994) . Kondisi penegakan HAM di Indonesia
Seharusnya, di Era Reformasi ini, Indonesia diperparah lagi oleh: (1) Memudarnya nilai-
jauh lebih mudah menghidupi dan mewujudkan nilai dalam kehidupan masyarakat seperti
itu.Berbagai perlengkapan yang dibutuhkan toleransi, kepeduliaan, gotong-royong, dan
membangun keadaban publik dan cita-cita lainnya sebagai akibat dari kurangnya pe-
kebangsaan itu telah ada.Sebagai negara mahaman terhadap HAM; (2) Maraknya aksi
demokrasi dan hukum yang menjunjung tinggi anarkhi di Era Reformasi sekarang ini dijadikan
HAM, semua elemen (kelompok), apa pun latar sebagai alternatif untuk melampiaskan aspirasi
belakangnya memiliki hak dan kewajiban yang yang tidak terakomodasi dengan baik; (3)
sama sebagai warga negara. Semboyan kita Meningkatnya pelanggaran hukum dan HAM
yang termaktub dalam buku Sutasoma karya baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun
Mpu Tantular (Abad ke-14) sungguh indah: para penyelenggara negara; dan (4) Rendahnya
Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi pemahaman HAM baik dikalangan masyarakat
tetap satu. maupun para penyelenggara negara.
Satu setengah dasawarsa terakhir kehidupan Dalam kasus kebangsaan Indonesia saat ini,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara rasionalitas harus dibangun di atas nilai-nilai
dijejali berbagai konflik horizontal dan vertikal luhur kultural yang beraneka ragam. Manusia
di bebagai wilayah Indonesia.Konflik sosial (Indonesia) bukan sederet konstituen yang
harus serius diantisipasi dan diselesaikan secara berakhir nasibnya dalam kotak suara.Indonesia
bermartabat, agar tidak mengguncang sendi- terdiri dari beragam suku, ras, budaya, agama,
sendi bangunan bangsa. Untuk itu, kita mesti dan golongan.Solidaritas nasional berhasil
kembali merujuk empat pilar kesepakatan para mengikat kemajemukan itu dalam bangunan
pendiri bangsa: Pancasila, UUD 1945, Bhineka berbentuk NKRI berdasarkan Pancasila dan
Tunggal Ika, dan NKRI.Dasar, bentuk, UUD 1945.Konstitusi telah memberi tanggung
konstitusi, dan jargon negara Indonesia jelas jawab kepada negara untuk melindungi segenap
mengakui dan menghargai keragaman bangsa Indonesia.Pemurnian makna demokrasi
(kemajemukan) sebagai modal kekayaan dan penegakan HAM adalah kunci keberhasilan
bangsa.Dan, modal itu diharapkan dikelola pembangunan dan kesejahteraan warga negara.
dengan baik sehingga dapat men-dorong
terciptanya cita-cita dan tujuan bersama, yaitu
masyarakat yang sejahtera, cerdas, adil, dan
makmur.Semoga.

57
Susanto Handok

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 2001. Nasionalisme dan Sejarah, Bandung: CV Satya Historika.


Easton, David, 2000, Analisis Sistem Politik, dalam Mohtar Masoed dan Colin McAndrews,
2000. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hardiman, F. Budi, 2009. Demokrasi Deliberatif: Menimbang Negara Hukum dan Ruang
Publik dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas, Yogyakarta: Kanisius.
Kansil, C.S.T & Christine S.T.K, 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,
Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Kaelan, 2003.Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma.
Kartodirdjo, Sartono dkk, 1999.Dinamika Nasionalisme Indonesia, Salatiga: Yayasan Bina Darma.
Mansyur, Hamdan dkk (ed), 2007. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Marsudi, Subandi Al, 2006.Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi, Jakarta: PR
Raja Grafindo Persada.
Pranoto, Suhartono W., 2010. Teori & Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Renier, G.J., 1997. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samawi, Ahmad, 2007. Pendidikan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Depdiknas.
Sekretaris Negara Republik Indonesia, 1995.Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
Jakarta: Setneg RI.
Suhartono, 1994.Sejarah Pergerakan Nasional: Dari Budi Utomo sampai Proklamasi, 1908-1945,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thoha, Miftah, 2007. Birokrasi dan Politik di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koran:
Harian Kompas, 16 April 2008, Demokrasi Tak Terpimpin
Harian Kompas, 23 April 2008, Demokrasi Dikoreksi
Harian Kompas, 13 Mei 2008, Anamnesis Tragedi Mei 1998
Harian Kompas, 14 Mei 2008a, Demokrasi Uang
Harian Kompas, 14 Mei 2008b, Ihwal Keadilan Transisional
Harian Kompas, 9 Oktober 2008, Konstitusionalisme Vs Fundamentalisme
Harian Kompas, 21 Januari 2009, Paradoks Demokrasi Permukaan
Harian Kompas, 3 Mei 2009, Mencari Asumsi Dasar Berpolitik
Harian Kompas, 13 Mei 2009, Dekonsolidasi Demokrasi
Harian Kompas, 5 November 2009, Membangun Kultur Demokrasi Radikal
Harian Kompas, 8 Desember 2009, Parasit Demokrasi
Harian Kompas, 15 Februari 2010, Demokrasi Era Kuantum
Harian Kompas, 4 Mei 2010, Gelombang Pasang Nepotisme
Harian Kompas, 27 Mei 2010, HAM dan Tantangan Hidup Berbangsa
Harian Kompas, 11 Desember 2012, HAM Tetap Jadi Isu Sentral
Harian Kompas, 17 Desember 2012a, DPR, Cermin Kusam Demokrasi
Harian Kompas, 27 Desember 2012, Prospek Konsolidasi Demokrasi
Harian Kompas, 31 Desember 2012a, Menakar Rimba Takaran Demokrasi
Harian Kompas, 31 Desember 2012b, Menggali Lubang Demokrasi
Harian Kompas, 16 Januari 2013, Menuju Era Politik Postmodern
HarianKompas,23 Januari 2013, Tuntaskan Kasus HAM: Komnas HAM dan Kejaksaan
Agung Perlu Koordinasi
Harian Kompas, 30 Januari 2013, Caleg Harus Punya Modal: Kemampuan
Finansial Calon Jadi Pertimbangan
Harian Kompas, 31 Januari 2013, HAM: Pelanggaran Terstruktur Tak Ada
Harian Kompas, 4 Februari 2013b, Demokrasi Rental Mobil

58
48

Anda mungkin juga menyukai