Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISIS MASALAH

Ny RDN, perempuan, 50 tahun, datang ke RS dengan keluhan padangan mata kiri yang
semakin kabur. Pasien mengeluh adanya pandangan kabur pada kedua mata sejak 1 tahun yang
lalu, pandangan berasap, merasa silau ketika melihat, terutama melihat lampu dan pasien lebih
nyaman jika melihat pada sore hari atau di tempat yang gelap. Pasien juga mengeluhkan mata
merah disertai nyeri pada mata kiri, ada kotoran mata, mata berair, gatal dan adanya bitnik putih
pada bagian pinggir hitam mata. Pasien telah menjalani operasi reseksi konjungtiva 2 minggu
yang lalu.
Dari pemeriksaan, status generalis didapatkan dalam batas normal. Visus pada mata
kanan adalah 6/21 dengan pinhole tidak maju dan visus pada mata kiri adalah 6/60 dengan
pinhole tidak ada kemajuan. Pada pemeriksaan oftalmologis, didapatkan defek bergaung pada
limbus kornea >1/3 stroma dan mixed injeksi pada mata kiri, dan lensa keruh dan shadow test
positif pada kedua mata. Pada pemeriksaan dengan fluoerescein test didapatkan hasil positif di
limbus kornea.
Dari anamnesis, didapatkan mata kanan tidak merah dan pandangan kabur yang onsetnya
perlahan. Dari gejala yang dikeluhkan tersebut didapatkan petunjuk yaitu mata tenang visus
turun perlahan pada mata kiri, dengan kemungkinan diagnosis banding berupa katarak,
kelainan refraksi, glaukoma kronik, dan retinopati. Menyingkirkan satu per satu diagnosis
banding tersebut dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologi.
Dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan penglihatan kabur dan visus
mata kiri 6/60 pinhole (-), mata kanan 6/21 pinhole (-). Hal ini menunjukkan bahwa tajam
penglihatan pasien berkurang. Untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan
disebabkan oleh kelainan refraksi atau media refraksi, maka harus dilakukan pemeriksaan
pinhole. Setelah pemeriksaan pinhole tajam penglihatan tidak maju pada mata kiri dan kanan.
Hal ini menunjukkan adanya gangguan pada media refraksi. Pada pasien ini kemungkinan
glaukoma kronik dapat disingkirkan dari tidak adanya keluhan mata seperti melihat pelangi bila
melihat lampu (halo) dan pandangan seperti melihat terowongan. Pada pemeriksaan tonometri
juga tidak didapatkan peningkatan tekanan intraokuler. Kemungkinan diagnosis retinopati
diabetes dapat disingkirkan karena tidak adanya riwayat diabetes. Kemungkinan retinopati
hipertensi dapat kita pikirkan. Namun pada pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan darah
pasien masih normal. Selain itu, untuk penegakan diagnosis pasti harus dilihat segmen posterior
pasien. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG Orbita untuk menilai
segmen posteriornya.
Dari uraian di atas, maka diagnosis yang paling mungkin adalah katarak. Hal ini
ditegakkan dari keluhan penglihatan yang semakin lama semakin kabur, penderita merasa
pandangan seperti berasap atau berkabut, penglihatan silau pada siang hari sehingga penglihatan
pada malam hari lebih jelas daripada siang hari. Selain itu, dengan pemeriksaan oftalmologis
didapatkan adanya kekeruhan lensa yang menjadi pertimbangan penegakkan diagnosis katarak.
Katarak pada pasien ini adalah katarak senilis, yaitu merupakan kekeruhan pada lensa
yang terjadi pada usia tua yaitu kurang lebih dari 50 tahun2. Berdasarkan hasil pemeriksaan
oftalmologi mata kanan dan kiri, didapatkan kekeruhan pada lensa dengan Shadow Test (+), hal
ini menunjukkan masih ada bayangan iris terhadap lensa, dan menunjukkan lensa yang keruh
masih sebagian. Pada katarak imatur lensa yang keruh hanya sebagian dan belum mengenai
seluruh lapis lensa, jika kekeruhan telah mengenai seluruh lensa maka disebut katarak matur
sehingga dapat disimpulkan diagnosis pada pasien ini adalah katarak senilis imatur ODS. Untuk
menentukan morfologi katarak dengan lebih pasti, maka perlu dilakukan pemeriksaan slit lamp.5
Sedangkan, pada mata kiri juga didapatkan anamnesis mata berair, merah, nyeri, silau,
adanya riwayat reseksi konjungtiva, status opthalmologi didapatkan penurunan tajam penglihatan
pada mata kiri (6/60), defek bergaung pada limbus kornea >1/3 stroma dan mixed injeksi, serta
blefarospasme. Kemungkinan diagonosis mata kiri adalah ulkus mooren OS. Jika dilakukan
pemeriksaan FT, dan dilakukan pemeriksaan slit lamp dan didapatkan hasil positif, kemungkinan
diagnosis ulkus dapat ditegakkan. Ulkus Mooren jarang dijumpai dan biasanya bersifat
idiopatik dan tanpa disertai penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan
pada kornea. Keratitis pada ulkus mooren dimulai dari daerah perifer kornea yang kemudian
menuju daerah sentral secara sirkumferensial. Ulkus mooren dapat mengenai satu atau dua mata
yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan kornea11
Tatalaksana yang dilakukan pada pasien yaitu pertama kita menginformasikan kepada
pasien mengenai penyebab dari mata yang kabur adalah katarak dan ulkus mooren, kemudian
menjelaskan penatalaksanaan lebih lanjut yang akan dilakukan dan kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi. Selain itu, pasien juga diberikan edukasi bahwa katarak karena faktor
penuaan tidak dapat dicegah, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang
memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung sinar UV
dengan kacamata, olahraga, dan sebagainya, sedangkan ulkus mooren disebabkan karena faktor
autoimun pada tubuh penderita.
Pada penderita direncanakan terapi pro ekstraksi lensa + pemasangan Intra Ocular Lens
(IOL) OS.10 Pada pasien ini sudah diindikasikan untuk dilakukan terapi pembedahan karena visus
tersebut sudah mengganggu pasien dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya. Tindakan ini
selain untuk tujuan terapeutik, yaitu memperbaiki visus, juga untuk tujuan diagnostik, yaitu
melihat segmen posterior. Selain itu, pengobatan medikamentosa untuk masalah ulkus mooren
OS adalah metil prednisolon tab 4mg/8 jam untuk mengurangi peradangan yang terjadi, dan
asam mefenamat tab 500 mg/8 jam untuk mengurangi rasa nyeri pada mata.11
Setelah operasi semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan tambahan untuk
memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan dengan
diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh
kacamata afakia yang tebal, lensa katarak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam
bola mata.
Katarak senilis merupakan penyakit mata yang tidak mengancam kehidupan, yaitu
merupakan penyakit degeneratif akibat suatu proses penuaan. Prognosis fungsi penglihatan pada
pasien ini dapat membaik karena jika pasien dioperasi katarak dengan pemasangan IOL atau
tidak (menggunakan kacamata), maka hasilnya dapat meningkatkan visus. Hal ini disebabkan
karena pada pasien ini kemungkinan belum terjadi kerusakan di retina (namun perlu dipastikan
dengan pemeriksaan segmen posterior).
Namun, penderita katarak memiliki risiko terjadi komplikasi antara lain: glaukoma
sekunder, uveitis, subluksasi lensa dan dislokasi lensa.1 Untuk menghindari komplikasi tersebut,
penderita diharapkan dapat kontrol secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai