Anda di halaman 1dari 23

BAB I

DASAR TEORI

Tanda-Tanda Vital

Pengkajian tanda-tanda vital merupakan metode yang penting untuk


memantau fungsi tuuh yang vital. Tanda-tanda vital memberi gambaran tentang
fungsi organ-organ spesifik terutama jantung dan paru-paru dan juga seluruh sistem
tubuh. Tanda-tanda vital merupakan enam parameter tubuh yaitu tekanan darah,
denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh, tinggi dan berat badan. Pentingnya tanda-tanda
vital ini dalam perawatan pasien sehari-hari, tidak dapat terlalu dilebih-lebihkan.
Perhatian yang diberikan untuk pemantauan dan interpretasi parameter-parameter ini
oleh para tenaga medis selama merawat pasien menunjukkan bahwa tanda-tanda vital
ini sangat penting. Parameter-parameter ini menilai fungsi fisiologis sebagai dasar
untuk menentukan tindakan selanjutnya. Pertimbagan tanda-tanda vital saling
berhubungan dan terkait dengan hasil pengkajian fisik lainnya. Karena tanda-tanda
vital mencerminkan fungsi ubuh dasar, semua perubahan yang berarti memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut. Sebagai kesalahan serius dokter muda disebabkan oleh
kegagalan menginterpretasikan atau bereaksi terhadap perubahan tanda-tanda vital.

Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah terhadap pembuluh
darah, atau gaya (dorongan) yang diberikan darah terhadap dinding arteri saat darah
dipompa keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh. Tekanan darah merupakan
kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan
beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan ini dapat berubah-ubah
sepanjang siklus jantung.

Tekanan darah dibedakan menjadi dua yaitu tekanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu
jantung menguncup (sistole) atau berdenyut atau saat jantung berkontaksi memompa
darah ke sirkulasi tubuh. Serta merupakan tekanan tertinggi yang terjadi selama ejeksi
jantung. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor kembali (diastole), atau merupakan tekanan yang terjadi saat jantung
mengalami relaksasi atau menerima darah dari sirkulasi tubuh. Merupakan tekanan

1
yang paling rendah yang terjadi diantara dua denyut jantung. Sedangkan selisih antara
angka tekanan sistolik dengan diastolik disebut tekanan nadi. Tekanan darah manusia
senantiasa berayu-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

Ada lima faktor yang menentukan tingginya tekanan darah yaitu : curah
jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan
kelenturan dinding arteri. Curah jantung (jumlah darah yang dapat dipompa oleh
ventrikel setiap menitnya) dan tahanan pembuluh darah (elastisitas pembuluh darah)
mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
disebabkan peningkatan volume darah atau penurunan elastisitas pembuluh darah.
Sebaliknya penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. Curah jantung
normal adalah 5 liter/menit dan dipengaruhi oleh usia, posisi tubuh, olahraga, obat-
obatan (digitalis), dan penyakit intrakardial atau ekstrakardial. Pengukuran tekanan
darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan memakai jarum intraarteri.
Dalam praktek sehari-hari kita menggunakan cara mengukur secara tidak langsung
yaitu dengan bantuan alat.

Alat pengukur tekanan darah disebut sphygmomanometer. Kata anometer


berarti alat untuk mengukur tekanan cairan dan sphygmos dalam bahasa Latin
berarti pulsa atau denyut nadi. Namun pada umumnya alat ini juga dikenal dingan
nama tensimeter. Alat tensimeter terdiri atas beberapa komponen utama, yaitu
sebagai berikut.

1. Manset dari karet yang dibungkus kain.


2. Manometer air raksa berskala 0-300 mmHg.
3. Pompa karet
4. Pipa karet atau selang
5. Ventil putar

Terdapat tiga jenis tensimeter yaitu tensimeter terbuka (dengan penggunaan


air raksa/merkuri), tensimeter tertutup (aneroid), dan tensimeter elektronik/digital.
Berikut penjelasannya.

1. Tensimeter air raksa


Merupakan jenis sphygmomanometer yang paling umum digunakan karena
perhitungannya sangat akurat sehingga disebut standar emas. Alat ini terdiri
dari manset yang bisa melembung dengan cara memompanya dengan pompa
tangan yang berbentuk bola karet dan dihubungkan dengan tabung panjang
berisi air raksa.
2. Tensimeter aneroid

2
Sphygmomanometer aneroid berasal dari kata Latin aneroid yang berarti
tanpa cairan. Alat ini menyeimbangkan tekanan dalam kapsul metal tipis yang
menyimpan udara di dalamnya. Tekanan darah bisa dibaca pada meteran yang
menyatu dengan karet pompanya.
3. Tensimeter digital
Merupakan sebuah alat pengukur tensi darah secara digital/elektronis, yang
berguna untuk mengukur tensi darah secara mudah dan langsung
menunjukkan angka tensi darah dengan sangat mudah, dan dapat
menunjukkan hasil yang akurat. Serta alat ini juga dilengkapi dengan jumlah
denyut nadi sehingga para tenaga medis tidak perlu menghitung denyut nadi
pasien. Tensimeter digital menggunakan sumber yang berasal dari baterai.

