Anda di halaman 1dari 15

BAB II

Tinjauan Pustaka
2.1 Teori Penduduk,

2.1.1 Aliran Malthusian

Aliran Malthusian dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta yang hidup
pada tahun 1798 hingga tahun 1834. Tulisan monumentalnya An Essay on The Principle of
Population as it Affect Future Improvemenet of Society, with remarkson the speculations of
Mr. Godwin, Mr. Condorcet and other Writer atau lebih populer dengan sebutan Prinsip
Kependudukan (The Principle of Population) diterbitkan pertama kali pada tahun 1798.

Ia menyatakan bahwa penduduk itu (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila
tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat
beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tinggi pertumbuhan ini disebabkan karena
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan.

Manusia memerlukan makanan, sedangkan laju pertumbuhan penduduk lebih cepat dari
pada laju pertumbuhan makanan. Perkembangan penduduk akan mengikuti deret urut
sedangkan perkembangan subsistem (pangan) mengikuti deret hitung dengan interval
waktu 25 tahun seperti berikut:

Penduduk : 1 2 4 8 16 32 64 128 dst

Subsistem : 1 2 3 4 5 6 7 8 dst

(pangan)

Jika kondisi ini dibiarkan maka manusia akan mengalami kekurangan pangan dan
kemiskinan. Untuk keluar dari permasalah ini menurut Malthus harus ada pengekangan
perkembangan penduduk. Pengekangan tersebut dapat berupa pengekangan segera dan
pengekangan hakiki. Yang dimaksud dengan pengekangan hakiki adalah pangan.
Sedangkan bentuk pengekangan segera adalah bentuk preventive check dan positive
check.

1. Preventive check

Preventive check adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive


check timbul karena kemampuan penalaran manusia sehingga dapat meramalkan akibat-
akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Preventive check dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Moral restraint (Pengekangan diri)

Moral restraint yaitu segala usaha mengekang nafsu seksual.


b. Vice

Vice yaitu pengurangan kelahiran seperti, abortus, penggunaan alat kontrasepsi,


homoseksual, pelacuran.

2. Positive check

Positive check adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu
wilayah jumlah penduduk lebih besar daripada jumlah persediaan pangan maka dapat
dipastikan akan terjadi kelaparan, wabah penyakit, dan lain sebagainya. Sehingga dapat
dipastikan tingkat kematin akan semakin meningkat. Positive checkdibagi menjadi 2 yaitu:

a. Vice (kejahatan)

Vice yaitu segala jenis pencabutan nywa sesama manusia seperti manusia seperti
pembunuhan anak-anak (infanticide), pembunuhan orang-orang cacat, dan orang tua.

b. Misery (kemelaratan)

Misery yaitu segala keadaan yang menyebabkan kematian seperti berbagai jenis penyakit
dan epidemi, bencana alam, kelaparan, kekurangan pangan dan peperangan.

Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting,
sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat diterimanya. Pendapat banyak
mendapat kriikan dari para ahli yang menimbulkan diskusi secara terus menerus. Karena
gagasan yang dicetuskan Malthus pada abad 18 dianggap aneh pada saat itu . Malthus
mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang
terus meningkat, hal ini bagi mereka tidak dapat diterima oleh akal sehat. Pada dunia baru
seperti Amerika, Afrika, Autralia dan Asia dengan sumber daya alam yang melimpah mereka
berpendapat bahwa persediaan makanan tidak akan habis. Sehingga preposisi yang
diajukan oleh Malthus tersebut akhirnya memunculkan beberapa kritik sebagai berikut :

Mathus terlalu menekankan terbatasnya persediaan tanah, tetapi ia tidak menyangka


akan ada keuntungan besar dari kemajuan transpor yang dikombinaksikan dengan
pembukaan tanah pertanian baru di Amerika Serikat, Australia dan tempat-tempat lainnya.
Karena dengan kemajuan-kemajuan transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan
daerah lainnya sehingga pendistribusian bahan makanan ke daerah-daerah yang
kekurangan makanan mudah dilaksanakan.

