Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Model Pembelajaran Think-Talk-Write

Model pembelajaran think-talk-write (TTW) adalah model


pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan
pemahaman dan komunikasi siswa. Model pembelajaran think-talk-
write dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (Yamin dan Ansari,
2008:84) yang dibangun melalui berpikir, berbicara dan menulis. Alur
model Think-Talk-Write dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir
atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya kemudian
menulis hasil diskusi. Model ini lebih efektif jika dilakukan dalam
kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini semua
siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan,
mendengar dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan.

Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran think-talk-write


(TTW)menurut Yamin dan Ansari (2008:85) adalah :

1) Think; Think merupakan aktivitas siswa untuk berpikir. Hal ini dapat
dilihat dari proses membaca suatu teks atau cerita kemudian membuat
catatan tentang apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau menulis
catatan, siswa membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan
dalam teks bacaan kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa
sendiri. Menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008:85) membuat
catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-
bahan yang ditulis. Selain itu belajar membuat/menulis catatan setelah
membaca dapat merangang aktivitas berpikir sebelum, selama dan
setelah membaca. Membuat catatan dapat memperluas pengetahuan
siswa, bahkan meningkatkan ketrampilan berpikir dan menulis. Salah
satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan yang akan
menjadi integral dalam setting pembelajaran. Kemampuan membaca
yang meliputi membaca baris demi baris atau membaca yang penting
saja menurut Wiederhold (Yamin dan Ansari, 2008:85) secara umum
dianggap berpikir. Seringkali suatu teks bacaan disertai panduan yang
bertujuan untuk mempermudah dalam diskusi dan mengembangkan
pemahaman siswa (Narode dalam Yamin dan Ansari, 2008:85). Dalam
tahap ini teks bacaan selalui dimulai dengan soal-soal kontekstual
yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan kecil.
2) Talk; Talk merupakan aktivitas siswa dalam berkomunikai dengan
mengguna-kan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Menurut
Yamin dan Ansari (2008:86), manfaat talk adalah: (a) merupakan
tulisan, gambaran, isyarat atau percakapan sebagai bahasa manusia
(b) pemahaman dibangun melalui interaksi dan konversasi
(percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas
sosial yang bermakna, (c) cara utama partisipasi komunikasi yaitu
siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya
dan membuat definisi, (d) pembentukan ide, (e) internalisasi ide yang
dibentuk melalui berpikir dan memecahkan masalah, (f) meningkatkan
dan menilai kualitas berpikir.

Talking juga dapat membantu guru untuk mengetahui tingkat


pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat
mempersiapkan perlengakapan pembelajaran yang dibutuhkan.
Komunikasi dalam model Think-Talk-Write memungkinkan siswa untuk
terampil berbicara. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui
kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Proses komunikai dapat dibangun di kelas secara alami dan
mudah serta dapat dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.
Misalnya siswa berkomunikasi tentang ide matematika yang
dihubungkan dengan pengalaman mereka, sehingga mereka mampu
untuk menulis tentang ide tersebut. Selain itu komunikasi dalam suatu
diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar
dalam kelas. Hal ini mungkin terjadi karena ketika siswa diberi
kesempatan untuk berkomunikasi sekaligus mereka berpikir
bagaimana cara mengungkapkannya dalam tulisan. Oleh karena itu
ketrampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa
mengungkapkan idenya melalui tulian. Selanjutnya berkomunikasi atau
berdialog baik antar siswa maupun guru dapat meningkatkan
pemahaman. Hal ini terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan
untuk berbicara atau berdialog sekaligus mengkonstruksikan berbagai
ide untuk dikemukakan melalui dialog.

3) Write; write merupakan aktivitas siswa dalam menuliskan hasil


diskusi/dialog pada lembar aktivitas siswa. Aktivitas menulis berarti
mengkonstrukikan ide setelah berdiskusi antar teman. Menulis dalam
matematika dapat membantu merealisasikan salah satu tujuan
pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang siswa
pelajari. Aktivitas menulis juga akan membantu siswa dalam membuat
hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan
konsep siswa. Selain itu menurut Wisniowska (Yamin dan Ansari,
2008:88), bahwa kreativitas menulis siswa membantu guru
untuk memantau kesalahan siswa, miskonsepsi dan konsepsi
siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa pada tahap write
adalah:

Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan


termasuk perhitungan.

Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik


penyelesai-annya ada yang menggunakan diagram, grafik
ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti.

Mengoreksi semua pekerjaan sehingga tidak ada pekerjaan


ataupun perhitungan yang ketinggalan.

Menyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap,


mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

Langkah-langkah model pembelajaran think-talk-write menurut


Yamin dan Ansari (2008:84) adalah:

Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang


memuat situasi masalah yang bersifat open ended dan
petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan secara


individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk


membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator
lingkungan belajar.

Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil


kolaborasi (write). Guru memantau dan mengevaluasi tingkat
pemahaman siswa.

Peranan guru dalam model pembelajaran think-talk-write (TTW)


menurut Silver dan Mith (Yamin dan Ansari, 2008:84) adalah:

Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan


keterlibatan dan menantang setiap siswa berpikir.
Mendengar secara hati-hati ide siswa.

Menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis.

Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.

Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan


persoalan persoalan, menggunakan model, membimbing dan
membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.

Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam dikusi


dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa
untuk berpartisipasi

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker &
Laughlin. Pada dasarnya pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan
menulis. Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menumbuh kembangkan
kemampuan pemecahan masalah (Yamin dan Ansari, 2012: 84). Alur kemajuan pembelajaran
TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah
proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis.

Suasana ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-
5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan
kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman
kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.

Aktivitas berpikir, berbicara dan menulis ini adalah salah satu bentuk
aktivitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran
menggunakan tipe ini adalah berpikir (Think), berbicara (Talk), dan menulis
(Write).
Berpikir (Think)
Aktivitas berpikir dalam pembelajaran, terdapat dalam kegiatan yang dapat
memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan baik dalam
eksperimen, kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa,
pengamatan gejala fisis atau berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-
hari. Proses membaca buku paket atau handout fisika serta berbagai macam
artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan. Setelah itu siswa mulai
memikirkan solusi dari permasalahan tersebut dengan cara menuliskannya
di buku catatan atau handout atau pun mengingat bagian yang dipahami
serta yang tidak dipahaminya.

Menurut Wiederhold (1997) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi


teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Membuat catatan
mempertinggi pengetahuan siswa bahkan meningkatkan keterampilan
berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat
catatan akan menjadi bagian integral dalam setting pembelajaran.
Bicara (Talk)
Siswa melakukan komunikasi dengan teman menggunakan kata-kata dan
bahasa yang mereka pahami. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan
ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi
dan membuat definisi.

Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar


sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang
dibutuhkan. Fase berkomunikasi (talk) ini juga memungkinkan siswa untuk
terampil berbicara. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat
dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis.

Selain itu, berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi


dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas. Selanjutnya, berbicara baik
antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini
bisa terjadi karena saat siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau
berdialog, sekaligus merekonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui
dialog.
Menulis (Write)
Siswa menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang
disediakan. Aktivitas menulis berarti merekonstruksi ide, karena setelah
berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya
melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat
hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep
siswa.
Menurut Yamin dan Ansari (2012:88) aktivitas siswa selama fase ini adalah :
1. Menulis solusi terhadap masalah atau pertanyaan yang diberikan
termasuk perhitungan,
2. Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah baik
penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, atau pun tabel
agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti,
3. Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan atau
pun perhitungan yang ketinggalan,
4. Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah
dibaca dan terjamin keasliannya.
Langkah-langkah pembelajaran dengan tipe TTW menurut Yamin dan Ansari
(2012:90) adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi teks bacaan berupa Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang memuat situasi
masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya,
2. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual untuk
dibawa ke forum diskusi (think),
3. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk).
Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar, siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan
sebagai hasil kolaborasi (write).

Anda mungkin juga menyukai