Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi salah satu perbincangan
yang cukup penting untuk dibahas. Hal ini dikarenakan persoalan ini merupakan
bahasan yang senantiasa berkembang seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan juga geliat dunia usaha serta perdagangan internasional.
Bahasan mengenai HKI ini meliputi berbagai bahasan yaitu mengenai hak cipta,
merek dagang, patent dan lain sebagainya.

Salah satu bahasan yang juga sedang terus berkembang saat ini adalah
mengenai hak paten. Banyak sekali para inventor yang mematenkan hasil
temuanya. Di indonesia sendiri hak mengenai paten telah diatur oleh pemerintah
dalam undang-undang no 14 tahun 2001 menggantikan undang-undang nomor
13 tahun 1997 yang terdahulu akibat ditandatanganinya Agreement Establishing
the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) oleh indonesia.

Namun perkembangan tentang hak paten ini ternyata tidak sebaik yang
dibayangkan, masyarakat masih belum banyak yang mengetahui apa
sebenarnya paten itu dan masih banyak pelanggaran hukum yang terjadi dalam
masalah hak paten ini, seperti permasalahan perebutan hak paten tentang
kesenian reog dan juga makanan rendang yang terjadi antara bangsa indonesia
dan malaysia, masalah perebutan hak paten antara apple inc. dengan samsung
galaky S, dan banyak lagi. Bahkan permasalahan tentang hak paten ini menjadi
lebih kompleks dari biasanya dikarenkanan banyaknya para penegak hukum
yang bersikap tidak semestinya atau dengan kata lain tidak menegakan hukum
sebagaimana mestinya.
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang gencar melakukan berbagai
inovasi serta sebagai negara kepualauan yang memiliki berbagai suku dan
kebudayaan seharusnya dapat menanggapi perkembangan itu dengan baik.
Karena jika tidak dilakukan suatu insentif pada kebijakan atau tata cara hukum
maka bukan tidak mungkin bahwa kekayaan intelektual indonesia dan juga
kebudayaan yang merupakan warisan leluhur bangsa akan diakui oleh negara
lain.

1
Melihat dari penting dan kompleksnya permasalahan yang terjadi mengenai
hukum Hak Kekayaan Intelektual tersebut terutama tentang Hak Paten maka di
dalam makalah ini penulis memutuskan untuk membahas mengenai Hak Paten.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :


1.2.1 mengetahui pengertian hak paten sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang berlaku
1.2.2 mengetahui sejarah yang menyangkut hak paten yang dikaji dari
berbagai literatur
1.2.3 mengetahui jenis-jenis paten yang ada yang ditinjau dari berbagai literatur
1.2.4 mengetahui mengenai pengelolaan administrasi hak paten dan syarat-
syarat pemberian hak paten yang sesuai dengan ketentuan undang-
undang
1.2.5 mengetahui jenis pelanggaran yang dikategorikan sebagai pelanggaran
hak paten sesuai dengan ketentuan undang-undang

1.3 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan pengertian hak Paten; sejarah
hak paten; jenis-jenis hak paten yang ada; pengelolaan administrasi hak paten
dan syarat-syaratnya; serta pelanggaran yang dikategorikan sebagai
pelanggaran hak paten. Semua bahasan yang dibahas dalam makalah ini ditulis
berdasarkan kajian yang dilakukan dari berbagai literatur yang sesuai atau
mengacu pada undang-undang yang berlaku.

BAB II

2
DASAR TEORI

Kekayaan Intelaktual atau Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Hak Milik
Intelektual adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual
Property Rifghts (IPR) atau Geistiges Eigentum, dalam bahasa Jermannya. Hak
kekayaan intelektual terdiri dari tiga kata pokok yaitu Hak, Kekayaan, dan
Intelektual. Kekayaan merupakan bentuk abstrak atas sesuatu yang dapat
dimiliki, dibeli, dialihkan ataupun dijual. Sedangkan kekayaan intelektual adalah
kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi,
pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, dan lain sebagainya.

Hak Kekayaan intelektual bersifat private dan dapat semua orang (inventor,
desainer, penulis dll) dapat mengajukan permohonan untuk mendaftarkan karya
intelektualnya secara resmi atau tidak. Tujuan dari hukum HKI ini adalah untuk
merangsang para inventor untuk lebih semangat lagi dalam menghasilkan karya-
karya baru yang lebih inovatif serta menghargai jerih payah baik waktu, tenaga,
maupun biaya yang telah dikeluarkan oleh inventor pada saat proses pembuatan
karyanya.