Dalam kondisi yang menguntungkan, hewan dan tanaman dapat meningkat menurut
deret ukur. Malthus tidak memperhitungkn bahwa teknologi juga dapat maju dengan pesat.
Dengan adanya peningkatan metode-metode pertanian seperti penggunaan pupuk dan bibit
unggul lebih banyak maka dapat menaikkan produktivtas.

Malthus tidak memeprtimbangkan kontrol fertilitas bagi pasangan-pasangan yang sudah


menikah. Pada tahun 1822, Francis Place menganjurkan pembatasan kelahiran setelah
perkawinan.

Malthus tidak memperhitungkan bahwa fertilits dapat menurun apabila terjadi


perkembangan ekonomi dan naiknya standar hidup penduduk dinaikkan.
2.1.2 Aliran Neo Malthusian

Pada permulaan abad ke 19 orang masih dapat mengatakan bahwa apa yang diramalkan
malthus tidak mungkin terjadi. Tetapi sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu akan
terjadi. Hal ini dapat dibuktikan bahwa setiap minggunya ada lebih dari satu juta bayi lahir di
dunia ini, ini berarti satu juta lagi mulut yang harus diberi makan.

Dengan realitas yang ada seperti itu akhirnya pada akhir abad 19 dan awal abad 20 Teori
Malthus diusung kembali oleh Garreth Hardin dan Paul Ehrlich. Garreth Hardin dan Paul
Ehrlich memunculkan Aliran Neo Malhusian. Aliran ini lebih radikal dari pada Aliran Malthus.
Aliran ini tidak sependapat dengan gagasan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk
cukup dengan moral restraint saja. Akan tetapi mereka menawarkan bahwa untuk
mengurangi jumlah penduduk dapat dilakukan dengan cara preventive checks, misalnya
dengan penggunaan alat kontrasepsi dan aborsi.

2.1.3 Aliran Marxis

Aliran ini di pelopori oleh Karl Marx dan Friederich Engels ketika Malthus meninggal dunia
di Inggris pada tahun 1834. Pada waktu itu teori Malthus sangat berperan di Inggris maupun
di Jerman. Marx dan Engel tidak sependapat dengan Malthus yang menyatakan bahwa
apabila tidak ada pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan
kekurangan bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Menurut
Marx, kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu
cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada negara-
negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga
menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.

Marx juga mengatakan bahwa, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh kaum buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan
disebabkan karena kekurangan bahan pangan, akan tetapi karena kaum kapitalis mengabil
sebagian dari pendapatan kaum buruh yang dihasilkan. Jadi, menurut Marx dan Engels
sistem kapitalis yang meneyebabkan kemelaratan tersebut, dimana kaum pemilik modal
menguasai alat-alat produksi. Maka menurut Marx untuk mengatasi hal-hal tersebut maka
struktur masyarakat harus diubah dari sistim kapitalis menjadi sistim sosialis.

Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi di kuasai oleh buruh, sehingga
gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh
karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Marx juga mengatakan bahwa
semakin banyak jumlah manusia, semakin tinggi hasil produktivitasnya, jadi tidak perlu
diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk. Marx dan Engel menentang usaha-
usaha moral restraint yang dicetuskan oleh Malthus.

Dalam hal ini pendapat Marx banyak yang menganutnya seperti halnya dengan
Malthus. Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok; pertama, negara-
negara kapitalis yang umumnya cenderung membenarkan teori Malthus seperti Amerika
Serikat, Ingris, Prancis, Australia, Canada, dan Amerika latin; kedua, negara yang menganut
sistem sosial, seperti Uni Soviet, negara-negara Eropa Timur, Republik Rakyat Cina, Korea
Utara dan Vietnam; ketiga, negara-negara nonblok seperti India, Mesir dan Indonesia.
Beberapa kritik yang telah dilontarkan terhadat teori Marx ini diantaranya adalah sebagai
berikut: Marx menyatakan bahwa hukum kependudukan di negara sosialis merupakan
antithesa hukum kependudukan di negara kapitalis. Menurut hukum ini apabila di negara
kapitalis tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama rendah maka di negara sosialis
akan terjadi kebalikannya yaitu tingkat kelahiran dan tingkat kematian sama-sama tinggi.
Namun kenyatanya tidaklah demikian, tingakat pertumbuhan penduduk di negara Uni Soviet
hampir sama dengan negara-negara maju yang sebagian besar merupakan negara
kapitalis.

2.1.4 Aliran Modern

John Stuart Mill

John Stuart merupakan ahli filsafat dan ahli ekonomi yang berkebangsaan inggris
yang juga menerima asumsi Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju
pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu kebenaran. Akan tetapi John Stuart juga
mengatakan bahwa pada suatu situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
demografi di sekitarnya. Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa apabila produktivitas
seseorang tinggi ia akan cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil. Pada situasi
seperti ini fertilitas akan rendah dan taraf hidup menjadi determinan fertilitas. Jadi tidaklah
benar kalau kemiskinan tidak dapat dihindarkan seperti apa yang di katakan oleh Malthus
karean menurut John Stuart bahwa kemiskinan terjadi karena sistem kapitalis (seperti
pendapat Marx).

Arsene Dumont

Arsene Dumont, seorang ahli demografo yang berasal dari Prancis yang idup pada
akhir abad 19. Pada tahun 1890 dia menulis sebuah artikel berjudul Depopulation et
civilization. Ia mencetuskan teori penduduk baru yang di sebut dengan teori kapilaritas sosial
(theory fo social capilarity). Kapilaritas sosial menitikberatkan pada keinginan seseorang
untuk mencapai kedudukan yanglebih tinggi di masyarakat. Teori ini di buat berdasarkan
atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah pipa kapiler.

Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik di negara-negara demokrasi,


yang mana di setiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai kedudukan yang tinggi
dalam masyarakat. Sebagai contoh di negara Prancis yang mempunyai sistem demokrasi
sangat baik, orang-orang disana berlomba untuk mencapai kedudukan yang tinggi,
akibatnya fertilitas menjadi rendah.

Emile Durkheim

Emile Durkheim merupakan ahli sosiolog yang ada di Prancis yang hidup pada akhir
abad 19. Durkheim menekankan perhatiannya padakeadaan akibat dari adanya
pertumbuhan penduduk yang tinggi. Ia mengatakan bahwa, yang mana angka kepadatan
penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, akan menimbulkan
persaingan diantara penduduk akibat untuk dapat mempertahankan hidupnya. Dalam usaha
memenangkan persaingan ini setiap orang berusaha meningkatkan pendidikan dan
ketrampilan yang dia miliki serta mengambil spesialisasi-spesialisasi tertentu yang dapat
menunjang kehidupannya untuk menjadi lebih baik. Dalam situasi seperti ini biasanya
terlihat pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang komplek.

Jika dibandingkan dengan masyarakat pedesaan dan masyarakat industri sksn terlihat
pada masyarakat pedesaan tidak akan terjadi persaingan yang ketat dalam hal pekerjaan
akan tetapi masyarakat industri akan terlihat seperti sebaliknya. Hal ini terjadi karena
masyarakat industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi.

Michael Thomas Sadler dan Doubleday

Dalam hal ini Sadler mengemukakan bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh
jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah. Jika kepadatan penduduk tinggi
maka daya reproduksi akan menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah maka
daya reproduksi akan meningkat. sedangkan Doubleday juga mengemukakan hal yang
sama dengan Sadler akan tetapi Doubleday menitikberatkan pada daya reproduksi
penduduk berbanding terbalik dengan tingkat kepadatan. Doubleday mengatakan bahwa
daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia. Jadi
kenaikan kemakmuran menyebabkan turunnya daya reproduksi manusia. Sedangkan
menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan merupakan perangsang bagi daya
reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru akan menjadi faktor penghambat
perkembangan penduduk.

Teori-teori ini banyak diilhami oleh teori aksi dan reaksi dalam maninjau
perkembangan penduduk suatu negara. Teori menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat
kematian penduduk maka semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.

Teori-teori ini banyak diilhami oleh teori aksi dan reaksi dalam maninjau
perkembangan penduduk suatu negara. Teori menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat
kematian penduduk maka semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.

