Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Kesanggupan kardiovaskuler dan tekanan darah

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 15.30 18.00 WIB

Hari, Tanggal : kamis, 17 November 2016

C. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui cara-cara pengukuran tekanan darah arteri secara langsung


pada manusia serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya;

2. Mengukur tekanan darah A.brachialis dengan cara auskultasi;

3. Menyebutkan nilai tekanan darah A.brachialis menurut metode lama dan


metode baru American Heart Association (AHA);

4. Membandingkan tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring,


duduk, dan berdiri;

5. Menjelaskan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada sikap


berbaring, duduk, dan berdiri;

6. Membandingkan tekanan darah A.brachialis pada berbagai kerja;

7. Mengetahui pengaruh pernafasan dan aliran balik vena terhadap tekanan


darah;

8. Mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang.

1 | Page
D. Dasar Teori

A. Tekanan arteri pada manusia

1. Pengertian

Tekanan darah arteri seperti yang


kita ketahui tekanan dalam tubuh
manusia terbagi menjadi tekanan
darah vena dan tekanan darah
arteri. Tekanan darah arteri
adalah tekanan yang terjadi pada
pembuluh darah arteri dan
merupakan proses utama dalam
mengedarkan darah ke seluruh
jaringan tubuh. Tekanan darah dalam tubuh manusia biasanya diukur
berdasarkan dua ukuran. Itulah kenapa ketika mengukur tekanan darah kita
akan mendapati dua angka seperti 90/80. Angka tersebut sebenarnya
menunjukan 2 tekanan darah yang terjadi dalam pembuluh darah manusia.
Angaka pertama dalm ukuran tekanan darah merupakan tekanan darah atas
atau tekanan sistolik (Redaksi, 2012).

Tekanan sistolik adalah tekanan darah arteri yang diakibatkan oleh


aktivitas jantung ketika melakukan pemompaan darah. Sedangkan angka
kedua pada ukuran tekanan darah menunjukan tekanan bawah atau tekanan
distolik. Tekanan ini menunjukan tekanan pada jantung ketika jantung
beristirahat diantara proses pemompaan darah (Redaksi, 2012).

2 | Page
2. Kelainan tekanan darah

Kelainan pada tekanan darah arteri dibagi ke dalam dua jenis yaitu tekanan darah tinggi
dan tekanan darah rendah. Kedua tekanan darah ini terjadi ketika ketika tekanan darah
arteri melebihi atau kurang dari tekanan darah yang normal pada manusia yaitu
90/60 sampai 120/80 mmHg. Tekanan darah
rendah biasanya kurang dari 90/60 mmHg. Walaupaun sering diabaikan tapi tekana
darah rendah juga bisa mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ vital dalam
tubuh. Hal ini disebabkan tekanan darah arteri dan vena terlalu lemah untuk
menyebarkan oksigen atau nutrisi ke seluruh jaringan organ tubuh. Sehingga organ
tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk berfungsi secara
normal (Redaksi, 2012).

3 | Page
3. Faktor - Faktor Tekanan Darah

1. Faktor Jenis Kelamin

Terdapat beberapa penelitian yang mengungkapkan perbedaan jenis


kelamin berpengaruh terhadap kerja sistem kardioaskuler. Dibandingkan
dengan laki-laki dengan usia yang sama, wanita premenopause memiliki
massa ventriel kiri jantung yang lebih kecil terhadap body mass ratio, yang
mungkin mencerminkan afterload jantung yang lebih rendah pada wanita. Hal
ini mungkin akibat dari tekanan darah arteri yang lebih rendah, kemampuan
complince aorta yang lebih besar dan kemampuan peningkatan penginduksian
mekanisme vasodilatasi (Anggita, 2012).

Perbedaan ini dianggap berhubungan dengan efek protektif estrogen dan


mungkin dapat menjelaskan mengapa pada wanita premenopause
memiliki resiko lebih rendah menderita penyakit kardiovaskular. Tetapi,
setelah menopause perbedaan jenis kelamin tidak akan berpengaruh pada
kemungkinan terderitanya penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin
disebabkan karena berkurangnya jumlah estrogen pada wanita yang sudah
menopause (Anggita, 2012).

