Anda di halaman 1dari 12

50

UJI EFEKTIVITAS FRAKSI N-HEKSANA EKSTRAK BATANG KECOMBRANG


(Etlingera elatior) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA INSTAR III Aedes
aegypti

Febriyan Edmi, dr. Betta Kurniawan M.Kes


Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
No. Telpon: 085266067144. Email: febriyanedmi@gmail.com

Kecombrang (Etlingera elatior) yang mengandung senyawa saponin dan flavonoid yang
dapat membunuh larva nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek, LC50
dan LT50 fraksi n-heksana batang kecombrang sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak
lengkap. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan one-way anova (p<0,05) dan Post-hoc
Bonferroni (p<0,05) serta uji probit untuk menghitung LC50 dan LT50. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rerata kematian larva adalah 25% pada konsentrasi 0,25%; 33,75% pada
konsentrasi 0,5%; 45% pada konsentrasi 90% dan 93,75% pada konsentrasi 1%. Nilai LC50
adalah 1,013% di menit ke-10; 1,002% di menit ke-20; 0,903% di menit ke-40; 0,810% di
menit ke-120; 0,686% di jam ke-24; 0,643% di jam ke-48 dan 0,579% di jam ke-72. Nilai
LT50 10,73 menit pada konsentrasi 1%.

Kata kunci : Aedes aegypti, Demam Berdarah Dengue, Kecombrang (Etlingra elatior),
larvasida
51

PENDAHULUAN penggunaan insektisida sintetik antara lain

keracunan pada manusia dan hewan ternak,


Latar Belakang Masalah
pencemaran lingkungan dan timbulnya
Demam Berdarah Dengue (DBD) masih
resistensi pada serangga. Insektisida yang
menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap
Menurut Depkes RI Jumlah kasus DBD
serangga tetapi tidak mempunyai efek
pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus
samping terhadap lingkungan dan tidak
dengan jumlah kematian akibat DBD
berbahaya bagi kesehatan (Cahaya, 2003).
debesar 1.358 orang. DBD menempati

urutan kedua sepuluh penyakit terbanyak. Salah satu tanaman yang dianggap memiliki

pada pasien rawat inap di rumah sakit umum potensi insektisida adalah kecombrang

di Indonesia. Vaksin demam berdarah belum (Etlingera elatior). Kecombrang

ditemukan hingga saat ini. Program mengandung senyawa flavonoid dan

penanggulangannya lebih banyak bertumpu saponin. Selain itu, kecombrang juga

pada pengendalian vektor. Pengendalian mengandung polifenol dan minyak atsiri

vektor merupakan upaya pemberantasan (Depkes, 2005).

DBD yang dilakukan guna memutus rantai Saponin dapat digunakan sebagai insektisida

penularan. Pemberantasan demam berdarah dan larvasida. Saponin dapat menurunkan

yang utama adalah pemberantasan sarang tegangan permukaan selaput mukosa traktus

nyamuk, pengendalian vektor dengan 3M digestivus larva sehingga dinding traktus

Plus bukan dengan fogging (Depkes, 2011). menjadi korosif (Aminah dkk. 2001).

Sedangkan flavonoid merupakan senyawa


Insektisida sintetik memiliki efek negatif.
pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat
Efek samping yang dapat ditimbulkan dari
52

menghambat makan serangga dan juga n-heksana ekstrak batang Kecombrang

bersifat toksis (Dinata, 2009). Berdasarkan (Etlingera elatior) sebagai larvasida

uraian tersebut diatas, perlu dilakukan terhadap larva instar III Aedes aegypti .

penelitian mengenai efek larvasida yang di

miliki oleh tanaman kecombrang terhadap METODE PENELITIAN

larva Aedes aegipty.


Jenis Penelitian

Tujuan Penelitian
penelitian yang digunakan dalam penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah ini adalah metode eksperimental dengan

Mengetahui efektifitas fraksi n-heksana menggunakan Rancangan Acak Lengkap

ekstrak batang Kecombrang (Etlingera (RAL).

elatior) efektif sebagai larvasida terhadap

larva instar III Aedes aegypti . Populasi dan Sampel Penelitian

Sedangkan tujuan khususnya adalah :


Populasi yang digunakan dalam penelitian
pertama, Mengetahui konsentrasi yang
ini adalah larva instar III Aedes aegypti.
paling efektif dari fraksi n-heksana ekstrak
Berdasarkan acuan Guidelines For
batang Kecombrang (Etlingera elatior)
Laboratory and Field Testing of Mosquito
sebagai larvasida terhadap larva instar III
Larvicides WHO (2005), penelitian ini
Aedes aegypti. Kedua, Mengetahui LC50 dari
menggunakan 4 kelompok perlakuan
fraksi n-heksana ekstrak batang
(konsentrasi 0,25%, 0,5%, 0,75% dan 1%),
Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai
kelompok kontrol (+) dan kelompok kontrol
larvasida terhadap larva instar III Aedes
(-), tiap kelompok terdiri dari 20 larva uji
aegypti. Ketiga, Mengetahui LT50 dari fraksi
dengan 4 kali pengulangan, maka pada
53

penelitian ini dibutuhkan total larva

sebanyak 480 larva. Metode Kerja

Batang Kecombrang (Etlingera elatior)

yang telah didapat dibersihkan dengan


Lokasi dan Waktu Penelitian
menggunakan air kemudian dicacah halus
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat
atau diblender kering (tanpa air). Setelah
berbeda. Proses ekstraksi dan fraksinasi
diblender potongan batang Kecombrang
laboratorium Kimia Fakultas Matematika
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Setelah kering, potongan batang
Lampung dan uji efektivitas larvasida
Kecombrang direndam selama 24 jam di
dilakukan dilakukan di Laboratrium
dalam ethanol 96 % selanjutnya bahan
Parasitologi Fakultas Kedokteran, pada
tersebut disaring sehingga diperoleh hasil
bulan Maret-April 2012.
akhirnya berupa ekstrak kecombrang. Hasil

yang didapat dari proses ekstraksi


Instrument Penelitian
dilanjutkan untuk memisahkan senyawa
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
nonpolar menggunakan pelarut n-heksan.
antara lain: Nampan plastik dengan ukuran
Sebanyak 20 g ekstrak etanol dilarutkan
30 x 15 cm, kain kasa, gelas plastik,
dalam 500 mL pelarut etanol, lalu
timbangan, blender, toples, baskom,
dimasukkan ke dalam gelas separasi.
saringan, alat penguap vakum putar/ rotary
Kedalam larutan tersebut ditambahkan
evaporator (Buchi), Erlenmeyer, pipet larva,
pelarut n-heksan sebanyak 500 mL. Setelah
pipet tetes, batang pengaduk, gelas ukur 250
itu, campuran larutan tersebut dikocok
ml.
hingga tercampur sempurna, lalu didiamkan
54

beberapa menit sampai terjadi pemisahan

antara kedua larutan yaitu larutan n-heksan Analisis Data

pada bagian atas dan larutan etanol pada Untuk mengetahui adanya perbedaan antara

bagian bawah. Kedua larutan tersebut perlakuan yang diberikan maka digunakan

dikeluarkan dan ditempatkan pada gelas analisis ANOVA satu arah dilanjutkan

erlenmeyer yang berbeda. Pencampuran dan dengan Uji post-hoc Bonferroni. Untuk

pengocokan dilakukan berulang hingga menilai toksisitas suatu insektisida dapat

larutan yang menggunakan pelarut n-heksan menggunakan suatu metode pengujian

tampak jernih. Filtrat yang didapat dengan menggunakan analisis probit. Lethal

merupakan larutan ekstrak etanol yang telah consentration merupakan suatu ukuran

bebas senyawa nonpolarnya dan larutan untuk mengukur daya racun dari jenis

fraksi heksan. Kedua larutan yang diperoleh pestisida. Pada uji efektifitas ditunjukan

kemudian dievaporasi sehingga diperoleh LC50 yang berarti berapa ppm atau persen

fraksi etanol yang telah bebas dari senyawa konsentrasi yang dapat menyebabkan

nonpolarnya dan fraksi heksan dalam bentuk kematian 50% dari hewan percobaan. Nilai

kental. Fraksi n-heksan ekstrak batang subletal ditentukan dengan analisis probit.

Kecombrang (Etlingera elatior) dilarutkan Analisis dilakuana dengan menggunakan

dengan konsentrasi 0,25 %, 0,50 %, 0,75 %, aplikasi SPSS 17.0 for windows.

dan 1 % untuk di berikan pada larva uji.


HASIL PENELITIAN DAN
Pengamatan dilakukan yaitu pada menit ke
PEMBAHASAN
5, 10, 20, 40, 60, 120, 240, 480, 1440, 2880,

dan 4320 dengan menghitung larva yang HASIL PENELITIAN

mati.
55

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan normal lebih dari dua kelompok. Dari uji

didapat rata-rata persentase jumlah larva uji hipotesis ini diketahui nilai p sebesar 0,012.

yang mati. Kematian larva uji mulai terlihat Nilai p < 0,05 berarti terdapat perbedaan

pada menit ke-5 pada konsentrasi 0,5% bermakna yang menunjukkan perbedaan

dengan persentase rata-rata kematian larva jumlah larva yang mati selama pengamatan

uji sebesar 6,25%. Persentase kematian antara dua konsentrasi. Uji Post Hoc pada

tertinggi pada kelompok perlakuan adalah penelitian ini menggunakan uji Bonferroni

90% dengan konsentrasi 1% pada menit ke- untuk menentukan dua konsentrasi yang

2880, sedangkan persentrase kematian memiliki perbedaan bermakna untuk

terendah adalah 5% dengan konsentrasi menyebabkan kematian larva (p < 0,05).

0,25% pada menit ke-20. Dari uji benferroni diketahui tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara konsentrasi

0,25% dengan 0,5%, dan konsentrasi 1%

dengan abate 1% (kontrol +), hal ini

menunjukkan bahwa larutan uji dengan

konsentrasi 1% memiliki efektivitas yang

hampir menyamai abate 1%.

Tabel 1. Persentase rerata kematian nyamuk Aedes aegypti


pada berbagai konsentrasi fraksi n-heksana ekstrak batang LC50 adalah konsentrasi yang mampu
Kecombrang (Etlingera elatior) dalam 4320 menit (72
jam)
membunuh 50% dari jumlah larva uji. LC50

dihitung menggunakan analisis Probit.


Dilakukan uji hipotesis menggunakan One
Berdasarkan hasil pengamatan, kematian
Way Anova yang merupakan uji hipotesis
larva uji mulai terjadi pada menit ke-5
komparatif variabel numerik berdistribusi
namun analisis tidak bisa dilakukan karena
56

jumlah larva yang mati tidak mencapai 50%. aegypti instar III esebagai larvasida.

LC50 didapatkan pada menit ke-10 dengan Kecombrang memiliki bahan aktif yaitu

nilai sebesar 0,77%. saponin dan flavonoid (Depkes,2005).

Menurut Aminah,dkk (2001) saponin dapat

LT50 merupakan waktu yang dibutuhkan menurunkan tegangan permukaan selaput

untuk membunuh 50% larva pada mukosa traktus digestivus larva sehingga

konsentrasi tertentu. LT50 dihitung dinding traktus digestivus larva menjadi

menggunakan analisis Probit. Berdasarkan korosif. Menurut Dinata (2009) senyawa

penelitian yang telah dilakukan LT50 pada flavonoid bersifat menghambat makan

konsentrasi 0,25%, 0,5% dan 0,75% tidak serangga dan juga bersifat toksis. Pada

dapat dinilai karena nilai LT50 melebihi penelitian ini diduga terjadi hal yang sama

waktu pengamatan. Nilai LT50 pada pada tubuh larva uji yang terpajan oleh

konsentrasi 1% mengalami penurunan jika fraksi n-heksana ekstrak batang

di bandingkan dengan konstrasi yang lain. Kecombrang sehingga dapat menyebabkan

kematian pada larva uji.

Pembahasan
Berbagai konsentrasi larutan uji yang
Pada penelitian ini digunakan ekstrak batang
digunakan dalam penelitian ini mengacu
Kecombrang (Etlingera elatior) yang
pada penelitian Novitha (2011) yaitu 0,25
difraksinasi dengan pelarut n-heksana.
%, 0,5 %, 0,75 %, dan 1 %. Hal ini sesuai
Berdasarkan penelitian Novitha (2011),
dengan WHO Guidelines For Laboratory
dikatakan bahwa terdapat efek dari ekstrak
and Field Teating of Mosquito Larvacides
batang Kecombrang (Etlingera elatior)
tahun 2005 dimana maksimal persentase
sebagai larvasida terhadap larva Aedes
57