Penganut Kelompok Telnologi Yang Optimis

Adanya pandangan yang suram tentang teori yang dikemukakan oleh Malthus maka
kelompok teknologi ini menentangnya. Kelompok ini beranggapan bahwa manusia dengan
ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian. Mereka mampu
mengubah barang-barang yang sudah habis dipakai.

Ahli futurlogi Herman kahn mengatkan bahwa negara-negara kaya akan membantu
negara-negara mskin. Pada masa ini tidak akan terjadi lagi perbedaan yang mencolok
diantara umat manusia di dunia ini.

Dengan tingkat teknologi sekarangn ini mereka memperkirakan bahwa dunia dapat
menampung 15 miliun orang dengan pendapatan melebihi amerika. Dunia tidak akan
kehabisan sumber daya makanan, karena seluruh bumi ini terdiri dari mineral-mineral.
Proses pengertian dan recycling akan terus terjadi dan era ini disebut dengan era subtitusi.
Mereka mengkritik bahwa the limit of growth bukan memecahkan masalah tetapi
memperbesar permasalahan tersebut.

komposisi penduduk

1. Komposisi Penduduk Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin merupakan data perbandingan jumlah


penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu wilayah.

2. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Komposisi penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui struktur penduduk
di suatu wilayah. Komposisi penduduk berdasarkan umur di suatu wilayah dapat menjadi
dasar dalam mengetahui jumlah usia produktif atau usia angkatan kerja di suatu wilayah.

3. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Kepercayaan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan


suatu wilayah. Karena dari kepercayaan akan timbul perilaku-perilaku serta kebutuhan yang
berbeda. Ada lima kepercayaan yang dianut oleh masyarakat yaitu Islam, Prostestan,
Katolik, Budha, dan Hindu.

4. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan menggambarkan seberapa tinggi tingkat


pendidikan di wilayah studi. Dengan memperoleh data ini, dapat diketahui kualitas SDM
yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan

5. Komposisi Penduduk Menurut Ketenagakerjaan

Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Penduduk yang
termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau sedang mencari
pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk yang bersekolah, mengurus
rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Komposisi penduduk menurut
ketenagakerjaan menggambarkan dinamika ketenagakerjaan.

2.2 UKURAN-UKURAN PENDUDUK

2.2.1 Rasio Jenis kelamin (Sex Ratio)

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah penduduk antara jenis kelamin laki-laki
dan jenis kelamin perempuan. Dalam pengerjaannya, rasio adalah perbandingan dikalikan
100 (Mantra, 2003). Rasio jenis kelamin sering digunakan pada wilayah-wilayah yang
sedang dilaksanakan pembangunan atau pengkhususan kawasan pada sektor tertentu.
Perhitungan Rasio Jenis Kelamin menggunakan formula baik secara umum maupun
berdasarkan kelompok umur tertentu adalah sebagai berikut:

Jumlah Penduduk lakilaki


Sex Ratio = Jumlah Penduduk Perempuan xk
Keterangan:

K= konstanta (bernilai 100)

Sex Ratio =
Jumlah Penduduk lakilaki kelompok umur tertentu
Jumlah Penduduk Perempuan kelompok umur tertentu xk
Keterangan:

K= konstanta (bernilai 100)

2.2.2 Rasio Beban Tanggungan (Depedency Ratio)

Rasio beban tanggungan adalah besarnya beban yang harus ditanggung oleh penduduk
kelompok produktif secara ekonomis dari penduduk kelompok belum produktif (umur
dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dan penduduk kelompok produktif (umur 15-64
tahun). Tinggi rendahnya rasio beban tanggungan ini mempengaruhi pembangunan
ekonomi suatu negara karena sebagai indikator menentukan apakah suatu negara itu maju
atau tidak. Jika rasio beban tanggungan suatu negara tinggi, maka hal ini akan menghambat
pembangunan ekonomi di negara tersebut sehingga menyebabkannya menjadi negara yang
kurang maju. Sebaliknya, jika rasio beban tanggungan suatu negara rendah, maka hal ini
akan menunjang pembangunan ekonomi negara tersebut sehingga menjadi negara yang
maju. Untuk mengetahui besarnya DR di Kabupaten Gunungkidul , maka rumus yang
digunakan adalah:

Depedensi Rasio =
Penduduk Umur ( 014 )+ Penduduk Umur (65+th)
Penduduk Umur (1564 th) xk

2.2.3 Umur Median (Median Age)

Umur median merupakan umur yang membagi penduduk menjadi dua bagian dengan
jumlah yang sama. Bagian yang pertama lebih muda dari umur median sedangkan bagian
yang kedua lebih tua dari umur median. Menurut Nurdin (2000) kegunaan perhitungan umur
median adalah untuk mengukur tingkat pemusatan penduduk pada kelompok-kelompok
umur tertentu. Umur median ditentukan berdasarkan usia dari kelompok penduduk yang
lebih tua dan usia kelompok penduduk yang lebih muda. Dari ukuran ini, suatu penduduk
disebut sebagai penduduk tua jika umur median dari penduduk tersebut adalah 30 tahun
ke atas. Jika umur mediannya antara 20-30 tahun maka disebut penduduk dewasa. Dan jika
umur mediannya dibawah 20 tahun maka disebut sebagai penduduk muda. Umur
mengetahui median dapat dihitung dengan menggunakan rumus statistik untuk mencari nilai
tengah sebagai berikut:

Md = 1MD + N/2 fX i

fMD

Keterangan:

IMD=batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2

N = jumlah penduduk

Fx = jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang mengandung N/2

fMD= jumlah penduduk dengan kelompok umur dimana terdapat nilai N/2

I = class interval umur

Penghitungan umur median suatu penduduk menggunakan rumus statistik dan diperlukan
data jumlah penduduk total serta data jumlah penduduk kumulatif berdasarkan kelompok
umur.

2.3 PIRAMIDA PENDUDUK

Piramida penduduk adalah gambaran secara grafik dari komposisi umur dan jenis kelamin
penduduk disuatu wilayah tertentu. Piramida penduduk ini berfungsi untuk
menginterpetasikan angka kelahiran, angka kematian, migrasi, rasio beban tanggungan,
dan umur median. Sehingga, dengan adanya piramida penduduk ini dapat dilihat
karakteristik suatu negara (Mantra, 2003).

Berdasarkan bentuknya, piramida penduduk dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu


ekspansif (menggambarkan struktur penduduk muda), stasioner (menggambarkan
pertumbuhan penduduk stabil), konstruktif (menggambarkan penurunan pertambahan
penduduk).

a. Piramida ekspansif

Berbentuk limas (kerucut) yang menunjukkan jumlah usia muda lebih besar, kelahiran tinggi,
kematian rendah, sehingga jumlah penduduk terus bertambah.

b. Piramida stasioner
Berbentuk seperti granat, menunjukkan jumlah usia muda seimbang dengan usia tua,
kelahiran rendah, kematian rendah, sehingga jumlah penduduk tetap.

c. Piramida konstruktif

Berbentuk seperti batu nisan, menunjukkan jumlah penduduk usia dewasa yang banyak,
usia muda sedikit, jumlah penduduk terus berkurang, kematia lebih besar daripada
kelahiran.

2.4 PROYEKSI DAN ESTIMASI PENDUDUK

2.4.1 Proyeksi Penduduk

Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai


keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk, dan susunan penduduk
menurut umur. Informasi yang harus tersedia tidak hanya menyangkut keadaan pada saat
perencanaan disusun, tetapi juga informasi masa lalu dan masa kini sudah tersedia dari
hasil sensus dan survei-survei, Sedangkan untuk masa yang akan datang, informasi
tersebut perlu dibuat suatu proyeksi yaitu perkiraan jumlah penduduk dan komposisinya di
masa mendatang. Informasi tersebut apat diperoleh, salah satunya melalui proyeksi
penduduk. Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisis
umur dan jenis kelmain) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah
perkembangan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Hasil proyeksi penduduk sangat
bermanfaat untuk perencanaan penyediaan beras, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,
fasilitas perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja.

Untuk menghitung proyeksi penduduk ini dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:

A. Mathematical Method

Merupakan metode yang digunakan apabila komponen pertumbuhan penduduk tidak


diketahui. Rumus penghitungan yang digunakan dalam metode ini adalah secara aritmatik,
geometrik, dan eksponensial.

a. Arithmatic Formula

Pn = P0 (1 + rn)

b. Geometric Formula

Keterangan:
Pn = P0 (1 + r)n
Pn = Jumlah penduduk tahun
akhir

c. Exponential Formula Po= Jumlah penduduk tahun


awal

e = Bilangan konstanta =
Pn = P0 ern
2,72

r = Bilangan eksponensial
B. Component Method

Merupakan metode yang digunakan apabila komponen pertumbuhan penduduk diketahui


(spesifik). Metode ini memproyeksikan penduduk menurut komposisi penduduknya (usia,
jenis kelamin, dll) berdasarkan komponen kelahiran, kematian, dan migrasi. Bentuk model
yang sering digunakan dalam proyeksi ini adalah model Cohort-Survival. Manfaat dari
penggunaan metode ini berkaitan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan masing-masing
kelompok umur dan faktor pengaruhnya serta sebagai dasar penentuan kebijakan
kependudukan.

Perhitungan proyeksi penduduk menggunakan beberapa metode, yaitu metode Matematika


secara aritmatik, geometric, dan eksponensial berikut:

Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Pn = jumlah penduduk tahun yang besar, misal :2009

P0 = jumlah penduduk tahun yang kecil, misal : 2007

n = selisih tahun besar dan tahun kecil ( 2009-2007 = 2 )

Rumus Aritmatik
Pn = P0 (1 + rn)

Rumus Geometrik
Pn = P0 (1 + r)n

Rumus Eksponensial

Pn = P0 ern
2.4.2 Estimasi Penduduk

Ada beberapa cara untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang, yang salah
satu caranya adalah estimasi. Estimasi adalah suatu perkiraan jumlah penduduk
berdasarkan ketentuan dan rumus-rumus sederhana antar sensus atau segera setelah
sensus yang sifatnya hanya memperkirakan jumlah penduduk. Untuk memperkirakan jumlah
penduduk di masa mendatang dengan menggunakan estimasi yaitu menggunakan rumus
sebagai berikut :

Pm = Po + (n+m) x
(Pn-Po)
n

Keterangan :

Po = jumlah penduduk tahun awal

Pn = jumlah penduduk tahun n

N = selisih periode tahun ( tahun yang ditentukan tahun awal atau tahun Pn tahun Po)

m = periode waktu dalam tahun (tahun Pm tahun Po)

2.5 Isu Isu Kependudukan

Pertambahan jumlah penduduk seringkali memicu beberapa isu kependudukan. Dewasa ini
pertumbuhan penduduk yang fantastis dipandang sebagai sebuah masalah, bukan karena
percepatan pertambahan penduduk yang disadari semakin tinggi, tetapi lebih karena orang
baru sadar, bahwa batas-batas pertumbuhan telah semakin mendekat atau bahkan telah
terlewati oleh pertumbuhan penduduk dunia. Di samping isu pertumbuhan penduduk yang
cepat, terdapat pula beberapa isu kependudukan, yang mungkin disatu disisi bisa menjadi
jalan keluar bagi daerah tertentu, tetapi menjadi masalah baru bagi daerah lain.

Beberapa isu kependudukan yang ada di Kecamatan Tenggilis Mejoyo adalah sebagai
berikut:

A. Angka dependensi rasio sedang

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu kawasan apakah tergolong maju atau
yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi
yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup
penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency
ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi.

B. Angka penggangguran tinggi

Ketersediaan lapangan kerja yang relatif terbatas, tidak mampu menyerap para pencari
kerja yang senantiasa bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan masalah-masalah di
bidang ekonomi, melainkan juga berbagai masalah di bidang sosial, seperti kemiskinan dan
kerawanan sosial.

Oleh karena itu, persoalan ini menjadi salah satu isu penting dalam ketenagakerjaan, selain
angkatan kerja dan struktur ketenagakerjaan, adalah isu pengangguran. Dari sisi ekonomi,
pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap
angkatan kerja yang tersedia.

Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja
akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Dengan demikian jumlah
penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada.
Hal ini dikarenakan sering terjadinya ketidakcocokan dalam pasar kerja. Konsep
penganggur yang digunakan adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, yang
mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan
pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran dengan konsep
tersebut biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open unemployment).

Tingkat pengangguran yang tinggi dapat membawa berbagai dampak pada proses
pembangunan ekonomi. Agar tidak terus berlanjut, pemerintah harus mengatasi masalah
pengangguran, karena masalah pengangguran adalah masalah yang sangat vital dan
sensitif bagi kestabilan ekonomi dan keamanan suatu negara. Pengangguran dapat
membawa dampak yang sangat berbahaya jika tidak segera diatasi. Pengangguran
berdampak dalam bidang ekonomi, sosial, maupun secara individual pada pelaku
pengangguran itu sendiri. Diantara dampak pengangguran tersebut antara lain:

a. Penurunan permintaan agregat.

b. Penurunan penawaran agregat.

c. Penurunan tingkat upah.

d. Penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat.

e. Penurunan tingkat investasi.

f. Penurunan penerimaan pajak.

g. Munculnya sektor informal.

h. Menimbulkan masalah sosial.


i. Penurunan potensi dan produktivitas individu.

C. Tingginya Angka Putus Sekolah

Hal-hal yang menjadi penghambat berkembangnya pendidikan penduduk Gunungkidul


antara lain adalah tingginya angka putus sekolah. Tingginya angka putus sekolah selain
faktor ekonomi, juga letak geografis dimana jarak dari rumah ke sekolah SMP/MTs cukup
jauh, mengakibatkan anak usia 13-15 tahun enggan untuk melanjutkan. Sehingga tidak
sedikit ditemukan setelah lulus SD langsung dikawinkan atau bekerja di sektor bangunan
atau sebagai pembantu rumah tangga.

Meskipun masih bisa dikatakan rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain,
kecenderungan naiknya tingkat penduduk ini mengindikasikan keberhasilan yang cukup baik
dibidang pendidikan. Selain itu hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan semakin meningkat. Dengan semakin baiknya tingkat
penduduk ini, akan diikuti dengan terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas untuk
pembangunan di masa mendatang.

Menurut data, secara umum kualitas pendidikan mengalami kenaikan dalam kurun waktu 5
tahun terakhir. Ditinjau dari angka rasio murid-kelas, angka tersebut mengalami penurunan
yang cukup signifikan. Dengan demikian, jumlah murid dalam satu kelas semakin kecil
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Dapat dilihat pada jenjang SD dan
SMP angka rasio tidak berkembang, maka kemungkinan jumlah tersebut sudah merupakan
jumlah yang ideal dan efisien. Angka partisipasi SMP menunjukkan bahwa program wajib
belajar masih belum tuntas. Hal yang menjadi penghambat tentunya adalah faktor ekonomi
dan jarak rumah dari sekolah yang cukup jauh.

best practice kebijakan-kebijakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menyelesaikan isu-
isu atau masalah tentang kependudukan tersebut

2.6 KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

Untuk mengatasi masalah yang menjadi isu kependudukan di Kecamatan Tenggilis Mejoyo
ini diperlukan pembahasan bersama antara element element terkait, yakni pemerintah
setempat dan masyarakat setempat perihal kebijakan yang diperlukan untuk mengatur isu-
isu kependudukan yang terjadi di kawasan tersebut sesuai yang tercantum di bab
sebelumnya. Hal ini bertujuan agar terjadi kesinergian antara keinginan bersama.
Pembahasan isu kependudukan, teori kependudukan dan kebijakan yang sebaiknya
diambail dikomparasikan dalam tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Komparasi Isu Kependudukan, Teori Pendukung, dan Kebijakan

Isu Kependudukan Teori-Teori Kebijakan kependudukan


Kependudukan
1. Angka Orangtua menjadi Dengan angka ketergantungan
dependensi tanggungjawab anak (Chen yang sedang, maka perlu
sedang and Jones, 1988); diwaspadai karena ada
transisi demografi kecenderungan naiknya angka
berkontribusi menurunnya ketergantungan ini dari tahun
rasio ketergantungan dan 2007. Untuk menurunkan atau
memberikan peluang bonus menjaga angka rasio
demografi (Adioetomo, SM ketergantungan ini dapat
; 2005) dilakukan beberapa kebijakan
1). Pengendalian penduduk antara lain melaksanakan
dengan menggalakkan program KB untuk menahan
Program KKB; bertambahnya golongan muda
2). Penanganan Penduduk yang terlalu besar dan wajib
usia kerja yang terdiri dari: belajar 9 tahun. Hal ini perlu
persiapan kualitas angkatan diperhatikan karena dengan
kerja dan ketersediaan tingginya angka rasio
lapangan kerja. ketergantungan, akan diikuti
dengan naiknya tingkat
kriminalitas dan ketidaksiapan
menghadapi krisis ekonomi.
2. Angka Melakukan berbagai Meningkatkan program
pengganggura pelatihan/kursus Pendidikan dan Pelatihan Kerja,
n tinggi berdasarkan kompetensi Memeberikan pelatihan dan
yang dibutuhkan, didahului pendampingan dalam bentuk
oleh oleh training needs bantuan modal, sehingga
assessment , dengan mereka dapat berusaha di
mensinergikan program sector informal
yang dirancang dinas
pendidikan, organisasi
profesi, kalangan industri
dan lain-lain (BS Sismenas,
2007 :4)
3. Tingginya Dunia pendidikan harus Strategi yang dapat
Angka Putus dapat menghasilkan output dilaksanakan dalam upaya
Sekolah lulusan yang siap diserap percepatan penuntasan wajib
oleh pasar kerja. Artinya, belajar pendidikan dasar 9 tahun
pendidikan yang berkualitas adalah dengan perluasan
yang berorientasi pada kesempatan belajar, antara lain
pasar kerja menjadi mutlak. dengan menambah ruang kelas
(M. Aan; 2011) baru bagi SMP/MTs yang jumlah
siswanya melebihi daya
tampung. Selain itu, dapat juga
dengan menambah beberapa
jumlah SD mupun SMP di desa-
desa. Dengan adanya
pendidikan gratis, kualitas
pendidikan penduduk
Gunungkidul bukan tdak
mungkin akan bertambah
dengan pesat.

Kebijakan kependudukan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Penanaman jiwa enterpreuner pada penduduk, langkah yang dapat ditempuh


untuk mewujudkan kebijakan tersebut adalah dengan :

Memberikan wawasan mengenai lapangan pekerjaan yang ada sudah


semakin sempit

Menanamkan pada penduduk agar berkeinginan menciptakan lapangan


pekerjaan sendiri tanpa bergantung pada Pemerintah atau siapa pun

Mengadakan seminar-seminar tentang kewirausahaan

b. Pemberian pendidikan dan kesempatan pembelajaran sepanjang siklus


kehidupan dengan cara :

Menyediakan dan mempromosikan pendidikan dasar untuk semua


sepanjang siklus kehidupan dengan tujuan pencapaian untuk semua.

Mendukung partisipasi penuh lanjut usia melalui penyediaan


kebijakan dan program pendidikan dan pelatihan yang mendukung
pembelajaran seumur hidup untuk perempuan dan laki-laki di masa
tua.

Memberikan fleksibiltas tinggi dalam periode yang ditujukan pada


pendidikan, pekerjaan dan pengasuhan sepanjang siklus kehidupan.

Memberikan aktivitas antar-generasi di sekolah dan masyarakat.

c. Meningkatkan Program Pendidikan dan Pelatihan Kerja dapat dilakukan


dengan cara-cara sebagai berikut :

Pendidikan dan Pelatihan ketrampilan bagi pencari kerja

Mengadakan pelatihan Kewirausahaan

Pelatihan Bimbingan Konsultasi Usaha Kecil Menengah (UKM)

Membuat sistem Padat Karya Produktif

d. Mendukung Gerakan Wajar 12 tahun, melalui Sekolah Gratis dengan cara:

Pemerintah gencar memotivasi masyarakat untuk lanjut bersekolah

Optimalisasi dana BOS

Menggalakkan beasiswa bagi masyarakat yang kurang mampu

Anda mungkin juga menyukai