Teori HKI tidak dapat dipisahkan dari teori john locke tentang hak milik. Dalam
bukunya, Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap
benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam
pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang
abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang
merupakan hasil dari intelektualitas manusia

Secara garis besar HKI dibedakan menjadi dua ruang lingkup besar yaitu

1. Hak Cipta (copyrights)


2. Hak Kekayaan Industri ( Industrial Property Rights) yang meliputi :
1) Paten (Patent)
2) Desain Industri (Industrial design)
3) Merek (Trademark)
4) Penanggulangan praktik persaingan curang (repression of unfair
competition)
5) Desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of intregated
circuit)
6) Rahasia Dagang (trade secret)
7) Perlindungan Varietas tanaman ( Plant variety Protection)

3
Adapun hak kekayaan intelektual (HKI) ini bersifat teritorial, pendaftaran atau
penegakan HKI harus dilakukan secara terpisah disetiap yuridiksi masing-
masing. Misalnya HKI yang dilindungi di Indonesia adalah segala kekayaan
intelektual yang sudah didaftarkan di indonesia. Jadi walaupun warga negara
asing telah mendaftarkan kekayaanya di negaranya, saat berada di indonesia
HKI miliknya tidak akan dilindungi karena tidak berstatus terdaftar sebagai salah
satu HKI yang dilindungi indonesia.

Sedangkan yang dimaksud dengan Paten menurut undang-undang adalah hak


eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di
bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 1)

Sementara itu, arti Invensi dan Inventor (yang terdapat dalam pengertian di atas,
juga menurut undang-undang tersebut, adalah):

1) Invensi adalah ide Inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan


pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa
produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk
atau proses. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 2)
2) Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang
secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam
kegiatan yang menghasilkan Invensi. (UU 14 tahun 2001, ps. 1, ay. 3)

Kata paten, berasal dari bahasa inggris patent, yang awalnya berasal dari
kata patere yang berarti membuka diri (untuk pemeriksaan publik), dan juga
berasal dari istilah letters patent, yaitu surat keputusan yang dikeluarkan
kerajaan inggris yang memberikan hak eksklusif kepada individu dan pelaku
bisnis tertentu.

Dari definisi kata paten itu sendiri, konsep paten mendorong inventor untuk
membuka pengetahuan demi kemajuan masyarakat dan sebagai gantinya,
inventor mendapat hak eksklusif selama periode tertentu. Mengingat pemberian
paten tidak mengatur siapa yang harus melakukan invensi yang dipatenkan,
sistem paten tidak dianggap sebagai hak monopoli

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Hak Paten

3.1.1 Sejarah Hak Paten di dunia

5
Di dunia hak paten pertama kali muncul pada awal ditemukannya berbagai
teknologi di Eropa pada Abad Kegelapan. Pengaturan paten di muat dalam
undang-undang pertama kali di Venice, Italia pada tahun 1470. Hak paten ini
diberikan pada ilmuwan ternama Caxton, Galileo Galilei, dan Johannsburg
Guttenberg. Mereka mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka
itu.Lantas, ide ini menyebar ke penjuru Eropa pada abad ke 16. Salah satunya
diadopsi oleh kerajaan Inggris di Zaman Tudor. Temuan dan pengakuan paten ini
mendorong sektor industri berkembang luas hingga memuncak pada Revolusi
Industri di Inggris. Di Inggris sendiri hukum paten lahir pada 1623 yaitu Statute of
Monopolies (1623). Lalu gagasan ini berpindah ke Amerika Serikat seiring
ditemukannya benua baru itu. Setelah merdeka, Amerika Serikat mempunyai
undang-undang Paten pada tahun 1791.

Kata "paten" berasal dari bahasa Yunani, yang artinya adalah 'terbuka'. Lawan
katanya adalah "laten" yang berarti 'terselubung'. Lalu istilah ini mengalami
konstruksi secara hukum. Di Inggris dikenal istilah letters patent, yaitu surat
keputusan yang dikeluarkan oleh kerajaan yang memberikan hak eksklusif
kepada individu dan pelaku bisnis tertentu. Dalam perkembangannya, segala
macam invensi dapat dipatenkan, dengan syarat invensi tersebut berguna dan
produk baru dalam lapangan teknologi yang bersangkutan. Seperti senyawa
kimia, mesin, proses pembuatan dapat dipatenkan.

3.1.2 Sejarah Hak Paten di Indonesia

Sedangkan di indonesia istilah paten yang dipakai sekarang dalam peraturan


hukum di indonesia adalah untuk menggantikan istilah octrooi yang berasal dari
bahasa belanda. Istilah octrooi ini berasal dari bahasa latin dari kata
auctorizare. Akan tetapi, pada perkembanga selanjutnya dalam hukum kita,
istilah patenlah yang lebih dikenal. Istilah paten tersebut diserap dari bahasa
inggris, yaitu Patent.

3.2 Pengertian paten

Kita telah mengetahui pengertian hak paten sesuai dengan definisi yang berlaku
di undang-undang indonesia. Namun sebenarnya masih ada pengertian lain
mengenai hak paten seperti Menurut World Intellectual Property Organization
(WIPO) hak paten adalah

6
A Patent is a legally enforceable right granted by virtue of a law to a
person to exclude, for a limited time, others from certain acts in relation to
describe new invention ; the privilage is granted by a goverment authority
as a matter of right to the person who is entittled to apply for it and who
fulfils the prescribed condition.

3.3 ruang lingkup Hak Paten

3.3.1 Prinsip umum Paten

Terdapat beberapa prinsip dasar paten, yaitu :

1) Paten merupakan hak eksklusif.


Hak paten hanya diberikan kepada pemegang paten, sehingga seseorang
atau pihak lain tidak boleh melakukan sesuatu atas penemuan yang
dilakukan tanpa seizin pemegang paten.
2) Paten diberikan negara berdasarka permintaan
3) Paten diberikan hanya untuk satu penemuan
Satu penemuan tidak boleh diberikan lebih dari satu paten
4) Penemuan harus baru
5) Paten dapat dialihkan
6) Dapat dibatalkan atau batal demi hukum

3.3.2 Landasan Pemberian Paten

Pemberian paten pada dasarnya dilandasi oleh motivasi tertentu. Misalnya untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, dimaksudkan
untuk:

1) Penghargaan atas suatu hasil karya berupa penemuan baru (new


warding inventive).
Dasar pemberian paten kepada si penemu adalah berdasarkan rasa
keadilan dan kelayakan atas jerih payahnya. Paten diharapkan mampu
menjadi landasan hukum utama yang memegang peranan penting dalam
sistem ekonomi negara untuk pengembangan ekonomi yang sehat.
2) Pemberian insentif atas sebuah penemuan dan karya yang inofatif
(insentive to invent and innovative).
Adanya insentif yang adil untuk kegiatan penelitian dan pengembangan
yang inovatif ditujukan untuk merangsang perkembangan teknologi yang
cepat. Bagi si penemu, perlindungan terhadap hasil penemuan karyanya
merupakan jaminan bagi kepentingan hidupnya karena miliknya itu
berlaku penuh dan dapat diwariskan kepada keturunan-keturunannya

7
termasuk imbalan atas penemuannya itu. Apabila perlindungan tidak
diberikan maka kreatifitas intelektual untuk membuat penemuan-
penemuan dalam industri dan pengetahuan tidak dapat berkembang.
Sebab apabila hasil ini dapat secara bebas ditiru dan di reproduksi oleh
setiap orang maka hilanglah insentif untuk mengembangkan penemuan-
penemuan baru.
3) Paten sebagai sumber informasi
Sistem paten tidak saja menjaga kepentingan si penemu. Paten beserta
keterangan-keterangannya dapat diterbitkan untuk umum, sehingga
menjadi pengetahuan umum yang dapat merangsang penemuan
berikutnya. Orang yang menemukan sesuatu yang penting hanya akan
terdorong untuk mengumumkan penemuannya apabila ada hak tertentu
yang secara eksklusif diberikan untuk melaksanakan penemuannya. Jika
tidak ada perlindunga yang diberikan kepadanya, sudah jelas ia tidak
akan mau mengumumkan penemuannya. Bahkan ia akan
merahasiakannya sehingga pihak umum tidak dapat menikmati hasil
penemuan-penemuannya untuk dapat menyempurnakannya atau
menemukan penemuan baru yang akan berakibat pada terhambatnya
pertumbuhan teknologi dan ekonomi.

3.3.3 Subjek Paten

Yang berhak memperoleh paten adalah penemu atau yang menerima lebih lanjut
hak penemu itu. Hal ini menegaskan bahwa hanya penemu atau pihak yang
menerima lebih lanjut hak penemu yang boleh menerima hasil paten atas
penemuan yang bersangkutan. Penerimaan lebih lanjut hak penemu tersebut
dapat terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, pekerjaan kedinasan,
kontrak kerja, dan sebagainya. Penentuan hak paten tersebut telah diatur dalam
undang-undang no 14 tahun 2001 tentang paten, pada pasal 11 sampai 15
sebagai berikut :

a. Jika suatu penemuan dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-


sama, maka yang menerima lebih lanjut hak mereka secara bersama-
sama berhak atas penemuan tersebut
b. Dalam suatu perjanjian kerja maka yang berhak memperoleh paten suatu
penemua yang dihasilkan adalah orang yang memberi pekerjaan itu,
kecuali jika ada perjanjian lain.

8
3.3.4 jenis-jenis paten

Secara umum jenis paten yang dikenal saat ini ada 4 yaitu :

1. paten yang berdiri sendiri (independen patent)


2. paten yang terkait dengan paten lainnya (dependen patent)
3. paten tambahan (patent of addition) atau paten perbaikan (patent or
improvement). Paten ini merupakan suatu perbaikan atau tambahan
dari penemuan yang asli. Terkadang disebut juga paten pelengkap
(patent of accesory).
4. Paten impor (patent of importation) atau paten revalidasi (patent of
revalidation).

Namun di Indonesia paten digolongkan menjadi 2 berdasarkan bentuk


penemuan yang dipatenkan yaitu :

1. paten sederhana (pasal 6, pasal 9, dan pasal 104-108 undang-


undang no 14 tahun 2001)*
2. paten biasa

3.3.5 jangka waktu perlindungan paten

Masa berlakunya paten bergantung pada ketentuan undang-undang paten


masing-masing negara. Di negara-negara yang sudah maju ekonominya
umumnya paten diberikan untuk jangka waktu 15 sampai 20 tahun. Di Amerika
Serikat dan Canada paten diberikan sulama 17 tahun sedangkan di Jepang dan
Italia selama 15 tahun.

Di Indonesia menurut ketentuan undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang


paten, sebagaimana tercantum dalam pasal 8 ayat (1) maka jangka waktu
pemberian paten adalah 20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka
waktu itu tidak dapat diperpanjang. Sedangkan jangka waktu untuk paten
sederhana sebagaimana diatur dala pasal 9, jangka waktu perlindungannya yaitu
selama 10 tahun dan juga tidak dapat diperpanjang.

3.3.6 paten asing

Konfensi paris melahirkan prinsip bahwa suatu negara anggota uni berkewajiban
untuk memperlakuakan orang asing, warga negara dari negara lain anggota uni,
sama seperti warga negaranya sendiri dalam masalah paten (de prinsiple of
national treatment). Prinsip ini menyebabkan penemu asing yang telah meminta

9
paten dinegaranya sendiri, agar mendapat perlindungan di negara lain maka
harus mendaftarkan patennya di negara tersebut. Hukum paten Indonesia
mengatur bahawa penemu dari luar negeri dapat mengajukan permintaan paten
di Indonesia sesuai dengan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam konvensi
Paris. Adapun terhadap permintaan paten yang serupa diberikan hak untuk
didahulukan apabila permintaan tersebut diajukan dalam waktu yang sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan paten yang ditentukan
hak tersebut disebut dengan hak prioritas

3.3.7 pengalihan hak paten

Sebagai mana telah dibahas diatas hak paten sebagai hak milik dapat dialih
tangankan, baik seluruhnya maupun sebagian melalui pewarisan, hibah, wasiat,
maupun dengan cara perjanjian atau dengan cara lain yang dibenarkan oleh
undang-undang. Pengalihan paten ini dapat dilakukan kepada perorangan
maupun badan hukum.

Pengalihan hak paten tidak menghapus hak penemu (hak untuk tetap
dicantumkan nama dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan).
Pengalihan paten bisa melalui :

a. pengalihan paten melalui perjanjian


pengalihan paten melalui perjanjian dapat berbentuk perjanjian lisensi
(lisencing agreement). Perjanjian ini berisi bahwa pemegang hak paten
memberi izin (lisensi) kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian
untuk melaksanakan perbuatan hak eksklusif dari si pemilik hak paten
berupa hak untuk : membuat, menggunakan, menjual, menyewakan,
menyediakan untuk dijual atau disewakan untuk diserahkan hasil produk
yang diberi paten, termasuk menggunakan proses produksi yang diberi
paten untuk membuat barang jika patennya merupakan paten proses.
Perjanjian lesensi wajib didaftarkan pada direktorat jenderal. Ketentuan
ini dapat menangkal restrictive business practice (RBP). Dengan
didaftarkannya perjanjian lisensi tersebut dapat menangkal perjanjian
yang mengandung persyaratan yang tidak adil dan tidak wajar. Perjanjian
lisensi juga dilarang memuat ketentuan baik langsung maupun tidak
langsung yang dapat menimbulkan akibat merugikan perekonomian
Indonesia dan atau memuat pembatasan yang mengahambat