konsentrasi yang paling efektif dalam peningkatan seiring dengan bertambahnya

penelitian larvasida adalah sebesar 1%. konsentrasi larutan uji yaitu, 0% pada

konsentrasi 0,25%, 6,26% pada konsentrasi


Pengamatan pada penelitian ini dilakukan
0,5%, 20% pada konsentrasi 0,75%, dan
dalam waktu 4320 menit (72 jam atau 3
38,75% hal yang sama juga terjadi pada
hari) dan dilakukan pada menit ke-5, menit
waktu pengamatan yang lain. Kematian
ke-10, menit ke-20, menit ke-40, menit ke-
larva uji juga bertambah seiring dengan
60, menit ke-120, menit ke-240, menit ke-
bertambahnya waktu pengamatan (tabel 4).
1440, menit ke-2880 dan menit ke-4320
Hal ini dapat dilihat persentase kematian
mulai dari larva masih menjadi instar III
larva uji pada konsentrasi 0,5% yaitu 6,25%
atau IV hingga terdapat larva yang mati atau
pada menit ke-5 meningkat sampai 33,75%
menjadi pupa atau nyamuk pada hari
pada menit ke-4320. Hal ini membuktikan
terakhir pengamatan, karena perubahan
bahwa semakin tinggi konsentrasi dan
larva untuk menjadi nyamuk dewasa
semakin lama waktu pajanan maka semakin
diperlukan waktu 1-3 hari hingga beberapa
tinggi juga kematian larva sesuai dengan
minggu (Hoedojo, 2004).
teori Hoedojo dan Zulhasril (2004) bahwa
Berbagai konsentrasi larutan uji yang
khasiat insektisida untuk membunuh
diberikan pada masing-masing kelompok
serangga sangat bergantung pada bentuk,
larva uji menimbulkan kematian terhadap
cara masuk ke dalam tubuh serangga,
larva uji. Jumlah larva yang mati bertambah
macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah
dengan bertambahnya konsentrasi larutan uji
(dosis) insektisida.
yang diberikan (tabel 4). Persentase
Berdasarkan penelitian Novitha pada tahun
kematian larva pada menit ke-5 menunjukan
2011 yang menggunakan ekstrak batang
58

Kecombrang menyatakan bahwa konsentrasi membunuh 50% larva. Penurunan nilai LC50

yang efektif dalam membunuh larva Aedes ini juga terjadi pada penelitian yang

aegypti instar III adalah konsentrasi 0,75 % dilakukan oleh Novitha (2011) ekstrak

dan 1 %. Pada penelitian ini diperoleh batang kecombrang sebagai larvasida

konsentrasi yang paling efektif adalah 1% terhadap larva Aedes aegypti instar III, yaitu

karena tidak berbeda nyata pada taraf 5% nilai LC50 sebesar 0,471% pada menit ke-

dengan kontrol positif (tabel 5). Hal ini 1440 (24 jam) dan 0,406% pada menit ke-

menunjukkan bahwa ekstrak batang 2880 (48 jam).

Kecombrang dapat membunuh larva


Grafik yang ada pada Gambar 10
nyamuk Aedes aegypty karena kecombrang
menunjukkan nilai LC50 pada menit ke-5
mengandung senyawa kimia (yaitu saponin
hingga menit ke-20 berada di atas nilai
dan flavonoid) yang kerjanya merusak
standar WHO (1%). Nilai tersebut
mukosa saluran pencernaan larva sehingga
merupakan batas standar konsentrasi
menjadi korosif (Aminah, 2001) dan sebagai
larvasida yang dapat digunakan sehingga
penghambat makan (Dinata,2009) sehingga
pada waktu tersebut dapat dikatakan larutan
dapat menyebabkan kematian pada larva uji.
belum efektif untuk membunuh 50% dari

Pada penelitian ini terjadi penurunan nilai jumlah larva.

LC50 dari awal pengamatan (menit ke-5)


Penurunan nilai LT50 pada penelitian ini
hingga akhir pengamatan (menit ke-4320).
terjadi dari konsentrasi terendah (0,25%)
Hal ini membuktikan bahwa semakin lama
hingga konsentrasi tertinggi (1%). Hal ini
pajanan fraksi n-heksana ekstrak batang
menunjukkan semakin besar konsentrasi
kecombrang yang diberikan maka semakin
maka semakin sedikit waktu yang
kecil konsentrasi yang diperlukan untuk
59

dibutuhkan untuk membunuh 50% larva.


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Penurunan nilai LT50 ini juga terjadi pada
maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang
penelitian yang dilakukan oleh Cintya
diperoleh adalah sebagai berikut : Pertama,
(2011) yang menggunakan ekstrak batang
Terdapat efek dari fraksi n-heksana ekstrak
serai wangi sebagai larvasida dengan nilai
batang Kecombrang (Etlingera elatior)
LT50 sebesar 127,55 menit pada konsentrasi
sebagai larvasida terhadap larva Aedes
0,75% dan 63,6 menit pada konsentrasi 1%.
aegypti instar III. Kedua, Konsentrasi yang

efektif dalam membunuh larva Aedes


Pada grafik nilai LT50 (Gambar 11) terlihat aegypti instar III adalah konsentrasi 1 %.
pada konsentrasi 0,25%, 0,5% dan 0,75% Ketiga, Nilai LC50 fraksi n-heksana ekstrak
nilai LT50 berada di atas batas waktu batang Kecombrang (Etlingera elatior)
pengamatan (4320 menit) sehingga sebagai larvasida terhadap larva Aedes
konsentrasi yang dapat digunakan untuk aegypti instar III adalah 0,903% pada menit
membunuh 50% larva adalah 1%. Batas ke-40, 0,867% pada menit ke-60, 0,810%
waktu pengamatan selama 4320 menit (72 pada menit ke-120, 0,725 pada menit ke-
jam) merupakan batas waktu dimana larva 240, 0,686 pada menit ke-1440 0,643% pada
instar III atau IV berubah menjadi pupa atau menit ke-4320, dan 0,579% pada menit ke-
nyamuk dewasa sesuai dengan teori 4320. Keempat, Nilai LT50 fraksi n-heksana
Hoedojo (2004) bahwa untuk menjadi ekstrak batang Kecombrang (Etlingera
nyamuk dewasa diperlukan waktu 1-3 hari elatior) sebagai larvasida terhadap larva
sampai beberapa minggu. Aedes aegypti instar III adalah 10,73 menit

pada konsentrasi 1 %.
KESIMPULAN
60

Hafil. 2011. Fitkom-Fraksinasi.


www.wikipwdia.com. Diakses 07
DAFTAR RUJUKAN november 2011

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia:


Agoes, R. 2005. Entomologi Medik. Penuntun Cara Modern Menganalisis
Fakultas Kedokteran Unpad. Jatinangor. Tumbuhan. Institut Teksnologi
hlm 343. Bandung. Bandung

Aminah, N.S. Sigit,S. Partosoedjono,S. Hoedojo, R. dan Zulhasril. 2004. Insektisida


Chairul. 2001. S. lerak, D. metel dan E. dan Resistensi. Parasitologi
prostata sebagai Larvasida Aedes Kedokteran Edisi Ke-3. Fakultas
aegypti. Cermin Dunia Kedokteran No. Kedokteran Universitas Indonesia.
131 Jakarta.

Depkes RI. 2007. INSIDE ( Inspirasi dan Hoedojo, R. dan Zulhasril. 2004. Morfologi,
Ide) Litbangkes P2B2 vol II : Aedes Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk.
aegypti Vampir Mini yang Mematikan. Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3.
Badan Penelitian dan Pengembangan Fakultas Kedokteran Universitas
Kesehatan Depkes RI. Jakarta. Indonesia. Jakarta. hlm 343.

Depkes RI. 2011. Profil Kesehatan Sastrohamidjojo,H. 2004. Kimia Minyak


Iindonesia 2010. Kementerian Atsiri. Gadjah Mada University Press.
Kesehatan RI. Jakarta. hlm 367. ISBN 979-420-551-6. Yogjakarta.

Depkes RI. 2011.Pemberantasan Demam Syamsuhidayat, S.1991. Inventarisasi


Berdarah Membutuhkan Komitmen Tanaman Obat Indonesia. Badan
Semua Pihak. www.depkes.go.id. Penelitian dan Pengembangan Depkes
Diakses tanggal 16 Maret 2012 RI. Jakarta

Dinata, A. 2009. Mengatasi DBD dengan Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi


Kulit Jengkol. www. miqraindonesia. tumbuhan obat-obatan. Yogyakarta:
blogspot.com. Diakses tanggal 16 Gadjah Mada University Press. 447
September Hlm.

Djakaria, S. 2004. Pendahuluan Entomologi. Tribun Lampung. 2012. 440 Kasus DBD
Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3. Ditemukan di Bandar Lampung.
Fakultas Kedokteran Universitas http://lampung.tribunnews.com/.
Indonesia. Jakarta. hlm 343. Diakses tanggal 16 Maret 2012

Gunawan, D. Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Ware, G., D. Whitacre. 2004. The Pesticide
Alam (Farmakognosi). Jilid Pertama. Book. University of Minnesota.
Penebar Swadaya. Jakarta Ohio.
61

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis:


Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
dan Pemberantasannya. Erlangga.
Jakarta

Wijaya, L.A. 2008. Daya Bunuh Ekstrak


Kecubung Wulung (Datura matel)
Terhadap Larva Aedes aegypti.
perpustakaan.uns.ac.id. Diakses
tanggal 26 maret 2012

World Health Organization. 2005.


Guidelines For Laboratory and Field
Testing of Mosquito Larvicides.
WHO/CDS/WHOPES/GCDPP/2005.
13.

Yunilda,D. 2011. Analisa Zat Berkhasiat


Daun Selasih. www. kimia.unp.ac.id.
Diakses tanggal 2 Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai