Anda di halaman 1dari 16

1

A. Judul : Implementasi Kedudukan Badan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam

Sistem Pemerintahan Daerah

B. Latar Belakang

Salah satu diantara negara-negara yang sedang berkembang adalah

Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia saat ini sedang giat-

giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang dalam rangka

mewujudkan cita-cita nasional yaitu untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, sesuai dengan

yang disebut dalam Pembukaan UUD 1945.

Pembangunan yang dimaksud bukan saja pembangunan berbentuk

fisik tetapi mencakup pembangunan mental bangsa. Pembangunan tersebut

tidak mungkin berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan apabila sistem

pemerintahan tidak dibenahi sedemikian rupa. Karena dengan sistem

pemerintahan yang baik dan teraturlah pembangunan dapat terlaksana.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Negara Republik Indonesia adalah

Negara kepulauan yang terdiri dari 13 ribu pulau, yang berjejer dari Sabang

sampai Merauke. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-

daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang

masing-masing mempunyai pemerintahan daerah.1 Maka untuk menjangkau


1) Siti Soetami, 1980, Hukum Administrasi Negara II, Fak. hukum UNDIP,
2

seluruh pelosok tanah air supaya pembangunan itu dapat merata perlu dicari

bentuk yang cocok dan serasi sesuai dengan kebutuhan daerah.

Oleh karena itu, maka yang sangat penting di perhatikan oleh

pemerintah adalah pelaksanaan pembangunan di setiap daerah, baik di pusat

maupun di daerah khususnya daerah pedesaan. Sebab kita lihat sesuai dengan

pengumuman dari BAPPENAS bahwa masih banyak desa miskin dan desa

tertinggal di seluruh pelosok tanah air. Memang sudah hal yang wajar apabila

pemerintah saat ini lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan di daerah-

daerah khususnya daerah kabupaten untuk memacu pembangunan daerah

yang masih tertinggal.

Alasan Pemerintah juga menyadari hal ini, terbukti dengan program

pemerintah yang akhir-akhir ini lebih menitik beratkan pelaksanaan

pembangunan di daerah Kabupaten sampai dengan pedesaan yang

disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi daerah yang diatur dalam

undang-undang nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di

daerah, lalu disempurnakan dengan Undang - Undang nomor 22 tahun 1999

dan sekarang di mutakhirkan dengan keluar nya Undang - Undang nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. dimana melalui Undang-undang

tersebut diharapkan bahwa Pemerintahan daerah khususnya pemerintahan

Kabupaten akan berperan aktif melaksanakan tugas-tugas pemerintahan

maupun tugas pelaksanaan pembangunan disegala bidang2.

Semarang, Halaman 44.


2 Ibid.,
3

Sesuai dengan ketetapan MPR No.IV tahun 1973 bahwa dalam rangka

usaha peningkatan keselarasan dan keseimbangan antara pembangunan

sektoral dan pembangunan daerah. Dan dalam rangka usaha menjamin laju

perkembangan dan kesinambungan di daerah, diperlukan adanya perencanaan

yang menyeluruh, terarah dan terpadu.3

Mengingat hal tersebut maka salah satu upaya pemerintah dalam

rangka memajukan pembangunan di daerah adalah dengan membentuk suatu

badan yang bertugas khusus dalam perencanaan pembangunan yaitu melalui

Keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980, tentang pembentukan Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah yang disingkat BAPPEDA pada daerah

tingkat I dan daerah tingkat II di seluruh tanah air.

Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis sangat

dipengaruhi adanya peran serta masyarakat maupun unsur-unsur dalam

masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini jelas di atur dalam Undang - Undang

nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional

yang menjelaskan bahwa tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka

menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara

pemerintah/perangakat daerah dipusat dan daerah dengan melibatkan

masyarakat.

3 Solly Lubis, 1983, Perkembangan Garis Politik dan Perundang-undangan


Pemerintah Daerah, Alumni, Bandung, Halaman 226.
4

Sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 tentang

Pembentukan BAPPEDA Republik Indonesia dan Undang - Undang nomor

25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional tersebut

maka daerah Pemerintahan Provinsi Bengkulu didalam melaksanakan

pembangunan di daerah, terlebih dahulu direncanakan supaya pembangunan

dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu maka pembentukan badan Perencanaan pembangunan

di daerah Provinsi Bengkulu sangat diperlukan dalam melaksanakan

pembangunan secara merata dengan Otonomi yang seluas-luasnya, yang di

teruskan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu nomor

5 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Provinsi Bengkulu. Badan perencanaan pembangunan daerah ini

mempunyai fungsi membantu kepala daerah dalam menentukan

kebijaksanaan dibidang perencanaan pembangunan daerah serta penilaian atas

pelaksanaanya. Artinya untuk daerah Provinsi Bengkulu berfungsi membantu

Bupati dalam perencanaan pembangunan.

Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan masyarakat

mengawal jalannya pembangunan perlu disertai dengan tersedianya ruang

partisipasi publik dalam memberikan masukan-masukan yang mencerminkan

aspirasi masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai pemerintahan integral

dari sistem pemerintahan dalam konteks Negara Kesatuan Republik

Indonesia, secara historis telah mengalami berbagai perubahan pada tatanan


5

manajemen penyelenggaraan pemerintahan daerah yang ditandai dengan

adanya penyempurnaan Undang - Undang nomor 22 tahun 1999, yang

diteruskan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Hal ini tentunya menuntut sebuah konsekuensi yang mendorong

terjadinya perubahan dalam proses implementasi dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya di daerah.

Perubahan tersebut, selain tuntutan reformasi yang mengharuskan

pemerintahan lebih responsive, transparan, akuntabel, juga dipengaruhi oleh

berbagai fenomena dan desakan kebutuhan seiring dengan perkembangan

dinamika organisasi publik dalam upaya mengakomodasikan berbagai

kebutuhan masyarakat serta upaya mengoptimalkan kinerja penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Melaksanakan pembangunan bukanlah suatu pekerjanan yang cukup

mudah, namun sebaliknya adalah salah satu pekerjaan yang sangat berat dan

sulit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-benar mampu

dan sesuai dengan tugas dan wewenang yang menjadi tanggung jawab nya,

untuk itu dibutuhkan orang - orang yang mempunyai dedikasi, kejujuran dan

tanggung jawab akan pelaksanaan tugas dan wewenang yang di emban oleh

setiap penyelenggara pemerintahan di daerah maupun dipusat.

Supaya pembangunan bisa terlaksana secara menyeluruh terarah dan

terpadu, maka perlu adanya suatu perencanaan yang cukup matang yang

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak

dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik. Melihat begitu


6

pentingnya peranan Bappeda tersebut sebagai badan yang turut aktif

membantu bupati kepala daerah dalam Perencanaan Pembanguan daerah,

maka timbul permasalahan bagi kita, sejauh mana kedudukan, tugas dan

fungsi Bappeda PEMDA Provinsi Bengkulu dalam perencanaan

pembangunan daerah.

Tentu Perencanaan Pembangunan Daerah mestilah di sokong dengan

implementasi pemerintahan daerah yang merata dan berkesinambungan

dengan Arah pembangunan yang terencana dengan baik dan dinamis,

tentunya juga tugas pokok dan fungsi lembaga Bappeda mustilah konsisten

dengan komitmen terhadap apa yang diamanatkan oleh peraturan perundang

undangan yang berlaku, serta sangat dipengaruhi adanya peran serta

masyarakat maupun unsur-unsur dalam masyarakat yang secara langsung

maupun tidak langsung terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Hal ini jelas di atur dalam Undang - Undang nomor 25 tahun 2004

tentang sistem perencanaan pembangunan nasional yang menjelaskan bahwa

tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana

pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintah di pusat dan daerah

dengan melibatkan masyarakat.

Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan masyarakat

mengawal jalannya pembangunan perlu didukung dengan tersedianya ruang

partisipasi public dalam memberikan masukan-masukan yang mencerminkan

aspirasi masyarakat. Sebagaimana dipaparkan diatas, maka untuk


7

meningkatkan kwaliatas inplementasi pembangunan daerah di Pemda

Bengkulu, perlu juga di sokong dengan sumber daya manusia (SDM) nya,

yakni pegawai - pegawai yang ada pada jajaran bappeda itu sendiri seputar

tugas pokok dan fungsinya, hal ini bersentuhan dengan hasil yang akan

dicapai, sebab SDM sangat lah berpengaruh, mengingat tanpa SDM maka

suatu perencanaan dan pembangunan takkan berjalan dengan sendirinya4.

Tugas pokok dan fungsi bappeda Bengkulu mustilah berperan aktif

dalam menjalankan wewenang nya sebagai lembaga non departemen

langsung di bawah koordinasi Bupati, hal ini ditekan kan karena mengingat

pembangunan di wilayah daerah pemerintahan Bengkulu dirasakan belum

maksimal dan merata.