Prinsip Pengukuran Tekanan Darah

Arteri yang dapat dilingkari manset di bagian proksimal dan dapat diraba pada
bagian distal adalah arteri Brakhialis, karena letaknya yang lebih dekat dengan aorta
sehingga distprsinya lebih kecil dan sering dipakai untuk mengukur tekanan darah.
Stetoskop juga digunakan unuk mendenyar denyut nadi.

Mula-mula tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan auskultasi


masih dapat dideteksi. Palpasi dilakukan pada denyut arteri radialis dan manset
dipompa sampai denyut tidak teraba lagi. Ini adalah tekanan sistolik. Setelah
mengukur tekanan sistolik dengan palpasi, manset yang sudah mengempis dipasang
di lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut berada kira-kira 1 inchi di atas
fovea cubiti. Lalu manset dipompa dan stetoskop diletakkan di atas arteri. Terdapat
dua keadaan dimana bunyi tidak akan terdengar dengan cara auskultasi menggunakan
stetoskop pada aliran darah. Saat ventil putar pada tensimeter dibuka secara perlahan-
lahan, manset akan mengempis perlahan-lahan dan mulai terdengar bunyi Korotkoff.

Bunyi Korotkoff dibagi menjadi beberapa fase yaitu : Fase 1 dimulai saat
bunyi terdengar dan disebut tekanan sistolik. Tekanan sistolik hanya cukup untuk
membuka pembuluh darah untuk sementara waktu saja dan menimbulkan bunyi
ketukan nyaring yang semakin lama akan meningkat intensitasnya. Jika manset
diturunkan alian darah yang melewati pembulluh darah meningkat, menimbulkan
bunyi mendesir yang murupakan ciri khas fase 2. Bunyi tersebut menjadi lebih keras
dan lebih nyaring pada fase 3. Pada fase 4, bunyi tiba-tiba menjadi redup, lemah, dan
meniup. Fase 5 adalah saat dimana buni sama sekali tidak terdengar. Saat ini disebut
tekanan diastolik.

3
Jantug bekerja sebagai pompa darah karena dapat memindahkan darah dari
pembuluh vena ke pembuluh arteri pada system sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa
jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga dapat
menimbulkan perubahan tekanan darah dalam system sirkulasi. Tekanan darah yang
merupakan standar normal adalah 120/80 mmHg. Angka 120 mmHg menunjukkan
tekanan sistolik, sedangkan angka 80 mmHg menunjukkan tekanan diastolik.

Keadaan dimana tekanan darah yang lebih rendah dari keadaan normal
disebut hipotensi. Sedangkan keadaan dimana takanan darah yang lebih tinggi dari
keadaan normal disebut hipotensi. Pengukuran darah lebih mudah dilakukan pada
lengan yang tidak dominan. Misalnya jika Anda kidal, maka pengukuran lebih baik
dilakukan pada lengan kanan. Pengukuran tekanan darah paling sedikit diakukan dua
kali atau lebih baik dilakukan tiga kali pengukuran tekanan darah dalam satu selang
waktu. Pengukuran tekanan darah tidak boleh dilakukan saat pasien sedang stress
atau tertekan.

Dalam buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi B yang ditulis oleh Brunner
dan Suddart menyebutkan klasifikasi tekanan darah orang dewasa adalah sebagai
berikut.

Kategori Sistole Diastole


Hipotensi <90 mmHg <60 mmHg
Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Stadium 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Stadium 3 (berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Stadium 4 (sangat 210 mmHg 120 mmHg
berat)

Denyut Nadi

Denyut nadi bergantung pada kekuatan sistolik, oleh karena itu jika tekanan
sistolik lemah maka denyut nadi juga melemah. Namun denyut nadi juga dapat
melemha meskipun kontraksi jantung sangat kuat. Keadaan ini dijumpai pada stenosis
aorta dan pada beberapa ketidakteraturan jantung tertentu. Oleh karena itu kekuatan
denyut nadi bukan merupakan petunjuk yang tepat untuk menentukan kontraksi
jantung.

4
Denyut nadi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Kecepatan cepat atau lambat.


2. Ukuran besar atau kecil.
3. Jenis gelombang cepat atau memanjang.
4. Irama teratur atau tidak teratur.
5. Tegangan kuat atau lemah.

Pada umumnya pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan di Sembilan titik


yaitu A. Radialis (pergelangan tangan lateral), A. Brakhialis (lengan atas medial), A.
Carotis Communis (leher), A. Femoralis (lipatan paha), A. Dorsalis Pedis (punggung
kaki), A. Popolitea (lipatan lutut), A. Temporalis (tulang pelipis), A. Apical, dan A.
Tibialis Posterior (Michael, 2006). Namun pada pemeriksaan denyut nadi arteri yang
tepat digunakan untuk palpasi adalah A. Karotis dan A. Brakhialis. Kedua arteri ini
tepat digunakan karena kedua arteri ini memiliki letak yang dekat dengan aorta
sehingga kemungkinan disortasinya lebih kecil. Pada pemeriksaan denyut nadi hal-
hal yang perlu diperhatikan yaitu kecepatan denyutan, irama, volume, serta
konturnya.

Kecepatan rata-rata denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60-100
denyut per menit. Pada anak-anak kecepatannya 90-140 denyut per menit. Dan pada
orang lanjut usia kecepatannya 70-80 denyut per menit.

BAB II

LANGKAH KERJA

5
Persiapan alat bahan

1. Stetoskop
2. Metronome
3. Stopwatch
4. Bangku step test Harvard (Wanita 17 inci, laki-laki 19 inci)
5. Bak untuk tempat es
6. Sphygmomanometer / tensimeter air raksa, aneroid dan digital

Prosedur Percobaan

Pemasangan manset dilakukan pada lengan kangan dengan pipa keluar


menghadap ke distal anggota badan. Pemasangan manset ini diletakkan diatas fovea
cubiti, setinggi letak jantung. Jika menggunakan tensimeter harus diperhatikan letak
manset. Manset dapat diletakkan di pergelangan tangan kiri, lengan, jari telunjuk
tergantung pada jenis alatnya.

Pada cara palpasi perabaan dapat dilakukan pada A. Radialis dan A.


Branchialis, A. Karotis, A. Femoralis, sedang pada cara auskultasi dengan bantuan
tensimeter air raksa/aneroid, stetoskop diletakkan tepat di atas ujung distal A.
Branchialis dekat manset. Pada cara auskultasi, praktikan harus mencari kelima fase
dan korotkoff, yaitu :

1. Saat mulai terdengarnya bising nadi (K-1 = Tekanan Sistole)


2. Saat bising nadi agak melemah dan memanjang (K-2)
3. Saat bising nadi mengeras kembali (K-3)
4. Saat bising nadi terdengar menjauh (K-4)
5. Saat bising nadi menghilang (K-5)

Lakukan pemeriksaan pada pencatatam tekanan darah secara bergantian pada


semua anggota kelompok. Lakukan pemeriksaan posisi berbaring, duduk, atau
berdiri. pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter/sphygmomanometer air raksa, tensimeter pegas/aneroid, dan
digital/electronic tensimeter.

Pengukuran Tekanan Darah

Tahap pemeriksaan:

1. Istirahatkan dulu orang coba selama lima menit


2. Lakukan pengukuran tekanan darah 2 kali dengan sphygmomanometer
terbuka. Jika berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah terdapat selisih

6
tekanan darah >10mmHg pada pengukuran ke-1 dan ke-2 pada sistolik dan
atau pada diastolic, lakukan pengukuran ketiga.
3. Naikkan tekanan sampai kira kira 20 mmHg diatas tekanan systole normal,
jaga sampai nadi A.Branchialis di lengan kanan tidak teraba pada cara palpasi
atau hilangnya suara pada cara auskultasi.
4. Ukurlah tekanan systole dan diastole dengan cara palpasi dan auskultasi.
Turunkan tekanan manset dengan membuka klep pompa secara perlahan.
Perhatikan dengan seksama suara bising nadi (K-1) dan tentukan tingkat-
tingkat suara dari korotkoff sampai suara melemah/menghilang (K-4/K-5).
5. Catat hasil percobaan anda.

Pengukuran tekanan darah pada lengan kiri

1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 pada percobaan pengukuran tekanan darah


diatas dengan lengan tangan kiri.
2. Catat hasil percobaan anda.

Pengukuran tekanan darah dengan berbagai tensimeter.

1. Ulangi percobaan butir 1 sampai 4 menggunakan tensimeter aneroid dan


digital (pada lengan kanan)
2. Catat hasil percobaan anda.

Pengaruh posisi tubuh pada tekanan darah dan denyut nadi

Setiap anggota kelompok memilih satu orang untuk percobaan ini, sesuai
dengan urutan tahap pemeriksaan diatas.

1. Berbaring terlentang
Ukurlah secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadi orang
coba sampai 3 kali berturut turut dan ambilah nilai reratanya.

2. Duduk
Perintahkan orang coba duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukurlah
secara palpasi dan auskultasi tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali berturut
turut dan ambilah nilai rata ratanya.
3. Berdiri
Perintahkan orang coba berdiri dengan tenang dalam sikap bersiap selama 5
menit, kemudian ukurlah tekanan darah dan denyut nadinya 3 kali berturut-
turut dan ambilah nilai rata ratanya.

7
4. Masukan hasil yang diperoleh kedalam table berikut yang meliputi tekanan
systole, diastole dan denyut nadi.

Pengaruh latihan pada tekanan darah dan denyut nadi

Pilih salah satu orang coba untuk masing masing kelompok.

1. Manset tensimeter aneroid dipasang dan tekanan darahnya diukur dalam


keadaan duduk dan mencatat denyut nadinya dengan tensimeter aneroid.
2. Dengan manset tetap terpasang , orang coba melakukan aktifikas naik turun
bangku dengan kecepatan 10 kali permenit selama 2 menit.
3. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur tekanan darah dan catat
frekuensi nadinya.
4. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 5 menit sampai menjadi
normal kembali.
5. Ukur tekanan darah dan denyut nadi sebelum melakukan percobaan
berikutnya.
6. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun
bangku dengan kecepatan 15 kali permenit selama dua menit.
7. Segera setelah naik turun bangku berakhir, ukur dan catat tekanan darah
denyut nadinya kembali.
8. Teruskan mengukur tekanan darah dengan interval 5 menit sampai menjadi
normal kembali.
9. Dengan manset tetap terpasang, orang coba melakukan aktivitas naik turun
bangku dengan kecepatan 20 kali permenit selama dua menit.
10. Masukan hasil yang diperoleh kedalam table berikut yang meliputi tekanan
systole dan diastole.
11. Lakukan percobaan 1-10 dengan thermometer aneroid dan digital.
12. Masukan hasil yang diperoleh kedalam table berikut yang meliputi tekanan
systole diastole dan denyut nadi.
13. Gambarkan dalam kertas millimeter grafik hasil pengukuran frekuensi nadi
dengar tekanan sistole dan diastole, masing masing pada absis dan ordinat.

Pengaruh stress : cold pressure test

Masukkan satu tangan ke dalam panic selama waktu tertentu, maka akan
terlihat bahwa suhu berpengaruh terhadap tekanan darah dan denyut nadi. Test ini
merupakan suatu test yang baik untuk menentukan labilitas tekanan darah

8
Pilihlah orang coba untuk masing masing kelompok.

1. Perintahkan orang coba untuk duduk tenang selama 5 menit, kemudian ukur
tekanan darah dan dneyut nadinya dengan tensimeter air raksa sampai
didapatan hasil yang sama 3 kali berturut turut.
2. Perintahkan orang coba memasukan tangan kirinya kedalam bak air es (44 oC)
sampai 15 cm diatas fovea decubitus, selama 60 detik.
3. Ukurlah tekanan darah pada detik ke-60 di dalam air es.
4. Ukurlah tekanan darah dan denyut nadi setelah perendaman dengan interval 2
menit sampai tekanan darah dan denyut nadi menjadi kembali normal.
5. Catat hasilnya.

BAB III

HASIL PENGUKURAN DAN PERTANYAAN

3.1 Pertanyaan dan Jawaban dari Percobaan Tekanan Darah dan Denyut Nadi

1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan


tensimeter konvensional dan digital?

9
Ada. Hal ini disebabkan karena beberapa factor. Seperti kesalahan pada
pembacaan tensimeter khususnya pada tensimeter air raksa dan tensimeter aneroid.
Karena pada pembacaan kedua tensimeter ini dibutuhkan ketelitian dan gerak cepat
mata untuk melihat jarum pada tensimeter atau gerak turunnya air raksa. Sedangkan
pada tensimeter digital bergantung pada kekuatan baterai. Jika baretai masih baru
dan masih berisi penuh maka hasil pengukuran akan akurat namun jika baterai sudah
lama dan hampir habis maka tingkat keakuratan akan semakin berkurang.

2. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan pada lengan


kanan dan kiri?

Ada. Perbedaan pengukuran tekanan darah pada lengan kanan dan kiri sering
terjadi, namun jika perbedaannya terlalu signifikan maka dapat disebabkan karena
kesalahan pembacaan pada tensimeter atau dapat diakibatkan karena adanya
penyumbatan darah pada pembuluh-pembuluh di tubuh atau adanya penyakit seperti
adanya diseksi aorta, penyakit ginjal, diabetes, ataupun penyakit jantung. Selain dua
factor tersebut juga karena factor fisiologis. Pada lengan kiri tekanan darah lebih
rendah daripada lengan kanan karena pada lengan kiri terdapat aorta yang memompa
darah dari dalam tubuh sehingga jarak arteri yang berada di lengan kiri lebih dekat
dengan aorta. Sedangkan pada lengan kanan dilewati oleh vena yang mengembalikan
darah ke jantung melalui vena cava, dan letaknya lebih jauh dari aorta sehingga
tekanan darahnya tinggi.

3. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan


tensimeter konvensional dan digital?

Ada. Hal ini disebabkan karena beberapa factor. Seperti kesalahan pada
pembacaan tensimeter khususnya pada tensimeter air raksa dan tensimeter aneroid.
Karena pada pembacaan kedua tensimeter ini dibutuhkan ketelitian dan gerak cepat
mata untuk melihat jarum pada tensimeter atau gerak turunnya air raksa. Sedangkan
pada tensimeter digital bergantung pada kekuatan baterai. Jika baretai masih baru dan
masih berisi penuh maka hasil pengukuran akan akurat namun jika baterai sudah lama
dan hamper habis maka tingkat keakuratan akan semakin berkurang.

4. Apakah ada perbedaan hasi pengukuran A. Radialis dan A. Brachialis?

Ada. Hal ini dikarenakan karena adanya perbedaan waktu mengalirnya darah
pada pembuluh tersebut. Darah yang dipompa jantung lebih cepat sampai pada A.

10
Brackhialis (pada lengan atas) dari pada A. Radialis (pada pergelangan tangan)
dengan perbedaan waktu 20 detik lebih cepat daripada menuju A. Radialis.

5. Apakah ada perbedaan tekanan darah yang diukur dengan perbedaan


posisi? Jelaskan mengapa!

Ada. Hal ini dipengaruhi karena adanya factor posisi. Pada posisi berdiri tekanan
sistolik dan diastolic lebih tinggi hal ini dikarenakan saat tubuh berada pada posisi
berdiri maka darah yang dibutuhkan untuk dapat mengalirkan oksigen ke suluruh
darah dipompa lebih cepat daripada saat dalam posisi duduk dan terlentang. Karena
saat berdiri otot-otot tubuh meregang sehingga tubuh memerlukan tekanan darah
yang besar agar oksigen dapat mengalir ke seluruh jaringan tubuh. Factor gravitasi
juga berpengaruh. Saat posisi berdiri dan duduk tekanan darah lebih besar karena
aliran darah bertolak belakang dengan gravitasi bumi sehingga jantung memompa
darah lebih keras agar darah yang berisi oksigen bisa sampai otak.

6. Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan darah?

Ada lima faktor yang menentukan tingginya tekanan darah yaitu : curah jantung,
tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan
dinding arteri. Curah jantung (jumlah darah yang dapat dipompa oleh ventrikel setiap
menitnya) dan tahanan pembuluh darah (elastisitas pembuluh darah) mempunyai
pengaruh besar terhadap tekanan darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan
peningkatan volume darah atau penurunan elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya
penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. Selain factor tersebut juga
dipengaruhi factor lain seperti posisi tubuh, aktivitas fisik, temperature, emosi, usia,
dan jenis kelamin.

7. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika


pada penderita tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital lebih
dahulu?

Jika tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital sebelum pemberian tindakan


pada pasien dikhawatirkan tindakan dan perawatan yang diberikan pada pasien salah.
Karena pemeriksaan tanda vital berfungsi untuk memeriksa ada tidaknya gangguan
pada tubuh pasien. Misalkan pada pasien penderita hipertensi. Jika tidak dilakukan
pemeriksaan tanda vital terlebih dahulu saat dilakukan ekstraksi pada penderita
hipertensi akan terjadi pendarahan (bleeding) yang sulit dihentikan.

11
8. Mengapa mahasiswa kedokteran gigi harus mengukur denyut nadi sebelum
melakukan tindakan operatif?

Agar dapat menentukan tindakan pemeriksaan dan perawatan yang tepat dan
akurat pada pasien sehingga tidak akan terjadi kesalahan diagnose. Terutama pada
proses anastesi dan ekstraksi gigi agar tidak terjadi kesalahan dalam tindakan yang
dilakukan.

9. Faktor apa saja yang mempengaruhi denyut nadi?

Aktivitas fisik, posisi tubuh, suhu di sekitar tubuh, berat dan tinggi tubuh, obat
yang sedang dikonsumsi, penyakit yang diderita, emosi, umur, jenis kelamin, serta
pada wanita dikarenakan adanya kehamilan. Denyut nadi dapat meningkat saat
berolahraga, sakit, trauma, dan emosi. Wanita yang berumur 12 tahun keatas
umumnya memiliki denyut nadi yang lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.

10. Apakah ada perbedaan pengukuran denyut nadi pada berbagai posisi
tubuh? Jelaskan mengapa!

Ada. Hal ini dipengaruhi karena adanya factor posisi. Pada posisi berdiri tekanan
sistolik dan diastolic lebih tinggi hal ini dikarenakan saat tubuh berada pada posisi
berdiri maka darah yang dibutuhkan untuk dapat mengalirkan oksigen ke suluruh
darah dipompa lebih cepat daripada saat dalam posisi duduk dan terlentang. Karena
saat berdiri otot-otot tubuh meregang sehingga tubuh memerlukan tekanan darah
yang besar agar oksigen dapat mengalir ke seluruh jaringan tubuh. Factor gravitasi
juga berpengaruh. Saat posisi berdiri dan duduk tekanan darah lebih besar karena
aliran darah bertolak belakang dengan gravitasi bumi sehingga jantung memompa
darah lebih keras agar darah yang berisi oksigen bisa sampai otak.

11. Mengapa saat bekerja denyut nadi meningkat?

Hal ini dikarenakan saat bekerja ada energy yang dikeluarkan oleh tubuh. Untuk
menghasilkan energi baru diperlukan bantuan oksigen. Karena oksigen diperlukan
dalam proses metabolism. Oleh karena itu jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah agar dapat mengikat banyak oksigen agar oksigen di dalam jaringan
tubuh segera terisi. Dengan adanya proses ini mangakibatkan tekanan darah dan
denyut nadi juga ikut meningkat.

12. Bagaimana cara menentukan denyut nadi maksimal dan optimal?

12
Denyut nadi maksimal adalah jumlah maksimal denyut nadi yang dapat
dilakukan pada saat melakukan aktivitas maksimal. Untuk menentukan denyut nadi
maksimal digunakan rumus 220-umur. Denyut jantung yang optimal untuk setiap
individu berbeda-beda tergantung pada waktu pengukuran detak jantung tersebut
(saat istirahat atau setelah berolahraga).Variasi dalam detak jantung sesuai dengan
jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Cara yang aman adalah
mengukur denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang
dihitung berdasarkan rumusan: DNM = 220 - Umur, kemudian dikalikan dengan
intensitas membakar lemak 60-70 persen DNM.

3.2 Hasil Pengukuran

3.2.1 Pengukuran Tekanan Darah

Sphygmomanome
Aneroid Digital
ter
Oran Param R
Re
g eter er Rera 3.2.2
I II III I II III ra I II III
at ta
ta
a
11 11 10 11 11 11 10 10 11 11 11
Tangan 4/7 0/8 8/7 1/ 0/ 0/ 0/ 7/ 8/6 0/6 2/7 113/6
Ke-1
kanan 2 0 2 75 78 84 86 83 5 9 0 8
(Wani
11 11 11 11 10 10 10 10 10 10 10
ta)
Tangan 0/7 2/7 2/7 1/ 5/ 0/ 0/ 2/ 6/7 0/7 3/7 103/
kiri 0 0 2 71 80 80 78 79 5 1 2 73

11 12 11 11 11 11 10 10 10 10 12
Tangan 0/9 0/8 0/8 3/ 0/ 0/ 0/ 3/ 8/6 5/6 0/6 111/6
Ke-2 kanan 0 2 0 84 70 78 74 74 7 6 3 5
(Pria) 10 99 10 10 86 95 10 10 10
Tangan 98/ 98/ 0/6 / 0/ 0/ / / 6/6 8/6 0/6 105/
kiri 78 68 8 71 80 70 70 73 9 4 3 65
Pengukuran Posisi Tubuh

Orang Parameter Tensimeter Air Raksa


I II III Rerat

13
a
112/8 114/8 110/7
Berbaring 2 0 4 112/79
Ke-1 120/8 120/8 100/8
(Wanita) Duduk 8 4 0 113/84
110/8 110/8 110/8
Berdiri 4 0 2 110/82

100/8 100/7 100/7 100/7


Berbaring 0 8 5 8
110/8 110/8 108/8 109/8
Ke-2 (Pria)
Duduk 0 0 2 1
110/9 110/8 108/8 109/8
Berdiri 0 5 3 6
3.2.3 Pengaruh Latihan

Nadi Sistole Diastole


Orang Parameter
(kali/mnt) (mmHg) (mmHg)
10 kali per menit
Pre-test 105 114 82
Post-test 117 117 83
3 menit 95 111 73
6 menit 90 108 72
Ke-1 (Wanita)
15 kali per menit
Pre-test 104 109 80
Post-test 114 126 82
3 menit 112 120 81
6 menit 102 113 81

Ke-2 (Pria) 10 kali per menit


Pre-test 88 113 76
Post-test 102 126 82
3 menit 90 120 81
6 menit 84 114 77
15 kali per menit
Pre-test 77 118 77
Post-test 124 159 77
3 menit 100 123 73

14
6 menit 98 117 73

3.2.4 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test

Sistole Diastole
Orang Parameter
(mmHg) (mmHg)
Pra-stress dingin 110 84
Ke-1 Post test 130 100
(Wanita) 2 menit 120 90
4 menit 120 84

Pra-stress dingin 110 80


Post test 130 95
Ke-2 (Pria)
2 menit 110 90
4 menit 110 80

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tekanan Darah

Pada percobaan tekanan darah, tekanan darah dapat diukur melalui dua cara yaitu
secara langsung dengan memasukkan jarum kedalam arteri dan cara tidak langsung
melalui pengukuran menggunakan alat. Dalam percobaan ini kami melakukan
pengukuran tekanan darah dengan menggunakan bantuan alat yang bernama
sphygmomanometer atau biasa disebut tensimeter. Kami menggunakan tensimeter air
raksa/tensimeter terbuka/tensimeter konvensional, tensimeter aneroid/tensimeter
tertutup, dan tensimeter digital.

Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tensimeter yang berbeda ini


menunjukkan hasil yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan perbedaan bahan
pembuatan alat serta tingkat keakuratan peneliti (pembaca alat). Ketidaktepatan
pembacaan alat juga berpengaruh dalam pembacaan pengukuran karena pada
tensimeter air raksa dan aneroid kecepatan mata untuk melihat jarum yang bergerak
atau melihat penurunan air raksa sangat diperlukan. Selain itu pada tensimeter digital
masa dan kualitas baterai juga harus diperhitungkan. Karena jika baterai masih baru
maka tingkat keakuratan akan tinggi sedangkan jika baterai sudah mulai aus maka
tingkat keakuratan perlu dipertanyakan.

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan faktor yang dapat dilihat untuk
mengetahui perbedaan tekanan darah dan denyut nadi adalah factor jenis kelamin.
Pada orang ke-1 (wanita) tekanan sistolik dan diastolic lebih tinggi daripada tekanan
sistolik dan diastolic pada orang ke-2 (pria). Contohnya saja pada pengukuran
menggunakan tensimeter aneroid tekanan darah wanita 107/83 mmHg sedangkan
pada pria 102/79 mmHg. Selain itu pengukuran pada lengan kanan dan kiri juga
berbeda.

Perbedaan pengukuran tekanan darah pada lengan kanan dan kiri sering terjadi,
namun jika perbedaannya terlalu signifikan maka dapat disebabkan karena kesalahan

16
pembacaan pada tensimeter atau dapat diakibatkan karena adanya penyumbatan darah
pada pembuluh-pembuluh di tubuh atau adanya penyakit seperti adanya diseksi aorta,
penyakit ginjal, diabetes, ataupun penyakit jantung. Selain dua factor tersebut juga
karena factor fisiologis. Pada lengan kiri tekanan darah lebih rendah daripada lengan
kanan karena pada lengan kiri terdapat aorta yang memompa darah dari dalam tubuh
sehingga jarak arteri yang berada di lengan kiri lebih dekat dengan aorta. Sedangkan
pada lengan kanan dilewati oleh vena yang mengembalikan darah ke jantung melalui
vena cava, dan letaknya lebih jauh dari aorta sehingga tekanan darahnya tinggi. Pada
lengan kanan orang coba ke-1 (wanita) dengan tensimeter aneroid tekanan darah
reratanya 107/83 mmHg sedangkan pada lengan kiri 102/79 mmHg. Pada pengukuran
ke-1 dengan tensimeter air raksa pada orang ke-2 (pria) tekanan darahnya rendah
yaitu pada lengan kiri 98/78 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut
memiliki resiko terkena hipotensi karena tekanan darahnya berada di bawah batas
normal.

4.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Tekanan Darah dan Denyut Nadi

Pada perbedaan posisi tubuh tekanan darah juga ikut berubah. Tekanan darah
stabil saat orang coba berada pada posisi duduk. Hal ini dikarenakan adanya factor
dari tonus otot dan gravitasi bumi. Pada posisi terlentang jantung tidak terlalu berat
memompa darah sehingga tekanan darah pada posisi ini lebih kecil daripada tekanan
darah pada posisi duduk dan berdiri. Saat posisi tubuh duduk tekanan darah lebih
stabil karena posisi ini merupakan posisi yang tepat. Karena jantung tidak terlalu
keras memompa darah ke seluruh tubuh karena jika berada dalam posisi duduk
karena jantung berada di tengah antara tubuh bagian atas dan tubuh bagian bawah.

Pada percobaan yang kami lakukan posisi duduk memiliki tekanan darah yang
lebih tinggi daripada posisi berbaring dan berdiri, yaitu 113/84 mmHg. Seharusnya
posisi yang memiliki tekanan darah yang tinggi adalah posisi berdiri. Hal ini
dikarenakan saat berdiri otot-otot tubuh tertarik sehingga jantung memompa darah
lebih cepat daripada dalam keadaan berbaring dan duduk. Karena faktor gravitasi
juga berpengaruh. Saat posisi berdiri dan duduk tekanan darah lebih besar karena
aliran darah bertolak belakang dengan gravitasi bumi sehingga jantung perlu
memompa darah lebih keras agar darah sampai hingga ke otak sehingga semua
jaringan dalam tubuh tidak kekurangan oksigen. Ketidaksesuaian pengukuran pada
percobaan kami dengan teori yang ada dapat dikarenakan adanya kesalahan dalam
pembacaan pengukuran atau kurang akuratnya alat tensimeter.

17
4.3 Pengaruh Latihan pada Tekanan darah dan Denyut Nadi

Aktivitas fisik juga berpengaruh dalam menentukan tekanan darah. Pada


percobaan ini orang coba harus melakukan kegiatan naik turun tangga dalam waktu 2
menit untuk 10 kali per menit dan 15 kali per menit. Setelah melakukan aktivitas fisik
tekanan darah menjadi meningkat. Hal ini dibuktikan dengan meningktanya tekanan
darah orang coba dari keadaan sebelum aktivitas dilakukan yaitu 118/77 mmHg
menjadi 159/77 mmHg setelah melakukan aktivitas fisik. Selain tekanan darah yang
bertambah tinggi, denyut nadi juga bertambah cepat, yaitu mulai pra-test 77x/menit
menjadi 124x/menit. Namun setelah ditunggu selama 3 menit dan 6 menit, tekanan
darah dan denyut jantung berangsur-angsur normal kembali meskipun masih belum
bisa sama dengan keadaan awal.

Pada percobaan ini membuktikan bahwa tubuh menggunakan energi saat


beraktivitas. Energi tersebut habis dan untuk mengganti energi baru diperlukan
oksigen untuk proses metabolisme. Oksigen ini diangkut oleh darah. Oleh karena itu
jantung memompa darah dengan cepat agar darah terisi oleh oksigen baru yang
nantinya akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.

4.4 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test

Pada percobaan pengaruh stress dapat diketahui bahwa suhu juga perpengaruh
dalam penentuan tekanan darah dan denyut nadi. Pada suhu yang rendah yaitu 44 oC
tekanan darah menjadi lebih tinggi. Namun setelah tangan diangkat dari balok es dan
ditunggu sampai 2 menit kemudian 4 menit, tekanan darah dan denyut nadi menjadi
normal kembali. Namun belum bisa sama seperti tekanan darah dan denyut nadi saat
pra-stress dingin.

Naiknya tekanan darah ini diakibatkan adanya thermoreseptor yang berada di


dalam kulit. Lalu impuls dikirim ke otak dan kemudian impuls ini diterima oleh saraf
motoric dan membuat otot-otot di tangan yang tercelup di dalam air es menjadi
menegang sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

18
BAB V

KESIMPULAN

Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu :

1. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi yang tepat dapat dilakukan pada
A. Brakhialis dengan menerapkan metode fase Korotkoff.
2. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dapat diukur menggunakan
berbagaimacam tensimeter, seperti tensimeter air raksa, tensimeter aneroid,
dan tensimeter digital. Semua jenis sphygmomanometer memiliki ketelitian
yang hampir sama, hanya saja perpedaan pengukuran biasanya terjadi karena
kurangnya kecepatan mata untuk membaca jarum penunjuk atau penurunan
air raksa.
3. Tekanan darah dan denyut nadi dipengaruhi oleh jenis kelamin, posisi tubuh,
suhu, dan pengaruh latihan.
4. Banyaknya aktivitas yang dilakukan menyebabkan tekanan darah dan denyut
nadi meningkat hal ini dikarenakan karena adanya proses metabolisme dalam
tubuh.
5. Posisi tubuh yang cocok untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah dan
denyut nadi adalah saat tubuh berada dalam keadaan duduk karena tekanan
darah dan denyut nadi lebih optimal dan stabil.
6. Perbedaan letak pengukuran tekanan darah atau perbedaan pengukuran arteri
yang digunakan juga mempengaruhi perbedaan tekanan darah karena Pada
lengan kiri tekanan darah lebih rendah daripada lengan kanan karena pada
lengan kiri terdapat aorta yang memompa darah dari dalam tubuh sehingga
jarak arteri yang berada di lengan kiri lebih dekat dengan aorta. Sedangkan
pada lengan kanan dilewati oleh vena yang mengembalikan darah ke jantung
melalui vena cava, dan letaknya lebih jauh dari aorta sehingga tekanan
darahnya tinggi. Serta waktu yang digunakan untuk darah mengalir dari
jantung ke masing-masing arteri juga berbeda beberapa detik.

DAFTAR PUSTAKA

19
Gunawan, Lany, dr. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius

Mohlan H. Delf, Robert T. Manning; ahli bahasa, Moelia Radja Siregar; editor, Adji
Dharma. 1996. Major Diagnosis Fisik. Jakarta : EGC

Yahya, A. Fauzi, dr, Sp. J.P.(K), FIHA. 2010. Menaklukkan Pembunuh No. 1.
Bandung : Qanita

@Koasracun. 2013. Buku Ajar Koas Racun Jilid II. Jakarta : Mediakita

Vitahealth. 2006. Hipertesi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Williams, Bryan, Prof; Palmer, Anna, dr. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta :
Erlangga

Burnside-McGlynn. 1995. Diagnosis Fisik. Jakarta : ECG

Ronny, Setiawan, Sari Fatimah; editor, Estu Wahyunungsih. 2009. Fisiologi


Kardiovaskular Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta : EGC

Morton, Patricia Gonce. 2003. Panduan Pemeriksaan Kedehatan. Jakarta : EGC

Jurnal Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah FKG Universitas
Airlangga 2013 oleh Ayu Rafania, Rizka, Emmanuel, Afifah, dan Rizky.

LAMPIRAN

20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai

  • HLM Judul
    HLM Judul
    Dokumen19 halaman
    HLM Judul
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen7 halaman
    Lamp Iran
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Metpen
    Pengertian Metpen
    Dokumen20 halaman
    Pengertian Metpen
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • HLM Judul
    HLM Judul
    Dokumen19 halaman
    HLM Judul
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Letak Geografis
    Letak Geografis
    Dokumen3 halaman
    Letak Geografis
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen7 halaman
    Lamp Iran
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen53 halaman
    Laporan Tutorial
    elatifah_1
    Belum ada peringkat
  • Caoh
    Caoh
    Dokumen11 halaman
    Caoh
    ibnurexxcamp
    Belum ada peringkat
  • S2 2014 360171 Chapter1
    S2 2014 360171 Chapter1
    Dokumen6 halaman
    S2 2014 360171 Chapter1
    An Nisaa Dejand
    Belum ada peringkat
  • 3 Tanda Vital
    3 Tanda Vital
    Dokumen18 halaman
    3 Tanda Vital
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • HLM Judul
    HLM Judul
    Dokumen19 halaman
    HLM Judul
    Nosya Rachmawati
    Belum ada peringkat
  • Ekstrakbawang
    Ekstrakbawang
    Dokumen4 halaman
    Ekstrakbawang
    Fahmi Haris
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen40 halaman
    Bab Ii
    vividewa
    Belum ada peringkat
  • Demam IDAI
    Demam IDAI
    Dokumen6 halaman
    Demam IDAI
    Ferdy Setiawan
    Belum ada peringkat