4 | Page
2. Faktor Gravitasi

Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmhg setiap 12 cm di bawah


jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan
menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan
darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam
keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama (Anggita, 2012).

5 | Page
Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau
posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan
darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan
darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau
dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard
dan volume darah yang kembali ke jantung (Anggita, 2012).

a. Berbaring

Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit


dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat
orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang
membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui
pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka
tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini
berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit
(Anggita, 2012).

Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa
harus melawan kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada
posisi berdiri, isi sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai
tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. VO2 max adalah volume
maksimal O2 yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan
kegiatan yang intensif. Pada posisi berbaring, dalam keadaan istirahat isi
sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja terdapat hanya
sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat
hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja
dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada orang dewasa laki-laki
mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar intensitas kerja
(melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi sekuncup; hal
ini disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi
denyut jantung yang meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus

6 | Page
jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik dan pengisian diastole
merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut) (Ganong, 2002).

b. Berdiri

Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang
kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika
seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri
(Ganong, 2002).

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada


pembuluh capacitance vena anggota tubuh bagian bawah dan isi
sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam jangka waktu
yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya diam akan
menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah.
Selama individu tersebut bisa bergerak maka kerja pompa otot menjaga
tekanan vena pada kaki di bawah 30 mmHg dan alir balik vena cukup
(Ganong, 2002).

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan


demikian selisih volume total dan volume darah yang ditampung dalam
vena kecil, berarti volume darah yang kembali ke jantung sedikit, isi
sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan kemungkinan
tekanan darah akan turun. Jantung memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Darah beredar ke seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung
begitu seterusnya. Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung
harus ada tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi
otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari kepala ke
jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke jantung ada katup.
Dengan adanya katup, maka darah dapat mengalir kembali ke jantung. Jika
pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat, maka darah yang
kembali ke jantung berkurang, memompanya berkurang, sehingga
pembagian darah ke sel tubuh pun ikut berkurang. Banyaknya darah yang

7 | Page
di keluarkan jantung itu menimbulkan tekanan, bila berkurang maka
tekanannya menurun. Tekanan darah berkurang akan menentukan
kecepatan darah sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah
yang kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka darah
yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan Hall, 2002).

c. Duduk

Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini
dikarenakan pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang
dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka
menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen.
Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan
darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung. Hal ini membuat
jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi
meningkat. Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen
(Guyton dan Hall, 2002).

Pada beberapa individu terutama orang tua, perubahan posisi yang


cepat misalnya dari berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi
pusing atau bahkan pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat
jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke otak (Guyton dan
Hall, 1997).

Saat terjatuh atau pingsan sebaiknya berada dalam posisi berbaring,


yang mana merupakan posisi menguntungkan bagi jantung karena
efek gravitasi berkurang dan lebih banyak darah yang mengalir ke otak
(Guyton dan Hall, 1997).

4. Hubungan tekanan darah dengan curah jantung

Nilai tekanan darah ditentukan oleh perkalian curah jantung dengan


tahanan perifer total. Perubahan pada salah satu dari kedua factor tersebut
cenderung mengubah tekanan darahnya, jika terjadi kegagalan kedua factor

8 | Page
tersebut, maka akan mengakibatkan penurunan tekanan darah (Kusmiyati,
2009).

Di bawah ini adalah hubungan dalam diagram alur :

B. Kesanggupan kardiovaskuler

1. Kebugaran kardiovaskuler

Dalam bahasa sehari-hari sering disebut dengan kebugaran kardiovaskuler.


Istilah kebugaran kardiovaskuler sama pengertiannya dengan beberapa istilah
lain seperti daya tahan jantung, kebugaran aerobik, dan daya tahan
kardiorespirasi. Kata kardio berarti pembuluh darah dan pembuluh jantung.
Sehingga istilah kardiovaskuler lebih tepat daripada kardiorespirasi (Fox, dkk,
1987: 8). Karena respirasi lebih mengacu kepada paru-paru dan pergantian

9 | Page
oksigen dan karbondioksida yang terjadi diantara paru-paru, darah dan otot.
Menurut Rusli Lutan (2002: 40), kebugaran kardiovaskuler adalah ukuran
kemampuan jantung untuk memompa darah yang kaya oksigen ke bagian
tubuh lainnya dan kemampuan untuk menyesuaikan serta memulihkan dari
aktivitas jasmani. Daya tahan kardiovaskuler menurut Depdikbud (1997: 5)
adalah kesanggupan sistem jantung, paru, dan pembuluh darah untuk
berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan kerja dalam mengambil
oksigen dan menyalurkan ke jaringan yang aktif sehingga dapat dipergunakan
pada proses metabolisme tubuh. Menurut Djoko Pekik (2004: 27), daya tahan
paru-jantung adalah kemampuan fungsional paru-jantung mensuplai oksigen
untuk kerja otot dalam waktu lama. Sedangkan menurut Mochamad Sajoto
(1988: 44), kebugaran kardiovaskuler adalah keadaan di mana jantung
seseorang mampu bekeja dengan mengatasi berat beban selama suatu kerja
tertentu (Dwi Artya, 2011).

Kebugaran kardiovaskuler sangat penting untuk menunjang kerja otot


dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang
sedang aktif, sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme. Oleh
karena itu kebugaran kardiovaskuler dianggap sebagai komponen kebugaran
jasmani yang paling pokok. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran
kardiovaskuler setiap individu berbeda-beda tergantung kebutuhan dan kondisi
seseorang. Semakin berat tugas atau kerja fisik seseorang, semakin tinggi pula
tingkat kebugaran kardiovaskuler yang harus dimiliki oleh orang tersebut
(Dwi Artya, 2011).

2. Tes Harvard

Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi
atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam
penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin
cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.
Tes Harvard adalah cara yang akurat untuk menilai kebugaran untuk
menyelesaikan tes aerobik yang maksimal dan mengukur denyut jantung serta
konsumsi oksigen yang menggunakan alat bantu pernapasan dan oksigen /

10 | P a g e
karbon dioksida. Tentu saja pendekatan ilmiah ini berada di luar jangkauan
bagi banyak orang dan tidak praktis. (Anonim, 2008).

Pelaksanaan :

Mula mula probandus berdiri didepan Bench / bangku dengan salah satu kaki
berada di atas bangku. Saat ada aba-aba Ya/ Peluit, probandus melakukan
gerakan naik turun bangku ( Lihat Gambar 1). Lakukan gerakan tersebut
selama 3-5 menit (menyesuaikan kebutuhan) dengan kecepatan 30 step / menit
(gunakan metronome untuk mengukur kecepatan langkah) Pencatatan
dilakukan dalam tiga periode: 30 menit setelah istirahat pertama, 30 menit
setelah istirahat kedua, 30 menit setelah istirahat ketiga.

Kelebihan dan kekurangan tes Harvard:

Kelebihan dari Tes Harvard :

1. Peralatannya sederhana;

2. Mudah untuk dilakukan;

3. Dapat dikelola sendiri (Anonim, 2008).

11 | P a g e
Kekurangan dari Tes Harvard :

1. Tingkat stres tinggi;

2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak;

3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR);

4. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler


(Anonim, 2008).

Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut
dan kronik (Kusmiyati, 2009).

Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja
dilakukan (Kusmiyati, 2009).

Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode
program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan
bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian
dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan
beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja
fisik tersebut (Kusmiyati, 2009).

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar


darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut
produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan
tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :

1) Frekuensi Denyut Jantung


Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan
mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada
keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per
menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan
menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac monitoring dan

12 | P a g e
sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan
pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah
diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi
duduk (Kusmiyati, 2009).
Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus
balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi
sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi
denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik,
frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada
keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh
frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang
sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi
denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan
tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai
frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai
hubungan erat dengan faktor usia (Kusmiyati, 2009).
2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung,
khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah
jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan
volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan
jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan
perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga
tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat
serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan
perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan
balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa
peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal
di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase
sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Kusmiyati,
2009).

13 | P a g e
Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata
orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh
volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh
jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik)
dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter /
menit) (Kusmiyati, 2009).
3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap
kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume
sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan
normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume
sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi
110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik.
Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata
90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-
220ml/kontraksi (Kusmiyati, 2009).
4) Arus Darah
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan
yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang
hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai
darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik,
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan
dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini
akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas
(Kusmiyati, 2009).
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat
maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu
tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat
sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal,
lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat.
Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja

14 | P a g e
persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang
menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan
pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang
membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah
adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya
beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan
hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk
satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian
pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole.
Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga
akan berkurang (Kusmiyati, 2009).
5) Tekanan Darah
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah
110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol.
Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi
jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan
maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan
diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan
intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan
intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan
digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan
darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara
keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan
perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang
bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit
menurun (Guyton, 2007).

E. Metode Pemeriksaan

Metode pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk menentukan


tekanan darah pasien adalah metode tak langsung, metode auskultasi menggunakan
stetoskop

15 | P a g e
dan sfigmomanometer. Bagian alat yang digunakan untuk diikatkan pada
lengan berisi kantong karet yang dapat mengembang (Rhonda M. Jones, 2008).

Kantongnya terhubung ke manometer (Gambar 5-7). Karena manometer


aeroid mudah hanyut, maka harus dikalibrasi paling sedikit sekali setahun dan
harus ditinggalkan pada keadaan nol. Karena lingkar lengan berbeda-beda, maka
juga tersedia berbagai macam ukuran pengikat lengan (misalnya untuk anak-anak,
dewasa, dan orang dewasa yang besar). Untuk menentukan ukuran pengikat
lengan ini bandingkan panjang kantong pengukur tekanan darah tadi dengan
lingkar lengan pasien. Anda harus merasakan kantong di dalam pengikat lengan
tadi. Untuk pengukuran yang paling akurat, panjang kantong harus paling sedikit
80% lingkar lengan (Gambar 5-8) (Rhonda M. Jones, 2008).

Gambar 57 Pengikat lengan dan sfigmomanometer.

Pengukuran tekanan darah dianggap tak langsung, kaena tekanan dalam


pembuluh darah secara tidak langsung diukur dengan melihat tekanan dalam
pengikat lengan. Ketika udara dipompakan ke dalam pengikat lengan, tekanan
dalam pengikat lengan tersebut akan meningkat. Ketika tekanan dalam pengikat
lengan tadi melebihi tekanan arteri brakhial pasien, arteri akan tertekan dan
aliran darah akan berkurang dan akhirnya berhenti. Bersamaan dengan
mengeluarkan udara dari pengikat lengan, kantong akan mengempis dan tekanan
pada pengikat lengan berkurang. Ketika tekanan dalam pengikat lengan sama
dengan tekanan arteri, darah akan mulai mengalir kembali. (Gambar 5-9) (Rhonda
M. Jones, 2008).

16 | P a g e
Gambar 58 Penentuan ukuran
pengkikat lengan untuk mengukur
tekanan darah.

Panjang lengan harus paling sedikit 80%


lingkar lengan.

Gambar 59 Suara Korotkoff dan pengukuran tekanan darah.


(Diadaptasi dari Jarvis C. Physical Examination and Health Assessment, 3rd
ed. Philadelphia: WB Saunders, 2000;192)

Aliran darah dalam arteri menghasilkan suara


yang spesifik, yang disebut suara Korotkoff
yang terjadi dalam 5 fase:

Fase I : lemah, jelas dan ketuk (tekanan

sistolik) Fase II: swooshing

Fase III: nyaring (crisp), lebih intensif


(tapping)

Fase IV: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik
jika fase ini terus berlangsung selama pengikat lengan mengempis).

Fase V: hilangnya suara (pada dewasa, tekanan diastolik) (Rhonda M.


Jones,
2008).

Suara-suara ini digunakan untuk mengidentifikasi tekanan darah sistolik


dan diastolik. Agar dapat mengukur dengan sangat akurat, ikuti langkah -langkah
berikut:

Tanyakan kepada pasien apakah pasien merokok atau mengkonsumsi


kafein dalam 30 menit sebelum pemeriksaan. Jika ya, catat informasi ini;
Pasien harus didudukkan pada kursi dengan punggung tersangga dan
17 | P a g e
lengan kosong dan disangga pada keadaan paralel setara jantung;

18 | P a g e
Pengukuran dimulai paling sedikit setelah 5 menit beristirahat;
Tentukan ukuran pengikat lengan yang sesuai untuk pasien (lihat Gambar 5-
8);
Palpasi arteri brakhial sepanjang lengan atas bagian dalam;
Posisikan agar kantong yang ada pada pengikat lengan di tengah di
atas arteri brakhial, kemudian ikat pengikat lengan tadi agar pas
melingkari lengan, usahakan ujung tepi bawah pengikat lengan tersebut 1
inci di atas antekubital (Gambar 5-10) (Rhonda M. Jones, 2008).

Gambar 510 Penempatan pengikat


lengan dan
stetoskop yang tepat untuk mengukur
tekanan darah.

Posisikan manometer agar lurus terhadap pandangan mata;


Instruksikan pada pasien untuk tidak berbicara selama pengukuran;
Tentukan tingkat inflasi maksimum. (Sembari palpasi nadi radial, pompa
pengikat lengan hingga ke titik di mana nadi tidak lagi terdengar,
tambahkan 30 mmHg pada pembacaan ini);
Dengan cepat kendurkan/biarkan udara keluar dari kantong lengan dan
tunggu 30 detik sebelum memompanya kemabali;
Sisipkan ujung stetoskop; cek agar mengarah ke depan pada tempatnya;
Tempatkan bel stetoskop tanpa menekan, tapi cukup erat hingga kedap
udara, di atas arteri brakhial (lihat Gambar 5-10). Lihat bahwa diafrgama
stetoskop juga dapat digunakan; namun, bel akan leih sensitif untuk
mendengan suara frekuensi rendah (tekanan darah) dan sedapat mungkin
bel digunakan jika memungkinkan. Ketika pertama kali belajar
mendengarkan tekanan darah, mungkin lebih mudah menggunakan
diafragma daripada bel;

19 | P a g e
Pompa dengan cepat pengikat lengan sampai maksimum (seperti yang
telah ditentukan sebelumnya);
Perlahan biarkan udara keluar (deflate/kempiskan pengikat lengan) dengan
penurunan tekanan teratur sebesar 2-3 mmHg/detik;
Catat pembacaan tekanan ketika pertama kali terdengan dua suara
berturutan (Korotkoff Fase 1). Ini adalah tekanan darah sistolik;
Catat pembacaan tekanan ketika suara terakhir terdengar (Korokoff Fase
V). Ini adalah tekanan diastolik;
Tetap dengarkan sampai 20 mmHg di bawah tekanan diastolik, kemudian
dengan cepat kempeskan pengikat lengan;
Catat tekanan darah pasien dengan angka genap beserta posisi pasien
(misalnya, duduk, berdiri, berbaring), ukuran pengikat lengan, dan lengan
yang diukur;
Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi kembali pembacaan menggunakan
lengan yang sama (Rhonda M. Jones, 2008).

Untuk hasil pengukuran yang paling akurat, 2 atau lebih pembacaan, tiap
pembacaan terpisah 2 menit, dicari nilai rata-ratanya. Jika 2 pembacaan pertama
berbeda lebih dari 5 mmHg harus dilakukan pembacaan ulang (pengukuran
tekanan darah diulang lagi) dan kemudian dirata-rata. Tekanan darah normal
dewasa adalah sistolik kurang dari 120 mmHg dan diastolik kurang dari 80
mmHg (Rhonda M. Jones, 2008).

Klasifikasi hasil pembacaan tekanan darah berdasarkan kriteria The Seventh


Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tertera pada Tabel 5-5.
Prehipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 130-139 mmHg atau
diastolik 80-90 mmHg. Pasien denganprehipertensi memiliki resiko dua
kali lebih tinggi untuk menjadi hipertensi daripada individu dengan tekanan
darah yang lebih rendah. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih atau diastolik 90 mmHg atau lebih dan diklasifikasikan
(berdasarkan keparahannya) sebagai stage 1 atau 2. Hipertensi sistolik saja
(isolated systolic hypertension) didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140

20 | P a g e
mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau kurang dan harus
diklasifikasikan lebih lanjut sesuai keparahannya (misalnya 170/82 berarti
hipertensi sistolik stage 2). Rekomendasi tindaklanjut untuk pasien dengan
berbagai stadium hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5-6. Perubahan gaya
hidup untuk mengatasi hipertensi dicantumkan pada Tabel 5-7 (Rhonda M.
Jones,
2008).

Tabel 55 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa usia >18


Kategori
tahun Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)

Normal 120 (dan) 80


Prehypertensive 120 139 (atau) 80 89
Stage 1 Hypertension 140 159 (atau) 90 99

Stage 2 Hypertension 160 (atau)

(JNC, 2003).

F. Alat Bahan

a. Spynomanometer

b. Stetoskop

c. Pengukur waktu

d. Bangku Harvard setinggi 19 inci untuk pria dan 17 inci untuk wanita (1
inci = 2,54 cm)

e. Metronom (frekuensi 2x ayunan per detik)

G. Cara Kerja

G.1 Mengukur tekanan darah dengan tensimeter

Cara memasang manset yang benar.

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehinga tidak terlilit


manset
21 | P a g e
2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 cm di atas fossa kubiti
3. Pipa karet jangan menutupi fossa kubiti

22 | P a g e
4. Manset diikat dengan cukup ketat
5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri
brachialis
(Guyton & Hall, 1997).

Mengukur tekanan darah dengan spygnomanometer :

1. Probandus mengambil berada pada posisi duduk, lengan


bawah berpangku di atas paha, pergelangan supinasi
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi
seperti percobaan
A, tentukan tekanan sistolik dan diastolic
3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol Sambil
meraba arteri radialis, naikkan tekanan manset sampai
denyut arteri radialis tidak teraba. Tekanan terus dinaikkan
sampai 30mmHg di atasnya
4. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset
sampai denyut arteri radialis kembali teraba. Pada saat arteri
radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik
(Ganong, 2002).

G.2 Mengukur kesanggupan kardiovaskuler seseorang

1. Metronom diatur sehingga memberikan irama 120x/per meniy;

2. Probandus berdiri mengahadap bangku Harvard


dengan sikap tenang.
Metronom mulai dijalankan;

3. Probandus menempatkan salah satu kaki yang kanan ataupun


yang kiri di atas bangku tepat pada detikan pertama
metronom;

4. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku,


sehingga probandus berdiri tegak di atas bangku;

5. Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas


diturunkan;

6. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku


diturunkan pula, sehingga probandus berdiri di depan bangku;

7. Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut


nadinya dihitung selama 30 detik, sebanyak 3 kali (Ganong,
2002).

23 | P a g e
BAB II

A. Hasil

Setelah istirahat 60 Setelah istirahat 30 Setelah istirahat


detik detik 30 detik
Denyut nadi
60 49 48
dihitung selama 30
detik

312detik x 100 31200


Indeks kesanggupan probandus = 2 x (60+ 49+48) = 2 x (157) =

31200
314 = 99,36

Indeks Interpretasi
< 55 Kesanggupan kurang
55 64 Kesanggupan sedang
65 79 Kesanggupan cukup
80 89 Kesanggupan baik
90 > Kesanggupan amat baik

Dari indeks hasil perhitungan yang dibandingkan dengan indeks dalam tabel,
dapat disimpulkan bahwa indeks kesanggupan probandus amat baik.

B. Pembahasan
Harvard Step Test yang dilakukan kepada probandus di laboratorium faal
fakultas kedokteran Universitas Jenderal Soedirman termasuk tes maksimal
sebab probandus dimotivasi untuk melakukan prosedur tes hingga ia benar-benar
tidak sanggup lagi untuk melanjutkannya. Harvard Step Test adalah metode

24 | P a g e
tidak langsung untuk volume pemasukan oksigen (VO2 max) berdasarkan pada
hubungan linear antara denyut jantung dan VO 2: semakin tinggi intensitas
aktivitas fisik atau VO2, semakin tinggi denyut jantungnya.
Skor yang didapatkan dalam Harvard Step Test merefleksikan kombinasi
ketahanan kardiorespirastori dan motivasi. Hasil ini juga mungkin menunjukkan
korelasi yang lebih dekat dengan performa tubuhdaripada mengukur VO 2 max.
(Ishiko dalam Shephard, 1978)
Kekurangan dari tes ini adalah beban kerjanya tidak dapat ditentukan dan
taraf kesulitan tes ini bergantung kepada subjek. Misalkan, pada subjek yang
tidak terbiasa beraktivitas berat akan cepat merasa lelah sehingga Harvard Step
Test terasa seperti tes maksimal. Kebalikannya dengan subjek yang terbiasa
melakukan aktivitas berat, Harvard Step Test terasa seperti tes submaksimal di
mana ia membutuhkan waktu lama untuk mencapai batasnya.

C. Aplikasi Klinis
Tekanan darah dapat diukur menggunakan spignomamometer. Caranya,
manset dilingkarkan di sekitar arteri brachialis di lengan atas kemudian
dikembungkan hingga denyut tidak lagi terasa. Sistol dan diastol diketahui
melalui fase Korotkoff: fase 1 adalah saat bunyi mulai terdengar dan ini adalah
pertanda sistol yang hanya cukup untuk membuka pembuluh darah sementara
waktu saja dan menimbulkan ketukan nyaring, manset yang dikendurkan
sehingga meningkatkan volume pembuluh darah pada fase 2 mengakibatkan
bunyi mendesir, bunyi ini terdengar lebih nyaring di fase 3, bunyi menjadi lemah
dan meredup di fase 4, bunyi menjadi tidak terdengar lagi di fase 5 di mana ini
merupakan diastol. (Wilkins, 1990)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistol yang ketinggiannya
bergantung kepada usia penderita. Penyakit ini dapat digolongkan sebagai ringan
jika tekanan diastol 95 104, sedang jika tekanan diastol 105 114, dan berat
jika tekanan diastol di atas 115. Hipertensi peningkatan tekanan diastol tanpa
disertai peningkatan sistol lebih sering terjadi kepada dewasa muda, sedangkan
pada orang tua kebalikannya. Hipertensi digolongkan menjadi dua: primer dan
sekunder
1. Hipertensi primer

25 | P a g e
Merupakan hipertensi yang penyebabnya berhubungan dengan obesitas,
hiperkolesterolemia, aterosklerosis, diet tinggi garam, stres, merokok,
kurang berolahraga, riwayat keluarga, dan kepribadian tipe A.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya berhubungan dengan penyakit /
kelainan renovaskuler, cushing syndrome, aldosteronisme primer,
feokromositoma, dan korarktasio aorta.

26 | P a g e
Hipertensi juga dapat digolongkan menjadi hipertensi benigna dan
maligna, dikatakan benigna jika progresivitas penyakit timbul secara berangsur,
tetapi dikatakan maligna jika tekanan darah naik secara progresif dan cepat
disertai banyaknya komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi retina, dan
ensefalopati. (Tambayong, 2000)

Ada beberapa obat yang mampu mengatasi hipertensi dengan cara


menghambat kerja reseptor-reseptor yang fungsinya menaikkan tekanan darah di
antaranya

Menghambat Angiotensin I menjadi Angiotensin II (Anti angiotensin II):


Losartan, Bisartan
Penghambat reseptor alpha di pembuluh darah: Prozozin, Doxazozin,
Terazozin
Menghambat angiotensinogen (renin menjadi angiotensin I): Captopril
Penghambat ion kalsium: Nifedipin, Verapamil
Penghambat proses retensi urin (diuretik): HCT, Furosemid,
Spironolakton

27 | P a g e
BAB III

28 | P a g e
Kesimpulan

1. Jantung memiliki fungsi memompa darah sehingga sel-sel mendapat suplai


nutrisi dan oksigen serta mengekskresikan zat-zat sisa. Tekanan pompaan
jantung menyebabkan tekanan pada pembuluh darah dengan besaran tertentu
yang dibagi menjadi sistol dan diastol
2. Tekanan darah secara fisiologis dipengaruhi beberapa faktor seperti istirahat,
perubahan sikap, kerja otot, laju respirasi, dan pengaruh pikiran
3. Meningkatnya tekanan darah dipengaruhi oleh rangsangan saraf simpatis dan
volume aliran darah
4. Sistol dan diastol memiliki ambang batas atas masing-masing. Jika nilai
sistol melebihi 140 mmHg dan diastol melebihi 90 mmHg, secara umum
dinyatakan sebagai tekanan darah tinggi (hipertensi)
5. Kesanggupan kardiovaskuler individu dinyatakan dalam indeks kesanggupan
badan. Semakin besar nilai indeks kesanggupan badan, semakin baik
kesanggupan kardiovaskulernya. Nilai indeks di atas 80 menunjukkan
kesanggupan yang baik

29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Shephard, Roy J. 1978. Human Physiological Work Capacity.Melbourne:


Cambridge University Press. 6.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
94 96.
Price Sylvia A. & Wilson Lorraine M. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Wilkins, William. 1990. Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC. 69.

Anggita. 2012. Faktor- faktor tekanan


darah.
http://www.scribd.com/doc/56191664/Faktor-Jenis-Kelamin-Dan-Gravitas
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
Buku
Kedokteran EGC.

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:


Buku
Kedokteran EGC.
Dwi artya. 2011, Pengertian dari Kebugaran
Kardiovaskuler, http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-
public-health/2239768- pengertian-dari-kebugaran-
kardiovaskuler/#ixzz2DVzbyl8l, diakses tanggal 28
November 2012.
Redaksi, 2012, Tekanan Darah Arteri, http://indobeta.com/tekanan-
darah- arteri/3456/, diakses tanggal 38 November 2012.
Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya.
Vol.
10 No.1, hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram.

Rhonda M. Jones, 2008; terj. D. Lyrawati, 2009. Circulation. Bethesda: MD


USA

Anonim.2008.Harvard Steps test


http://www.fitnessvenues.com/uk/fitness- testing-harvard-step-test, diakses
tanggal 28 November 2012.
Guyton,Arthur C dan Hall, John E. 2007. Buku ajar Fisiologi

30 | P a g e
Kedokteran. EGC: Jakarta.

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai

  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    indah
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    indah
    Belum ada peringkat
  • 4
    4
    Dokumen1 halaman
    4
    indah
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen1 halaman
    3
    indah
    Belum ada peringkat
  • Indah Poin 2
    Indah Poin 2
    Dokumen1 halaman
    Indah Poin 2
    indah
    Belum ada peringkat
  • Panduan Memakai Zoom Tanpa Mengunduh Aplikasi
    Panduan Memakai Zoom Tanpa Mengunduh Aplikasi
    Dokumen2 halaman
    Panduan Memakai Zoom Tanpa Mengunduh Aplikasi
    indah
    Belum ada peringkat
  • XXX
    XXX
    Dokumen1 halaman
    XXX
    indah
    Belum ada peringkat
  • Yodo Yodi
    Yodo Yodi
    Dokumen1 halaman
    Yodo Yodi
    indah
    Belum ada peringkat
  • Biuret
    Biuret
    Dokumen2 halaman
    Biuret
    indah
    Belum ada peringkat
  • Patikan Kebo
    Patikan Kebo
    Dokumen1 halaman
    Patikan Kebo
    Anonymous Hqy4Ib
    Belum ada peringkat
  • Caker Simplisisa Mikroskop
    Caker Simplisisa Mikroskop
    Dokumen1 halaman
    Caker Simplisisa Mikroskop
    indah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    indah
    Belum ada peringkat
  • Patikan Kebo
    Patikan Kebo
    Dokumen1 halaman
    Patikan Kebo
    Anonymous Hqy4Ib
    Belum ada peringkat
  • Sistem Kardiovaskuler
    Sistem Kardiovaskuler
    Dokumen20 halaman
    Sistem Kardiovaskuler
    indah
    Belum ada peringkat
  • Prednison
    Prednison
    Dokumen17 halaman
    Prednison
    indah
    0% (1)