BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
a. Mengetahui ketentuan perumusan APBN dan APBD
b. Mampu menjelaskan proses dan tahap perumusan anggaran
c. Mampu mengamati dan mengawasi proses perumusan anggaran di lingkungan
BAB II
PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA
Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Istilah ini mengacu pada anggaran yang digunakan oleh
pemerintah pusat dan bukan termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan juga
anggaran BUMN. Penyusunan anggaran negara merupakan rangkaian aktivitas yang
melibatkan banyak pihak, termasuk semua departemen dan lembaga serta Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). Peran DPR dalam penyusunan anggaran menyebabkan penyusunan anggaran
lebih transparan, demokratis, objektif dan akuntabel.
Sesuai dengan amanat UUD 1945 bahwa APBN harus diwujudkan dalam bentuk
Undang-Undang. Dalam hal ini presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan
Rancangan APBN (RAPBN) kepada DPR. RAPBN tersebut memuat asumsi umum yang
mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus,
pembiayaan defisit serta kebijakan pemerintah. Selain tu APBN juga memuat perkiraan
terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran departemen/lembaga, proyek, data aktual,
proyeksi perekonomian, dan informasi terkait lainnya. Semuanya dituangkan dalam Nota
Keuangan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RUU APBN yang disahkan
kepada DPR.
B. Format APBN
Perkiraan-perkiraan di APBN terdiri atas penerimaan, pengeluaran, transfer,
surplus/defisit dan pembiayaan. Selama tahun anggaran 1969/1970 sampai dengan
1999/2000. APBN menggunakan format T-account. Format ini memiliki kekurangan karen
tidak menjelaskan mengenai pengendalian defisit dan kurang transparan. Mulai tahun
anggaran 2000, format APBN diubah menjadi menggunakan I-account. Tujuan perubahan ke
I-account adalah :
a. Meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN
b. Mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian pelaksanaan dan pengelolaan APBN
c. Mempermudah analisis komparasi dengan anggaran negara lain
d. Mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan
oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
Adapun perbedaan utama antara T-account dengan I-account adalah:
a. T-Account
1. Sisi penerimaan dan pengeluaran dipisahkan ke dalam kolom yang berbeda
2. Mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis
3. Tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan
pemda.
4. Pinjaman luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan
utang luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin
b. I-account
1. Sisi penerimaan dan pengeluaran tidak dipisahkan
2. Menerapkan anggaran defisit/surplus
3. Menunjukan dengan jelas jumlah anggaran yang dikelola oleh Pemda.
4. Pembiyaan luar negeri dan cicilannya dianggap sebagai pembiayaan anggaran
B. Belanja Negara
I. Anggaran belanja pemerintah pusat
1. Pengeluaran rutin
i. Belanja pegawai
ii. Belanja barang
iii. Pembayaran bunga utang
iv. Utang dalam negeri
v. Utang luar negeri
vi. Subsidi
a. Subsidi BBM
b. Subsidi non-BBM
vii. Pengeluaran rutin lainnya
2. Pengeluaran pembangunan
i. Pembiayaan pembangunan rupiah
ii. Pembiayaan proyek
C. Keseimbangan Primer
E.Pembiayaan
I. Dalam negeri
1.Perbankan dalam negeri
2.Non-perbankan dalam negeri
i. Privatisasi
ii. Penjualan aset program restrukturisasi perbankan obligasi negara (netto)
3. Penerbitan obligasi pemerintah
4. Pembayaran cicilan pokok hutang / obligasi dalam negeri
II. Luar negeri
1. Pinjaman proyek
2. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri
3. Pinjaman program dan penundaan cicilan utang
Sejak tahun 2005, sebagai konsekuensi dari reformasi keuangan yang diamanatkan
oleh UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, struktur belanja dalam APBN
mengalami perubahan untuk memenuhi kriteria unified budget dengan struktur sebagai
berikut :
Belanja Negara
I. Anggaran belanja pemerintah pusat
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja modal
d. Bantuan sosial
II. Anggaran belanja ke daerah
i. Dana perimbangan
a. Dana bagi hasil
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
ii. Dana otonomi khusus dan penyesuaian
C. Siklus anggaran
Secara singkat tahapan dalam proses perencanaan dan penyusunan APBN dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertama, tahap pendahuluan.
Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain:
a. meliputi penentuan asumsi dasar APBN
b. perkiraan penerimaan dan pengeluaran
c. skala prioritas, dan
d. penyusunan budget exercise.
Pada tahapan ini juga diadakan rapat komisi antara masing-masing komisi dengan mitra
kerjanya (departemen/lembaga teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi
penyusunan RAPBN oleh pemerintah.
BAB III
PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH
3. Substansi PPAS lebih mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang dikaitkan dengan
sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait. PPAS juga
menggambarkan pagu anggaran sementara dimasing- masing SKPD berdasarkan program
dan kegiataprioritas dalam RKPD.Pagu sementara tersebut akan menjadi pagu definitif
setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD disetujui bersama antara kepala daerah
dengan DPRD serta rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut ditetapkan oleh
kepala daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD.
4. Untuk menjamin konsistensi dan percepatan pembahasan rancangan KUA dan rancangan
PPAS, kepala daerah harus menyampaikan rancangan KUA dan rancangan PPAS tersebut
kepada DPRD dalam waktu yang bersamaan, yang selanjutnya hasil pembahasan kedua
dokumen tersebut disepakati bersama antara kepala daerah denganDPRD pada waktu yang
bersamaan, sehingga keterpaduan substansi KUA dan PPAS dalam proses penyusunan
RAPBD akan lebih efektif.
5. Substansi Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD kepada
seluruh SKPD danRKA-PPKD kepada Satuan Kerja Pengelola KEuangan Daerah
(SKPKD)memuat prioritas pembangunan daerah, program dan kegiatan sesuai dengan
indikator, tolok ukur dan target kinerja dari masing-masing program dan kegiatan, alokasi
plafon anggaran sementara untuk setiap programdan kegiatan SKPD, batas waktu
penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dokumen lainnya sebagaimana lampiran Surat
Edaran dimaksud meliputi KUA, PPAS, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
6. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak langsung
SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, khusus pada SKPD
Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD),
rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatan SKPD.
7. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja subsidi, belanja
hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak
terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
8. Dalam kolom penjelasan penjabaran APBD diisi lokasi kegiatan untuk kelompok belanja
langsung, sedangkan khusus untuk kegiatan yang pendanaannya bersumber dari Dana Bagi
Hasil Dana Reboisasi (DBH-DR), Dana Alokasi Khusus, Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus, Hibah, Bantuan Keuangan yang bersifat khusus, Pinjaman Daerahserta sumber
pendanaan lainnya yang kegiatannya telah ditentukan,agar mencantumkan sumberpendanaan
dalam kolom penjelasan penjabaran APBD.
9. Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBDdisampaikan oleh kepala daerahkepada
DPRD paling lambat Minggu I Oktober2011, sedangkanpembahasan rancangan peraturan
daerah tentang APBDdimaksud belum selesai sampai dengan paling lambat tanggal 30
Nopember2011, maka kepala daerah harus menyusun rancangan peraturan kepala daerah
tentang APBD untuk mendapatkan pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi APBD
Provinsi dan Gubernur bagi APBD Kabupaten/Kota. Kebijakan tersebut dilakukan untuk
menjaga proses kesinambungan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan realitas politik di daerah.
Dalam hal kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun
Anggaran 2012, maka kepala daerah harus memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
a. Anggaran belanja daerah dibatasi maksimum sama dengan anggaran belanja daerah dalam
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2011.
b. Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai belanja yang bersifat mengikat dan belanja
yang bersifat wajib untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pelayanan dasar masyarakat
sesuai dengan kebutuhan Tahun Anggaran 2012.
c. Pelampauan batas tertinggi dari jumlah pengeluaran hanya diperkenankan apabila ada
kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNSD serta penyediaan dana
pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta belanja bagi
hasil pajak dan retribusi daerah yang mengalami kenaikan akibat adanya kenaikan target
pendapatan daerah dari pajak dan retribusi dimaksud dari Tahun Anggaran 2011.
11. Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012, pemerintah daerah tidak diperkenankan
untuk menganggarkan kegiatan pada kelompok belanja langsung dan jenis belanja bantuan
keuangan yang bersifat khusus kepada kabupaten/kota/desapada kelompok belanja tidak
langsung, apabila dari aspek waktu dan tahapan kegiatan sertabantuan keuangan yang bersifat
khusus tersebut tidak cukup waktu sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2012.
12. Dalam rangka mengantisipasi pengeluaran untuk keperluan pendanaan keadaan daruratdan
keperluan mendesak, pemerintah daerah harus mencantumkan kriteria belanja untuk keadaan
daruratdan keperluan mendesakdalam peraturan daerah tentang APBD.
13. Rancangan peraturan daerah tentang APBD, rancangan peraturan daerah tentang Perubahan
APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
sebelum ditetapkan menjadi peraturan daerah wajib dilakukan evaluasi sesuai ketentuan Pasal
185, Pasal 186, dan Pasal 188 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, jo. Pasal 110, Pasal 111, Pasal 173, Pasal 174, Pasal 303, dan Pasal 306 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah
provinsi harus melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri tentangpermasalahan pemerintah
kabupaten/kota yang menetapkan APBD Tahun Anggaran 2012 tanpa terlebih dahulu
dilakukan evaluasi oleh Gubernur dan tindak lanjut atas permasalahan tersebut dalam rangka
penguatan peran Gubernur selaku wakil Pemerintah.
BAB IV
PENUTUP
Pentingnya perumusan APBN dan APBD bagi suatu negara menyebabkan munculnya
gagasan untuk mempelajari bagaimana tata cara perumusan dan pengelolaan keuangan negara
tersebut. Dengan adanya makalah mengenai APBN dan APBD ini diharapkan pembaca dapat
mengetahui proses dan tata cara perumusan APBN dan APBD mulai dari tahap perumusan
dan pengajuan sampai tahap pengesahannya. Demikianlah makalah ini dibuat, semoga dapat
menambah pemahaman pembaca dan penulis dalam perumusan sampai pada tahap
pelaksanaan APBN dan APBD.
DAFTAR PUSTAKA