10
kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan
teknologinya.
Bentuk lisensi paten dapat berupa lisensi yang eksklusif dan yang non
eksklusif. Lisensi eksklusif yaitu si pengundang paten menyetujui untuk
tidak memberikan lisensinya pada orang lain sehingga hanya
memberikan izin kepada satu pihak saja sedangkan lisensi non eksklusif
bisa di lisensikan lagi kepada beberapa pihak.
Lisensi paten dapat diberikan secara cuma-cuma tetapi pada umumnya
lisensi harus melalui imbalan yang disebut royalty.
Apabila suatu paten dibatalkan, maka suatu lisensi yang didapat melalui
itikad baik sebelum diajukan gugatan pembatalan hak paten yang
bersangkutan, maka tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimiliki
sampai berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian
lisensi. Pemegang lisensi untuk selanjutnya tidak wajib membayar royalty
kepada pemegang paten yang dibatalkan tetapi harus membayarnya
kepada pemegang paten yang berhak.

b. Lisensi wajib
ketentuan lisensi wajib dikelanl dalam konvensi paris pasal 5 Act of
london menyatakan dalam ayat (2), bahwa tiap negara anggota berhak
untuk menentukan dalam perundang-undangan nasionalnya bahwa
penyalahgunaan hak pemegang paten ini, misalnya karena tidak
melakukan pelaksanaan hak patenya, dapat dihindarkan. Antara lain
dengan memberikan lisensi wajib kepada pihak lain. akan tetapi,
ditentukan bahwa pemberian lisensi wajib ini tidak boleh diadakan lebih
cepat dari 3 (tiga) tahun setelah hak paten ini diberikan dan pihak
pemegang hak paten tidak dapat memberikan alasan yang sah mengapa
ia tidak dapat menggunakanya.
Lisensi wajib hanya dapat terlaksana bila memenuhi kondisi dan syarat-
syarat tertentu yaitu bila setelah lewat jangka waktu 3 (tiga) tahun
terhitung sejak tanggal pemberian paten ternyata paten yang
bersangkutan tidak dilaksanakan di indonesia oleh pemegang paten,
padahal kesempatan untuk melaksanakan sendiri secara komersial
sepatutnya ditempuh. Selain kondisi diatas lisensi wajib hanya dapat
diberikan apabila :
1) Pihak yang mengajukan permintaan tersebut dapat menunjukkan
bukti yang meyakinkan bahwa

11
a. Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang
bersangkutan secara penuh.
b. Mempunyai fasilitas sendiri untuk melaksanakan paten yang
bersangkutan secepatnya.
c. Telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu
yang cukup untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas
dasar persyaratan dan kondisi yang wajar tetapi tidak memperoleh
hasil.
2) Direktorat jenderal berpendapat bahwa paten tersebut dapat
dilaksanakan di Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat
memberi kemanfaatan kepada sebagian besar masyarakat.

Pelaksanaan lisensi wajib disertai pembayaran royalti oleh penerima lisensi wajib
kepada pemegang paten. Besarnya royalti tersebut dan cara pembayarannya
ditetapkan oleh direktorat jenderal. Mengenai penetapan besarnya royalty
dilakukan dengan memperhatikan tata cara yang lazim digunakan dalam
perjanjian lisensi paten atau perjanjian lain yang sejenis. Keputusan atas
pemberian lisensi wajib dari direktorat jenderal, memuat hal-hal sebagai berikut :

1. Lisensi wajib non eksklusif


2. Alasan pemberian lisensi wajib
3. Bukti, termasuk keterangan atau penjelasan yang diyakini untuk
dijadikan dasar pemberian lisensi wajib.
4. Jangka waktu lisensi wajib
5. Besarnya royalty yang harus dibayarkan penerima lisensi wajib
kepada pemegang paten dan cara membayarnya.
6. Syarat berakhirnya lisensi wajib dan hal yang dapat membatalkannya
7. Lisensi wajib terutama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar
di dalam negeri dan
8. Lain-lain yang diperlukan untuk menjaga kepentingan para pihak yang
bersangkutan secara adil

Berakhirnya lisensi wajib disebabkan beberapa kondisi, diantaranya karena


adanya pembatalan pemberian lisensi wajib sebagaimana dimohon oleh
pemegang paten. Hal demikian dapat terjadi apabila :

1. Alasan yang dijadikan dasar bagi pemberian lisensi wajib tidak ada
lagi
2. Penerima lisensi wajib ternyata tidak melaksanakan lisensi wajib
tersebut atau tidak melakukan usaha persiapan yang sepantasnya
untuk segera melaksanakanya

12
3. Penerima lisensi wajib tidak lagi menaati syarat dan ketentuan lainya
termasuk pembayaran royalty yang ditetapkan dalam lisensi wajib.

3.3.8 Pengecualian Paten

Setiap sesuatu pasti ada yang dikecualikan, begitu pula dengan paten. Yaitu
bahwa tidak semua penemuan mendapat fasilitas perlindungan paten.
Pengecualian ini ada yang bersifat mutlak mempunyai kriteria yang pasti,
misalnya* (pasal 7 uu no 14 th 2001)

1. Penemuan tentang proses atau hasil produksi yang pengumuman dan


penggunaan atau pelaksanaanya bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, atau ketertiban
umum atau kesusilaan
2. Penemuan tentang teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan
matematika
3. Penemuan metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan atau
pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan atau hewan
4. Penemuan tentang semua makhluk hidup, kecuali jasad renik
5. Penemuan tentang proses biologis yang esensial untuk memproduksi
tanaman atau hewan, kecuali proses nonbiologis atau proses
mikrobiologis.

3.4 Administrasi Paten

Administrasi paten mengurus permasalahan yang berhubungan dengan tata cara


dan penatausahaan paten. Fungsinya melaksanakan undang-undang secara
nyata, aktual, dan individual.

Sebagai pelaksana yang menyelenggarakan administrasi (administrator) adalah


pemerintah yang dilaksanakan oleh direktorat jenderal. Bentuk dari pelayanan
administrator adalah melayani pendaftaran paten, pemeriksaan paten,
pemeberian keputusan paten, juga menyelenggarakan dokumentasi dan
memberikan informasi terkait paten. Penyelenggaraan administrasi paten yang
dilakukan oleh direktorat jenderal dapat dibantu oleh beberapa instasi lain dalam
pemerintahan. Berikut ini akan diuraikan beberapa tahapan atau langkah-
langkah adminstrasi paten.

3.4.1syarat syarat paten

13
Dalam pemberian paten ini tidak semua pendaftar akan dengan serta merta
mendapatkan paten. Untuk mendapatkan hak paten suatu penemuan harus
memenuhi beberapa persyartan substantif tertentu yaitu kebaruan (Novelty), bisa
dipraktekan dalam perindustrian (industrial applicability), memiliki nilai langkah
inventif (Inventief step), dan juga memenuhi syarat normal. Menurut pasal lima
enam peraturan pemerintah nomor 34 tahun 1991 tentang tata cara permintaan
paten, penentuan bahwa suatu penemuan yang dimintakan paten dapat diberi
atau tidak dapat diberi paten dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan :

a. Aspek kebaruan penemuan (Novelty)


b. Langkah inventif yang terdapat dalam penemuan (Inventif Step)
c. Dapat atau tidaknya penemuan diterapkan dalam dunia perindustrian
(Industrial apllicability)
d. Apakah penemuan tersebut termasuk atau tidak termasuk dalam
jenis penemuan yang tidak dapat diberikan paten
e. Apakah penemu atau orang yang menerima lebih lanjut hak penemu
berhak atau tidak berhak atas paten bagi penemuan tersebut
f. Apakah penemuan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, ketertiban umum serta kesusilaan. Sebuah
penemuan dapat dikatakan patentable bila memenuhi ketiga syarat
substantif tersebut yaitu novelty, dapat dipakai dalam industri, dan
mengandung langkah inventif.

3.4.2 prosedur pendaftaran

Paten ada karena permintaan dari penemu (Inventor). Negara memberikan paten
atas suatu penemuan setelah menguji bentuk penemuan tersebut, apakah patut
untuk diberikan paten atau tidak (suitability for patenting), apakah penemuan
tersebut mempunyai suatu kebulatan (utility ofinvention), bagaimana hakikat dari
penemuan tersebut untuk mendapat paten.

Pendaftaran permintaan paten pada dasarnya harus diajukan oleh penemu atau
yang berhak atas penemuan, disertai pembayaran biaya. Namun apabila tidak
bisa, maka harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti mengenai
hak orang yang mengajukan paten dengan melengkapi beberapa persyaratan
sebagai berikut ;

1. Surat permohonan pengajuan paten

14
2. Deskripsi tentang penemuan, yaitu penjelasan tertulis mengenai cara
melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh
seseorang yang ahli dibidang tersebut.
3. Satu atau lebih klaim yang terkandung dalam penemuan. Klaim disini
merupakan uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian-bagian
tertentu dari suatu penemuan yang dimintakan perlindungan hukum
dalam bentu paten
4. Satu atau lebih gambar yang disebut deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas penemuan.
5. Abstraksi tentang penemuan.

3.4.3 pemeriksaan paten

Pemeriksaan paten adalah tahapan yang menentukan keputusan dapat atau


tidaknya suatu penemuan diberikan paten oleh Direktorat Jenderal. Secara garis
besar sistem pemeriksaan dapat dibagi dalam 2 (dua) sistem, tetapi pada
pelaksanaanya sangat bervariasi dengan menggabungkan kebaikan 2 sistem
tersebut. Sistem tersebut adalah

1. Sistem pemeriksaan mengenai syarat-syarat bentuk permintaannya saja.


Atau disebut pula sistem registrasi. (Examination as to form)
2. Sistem pemerikasaan mengenai syarat-syarat substantif permintaanya
(Examination as to substance).

3.4.4 keputusan pemberian atau penolakan paten

Setelah melalui tahapan pemeriksaan, Direktorat Jenderal berkewajiban


memberikan keputusan untuk menyetujui permintaan paten dan dengan
demikian memberi paten atau menolaknya. Apabila berdasarkan pemeriksaan
dihasilkan kesimpulan bahwa penemuan yang dimintakan paten dapat diberi
paten Direktorat Jenderal memberikan surat paten kepada orang yang
mengajukan permintaan paten, begitu pula sebaliknya bila kesimpulanya tidak
memenuhi syarat, maka permintaan ditolak.

Penolakan harus dilakukan secara tertulis. Surat pemberitahuan yang berisikan


penolakan permintaan harus dengan jelas mencantumkan alasan dan
pertimbangan yang menjadi dasar penolakan. Atas penolakan dapat dilakukan

15
banding, yang diajukan kepada komisi banding paten, dengan tembusan
Direktorat Jenderal.

Paten yang telah diberikan maupun ditolak dicatat dalam daftar umum paten dan
diumumkan dalam berita resmi paten.

3.4.5 konsultan paten

Masalah paten merupakan suatu bidang spesialisasi yang sangat mendalam,


mempunyai ciri tersendiri. Dengan demikian undang-undang paten telah
mengatur suatu lembaga yang dinamakan konsultan paten.

Konsultan paten adalah lembaga yang secara khusus memberikan jasa yang
berkaitan dengan pengajuan permintaan paten. Dengan demikian, dia harus
menguasai atas permasalahan yang menyangkut segi-segi hukum dan teknis
administratif, kualifikasi keahlian yang berkaitan dengan teknologi, dan lulus ujian
yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal. Konsultan paten juga diperlukan
di indonesia, terutama dalam pengajuan permintaan paten dari penemu atau
yang berhak atas penemuan yang berdomisili di luar negeri. Menurut pasal dua
puluh enam undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang paten, bahwa :

Permintaan yang diajukan oleh penemu atau yang berhak atas penemuan yang
tidak bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di wilayah negara Republik
Indonesia harus diajukan melalui Konsultan Paten di Indonesia selaku kuasa.

3.4. berakhirnya paten

Perlindungan atas suatu penemuan bisa berakhir karena beberapa sebab :

a. Penarikan (Intreking), yaitu apabila si pemegang paten atau pemegang


lisensinya ternyata setelah waktu yang ditentukan undang-undang
belum melaksanakan penemuanya tanpa alasan yang jelas. Penarikan
ini dilakukan oleh instansi yang berwenang, yaitu Direktorat Jenderal.
Di indonesia hal seperti ini, diatur dalam pasal 88 undang-undang
nomor 14 tahun 2001, yakni bahwa paten dinyatakan batal demi hukum
oleh Direktorat Jenderal dalam hal :
1. Tidak dilaksanakanya penemuan dalam jangka waktu 48 (empat
puluh delapan) bulan sejak tanggal pemberian paten.
2. Tidak dipenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka
waktu yang diatur dalam undang-undang.

16
b. pembatalan (revocation), bisa terjadi karena diminta oleh si pemegang
paten untuk seluruhnya atau sebagian.
Ketentuan pembatalan paten dalam peraturan baru diatur dalam pasal
90 sampai pasal 94 undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang
paten. Ketentuan pasal 90 mengatur pembatalan atas permohonan
pemegang paten, sedangkan ketentuan pasal 91 sampai dengan 94
mengatur pembatalan karena gugatan pihak ketiga. Gugatan
pembatalan paten yang dilakukan oleh pihak ketiga diajukan kepada
pemegang paten melalui pihak ketiga.

3.5 Pelanggaran terhadap Hak Paten

Selain dapat memonopoli paten yang telah didapat, paten juga dapat berisi
tentang larangan terhadap tindakan menggunakan proses produksi yang diberi
paten untuk membuat sesuatu barang. Jadi, dia mempunyai kedudukan kuat
sekali terhadap pihak lain, maka bila pihak lain ada yang melakukan pelanggran
terhadap haknya, dia dapat melakukan aksi hukum kepidanaan maupun
keperdataan.

Pelanggaran terhadap hak paten dengan sengaja merupakan suatu tindak


pidana kejahatan. Tindak pidana yang dilakukan terhadap paten biasa, dapat
diancam dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling
banyak lima ratus juta rupiah. Sedangkan tindak pidana yang melanggar hak
pemegang paten sederhana dapat dipidana dengan penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan atau denda paling banyak dua ratus lima puluh juta rupiah.

Selain pelanggaran terhadap hak paten, ada pula tindakan penyalahgunaan


paten. Tindakan ini biasanya dilakukan oleh si pemilik atau pemegang hak paten.
Penyalahgunaan paten itu dapat pula berupa pencurian dari penemuan yang
dilindungi paten, serta praktek-praktek perdagangan yang menghambat secara
berlebihan dan lain sebagainya

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Hak Paten menurut undang-undang adalah hak eksklusif yang diberikan
oleh Negara kepada penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi,
yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.

4.1.2 Sejarah paten pertama kali ditemukan di venice italia pada tahun 1940.
Lalu dikembangkan di amerika seiring dengan ditemukanya benua itu. Kata
paten secara terminologi berasal dari bahasa yunani yang artinya terbuka.
Lalu tidak lama kemudian di inggris kata paten diadopsi dari nama surat
letters of patten. Sedangkan sejarah paten di indonesia sebenarnya
dimulai saat zaman belanda dengan istilah octrooi. Namun kemudian
diganti dengan kata patent yang akhirnya berkembang sampai dengan
sekarang. Undang-undang terbaru yang mengatur tentang hak paten di
indonesia samapi dengan sekarang adalah undang-undang nomor 14
tahun 2001 tentang paten.

4.1.3 Secara umum jenis paten dibedakan menjadi empat yaitu paten yang
berdiri sendiri, paten yang bergantung dengan paten lain, paten tambahan,
dan paten impor. Sedangkan di indonesia hanya dikenal dua jenis paten
yaitu paten sederhana dan paten biasa atau sering disebut dengan paten
saja.

18
4.1.4 Administrasi paten mengurus permasalahan yang berhubungan dengan
tata cara dan penatausahaan paten. Sebagai pelaksana yang
menyelenggarakan administrasi (administrator) adalah pemerintah yang
dilaksanakan oleh direktorat jenderal. Bentuk dari pelayanan administrator
adalah melayani pendaftaran paten, pemeriksaan paten, pemeberian
keputusan paten, juga menyelenggarakan dokumentasi dan memberikan
informasi terkait paten.

4.1.5 Bentuk pelanggaran yang termasuk pelanggaran hak paten meliputi


pencurian paten, penyalahgunaan paten, plagiarisme, melakukan proses
penelitian paten yang tidak boleh dilakukan dan lain sebagainya.

4.2 Saran

Masalah hak paten seharusnya lebih ditangani secara serius oleh pemerintah.
Karena sebagai negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya melakukan
pengembangan dunia industri memerlukan jaminan atas hak terhadap penemuan
tersebut. Agar inovasi-inovasi yang telah ditemukan oleh bangsa indonesia tidak
dicuri oleh negara lain dan dapat dikembangkan menuju penemuan baru yang
lebih sempurna lagi.

Penanganan ini bisa dalam bentuk iklan layanan masyarakat atau sosialisasi
yang dilakukan pemerintah disetiap distrik daerah. Terutama daerah yang
memiliki potensi yang tinggi untuk mengembangkan penemuan-penemuan di
dunia industri indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai