Anda di halaman 1dari 20

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

Sumber-Sumber Hukum Indonesia

Dosen Pengampu : Edytiawarman, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh:

(39) Lidya Syah Fitri

(51) Jaka Suryadinata

(17) Novia Tamara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

2016
Sumber-Sumber Hukum di Indonesia

Cari tentang Sumber-Sumber Hukum di Indonesia, yaitu :


1. Sumber-sumber hukum menurut ilmu pengetahuan
2. Sumber-sumber hukum Indonesia

3. Sumber-sumber hukum positif Indonesia

4. Sumber-sumber hukum dilihat dari pembagian hukum :


a. Hukum perdata h. Hukum administrasi negara

b. Hukum dagang i. Hukum acara perdata

c. Hukum islam j. Hukum acara pidana


d. Hukum adat k. Hukum acara tata usaha negara
e. Hukum agraria l. Hukum acara Mahkamah Konstitusi

f. Hukum pidana m. Hukum Pajak


g. Hukum tata negara
1. Sumber - sumber hukum menurut ilmu pengetahuan
Terdiri dari :

a. Undang-Undang

b. Yurisprudensi

c. Kebiasaan

d. Traktat

e. Doktrin

2. Sumber - sumber hukum Indonesia


Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang

memiliki kekuatan bersifat memaksa, yaitu jika dilanggar atau melanggar akan

mengakibatkan timbulnya sanksi tegas diantaranya yaitu segi material dan segi formal.

a. Sumber Hukum Material

Sumber hukum material adalah segala kaidah, aturan atau norma yang menjdi

patokan atau sumber dari manusia untuk bersikap dan bertindak.atau sumber hukum

materi yaitu tempat dari manakah material itu diambil. Suatu keyakinan atau perasan

hukum dari individu dan juga pendapat umum yang dapat menentukan isi hukum.

Sumber hukum materiil terdiri atas :

ng atau pendapat umu

b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formil merupakan tempat atau sumber darimana suatu peraturan

memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang

menyebabkan peraturan hukum itu berlaku. Sumber Hukum Formil antara lain:

Undang-undang (Statue)

Kebiasaan (Custom)
Keputusan Hakim (Yurisprudensi)

Pendapat Sarjana Hukum (Doktrin)

Traktat (Treaty)

3. Sumber sumber hukum positif Indonesia


Hukum Positif Indonesia diartikan sebagai hukum positif adalah kumpulan asas

dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan

mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau

pengadilan dalam negara Indonesia. Hukum positif yang pernah berlaku di Indonesia,

yaitu :

a. Pra kemerdekaan Indonesia


Baik di Indonesia (menurut hukum adat) maupun dinegeri belanda dahulu, tidak

dikenal suatu pembedaan suatu hukum. Baik hukum yang mengatur antar negara, antar

warga negara, dan juga hukum yang mengatur anat perorangan. Dalam masa

kolonialisme indonesia terbagi menjadi tiga kelompok penduduk:

a) Penduduk Timur Asing

Dalam penduduk Timur Asing di Indonesia dapat di bedakan menjadi dua yakni;

Tionghoa dan juga Timur asing lainnya (seperti orang Arab dan India), untuk orang-

orang Tionghoa ini hukum yang mengatur kehidupan mereka serupa dengan hukum di

Eropa, sedangkan begitu pula dengan penduduk Timur Asing lainnya, hanya saja juga

tercampur dengan adat asli mereka masing-masing

b) Penduduk Indonesia

Penduduk Indonesia yaitu penduduk tradisional Indonesia, tanpa ada campuran

darah dari penduduk asing. Dalam penduduk asli dalam perilaku hukum yang mengatur

dalam kehidupan mereka selalu sama dan hukum adat mereka, sehingga kedudukan

hukum serta adat istiadat mereka sama.


c) Penduduk Eropa

Untuk kelompok penduduk Eropa ini dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni; orang

Eropa, yang artinya Orang Indonesia Keturunan Eropa, baik itu belanda. Lalu orang

Tionghoa, artinya orang Indonesia keturunan Tionghoa, orang Timur lainnya, yakni orang

Indonesia keturunan Arab, India, dan yang terakhir orang Indonesia Pribumi.

Periode kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: periode VOC, Liberal

Belanda dan Politik etis hingga penjajahan Jepang.

b. Fase Kemerdekaan
Sebagai Negara yang baru merdeka, Indonesia membutuhkan wadah organisasi

bangsa demi melaksanakan dan mengisi kemerdekaanya. Dan setelah bangsa

Indonesia merdeka rumusan UUD itu ditetapkan oleh PPKI sebagai UUD Negara

Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan UUD 1945.

Selama kemerdekaanya bangsa Indonesia mengalami pasang-sarut dalam menjalankan

roda pemerintahanya yang dimana hal ini berpengaruh pada dinamika politik hukum di

Indonesia. Kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada politik hukum Indonesia dapat

di golongkan menjadi 3 masa, yaitu :

Masa Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru berkeinginan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa

dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Demi mewujudkan hal tersebut diciptakanlah berbagai produk UU untuk melaksanakan

berbagai ketentuan yang


tercantum dalam UUD 1945 sebagai hukum yang tertinggi. Sebagai konsekuensi

pemerintahan Orde Baru yang berkeinginan mewujudkan cita-cita Pancasila dan UUD

1945 secara murni dan konsekuen, maka dibuatlah susunan perundang-undangan

(Hirarki) sebagai berikut :

(1) Undang-Undang Dasar 1945

(2) Ketetapan MPR

(3) Undang-Undang/Perpu

(4) Keputusan Presiden

(5) Peraturan Pelaksanan Lainya :

a. Intruksi Menteri,

b. dan lain-lain.

Masa Orde Reformasi


Keberhasilan Reformasi politik, terbukti dengan adanya amandemen
konstitusi (UUD 1945), maka politik hukum yang terpenting pada Orde
Reformasi adalah diambilnya keputusan politik untuk merubah UUD 1945.
Amandemen UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali, sejak tahun

1999-2002. Dengan demikian komposisi UUD 1945 yang mengalami 4 kali


perubahan tersebut, disahkan pada perubahan keempat oleh MPR pada
sidang Tahuan MPR tahun 2002. Maka UUD 1945 yang mengalami 4 kali

perubahan tersebut memiliki susunan sebagai berikut :


1. Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli;

2. Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar 1945


3. Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945
4. Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar 1945

5. Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar 1945


Masa Orde Lama

Dalam menjalankan roda pemerintahanya orde lama mengalami dinamika politik

yang mempengaruhi kebijakan politik hukum pada saat itu, hal itu dapat diklasifikasikan

menjadi 3 periode, yakni :

a. Periode 1945-1950

b. Periode 1950-1959

c. Periode 1959-1965

4. Sumber sumber hukum dilihat dari pembagian :


a. Hukum Perdata
-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

epalingen van Wetgeving (AB)

-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria

-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Perkawinan

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta

Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah

-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Jaminan Simpanan (LPS)

nstruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI)

b. Hukum Dagang

g Pasar Modal
-Undang Hukum Pidana (KUHD)

-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

-Undangan

c. Hukum Islam

Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu

masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Quran maupun Hadits, dengan

menggunkan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara

menetapkan hukum-hukumyang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber

hukum yang ketiga.

Al Quran berisi wahyu-wahyu dari Allah SWT yang diturunkan secara berangsur-

angsur (mutawattir) kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al Quran

diawali dengan surat Al Fatihah, diakhiri dengan surat An Nas. Membaca Al Quran

merupakan ibadah.

Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa

perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum

Islam yang kedua setelah Al Quran.


d. Hukum Adat
-angsurkan ditentukan oleh

menteri kehakiman

menurut kenyataannya harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan

nasional dan negara, berdasarkan persatuan bangsa dan tidak boleh bertentangan

dengan UU atau peraturan yang lebih tinggi.

dalam lampiran A paragraf 402

kesatuan

susunan, kekuasaan dan acara pengadilan sipil

pelimpahan wewenang kembali kepada masyrakat hukum adat untuk melaksanakan

hak menguasai atas tanah, sehingga masyrakat Hukum Adat merupakan aparat

pelaksana dari hak menguasai negara atas untuk mengelola tanah yang ada di

wilayahnya.

rlaku atas bumi, air,

udara dan ruang angkasa adalah Hukum Adat sepanjang (dengan pembatasan) tidak

bertentangan dengan kepentingan nasional, negara, sosialisme dan undang-undang.

Harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada agama

un 2004 yang menggantikan UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.


e. Hukum Agraria

Sumber-sumber Hukum Agraria Tertulis


-undang Dasar 1945.

berdasarkan peraturan atau pasal peralihan. Pasal peralihan yang dimaksud ialah

Pasal 56, Pasal 57 dan Pasal 58.

( UU No. 18 Tahun 2004)

-peraturan lainnya berkenaan dengan UUPA

Sumber-sumber Hukum Agraria Tidak Tertulis


-undang Pokok Agraria,

misalnyayurisprudensi dan Praktek Agraria.

-syarat tertentu dimana hukum agraria memuat


peraturan dalam hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan

Nasional dan Negara.

f. Hukum Pidana

ng-undang Hukum Pidana (KUHP);

Sistematika KUHP terdiri dari tiga buku, yaitu:

Buku I : Ketentuan Umum (Pasal 1 Pasal 103)

Buku II : Kejahatan (Pasal 104 Pasal 488)

Buku III : Pelanggaran (Pasal 489 Pasal 569)

- UU No. 20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

- Pasal 85), UU No.15 Tahun

2003 tentang Terorisme. Pasal 263 KUHP (Pemalsuan Surat)

- UU No.31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

- UU No. 23 Tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

- UU No. 8 Tahun 2010, tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Keberadaan hukum pidana adat diakui dengan masih berlakunya Pasal 5 ayat (3) sub

UU Darurat No. 1 Tahun 1951. Undang-undang Hukum Pidana Khusus;

mberantasan Tindak Pidana

Korupsi)

187, 197, 245, 263, 310 KUHP)

nsur alpa (Pasal 195,


201, 359, 360 KUHP).

berbuat aktif secara fisik yang melanggar aturan hukum pidana yang bersifat larangan

(Pasal 338, 351, 362 KUHP).

melakukan perbuatan apapun secara fisik yang melanggar aturan hukum yang bersifat

keharusan (Pasal 522, 531 KUHP)

aduan untuk mengusutnya (Pasal 104, 284, 340, 352, 379 KUHP)

poran yang bersifat aduan

untuk mengusutnya (Pasal 284, 310, 367 KUHP)

perundangan. Sebagai dasar hukumnya Pasal 1 Ayat (1) KUHP

a.

g. Hukum Tata Negara

Sumber HTN materiil adalah dasar dan pandangan hidup, kekuatan politik yang

berpengaruh pada saat perumusan HTN

Pancasila merupakan sumber hukum materiil dalam HTN Indonesia dimana

perwujudannya sebagai sumber segala sumber hukum melalui :


I/MPR/2000

undang

Undang

h. Hukum Administrasi Negara

asila

-Undangan)

ah )
i. Hukum Acara Perdata

-undangan

RV : Reglement op de Burgelijk Rechtsvordering Stb. 1847 No. 52 Jo. Stb. 1849 No.

63 Hukum Acara Perdata untuk golongan eropa.

HIR : Het Herzein Indonesisch Reglement Stb. 1848 No. 16 Jonto Stb, 1941 No. 44

berlaku \ untuk daerah jawa dan Madura.

RBg : Rechtsreglement Buitengewesten Stb. 1927 No. 227 Untuk luar jawa dan

Madura.

BW Buku ke IV : Burgelijke Wetboek Voor Indonesisch

UU No. 20/1947, UU tentang Peradilan Ulangandi Jawa dan Madura.

14/1985 Jo, UU No. 5/2004.

UU No. 2/1986 Jo, UU No. 8/2004 UU tentang Lingkungan Peradilan Umum.

PERMA dan SEMA ( Peraturan Mahkamah Agung dan Surat Edar Mahkamah Agung)

Adat kebiasaan yang dianut oleh para hakim dalam melakukan Pemeriksaan Perkara

Perdata.

Perjanjian Internasional

j. Hukum Acara Pidana

D 1945, Pasal 24 dan pasal 25:

kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan kehakiman

lain menurut UU (Pasal 24 (1)) Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk dihentikan

sebagai hakim ditetapkan dengan UU (Pasal 25).


UU terdiri dari :

-ketentuan Pokok Kepolisian RI

No. 16/ 2004

-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbankan, khususnya Pasal

37 jo. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa

Agung/Jaksa Tentara Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak

pidana tertentu.

-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Undang Undang ini mengatur acara pidana khusus untuk delik korupsi.

Kaitannya dengan KUHAP ialah dalam Pasal 284 KUHAP. Undang - Undang tersebut

dirubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan, dan

PeradilanTindak Pidana Ekonomi.

sia Nomor 73 Tahun 1967 Tentang Pemberian

Wewenang Kepada Jaksa Agung Melakukan Pengusutan, Pemeriksaan Pendahuluan

Terhadap Mereka Yang Melakukan Tindakan Penyeludupan

Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi


Tindakan Kepolisian terhadap Pimpinan/Anggota DPRD Tingkat II dan II

Polri

eputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1991 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia

Hakim

Nomor 44 Tahun 1983 Tentang Tunjangan

Jaksa.

k. Hukum Acara Tata Usaha Negara


tahun 1986 (objek gugatan

dalam sengketa tata usaha negara)

-Ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman,menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan

dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan

Tata Usaha Negara (UU No.14 Tahun 1970 diperbaharui dengan UU No.4 Tahun

2004).

materialnya, yang selanjutnya dirubah dengan UU No. 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman. Prosedur berperkara diatur tersendiri dalam bentuk

UU/Peraturan lainnya, yaitu UU No. 5/1986 tentang PTUN, UU No.9/2004 tentang

PTUN, UU No. 51/2009 tentang PTUN.

-Garis Besar Haluan Negara menjamin


eksistensi PTUN

Tahun 1986 diubah dengan UU No.9 Tahun 2004)

pengadilan tinggi dan pengadilan tata usaha negara)

l. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi

-Undang RI Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Pasal 28

sampai dengan Pasal 85)

Pedoman beracara dalam memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai

dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden

-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 (Pasal 7 B dan 24C)

uran Mahkamah Konstitusi (PMK) Peraturan Mahkamah Konsitusi Nomor

21/PMK/2009

Peraturan Mahkamah Konsitusi Nomor 18/PMK/2009 (Pedoman Pengajuan

Permohonan Elektronik (Electronic Filing) Dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh

(Video Conference))

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum presiden Dan Wakil Presiden)

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)

eraturan Mahkamah Konsitusi Nomor 15/PMK/2008 (Pedoman BeracaraDalam

Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah)


Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, Dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)

entang Prosedur Beracara

Partai Politik)

yustisial mahkamah Konstitusi)

Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara )

Deklarasi Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi)

dalam Perkara Pengujian Undang-Undang)

Keberatan atas Penetapan Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

tahun 2004)

dalam Persidangan Hasil Pemilihan Umum)

Persidangan pada Mahkamah Konstitusi)

Pedoman Tingkah Laku)

Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi)

-undang tentang Mahkamah Konstitusi :


Pasal 28 Pasal 49: Ketentuan hukum acara yang bersifat umum

Pasal 50 Pasal 60 untuk Pengujian Undang-undang

Pasal 61 Pasal 67 untuk Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

Pasal 68 Pasal 73 untuk Pembubaran Partai Politik

Pasal 74 Pasal 79 untuk Perselisihan Hasil Pemilu

Pasal 80 Pasal 85 untuk Pendapat DPR (Ps. 7B UUD)

m. Hukum Pajak

Atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

ehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Anda mungkin juga menyukai