Tentulah kurang maksimalnya kinerja Bappeda Pemerintah Provinsi

Bengkulu dikarenakan sumber daya manusia atau aparat Bappeda yang tidak

kompeten dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya dengan benar sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti disinyalir KKN

(korupsi, Kolusi,Nepotisme) yang belum juga bisa di hapus dalam

implementasi pembangunan. Dan yang patut di sayang kan terjadinya kareana

tingkah laku PNS yang tidak disiplin. Untuk itu perlu kita ketahui apa arti

dari pada tugas pokok yang sebenarnya beserta prosedur yang benar dan

sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Untuk itu maka pemerintah mengeluarkan Undang - Undang nomor

43 Tahun 1999 tentang kepegawaian dan beberapa peraturan - peraturan

pendamoing untuk mengefektifkan tugas dan kedisiplinan pegawai khususnya


4 Op. Cit., Halaman 45.
8

di Bappeda. Melaksanakan pembangunan bukanlah suatu pekerjanan yang

cukup mudah, namun sebaliknya adalah salah satu pekerjaan yang sangat

berat dan sulit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-

benar mampu, serta dibutuhkan orang-orang yang mempunyai dedikasi,

kejujuran dan tanggung jawab akan pelaksanaan tugasnya.

Supaya pembangunan bisa terlaksana secara menyeluruh terarah dan

terpadu, maka perlu adanya suatu perencanaan yang cukup matang yang

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai agar apa yang hendak

dilaksanakan benar-benar dapat terwujud dengan baik.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas maka skripsi yang

berjudul Implementasi Tugas dan Wewenang Badan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam Sistem

Pemerintahan Daerah akan dibatasi dalam permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda Pemerintah

Provinsi Bengkulu dalam perencanaan pembangunan daerah ?

2. Sejauh manakah implementasi Badan Pembangaunan Daerah

Pemerintahan Provinsi Bengkulu dalam melaksanakan tugas

wewenangnya ?

3. Apa sajakah hambatan dari tugas Bappeda dalam perencanaan dan proses

pembangunan Provinsi Bengkulu ?

D. Tujuan Dan Manfaaat Penulisan.

1. Tujuan Penelitian.
9

a. Untuk mengetahui kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda

Pemerintahan Provinsi Bengkulu dalam perencanaan pembangunan

daerah.

b. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi Bappeda Pemerintahan

Provinsi Bengkulu dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

c. hambatan apa saja dari tugas Bappeda dalam perencanaan, proses

pembangunan Provinsi Bengkulu.

2. Kegunaan Penelitian.

a. Secara teoritis, dalam penelitian ini di harapkan agar hasil penelitian

nantinya dapat memberikan ataupun menambah pengetahuan terutama

dalam hukum Administrasi Negara mengenai masalah masalah yang

berkaitan dengan Tugas Pokok BAPPEDA dalam sistim Pemerintahan

Daerah.

b. Secara Praktis, bagi Pemerintahan Daerah penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan atau menambah pengetahuan tentang hal

hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi Bappeda di daerah.


10

E. Tinjauan Pustaka.

1. Pengertian BAPPEDA.

Pembentukan BAPPEDA Republik Indonesia ditetapkan dengan

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.27 Tahun 1980 tentang

Pembentukan BAPPEDA R.I, yang mana Bappeda mempunyai dua tingkat

kedudukan. Yang pertama, Bappeda tingkat I (sekarang Pemerintahan

Provinsi) dan Bappeda tingkat II (sekarang Pemerintahan

Kabupaten/Kota).

BAPPEDA merupakan singkatan dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah yang mana badan ini menurut aturan KEPRES

No.27 Tahun 1980 , dalam Bab I bahwa badan ini adalah Badan Staf yang

langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Dimana

Bappeda berperan sebagai pembantu kepala daerah dalam menentukan

kebijakan di bidang perencanaan pembangunan daerah.5

Untuk menyempurnakan peraturan daerah khususnya dalam

implementasi pembangunan daerah yang merata berdasarkan prinsip

otonomi yang seluas-luasnya maka Pemerintah pun mengeluarkan

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, yang mana dalam Pasal 23 di tegaskan sebagai

berikut.

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab


terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan
pembangunan di Daerah Provinsi, Kabupaten, atau Kota adalah

5 I.G. Wursanto, 1989, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta,


Halaman 108
11

kepala badan perencanaan pembangunan Daerah yang


selanjutnya disebut Kepala Bappeda.

Dengan demikian Bappeda adalah Badan penyusun Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD) didaerah baik dalam jangka panjang,

jangka menengah maupun rencana tahunan. Untuk lebih rincinya tentang

pengertian BAPPEDA Republik Indonesia akan di bahas di Bab II

Tulisan/Skripsi ini6.

2. Pengertian Pemerintahan Daerah.

Pemerintahan daerah diatur dalam Undang - Undang nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan perubahan dari

pada Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

dan penyempurnaan dari undang-undang nomor 5 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah yang tidak sesuai lagi dengan

perkembangan keadaan dan penyelenggaraan otonomi daerah.

Pengertian Pemerintah daerah diatur dalam Bab I pasal 1 (2)

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

berbunyi :

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem

dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

6 Ibid
12

Otonomi adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.7 Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.8

Pemerintahan Daerah terdiri dari Pemerintahan Provinsi sampai

dengan Pemerintahan desa yang mana memiliki hak otonomi daerah atas

dasar perimbagan keungan dengan asas desentralisasi dan

dekonsentralisasi. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsentralisasi adalah

pelimpahan wewenang dari pemerintahan kepada Gubernur sebagai wakil

pemerintahan dan atau perangkat pusat di daerah.9

Tujuan pembangunan nasional sebagaimana telah termaktub

didalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 ialah melindungi

segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial


7 Musanef, 1989, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Haji Mas Agung, Jakarta, Halaman 89.
8 Ibid..
9 Ibid., Halaman 178
13

bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan pembangunan tersebut dapat di

capai dengan melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan

terarah dan realitas serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh

sungguh.

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara

materiil dan spirituil yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah

negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan nasional terutama tergantung pada kesempurnaan pegawai

negeri . Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas

diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada

Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah

bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna,

berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan tanggung

jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

Untuk mewujudkan pegawai negeri sebagaimana tersebut di atas maka

perlu adanya pembinaan dengan sebaik baiknya atas dasar system karier

dan system prestasi kerja

F. Metode Pengumpulan Data

1. Pendekatan penelitian.

Dalam metode ini penulis melakukan penelitian melalui

kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang


14

berhubungan dengan pokok permasalahan, peraturan perundang-

undangan yang dianggap relevan serta mendukung kesempurnaan skripsi

ini. Data tersebut penulis uji dengan penelitian di lapangan agar

mengetahui lebih mendalam tentang permasalahannya.

2. Wilayah penelitian.

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data dari kantor

Pemerintahan Daerah Provinsi Bengkulu yang merupakan objek dari

pembahasan penulisan ilmiah ini. Penulis secara langsung terjun

kelapangan dan langsung mengadakan wawancara dengan Kepala

Bappeda di Kantor PEMDA Provinsi Bengkulu serta meminta data-data

yang diperlukan. Dengan cara inilah Penulis mengumpulkan data guna

melengkapi dan mendukung uraian selanjutnya dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber yang dijadikan bahan

penelitian, dalam penelitian ini tidak ada ditentukan yang menjadi

populasi karena hanya melakukan penelitian langsung pada Bappeda

Provinsi Bengkulu.

4. Penentuan informan

Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode purposive yaitu

untuk menetukan informan yang dipilih secara sengaja dengan

menggunakan kriteria dan pertimbangan penelitian.


15

5. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data dalam suatu penelitian dapat ditempuh

dengan empat cara, yaitu :

a. Studi kepustakaan.

b. Observasi.

c. Intervew.

d. Kuesioner.

Dalam pengumpulan data ini, data yang dipergunakan adalah data

primer dan data sekunder, yang dapat diperoleh melalui studi

kepustakaan dan studi lapangan. Berdasarkan pertimbangan tersebut,

maka metode pengumpulan data meliputi :

1) Bahan hukum primer.

a) Undang - Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah

b) Keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980, tentang

pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

c) Undang - Undang nomor 25 tahun 2004 tentang sistem

perencanaan pembangunan nasional

d) Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu nomor 5 Tahun 2007

Tentang Pembentukan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Provinsi Bengkulu

2) Bahan hukum sekunder

a) Literatur yang sesuai dengan masalah penelitian


16

b) Hasil penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian

c) Makalah maupun artikel-artikel yang berkaitan erat dengan

penelitian.

6. Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka akan diidentifikasi

dan digolongkan sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data

yang diperoleh kemudian disusun secara sitematis untuk selanjutnya

dianalisa secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan

dibahas.
Dalam menganalisa data penelitian ini, motode yang digunakan

adalah metode analisis kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang

menghasilkan data deskreptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan

responden secara tertulis atau lesan dan juga perilakunya yang nyata, yang

diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Selanjutnya analisa data

dilakukan sejak awal penelitian dan berlanjut sepanjang penelitian masih

dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai