Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan.

Assalamualaikum. Ada hadits yang menerangkan bahwa Nabi pernah akan mendoaakan ayahnya
yang sudah meninggal, tapi dilarang oleh Allh Azza wa Jalla . Kenapa Banyak orang-orang
mengadakan yasinan, tahlilan dengan alasan mendoakan orang tua yang sudah meninggal. Mereka
juga mengatakan bahwa ini merupakan sebentuk perwujudan anak shaleh mendoakan orang tua.
Dan kyainya menyebutkan bahwa ini acara tradisi. Bolehkah menghadiri acara tersebut ? Kalau
tidak, dimana kemungkarannya ? Bagaimana cara mendoakan yang sesuai sunnah. Terima kasih,
wasalam.
Jawaban.

Waalaikumussalam. Yang kami ketahui, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam akan memohonkan
ampun untuk ibunya tetapi beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak diidzinkan. Sebagaimana hadits
di bawah ini:

- -
.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menziarahi
kubur ibunya, lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam menangis dan membuat orang-orang di
sekitarnya menangis juga. Lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Aku meminta idzin
kepada Rabbku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi aku tidak diberi idzin. Dan aku
meminta idzin kepadaNya untuk menziarahi kuburnya, maka aku diberi idzin. Maka hendaklah kamu
berziarah kubur, karena ziarah kubur itu bisa mengingatkan kepada kematian.[HR. Muslim]
Adapun tentang ayah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam terdapat hadits sebagai berikut :


.

Dari Anas Radhiyallahu anhu bahwa seorang laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, dimanakah
ayahku?, beliau menjawab, Di dalam neraka. Ketika dia berpaling, beliau memanggilnya lalu
bersabda, Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di dalam neraka. [HR. Muslim]
Untuk menjawab pertanyaan saudara, kami akan membaginya dalam tiga point yaitu :

Bolehkah Menghadiri Acara Yasinan Atau Tahlilan Untuk Mendoakan Orang Yang Telah Mati ?
Jawaban kami untuk pertanyaan ini adalah tidak boleh menghadirinya. Karena hal ini tidak
dituntunkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Kecuali jika dia hadir
dalam rangka menjelaskan kemungkarannya, lalu meninggalkannya. Anggapan bahwa itu sebagai
aktualisasi dari kebaikan anak yang shalih untuk orang tua, tidak lantas bisa dijadikan legitimasi bagi
amalan ini. Karena cara mewujudkan bakti kepada orang tua yang sudah meninggal telah dijelaskan
caranya-caranya dalam Islam seperti memohon ampun atau menyambung tali silaturrahim dengan
teman dekatnya. Begitu juga klaim, acara ini sebagai tradisi semata, tidak bisa dijadikan sebagai
alasan untuk memperbolehkan amalan ini. Karena faktanya mereka yang melakukan itu berharap
pahala dari Allah Azza wa Jalla ketika melaksanakannya bahkan disebagian tempat orang yang
tidak melaksanakannya dianggap tidak mau melaksanakan sunnah. Bukankah ini berarti ibadah ?
Sementara yang namanya ibadah harus berlandaskan dalil. Kalaupun dianggap sebagai tradisi,
maka dalam Islam, tradisi itu boleh dipertahankan selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Sementara yasinan yang mereka klaim sebagai tradisi ini ternyata menyelisihi agama Islam yang
telah sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam . Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :



Barangsiapa yang membuat suatu yang baru dalam ajaran kami yang tidak berasal darinya, maka
perkara itu tertolak[1]
Dimanakah Letak Kemungkarannya ?
Kemungkaran-kemungkaran amalan ini banyak, diantaranya :

Yasinan atau tahlilan merupakan bentuk ibadah yang tidak dituntunkan oleh Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Berkumpul di rumah orang yang kena musibah kematian dan apalagi disertai dengan
penghidangan makanan dari tuan rumah setelah penguburan merupakan bentuk niyhah (meratap)
yang dilarang oleh agama.
Jamuan yang diberikan tuan rumah kepada tetamu bertentangan dengan Sunnah Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam yang memerintahkan para tetangga untuk memberi makan kepada
keluarga mayit, bukan keluarga mayit yang menghidangkan makanan kepada tetangga.
Bertentangan dengan akal. Karena orang yang sedang didera kesusahan dengan sebab
kematian anggota keluarganya sepantasnya dihibur. Bukan ditambahi beban dengan
menghidangkan jamuan buat para tamu, baik tetangga maupun kerabat atau dengan membayar
orang yang membacakan al-Qurn, tahlil atau doa.
Mengadakan perayaan untuk kematian, seperti perayaan pada hari ketiga, kesembilan dan
seterusnya adalah kebiasaan yang berasal dari ajaran agama Hindu. Oleh karena itu, selayaknya
umat Islam meninggalkannya.
Dan berbagai kemungkaran lainnya yang tidak mungkin disebutkan di sini, karena terkadang jenis
kemungkaran ini berbeda-beda sesuai dengan daerahnya.

Bagaimana Cara Yang Benar Dalam Mendoakan Mayit ?


Sebatas yang kami tahu, cara mendoakan mayit menurut Sunnah adalah sebagai berikut :

Mendoakan dan memohonkan ampunan ketika mendengar berita atau mengetahui


kematian seorang muslim.
Mendoakan dan memohonkan ampunan saat shalat jenazah.
Mendoakan dan memohonkan ampunan ketika ziarah kubur
Mendoakan dan memohonkan ampunan di setiap ada waktu dan kesempatan, dengan tanpa
menentukan waktu, tempat dan tata-cara khusus yang tidak diajarkan oleh Allh dan RasulNya.
Inilah jawaban kami secara ringkas. Bagi para pembaca yang ingin mendapatkan penjelasan secara
rinci bisa meruju ke kitab-kita Ulama yang membahas masalah hukum-hukum jenazah, seperti
kitab Ahkmul Janiz karya syaikh al-Albni rahimahullah , dan kitab-kitab yang lain.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961,
Redaksi 08122589079]
________
Footnote
[1] HR Bukhri dan Muslim

Sumber: https://almanhaj.or.id/4743-menghadiri-tahlilan-kematian-2.html

Anda mungkin juga menyukai