Anda di halaman 1dari 35

ASPEK ETIK DAN LEGAL PRAKTEK KEPERAWATAN DITINJAU

DALAM BIDANG EKONOMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Dan Aspek Legal Dalam
Keperawatan

OLEH: Kelompok

VII KMB

1. Satriyani
2. Sada Ukur BR. Barus
3. Setiyo Adi Nugroho
4. Rima Berti Anggraini

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjarkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "ASPEK ETIK DAN LEGAL PRAKTEK KEPERAWATAN
DITINJAU DALAM BIDANG EKONOMI" ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur mata
kuliah Etika Dan Aspek Legal Dalam Keperawatan. Selain itu, kami
juga mengharapkankan agar makalah ini bisa dijadikan tambahan materi
dalam memahami mata kuliah Etika Dan Aspek Legal Dalam Keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Mengingat keterbatasan dan kekurangan dari kami, sehingga saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi peningkatan
penyusunan makalah kami berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Jakarta, 30 September 2014

Kelompok VII Peminatan KMB


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang
2. Tujuan

Bab 2 Daftar Pustaka

Bab 3 Pembahasan

Bab 4 Penutup

1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus mengutamakan
kebutuhan konsumen atau klien (consumen minded). Hal ini didasarkan
pada kecenderungan perubahan saat ini dan persaingan yang semakin ketat.
Oleh karena itu, praktik keperawatan yang professional harus
dapat dijadikan sebagai indicator penting agar kebutuhan masyarakat
akan
1
pelayanan kesehatan terpenuhi. Tantangan ASEAN Economic Community
tahun 2015 juga harus dijadikan motivasi perawat dalam memberikan
pelayanan yang professional.
Berdasarkan survey Center for International Trade Studies Thailand
(2012) yang membuat tiga kategori dalam melihat kualitas tenaga terampil,
mencatat bahwa kulitas perawat Indonesia berada pada kategori menengah
yang ditempatkan sejajar dengan Thailand. Diperkuat oleh data
yang disampaikan oleh Bank Dunia tentang kesenjangan besar dalam
kualitas pekerja terampil Indonesia. Disebutkan bahwa kesenjangan terbesar
adalah penggunaan bahasa inggris (44 persen), keterampilan penggunaan
komputer (36 persen), keterampilan perilaku (30 persen), keterampilan
berpikir kritis
2
(33 persen), dan keterampilan dasar (13 persen) .
Dalam upaya meningkatkan keprofesionalitasnya seorang perawat
perlu mempunyai kerangka dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan
yaitu pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan.
pandangan dasar tersebut yaitu memandang manusia secara utuh (holistik)

1
Nursalam.2011. Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Profesional
Edisi 3. Salemba Medika. Jakarta hal;37
2
Makmur keliat. 2013. Pemetaan Pekerja Terampil lndonesiadan
Liberalisasi Jasa ASEAN. (online).
http://www.kemlu.go.id/Documents/Penelitian%20BPPK%202014/Laporan
%20Akhir%20Liberalis asi%20Jasa.pdf hal; 40
3
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual. Apabila
satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Salah satu
dimensi yang tidak kalah pentingnya dan tidak boleh terlupakan yaitu
ekonomi.
Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
mendefinisikan kesehatan adalah keadaan kesejahteraan dari badan,
jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
4
social dan ekomonis. Ekonomi dalam kesehatan menjadi dasar yang tidak
dapat terpisahkan, baik dari faktor individu, lingkungan, keluarga
maupun dari keperawatan itu sendiri.
Dimensi etis ekonomi banyak yang mempertanyakan kualitas
perawatan. Salah satu contohnya dari sudut keadilan atau justis, klien
sebagai manusia memiliki hak untuk mendapatkan perawatan
berkualitas tanpa memandang status ekonomi, kebangsaan, ras, dan
sebagainya. Sedangkan keperawatan professional berkewajiban untuk
memastikan
5
bahwa layanan keperawatan benar-benar berkualitas.
Dipandang dari sisi islam, kehadiran ekonomi islam di
tengah kemurungan ekonomi dunia, semakin memperjelas bahwa ekonomi
islamlah yang mulai menampakkan kecerahan. Karena ekonomi islam
merupakan sistem ekonomi yang lebih mengedepankan keuntungan di
antara sesama pelaku ekonomi.
Masih banyak sudut pandang yang akan dibahas di makalah ini
tentang keterkaitan ekonomi dengan praktek keperawatan. Tuntutan
profesionali profesi keperawatan saat ini sangat dibutuhkan, apalagi sudah
disahkannya Undang-undang keperawatan. Untuk itu penting sekali
dalam
melakukan praktek keperawatan perlu adanya komitmen dan
pengetahuan

3
Aziz alimul hidayat. 2008. Pengantar Konsep Keperawatan edisi 2.
Salemba Medika Jakarta. Hal:1
4
Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 1
5
Bastable, susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-
prinsip Pengajaran dan
Pembelajaran. EGC. Jakarta. Hal;25
perawat konsep dasar keperawatan serta aspek dan legal
praktek keperawatan.

1.2. Tujuan
a. Tujuan umum
Menganalisa teori dan konsep etik serta kode etik, sebagai landasan
dalam menentukan sikap saat melaksanakan praktek keperawatan.
b. Tujuan Khusus
Manganalisa hubungan aspek etik dan legal perawat dalam
melakukan praktek keperawatan dengan bidang ekonomi disemua
tatanan pelayanan keperawatan
1. Menganalisa trand issue dan hasil penelitian keperawatan
2. Menganalisa aspek etik dan legal praktek keperawatan dibidang
ekonomi
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Yang Berkaitan


Dalam membuat makalah ini, penulis telah melakukan studi dan
analisis terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti
serta dapat menjadi referensi. Penelitian yang berkaitan dengan telah banyak
dilakukan, tetapi penelitian-penelitian sebelumnya memiliki perbedaan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berikut adalah beberapa
hasil penelitian yang dimaksud:
a. Penelitian oleh W-S Kelvin Teo, Anusha Govinda Raj, Woan Shin Tan,
6
Charis Wei Ling Ng, Bee Hoon Heng, dan Lan Yi-Onn Leong (2014).
Penelitian yang berjudul "Economic impact analysis of an end-of-life
programme for nursing home residents". Penelitian di Negara Singapura
ini dilakukan dikarenakan tidak adanya perawatan paliatif
sehingga penghuni panti jompo seringkali mengakhiri hidupnya di
perawatan rumah sakit berdampak kepada biaya perawatan kesehatan
yang tinggi. Tujuan penelitian membandingkan banyaknya biaya bagi
lansia yang dirawat dipanti jompo dan yang dirawat di rumah sakit.
Hasil penelitian Dengan perawatan panti jompo menunjukan penghematan
yang besar terkait program hidup lansia dari pada perawatan di
rumah sakit. Penelitian ini agara dapat membantu pembuat kebijakan
untuk mengambil keputusan tentang alokasi dana kesehatan.
b. Penelitian pada tahun 2011 oleh Jesus Martin-Fernandez, Francisco Javier
Perez-Rivas, Tomas G6mez-Gasc6n, Isabel del Cura-Gonzalez,
Eugenia Tello Bernabe, Gemma Rodriguez-Martinez, Elena
Polentinos-Castro,
Julia Dominguez-Bidagor, Gloria Ariza-Cardiel, Juan Francisco Conde-

6
W-S Kelvin Teo,et al. 2014. Economic Impact Analysis an end-of-life Programme Nursing
Home Residents. SAGE Journal Palliative Medicine vol. 28 (5) 430-437
L6pez1, Milagros Beamud-Lagos, Oscar Aguado-Arroyo, Teresa Sanz-
7
Bayona, and Ana Isabel Gil-Lacruz.
Sebuah studi yang dilakukan di Negara Spain ini berjudul "A study of the
user's perception of economic value in nursing visits to primary care by the
method of contingent valuation". penelitian ini betujuan untuk
mencoba mengekstrak nilai ekonomi secara subyektif bagi pengguna
layanan asuhan keperawatan primer dalam sistem kesehatan
masyarakat. Penelitian yang dilakukan kepada populasi berjumlah
600 sehingga populasi diambil secara acak untuk diwawancarai
tentang perspektif kemauan membayar dan kesediaan mendapatkan
kompensasi.
Hasil penelitian ini dapat mendefinisikan sebuah "loss aversion" yang
mengacu pada sebuah pelayanan. Karekteristik responden menunjukan
kurang adanya kemauan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
tidak ada perencanaan.
c. Penelitian pada tahun 2013 yang dilakukan oleh H. Haji Ali Afzali, J.
8
Gray, J. Beilby, C. Holton, D. Banham and J. Karnon.
Penelitian yang berjudul "A risk-adjusted economic evaluation of
alternative models of involvement of practice nurses in management
of type 2 diabetes". Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
keefektifan biaya perawatan dengan keterlibatan perawat
dipengelolaan pasien diabetes tipe 2 dengan alternative model perawatan
primer.
Hasil penelitian tersebut tidak adanya siginifikansi selisih biaya antara dua
model perawatan akan tetapi high -level model lebih baik
dibandingkan yang lain. Sehingga dapat disimpulkan indikasi
kuat dengan mengguanakan high -level model adalah cara yang tepat
untuk menghemat
biaya.

7
Martin-Fernandez et al.: A study of the user's perception of economic value in nursing visits to
primary care by the method of contingent valuation. BMC Family Practice 2011 12:109
8
H. Haji Ali Afzali. Et al. 2013. A risk-adjusted economic evaluation of alternative
models of involvement of practice nurses in management of type 2 diabetes. Journal Diabetic
Medicine.
Proquest. 855-863.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwasanya ekonomi dengan kesehatan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. sebagai wujud profesionalitas profesi keperawatan mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan dari sisi ekonomi sesuai dengan etik dan legal
keperawatan. Di dalam teori Bereaucratic Caring Dr, Marilyn Ray's
menyampaikan konsep hubungan perawat-klien dengan variabel perawatan,
dimana salah satu variabel yaitu ekonomi.

Healthcare, healthcare systems, and the practice of nursing in


complex organization are constantly changing. nurse are involved
in a practice environment grounded in the spiritual-ethical,
political, economic, legal, technological, educational, physical and
social-cultural dimensions of caring (DR. Marilyn ray
9
of bureaucratic caring)
Pernyataan diatas dimaknai kesehatan, sistem kesehatan, dan
praktik keperawatan dalam organisasi yang kompleks yang terus berubah. perawat
yang terlibat dalam praktek didasarkan pada dimensi spiritual-etika, politik,
ekonomi, hukum, teknologi, pendidikan, fisik dan sosial-budaya.

99
Marian C Turkel 2007 Dr Marilyn Rays Theory of Bereaucratic Caring
International Journal
for Human caring. Vol. 11, No. 4, 57-69.
The formal theory of relational caring complexity illustrated
that the caring relationship among the nurse, patient, and
administrator is complex and co creative, is both process
and outcome, and is a function of a set of economic variables
and a set of nurse-patient relational caring variables.
economic variables are depicted as time, technical, and
organizational resources. nurse-patient relational caring
variables are caring,
10
relationship, and education (turkel & ray, 2000)

10
Marian C. Turkel. 2007.
2.2. Konsep Praktek Keperawatan
a. Definisi Perawatan
Pada tahun 1955, ANA (American Nurses
Association ) menerbitkan definisi resmi tentang praktik
keperawatan yaitu praktik keperawatan professional merupakan
sebagai bentuk penampilan dari asil tindakan observasi, asuhan, dan
konseling dari kondisi sakit, cidera atau ketidakberdayaan atau upaya
dalam mempertahankan kesehatan atau mencegah terjadinya
penularan penyakit, atau upaya dalam pengawasan dan pengajaran
pada staf atau dalam pemberian medikasi dan pengobatan yang
sesuai yang diresepkan oleh dokter atau dokter gigi, kebutuhan dari
penilaian dan keterampilan spesialis tertentu dan berdasarkan pada
pengetahuan dan aplikasi prinsip - prinsip ilmu bilogi, fisika dan social.
Namun definisi diatas menekankan peran perawat yang tidak mandiri,
sehingga definisi tidak lagi dapat diterima.
Pada tahun 1965, committee on Education ANA
mengeluarkan surat pernyataan yang menegaskan definisi
keperawatan secara lebih utuh dan menitikberatkan pada peran
mandiri keperawatan sebagai profersi, yaitu keperawatan merupakan
profesi yang membantu dan memberikan pelayanan yang
berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu.
Kemudian keperawatan juga merupakan konsekuaensi penting
bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini memenuhi
kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang,
11
keluarga atau kelompok.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pada tahun
2005 dalam Standar Profesi Perawat Indonesia mengatakan
praktek keperawatan yaitu perawat peran sebagai pelaksana
keperawatan, pengelola keperawatan dan atau kesehatan, pendidik dan
peneliti. Dalam melaksanakan tugasnya berfungsi secara mandiri
dan kerjasama
12
(kolaborasi). Dalam Undang-Undang Keperawatan yang disahkan pada
tanggal 25 September 2014 praktek keperawatan juga didefinisikan
wujud nyata dari Pelayanan Keperawatan yang diselenggarakan oleh
13
Perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.
Berikut beberapa dasar perawat bisa praktek:
1) Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kesehatan
sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk
pemberian berbagai upaya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat yang
memiliki masalah fisik, mental maupun sosial di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan.
2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 32 ayat (4)
menyebutkan bahwa; Pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Pasal 53, ayat
(1) juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya. Pasal 53, ayat (2) menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi dan
14
menghormati hak pasien.
3) Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehansif,
ditunjukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia
4) Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat profesi
yang berorientasi pada pelayanan yang memiliki empat tingkatan
klien(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan
yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara
15
keseluruhan.
b. Dasar Hukum Praktek Keperawatan
1) UU Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
2) UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3) UU Nomor Tahun 2014 Tentang Keperawatan
4) Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5) Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat
6) Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001
Tentang Registrasi dan Praktek Perawat.
c. Siapa yang boleh praktek
Sesuai dengan definisi perawat dalam Undang-undang keperawatan
tahun 2014 yaitu seorang yang telah lulus pendidikan keperawatan baik
di dalam dan di luar negeri yang diakui oleh pemerintah.
Kemudian dijabarkan dipasal 4 yaitu jenis perawat terdiri perawat
professional, perawat vokasional, dan asisten perawat. Untuk
perawat professional yaitu ners, ners spesialis, ners konsultan.
Agar perawat bisa melaksanakan praktek keperawatan:
1) Lulus uji kompetensi
2) Mengajukan Surat Tanda Registrasi kepada konsil
keperawatan dengan syarat memiliki ijazah, sertifikat uji
kompetensi, surat rekomendasi organisasi profesi
3) STR diterbitkan oleh konsil keperawatan

15
Aziz Alimul Hidayat.2008.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Salemba
Medika:Jakarta.Hal 3
4) Mengajukan Surat Ijin Praktek Perawat kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota Setempat dengan persyaratan STR,
Rekomendasi PPNI, Keterangan tempat praktek.
d. Tujuan Praktek Keperawatan
Sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada
pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan
16
masyarakat, perawatan diri, dan peningkatan kepercayaan diri.
e. Dampak Praktek Keperawatan
Pada hakikatnya, keperawatan sebagai profesi senantiasa
mengabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan
klien diatas kepentingan sendiri, bentuk pelayanan bersifat
humanistic, menggunakan pendekatan holistic, dilaksanakan berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik
sebagai tuntunan utama dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.hubungan professional perawat klien yang pada
hakikatnya mengacu pada sistem interaksi perawat klien secara positif
atau mengadakan hubungan terapeutik yang berarti bahwa setiap
interaksi yang dilakukan memberikan dampak teraupetik yang
memungkinkan klien untuk berkemabang lebih baik. Dengan terciptanya
hubungan professional perawat-klien, maka perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan akan mendapatkan kepercayaan (professional
trust). Dengan adanya kepercayaan tersebut, perawat telah menunjukan
kemampuan intelektual, keterampilan teknis dan sikap yang dilandasi
etika profesi sehingga mampu membuat keputusan
17
(judgement) secara professional.
f. Pelanggaran sanksi keperawatan
Jika perawat melanggar ketentuan Undang-undang Keperawatan bisa
terkena sanksi pidana dan perdata

16
Kusnanto.2004. Pengantar profesi danpraktek keperawatan professional. EGC.
Jakarta. Hal;96
17
Kusnanto.2004. hal 94-95
1) Pasal 69 Perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan tanpa
memiliki STR dan/atau SIPP sebagai dasar lisensi dipenjara paling
lama 1 tahun dan denda Rp. 100.000.000,-
2) Perawat yang memberikan obat selain obat bebas dan bebas terbatas
dipenjara paling lama 3 tahun dan denda Rp500.000.000,-
g. Peran dan fungsi perawat
1) Peran perawat
a) Peran sebagai pemberi asuhan klien

peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini


dapatdilakukan perawat dengan memperhatikan kebutuhan dasar
manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawtan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan
dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

b) Peran sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan


keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada
pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak - hak pasien yang meliputi hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi
akibat kelalaian.

c) Peran educator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam


meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan
perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d) Peran sebagai coordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan


serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai
dengan kebutuhan klien.

e) Peran kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat
bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi, dan lain - lain dengan upaya
mengidentifikasikan pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya.
f) Peran konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
g) Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan
mengadakanperencnaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

2) Fungsi perawat
Fungsi merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah sesuai
dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya,
perawat akan
melaksanakan berbagai fungsi diantaranya sebagai
fungsi independen, fungsi dependen dan fungsi interdependen.
a) Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan
tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisai diri.
b) Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya
atau pesan atau intruksi dari perawat lain, Sehingga
sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini
biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum,
atau dari perawat primer keperawat pelaksana.
c) Fungsi interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat
saling ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya.
Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan menbutuhkan
kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam
memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya,
seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan
bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang
diberikan.
l8
h. Aspek Etik Perawat
l) Autonomy
Mengacu pada hak untuk membuat keputusan sendiri. Perawat yang
mengikuti prinsip ini mengakui bahwa setiap klien adalah unik,
memiliki hak untuk menjadi apa orang itu, dan memiliki hak untuk
memilih tujuan pribadi. orang memiliki "inward autonomy" jika
mereka memiliki kemampuan untuk membuat pilihan; mereka
memiliki "outward autonomy" jika pilihan mereka tidak terbatas atau
dipaksakan oleh orang lain.
2) Nonmaleficence
adalah kewajiban untuk "tidak membahayakan" meskipun hal ini
tampaknya akan menjadi sebuah prinsip sederhana untuk diikuti,
pada kenyataannya kompleks. Dapat berarti sengaja
bahaya menyebabkan kerugian, menempatkan seseorang pada risiko
bahaya, dan secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan.
dalam keperawatan, kerusakan yang disengaja tidak pernah
diterima. Namun, menempatkan seseorang pada risiko bahaya
memiliki banyak sisi. klien mungkin berada pada risiko
bahaya sebagai konsekuensi diketahui intervensi keperawatan
yang dimaksudkan untuk membantu.
3) Beneficence
Berarti "berbuat baik" perawat diwajibkan untuk berbuat baik, yaitu
untuk melaksanakan tindakan yang menguntungkan klien dan
dukungan buat mereka. Namun, berbuat baik juga dapat
menimbulkan risiko merugikan
4) Justice
Sering disebut sebagai keadilan. perawat sering menghadapi
keputusan di mana rasa keadilan harus menang.
5) Fidelity

18
Kozier & Erbs 2004 Fundamentals of nursing Edition 9 Person USA Hal;85-
86
Artinya menjadi setia kepada perjanjian dan janji-janji. berdasarkan
kedudukan mereka sebagai perawat profesional, perawat
memiliki tanggung jawab kepada klien, pengusaha,
pemerintah, dan masyarakat, serta untuk diri mereka sendiri.
perawat sering membuat janji seperti aku akan segera kembali
dengan obat penghilang rasa sakit atau aku akan mencari tahu
untuk Anda. klien mengambil janji tersebut secara serius, sehingga
harus menunggu perawat
6) Veracity
Mengacu pada mengatakan yang sebenarnya. meskipun hal
ini tampaknya sederhana, dalam prakteknya, pilihan tidak selalu
jelas. harus perawat mengatakan yang sebenarnya ketika diketahui
bahwa hal itu akan menyebabkan bahaya? apakah perawat berbohong
ketika diketahui bahwa kebohongan akan mengurangi
kecemasan dan ketakutan? berbohong kepada orang sakit atau
sekarat jarang dibenarkan. hilangnya kepercayaan perawat dan
kecemasan yang disebabkan oleh tidak mengetahui kebenaran.

2.3. Konsep Ekonomi Kesehatan

Bidang ilmu ekonomi secara tradisional di bagi menjadi dua subbidang


yang luas. Ekonomi mikro merupakan pembelajatran tentang bagaimana
rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dan bagaimana
mereka berinteraksi pada pasar tertentu. Ekonomi makro mempelajari
fenomena- fenomena ekonomi secara luas.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 memberikan


pengaruh yang sangat besar pada setiap aspek kehidupan bangsa dan Negara
Indonesia. Hal ini menjadi semakin parah dengan terjadinya bencana alam
yang berskala local maupun nasional di wilayah Indonesia dan berdampak
pada bidang kesehatan.
Kemampuan pusat-pusat pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan bermutu dan
harga obat yang terjangkau oleh masyarakat umum semakin menurun.
Di sisi lain, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaraan mereka
akan arti hidup sehat. Namun, daya beli masyarakat untuk
memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan semakin menurun akibat krisis
ekonomi yang berkepanjangan, terutama harga obat-obatan yang
hamper semua komponennya masih diimpor.

Departemen kesehatan RI sudah mengantisipasi dampak krisis ekonomi


dibidang kesehatan dengan menyesuaikan terus kebijakan pelanyanannya
terutama di tingkat operasional. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
primer, baik dipusksmas maupun rumah sakitt di tingkat kabupaten
harus dijadikan indicator penerapan kebijakan baru di bidang
pelayanan kesehatan. Realokasi dana alokasi umum (DAU) dan dana
alokasi khusus (DAK) juga perlu terus dikembangkan oleh pemda
untuk membantu penduduk miskin. Beberapa kebijakan operasional
yang sudah mendapat perhatian dalam menghadapi krisis kesehatan ini
adalah sebagai berikut :

a. meletakkan landasan kebijakan kesehatan yang lebih bersifat pencegahan


(preventif)
b. kebijakan obat nasional harus diarahkan untuk permasyarakatan obat-
obatan esensial yang terjangkau oleh masyarakat.
c. Etika kedokteran dan tanggung jawab profesi seharusnya mendapat porsi
yang lebih besar dalam pendidikan dokter agar dokter yang
ditamatkan oleh fakultas kedokteran di Indonesia juga dapat
berfungsi sebagai cendikiawan di bidang kesehatan.
d. Kesehatan merupakan hak masyarakat yang harus diperjuangkan terutama
penduduk miskin karena sudah merupakan komitmen global pemerintah
A. Pembiayaan kesehatan

Sumber-sumber pembiayaan kesehatan dapat di peroleh


dari pemerintah, swasta, masyarakat dalam bentuk pembiayaan langsung (fee
for service) dan asuransi, serta sumber-sumber lain dalam bentuk hibah
atau pinjaman dari luar negeri.

Pembiayaan kesehatan di masa depan akan semakin mahal karena :

a. Pertumbuhan ekonomi nasional yang juga mengakibatkan


meningkatnya tuntutan (demand) masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu.
b. Perkembangan teknologi kedokteran dan pertumbuhan
industry kedokteran. Hamper semua teknologi kedokteran masih impor
sehingga harganya relative mahal karena nilai rupiah yang jatuh
dibandingkan dolar amerika.
c. Subsidi pemerintah semakin menurun akibat krisis ekonomi tahun 1998.

B. Sumber kegiatan sector kesehatan


1) Pemerintah

Melalui anggaran pendapatan belanja Negara (APBN)


yang disalurkan ke daerah dalam bentuk dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana
sector kesehatan yang bersumber dari APBN menurun. Pemerintah
pusat juga masih tetap membantu pelaksanaan program kesehatan di
daerah melalui bantuan dana dekonsentrasi khususnya untuk
pemberantasan penyakit menular.

2) Anggran pendapatan belanja daerah.

Mobilisasi dana kesehatan juga dapat bersumber dari masyarakat


dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan
kesehatan oleh pihak swasta, dan biaya langsung yang dikeluarkan
oleh
masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan
yang diserap oleh berbagai sector harus dibedakan dengan dana sector
kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.

3) Bantuan dari luar negeri


Bantuan dari luar negeri dapat dalam bentuk hibah atau pinjaman
untuk investasi atau pengembangan pelayanan kesehatan

C. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko
(sakit) dari resiko kelompok, beban ekonomi yang harus dipikul oleh
masing - masingpeserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung
kepastian karena memperoleh jaminan.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan
merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengantisipasi mahalnya
biaya pelayanan kesehatan, karena :
a. pemerintah dapat mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan dari
sector kesehatan.
b. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada
masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
c. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang
lebih luas sehingga dapat mengurai resiko secara individu.

Unsur-unsur asuransi kesehatan, yaitu:


a. Adanya perjanjian
b. Adanya pemberian perlindungan
c. Adanya pembayaran premi oleh masyarakat

Jenis asuransi yang berkembang di Indonesia, yaitu :

a. Asuransi kesehatan social (social Health Insurance)


Contoh : PT Askes untuk pegawai negeri sipil(PNS) dan
penerima pension, PT Jamsostek untuk tenaga kerja swasta
b. Asuransi kesehatan komersial perorangan (private Voluntary Health
Insurance)
Contoh : Lippo life, BNI life, Tugu mandiri, Takaful.
c. Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private Health
insurance)
Contoh : Produk asuransi kesehatan suka rela oleh PT Askes.

D. Sistem Pebayaran kesehatan


1) Retrospektif
a) Biaya dibebankan lebih awal
b) Pembayaran di berikan setelaah pelayanan di berikan
c) penyalahgunaan melalui permintaan atau adanya tes yang tidak
diperlukan
d) lebih berfokus pada keadaan sakit dibandingkan sejahtera.
2) Prospektif
a) Pihak yang berwenang sudah menentukan besarnya premi
b) Besarnya premi dari prediksi yang ditentukan sejak awal
c) Besarnya premi relative tetap dibandingkan keseluruhan biaya
d) Provider beresiko rugi atau untung.

E. Jaminan Kesehatan Masyarakat


1) Kesehatan bagi semua
Pemerintah mempunyai tugas berat untuk melaksanakan
program ini secara optimal untuk mencapai efisiensi dan berkualitas.
Hal yang mesti diingat pemerintah, bahwa kesejahteraan
social tersebut dapat terwujut menurut pandangan ekonomi
kesehatan apabila tercapai kepuasan maksimal yang diinginkan
oleh setiap anggota masyarakat.
2) Perlunya jaminan kesehatan masyarakat
Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakir
dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi
seperti kurangnya kebersihan lingkungan, perumahan yang
saling berhimpitan, serta pengetahuan terhadap kesehatan dan
pendidikan yang umumnya rendah.

Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah


tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap
pelayanan kesehatan. Kesulitan akses kesehatan ini dipengaruhi
oleh berbagai factor seperti tidak adanya kemampuan
secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal.

Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai


factor seperti perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi
kesehatan dan kedokteran, pola bembiayaan kesehatan berbasis
pembayaran out of pocket, kondisi geografis yang sulit dijangkau
sarana kesehatan.

F. Restrukturisasi system kesehatan

Hsiao (2000) mengusulkan perlunya upaya restrukturisasi


terhadap lima komponen utama yang akan berdampak pada hasil, yaitu :

a. Restrukturisasi keuangan (financing)

Keuangan atau anggran merupakan komponen structural


utama yang akan mempengaruhi hasil karena dapat
berdampak pada pendidtribusian status kesehatan dan
kemampuan pembiayaan pemerintah terhadap pelayanan kesehatan.

b. Restrukturisasi Organisasi makro melalui pengorganisasian pasar


seperti
Membagi fungsi pelaksanaan pelayanan kesehatan pada bagian
terkecil untuk alas an efisiensi dan kualitas (misalnya home
care, pusat rehabilitasi) yang terintegrasi secara vertical.
c. Memilih system pembayaran yang tepat kepada pemberi pelayanan
kesehatan.
d. Diperlukan regulasi dengan coercive power
e. Diperlukan upaya edukasi, informasi, dan persuasi untuk
mempengaruhi keyakinan, harapan, gaya hidup, dan
pilihan masyarakat.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1. Praktek Keperawatan

Hingga dewasa ini perawatan di Indonesia sedang memasuki proses


awal dari proses professional dan masih harus memperjuangkan langkah-
langkah profesionalisasi yang sesuai dengan keadaan lingkungan
19
social ekonomi di Indonesia. Untuk itu, para perawat harus memahami
falsafah dan paradigma keperawatan yang memberi arah kepada
perkembangan keperawatan sebagai profesi. Salah satu karakteristik
utama praktik professional adalah praktek yang didasarkan pada nilai-
20
nilai professional semakin dibutuhkan karena:

a. Perkembangan pesat yang terjadi pada teknologi kesehatan,


perubahan social ekonomi, dan peningkatan kesadaran klien
akan haknya.
b. Tuntutan profesi untuk melindungi hak klien dalam
mendapatkan layanan bermutu, sehingga perawat diharapkan
mampu berperan sebagai pembela klien. Peran sebagai pembela
klien, didasarkan pada prinsip melakukan yang baik untuk klien
(beneficience) dan tidak merugikan klien (nonmaleficence).

Nilai-nilai yang terkandung dalam praktek keperawatan dintaranya


21
adalah

a) Nilai intelektual
Terdiri tiga komponen yang sangat terkait

19
Kusnanto.2004. Pengantar profesi danpraktek keperawatan professional. EGC.
Jakarta. Hal:60
20
Ratna Sitorus. 2006. Model Praktek Keperawatan Profesional Di Rumah
sakit: Penataan
Struktur & Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan Diruang Rawat. EGC.
Jakarta. Hal;16-
17
21
Kusnanto. 2004. Hal:103
1) Body of knowledge yang melandasi praktek professional
2) Pendidikan spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu
pengetahuan
3) Penggunaan pengetahuan dalam berfikir kritis dan kreatif
b) Nilai Komitmen Moral
Perilaku perawat harus dilandasi aspek moral
c) Otonomi, Kendali, dan tanggung gugat

Sesuai dengan teori yang paparkan di atas, dalam melaksanakan


praktek perawat harus secara professional. Bekal untuk professional adalah
mengerti nilai dasar keperawatan, sehingga perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan holistic, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, bersifat manusiawi, berdasarkan
kebutuhan baik internal maupun eksternal klien, asuhan ditujukan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien. Allah berfirman dalam
Surat Al-Qashash ayat 77" . Dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah
22
berbuat baik kepadamu"

Kecenderungan dan arah perkembangan keperawatan terus


mengalami perubahan. Dahulu asuhan keperawatan diberikan atas
dasar naluriah, sebagai ungkapan kasih sayang seorang ibu terhadap
anggota keluarganya yang sakit. Demikian pelayanan keperawatan
lebih bersifat pelayanan vokasional atau tradisional, sekarang mulai
dikaji/ dipelajari dan dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah
yang mendasari ilmu keperawatan, sebab ilmu keperawatan merupakan
ilmu terapan, sistesis dari ilmu-ilmu dasar dan ilmu keperawatan. Ilmu
terapan tidak akan lepas dengan ilmu lainnya, misalnya ilmu budaya
ataupun ilmu ekonomi.

Menurut teori Bereaucratic Caring Dr, Marilyn Ray's


menyampaikan kesehatan, sistem kesehatan, dan praktik keperawatan
dalam organisasi yang kompleks yang terus berubah. perawat yang terlibat

22
Q.S. AI-Qashash;77
dalam lingkungan praktek didasarkan pada dimensi spiritual-etika, politik,
ekonomi, hukum, teknologi, pendidikan, fisik dan sosial-
budaya. hubungan perawat-klien dengan variabel perawatan, dimana
salah satu variabel yaitu ekonomi.

ray (1987b) challenged nurse and nursing to discover the meaning of


the moral foundation of human caring and economics. the
economic and political dimensions of the theory of bureaucratic
caring served as the basis for the ongoing research conducted by ray
and turkel. in a grounded theory conducted by ray and turkel (2000),
qualitative interviews were conducted in not-for-profit and military
sectors of the healthcare delivery system. the purpose of
this research was to continue the study of the nurse-patient
relationship as an economic interpersonal resource. findings
from this study identified that the nurse-patient relationship was
both outcome and process. categories, which emerged during data
analysis, included relationships, caring and costs. the formal
theory of relational caring complexity illustrated that the caring
relationship among the nurse, patient, and administrator is complex
and co creative, is both process and outcome, and is a function
of a set of economic variables and a set of nurse-patient
relational caring variables. economic variables are depicted
as time, technical, and organizational resources. nurse-patient
relational caring variables
23
are caring, relationship, and education (turkel & ray, 2000)
Dasar riset yang dilakukan ray (2010) yaitu membayar untuk layanan
perawatan kesehatan menjadi masalah yang lebih besar. sistem penyediaan
layanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh jumlah status ekonomi
suatu negara. menurut pusat untuk Medicaid dan Medicare jasa (cms,
2008) faktor yang berhubungan dengan kepedulian termasuk uang,
anggaran, sistem asuransi, keterbatasan, dan petunjuk yang
diberlakukan oleh organisasi managed care dan, alokasi sumber daya
yang langka manusia dan material untuk menjaga kelangsungan hidup
ekonomi organisasi. merawat sebagai sumber antarpribadi harus
dipertimbangkan serta barang-
barang, uang dan jasa.

23
Marian C Turkel 2007 Dr Marilyn Rays Theory of Bereaucratic Caring
International Journal
for Human caring. Vol. 11, No. 4, 57-69.
Pendekatan holistic dalam memberikan pelayanan keperawatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan tanpa mengenyampingkan
aspek etik dan legal keperawatan menjadi poin penting. Perawat
dituntut memberikan pelayanan yang professional akan tetapi bukan
hanya satu ilmu keperawatan saja yang perlu dipahami akan ilmu
yang lain, salah satunya adalah ekonomi. Memandang manusia sebagai
klien harus holistic artinya faktor eksternal tidak boleh
dikesampingkan oleh perawat, lingkungan, budaya, ekonomi, politik.
Sesuai dengan definisi keperawatan dalam lokakarya tahun 1983 yaitu
sebagai suatu bentuk pelayanan professional merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko- sosial-spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
yang sakit maupun sehat yang mencangkup seluruh proses kehidupan
manusia.

3.2. Trend dan Issue Hubungan Ekonomi dengan Praktek Keperawatan


Keperawatan
1. Pemerintah
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi disebuah Negara akan
sangat mempengaruhi derajat kesehatan penduduknya dan berkaitan
erat pula dengan kemampuan Negara tersebut untuk
mengembangkan pelayanan kesehatan maupun kegiatan-kegiatan lain
disektor kesehatan. Oleh karena itu kebijaksanaan dibidang kesehatan
dan pelaksanaannya juga sangat dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi
secara makro.
Program-program kesehatan hendaknya dipandang sebagai suatu
strategi yang menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan
ekonomi dari suatu penduduk. Strategi tersebut membutuhkan pilihan
program-program yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
secara efisien.
Pada saat ini pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (UU BPJS). Dengan terbitnya kedua undang-
undang dimaksud, Pemerintah diwajibkan untuk memberikan lima jaminan
dasar bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu jaminan kesehatan,
kecelakaan kerja, kematian, pensiun, dan tunjangan hari tua. Jaminan
dimaksud akan dibiayai oleh perseorangan, pemberi kerja, dan/atau
Pemerintah. Dengan demikian, Pemerintah akan mulai menerapkan
kebijakan Universal Health Coverage dalam hal pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dimana sebelumnya Pemerintah (Pusat)
hanya memberikan pelayanan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan
ABRI-Polisi. Kebijakan ini umumnya diterapkan di negara-negara yang
menganut paham welfare state yaitu negara di Eropa Barat dan negara
jajahan mereka serta beberapa
24
negara Amerika Latin.
Menurut Mentri Kesehatan Nafsiah Mboi, sampai akhir bulan
Mei
2014 penyelenggaraan JKN sudah berhasil memberikan perlindungan
25
kepada lebih dari 50% penduduk Indonesia. suatu kebijakan pasti
mempunyai dampak, baik dirugikan maupun diuntungkan.
Keperawatan juga mendapat dampak dari program ini yaitu tuntutan
profesionalitas perawat dalam melaksanakan praktek keperawatannya.
Didalam Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional dalam bab IV tentang
pelayanan kesehatan dikatakan dalam hal di suatu kecamatan tidak
terdapat dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan
praktek bidan dan atau praktik perawat untuk memberikan pelayanan
kesehatan Tingkat pertama sesuai dengan kewenangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-
26
undangan.

24
Novijan Janis.2014.BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Kesehatan. Artikel Ilmiah
Subbidang Analisis Resiko Ekonomi, Keuangan dan Sosial. Kemenkeu RI.
25
Nafsiah mboi. 2014. Data JKN. (online)
www.jkn.kemkes.go.id/detailberita.php?id=76
26
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional
2. Profesi Keperawatan
Pada saat ini kebutuhan masyarakat terhadap masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan termasuk keperawatan akan terus
meningkat. Masyarakat akan menuntut tersedianya pelayanan
keperawatn dengan kualitas secara professional dan dapat
dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan yang ditentukan. Pendekatan holistic dalam memberikan
pelayanan keperawatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan tanpa
mengenyampingkan aspek etik dan legal keperawatan harus betul-
betul dilaksanakan.
a. Peran perawat
Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang, berdasarkan Doheny(l982)
mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat
professional, melipuri:
l) Care giver I pemberi asuhan keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung
maupun tidak langsung kepada pasien, menggunakan
pendekatan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi serta evaluasi. Dalam pengkajian perawat harus
mengumpulkan data dan informasi dengan benar dan lengkap
termasuk bidang ekonomi. Karena status derajat kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh ekonomi. Untuk itu dalam
memberikan pelayananI asuhan keperawatan perawat
memperhatikan individu sebagai makhluk yang holistic dan unik.
2) Client Advocate
Perawat sebagai pembela untuk melindungi klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan. Kalau dalam konteks ekonomi, perawat menjadi
advocate pasien mendapatkan hak informasi perkiraan biaya
pengbatan I rincian biaya atas penyakit yang dideritanya dan
Hak menyetujui izin persetujuan tindakan keterkaitan biaya.
3) Concelor
Dalam memberikan arahan perawat bisa menggunakan pendekatan
ekonomi dalam merubah perilaku menjadi sehat.
4) Educator
Perawat memberikan pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi
perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan
5) Collaborator
Perawat melakukan kerja sama dengan tim kesehatan lain dan
keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan
asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
Dalam melakukan kolaborasi perawat mempunyai peran sebagai
advocasi biar tidak merugikan klien.
6) Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang
ada baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi
sehingga tidak ada intervensi yang tumpang tindih.
7) Change agent
Perawat dapat melakukan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
8) Consultant
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan ataupun terkait dengan ekonomi klient.
b. Hubungan ekonomi dengan etik keperawatan
Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan
dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema menjadi sulit
dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara
dua atau lebih prinsip etis. Sebagai tenaga profesional perawat
kadang sulit karena keputusan yang akan diambil keduanya
sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan. Pada saat
berhadapan dengan
dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti rasa marah,
frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang
harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan
komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Fenomena saat ini banyak terjadi pelagaran etik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pelangaran etik yang sering terjadi
yaitu dari sisi keadilan dimana adanya perbedaan pelayanan yang
miskin dan yang kaya. Seperti contoh dibawah ini dari harian kompas
27
jumat, 20 September 2012

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi


orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali- kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".Q.S. Al-
28
Maidah: 8

27
Koran kompas jumat, 20 September 2012
(online)
http:IIhealth.kompas.comIreadI2012I09I28I11094194IPasien.Miskin.Mendapat.Layanan.Diskrimin
atif
28
Q.S. Al-Maidah:
8
c. Pengaruh pendapatan ekonomi dengan kinerja perawat

Salah satu penyebab utama masalah-masalah tenaga keperawatan,


pelayanan keperawatan dan kekurangan perawat adalah rendahnya
kepuasan kerja perawat.lebih dari 40% menglami ketidakuasan kerja
dan 33% perawat berumur kurang dari 30 tahun bermaksud keluar dari
pekerjaan mereka (aitken et al, 2001). Berbagai penyebab
yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat sangat
bervariasi. Disampaikan oleh chen (2008) bahwa pada tingkat
macroekonomi kekurangan perawat dan ketidakpuasan kerja
berhubungan dengan manajemen, kepemimpinan, beban
kerjajadwal kerja, kolaborasi,
29
interdisiplin, stafiing gaji, fisik .
Seperti halnya perawat dalam berita dari Imoney Indonesia 21
Mei 2014 mengkategorikan perawat lima dari 4 profesi berganti
30
rendah di Indonesia . Disamping itu juga malang post tanggal 02 Mei
31
2013 berjudul gaji perawat poskesdes jauh di bawah UMK. Ini
suatu yang dilematis dari segi profesi keperawatan, tidak adanya suatu
kebijakan dari organisasi profesi terkait pembelaan
terhadap keperawatan supaya dalam menjalan praktek
keperawatan bisa professional.
Paper reviews dari David Keepnews Association Professional
32
Nursing and Health Care Council Washington State (2013) tentang
"Mapping the Economic Value of Nursing" merekomendasikan terkait
permasalahan economi di profesi perawat itu sendiri seperti di bawah
ini.

29
Edi Wuryanto.2010.Hubungan Lingkungan Kerja dan Karakteristik
lndividu dengan Kepuasan Kerja Perawatdi RSUD Tugurejo Semarang. (tesis).
Fakultas llmu Keperawatan. Program Magister Keperawatan Universitas
lndonesia.
30
http://www.imoney.co.id/articles/lima-profesi-vital-bergaji-rendah-
di-indonesia/
31
http://malang-post.com/metro-raya/66342-gaji-perawat-poskesdes-
jauh-di-bawah-umk
32
David M. Keepnews.2013. Mapping Economic Value of Nursing.
Wasington State Nurse
Assoction(online)http://www.wsna.org/practice/publications/documents/econo
mic%20value%2
0of%20nursing%20-%20white
%20paper.pdf
"Nurses should be knowledgeable about the economic and
policy issues that drive decisions relating to their practice. As
health care organizations continue to adjust to changes in the
health care system, including the financing of health care
services, nurses should possess the requisite knowledge to
understand those changes, respond to them and to advocate on
behalf of themselves and their patients. This means that nurses
should have at least a basic understanding of health policy and
financing as well as current knowledge regarding the link
between nursing and outcomes of care. At the same time,
nurses need to remain grounded in the human values on which
the profession is based"

Anda mungkin juga menyukai