Senyawa-Flavonoid 1
Senyawa-Flavonoid 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia bahan alam modern merupakan suatu bidang ilmu yang
menggabungkan berbagai bidang ilmu seperti ilmu seperti kimia organik,
biokimia, biomolekular, spektroskopi, dan farmakologi yang mempunyai peranan
penting pada penelitian kimia muthakir. Fokus penelitian bidang kimia bahan
alam terkait dengan penemuan obat-obat baru dan bahan kimia berguna lainnya
yang berasal dari sumber alam.
Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan obat karena
didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Sumber keanekaragaman hayati yang terbesar kedua di dunia setelah Brasil
sehingga masih banyak peluang untuk menggali berbagai jenis tanaman.
2. Iklim sepanjang tahun yang mendukung berhasilnya budidaya tanaman obat.
3. Lahan yang subur dan luas yang belum tergarap dengan baik.
4. Kondisi sosial budaya masyarakat yang memungkinkan untuk memanfaatkan
tanaman obat.
5. Tingkat ekonomi masyarakat yang masih rendah dan harga obat dari industri
farmasi relatif tinggi sehingga berpaling pada pemanfaatan tanaman obat.
6. Dampak negatif dari pemakaian obat tradisional belum banyak terbukti secara
ilmiah.
7. Beberpa penyakit yang sulit disembuhkan oleh obat farmasi, ternyata dapat
disembuhkan dengan mengkonsumsi dengan mengkonsumsi obat
tradisioanal.
Eksplorasi bahan alam yang mempunyai aktivitas biollogis menjadi salah
satu target para peneliti. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah
dikembangkan, senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan
umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau, kecuali alga. Flavonoid yang lazim ditemukan pada tumbhan
tingkat tinggi adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O-glikosida, isoflavon C-
dan O-glikosida , flavanon C- dan O-glikosida, kalkon dengan C- dan O-glikosida
dan dihidrokhalkon, proantosianidin dan antosianin, auron O-glikosida dan
dihidroflavonol O-glikosida.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat
ditemukan pada batang, daun, bunga dan buah. Flavonoid dalm tubuh manusia
berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker.
Manfaat flavonoid ntara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan
efektivitas vitamin C, anti-inflamasi, dan mencegah kropos tulang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri-ciri senyawa flavonoid?
2. Apa sajakah jenis dan contoh senyawa flavonoid?
3. Bagaimana biosintesis senyawa flavonoid?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa flavonoid?
5. Apakah kegunaan senyawa flavonoid?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Mengetahui ciri-ciri senyawa flavonoid.
2. Mengetahui jenis dan contohsenyawa flavonoid.
3. Mengetahui biosintesis senyawa flavonoid.
4. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid.
5. Mengetahui kegunaan senyawa flavonoid.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2. Isoflavonoid
Gambar 3. Neoflavonoid
Istilah flavonoid yang diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang
berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar
jumlahnya dan juga biasa ditemukan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai
kerangka 2-fenilkroman, di mana posisi orto dari cincin A dan atom karbon yang
terikat pada cincin B dari 1,3-diarilpropan dihubungkan oleh jembatan oksigen,
sehingga membentuk suatu cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
B. Biosintesis Flavonoid
Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis yang
sama, yaiut jalur Sikimat dan jalur Asetat-Malonat. Pola biosintesis flavonoid
pertama kali disarankan oleh Birch. Menurut Birch, pada tahap-tahap pertama
dari biosintesis flavonoid suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2
menghasilakan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang dihasilakan dari
kombinasi ini telah mengandung gugus fungsi oksigen pada posisi yang
diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat. Sedangkan cincin B dan tiga
atom karbon dari rantai propan berasal adari jalur fenilpropanoid (jalur
shikimat). Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari flavonoid dihasilkan
dari kombinasi antara dua jalur biosintesis yang utama untuk cincin aromatik,
yaitu jalur shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai
perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai
propan dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti ikatan rangkap,
gugus hidroksil, gugus karbonil, dan sebagainya.
COOH COOH COOH
NH3 +
C4H
PAL
NH4 NADPH + O2
+
OH
CoA-SH + ATP
4Cl
Lignin
O
Suberin SCoA
Tanin
Flavonoid
Dan lainnya
C. Identifikasi Flavonoid
Senyawa-senyawa flavonoid terdapat dalam semua bagian tumbuhan
tinggi seperti bunga, sdaun, ranting, buah, kayu, kulit kayu, dan akar. Tetapi
senyawa flavonoid tertentu seringkali terkonsentrasi dalam suatu jaringan
tertentu, misalnya antosianidin adalah zat warna dari bunga, buah, dan daun.
Sebagian besar dari flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, di
mana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi
antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling berikatan melalui ikatan
glikosida. Ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol
beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi alkohol pada
aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali komponen-
komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang sebanding, alkohol yang
dihasilkan disebut aglikon. Residu gula glikosida flavonoid alam adalah
glukosa, ramnosa, galaktosa, gentiobiosa, sehingga glikosida tersebut masing-
masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida, dan gentiobiosida.
Flavonoid dapat ditemukan sebagai mono-, di-, atau triglikosida, di mana
satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula.
Poliglikosida larut dalam air dan hanya sedikit larut dalam pelarut-pelarut
organik seperti eter, benzen, kloroform, dan aseton.
Dari segi struktur, senyawa-senyawa flavonoid turunan flavon dapat
dianggap sebagai 2-arilkromon. Oleh karena itu, sebagaimana kromon dan
kumarin, flavonoid dapat dideteksi berdasarkan warnanya di bawah sinar
tampak atau sinar ultraviolet. Seperti halnya kumarin dankromon, flavonoid
mempunyai sistem karbonil yang berkonjugasi dengan cincin aromatik,
sehingga senyawa-senyawa ini menyerap sinar dari panjang gelombang
tertentu di daerah ultra violet maupun infra merah. Oleh karena itu,
karakterisasi flavonoid dilakukan dengan pengukuran-pengukuran
spektrofotometri.
1. Identifikasi secara kualitatif
Identifikasi pendahuluan untuk mengetahui senyawa flavonoid adalah
dengan menggunakan Shinoda Test. Sampel yang akan diuji ditambah
etanol, 0,5 ml HCl pekat dan 3-4 potong kecil lempeng magnesium. Jika
menunjukkan adanya flavonoid akan timbul warna merah, kuning, atau
jingga.
Reaksi senyawa flavonoid dengan shinoda test:
Mg(s) + 2HCl(l) MgCl2(aq) + H2(g)
MgCl2(aq) + 6 ArOH(s) [Mg(OAr)6]4- (aq) + 6H+ + 2Cl-
2. Identifikasi dengan spektroskopi UV-Vis
Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
metanol (MeOH). Spektrum khas terdiri atas dua serapan maksimum pada
panjang gelombang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I).
Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat
ditentukan dengan melakukan penambahan pereaksi (pereaksi geser) ke
dalam larutan cuplikan dan mengamati pergesaran puncak serapan yang
terjadi (Markham, 1988). Pereaksi geser yang digunakan diantaranya
adalah:
a) Natrium metoksi (NAOMe) atau NaOH 2M dalam air
Penambahan pereaksi ini untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil
yang lebih asam dan tak tersubstitusi.
b) Natrium asetat (NaOAc)
Untuk mendeteksi adanya gugus hidroksil bebas, pergeseran yang
terjadi disebabkan pengionan yang berarti pada gugus hidroksi
flavonoid yang paling asam.
c) Natrium asetat (NaOAc) + Asam Borat (H3BO3)
Penambahan pereaksi NaOAc yang dilanjutkan dengan H3BO3 adalah
untuk mendeteksi gugus hidroksil pada gugus o-hidroksi.
d) Aluminium klorida (AlCl3) dan AlCl3 + HCl
Penambahan pereaksi AlCl3 yang dilanjutkan dengan HCl adalah untuk
mendeteksi gugus yang membentuk kompleks tahan asam antara gugus
hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk kompleks tak
tahan asam dengan gugus orto-hidroksi. Jadi penambahan AlCl 3
menghasilkan spektrum yang merupakan penjumlahan pengaruh semua
kompleks terhadap spektrum, sedangkan penambahan AlCl3 + HCl
menghasilkan spektrum yang merupakan pengaruh kompleks hidroksi-
keto (Markham, 1988).
H
OH OH O
KALKON
[ O]
FLAVANON
H H
H HO
HO O
O HO O
OH
OH
OH
O
OH
OH
OH O
OH O
OH O
FLAVANONOL
FLAVONOL
-OH +OH
HO
H H O
HO OH
O
O -H
b a
c (a)
H OH O
OH O
FLAVON
(c)
H
(b) -H HO O
HO
H
C OH
H OH O
O
OH
AURON
HO O
OH O
OH
ISOFLAVON
HO O HO OH
B OH
A B
OH
OH
katekin galokatein
OH
Afzelekin
HO O
OH
OH
OH
HO O
OH
OH OH
HO
OH
O
OH
OH
HO
HO
OH
H 3CO O
O OCH 3
H 3CO
O OCH 3 O
Flavon Nobiletin
HO O HO O
OCH 3 OH
OH O O
OH
HO O HO O
OH OH
OH
OH O OH O
OH
CH 3
HO O HO O
OH OH
OH H 3C
O OH O
O OH
OH
OH
HO OH O
OH
OH O
Viteksin
O O
OH O
O O
O
O
4. Antosianin
Kecuali flavon dan flavonol, antosianidin termasuk jenis flavonoid
yang utama yang banyak ditemukan di alam. Dalam bentuk 3- atau 3,5-
glikosida disebut dengan antosianin. Antosianin adalah senyawa yang
berperan dalam memberikan warna merah, ungu dan biru pada kelopak
buah atau bunga. Antosianin terdapat juga dalam bagian tumbuhan tinggi
dan diseluruh dunia tumbuhan kecuali fungus. Tidak seperti golongan
flavonoid yang lain, antosianin selalu terdapat sebagai glikosida.
OH OH
O O
OH O
OH OH
(lembayung)
Anion fenolat (biru)
Sebagai glikosida, semua antosianin larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut-pelarut organik. Akan tetapi, antosianin dapat diendapkan
dari larutannya sebagai garam timbal yang berwarna biru yang larut
dalam asam asetat glasial menghasilkan warna merah tua. Selanjutnya
sebagai glikosida antosianin dapat diuraikan oleh asam atas komponen-
komponennya, yakni gula dan antosianidin.
Karakterisasi dari antosianin dapat dilakukan berdasrkan sifat fisik,
seperti spektrum serapan, fluorosensi dan warna dalam larutan
penyangga. Antosianin memperlihatkan sifat amfoter, dimana warna
larutan berubah-ubag bergantung pada pH seperti terlihat dari contoh
berikut:
O
O OH HO B O
HO B OH A
A +
H OGlu OH
OGlu OH
OGlu
OGlu basa sianin
kation sianin pH = 8,5 : ungu
pH = 3 : merah
H OH
O
HO B O
A
OGlu O
OGlu
anion sianin
pH = 11: biru
5 6' 5'
1
6
O
OH
H H
H
O O
butein butin
reaksi ini mudah diamati karena warna kalkon warnanya jauh lebih kuat
daripada warna flavanon, terutama dalam larutan basa, warnanya merah
jingga. Oleh karena reaksi ini hidrolisis glikosida kalkon dalam suasana
asam menghasilkan aglikon flavanon sebagai senyawa jadian, bukan
kalkon.
Berikut ini adalah beberapa struktur senyawa kalkon dan sumber
tumbuhannya:
OH
glukosa OH HO
OCH 3 OH
OH
O
OH
OH
O O
O glukosa
6. Auron
Auron atau sistem cincin benzalkumaranon dinomori sebagai
berikut:
7
1 2' 3'
6 O
1'
2 C 4'
H
5
4 3 6' 5'
glukosa OCH 3 OH
OH
HO
O
O
O
C OH
C OH H
H
O
O OH
OH
HO
O
OH
C OH
H HO
O
C OH
H
O
O
glukosa O
2. Anti-kanker
Senyawa flavonoida dan isoflavonoida banyak disebut-sebut
berpotensi sebagai antitumor/antikanker. Proses pembentukan penyakit
kanker dapat dibagi dalam 2 (dua) fase, yaitu fase inisiasi dan fase
promosi. Senyawa flavonoida seperti quercetin dan kaemferol terbukti
sebagai senyawa mutagenik pada sel-sel prokariotik dan eukariotik (Fujiki,
dkk., 1986). Karena sifat inilah maka senyawa-senyawa flavonoida
tersebut semula diduga sebagai inisiator terbentuknya sel tumor. Hal ini
berkenaan dengan realitas bahwa semua inisiator bersifat mutagenik
(menyebabkan mutasi pada DNA atau kerusakan irreversibel). Namun,
dugaan tersebut ternyata salah mengingat tidak terbukti pada tikus.
Bahkan, senyawa flavonoida tersebut terbukti menghambat aktivitas
senyawa promotor terbentuknya tumor, sehingga senyawa-senyawa di atas
disebut sebagai antitumor.
Dari sejumlah senyawa flavonoida dan isoflavonoida tersebut yang
berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah genestein yang merupakan
isoflavon aglikon (bebas). Potensi tersebut antara lain menghambat
perkembangan sel kanker payudara (Lamastiniere dkk., 1997) dan sel
kanker hati (Hendrich, dkk., 1997). Penghambatan sel kanker oleh
senyawa flavon/isoflavon ini terjadi khususnya pada fase promosi (Fujiki
dkk., 1986). Genestein terdapat pada kedelai dan tempe.
3. Anti-virus
Senyawa flavonoid sebagai anti-virus ditemukan pada senyawa
quercetin yang berefek "propilaktik" apabila diberikan pada tikus putih
yang terinfeksi intraserebral dengan berbagai jenis virus (Selway, 1986).
Pengaruh antivirus apabila dikaitkan dengan strukturnya maka terlihat
adanya korelasi di mana sifat antivirus ditunjukkan oleh senyawa aglikon.
Sebaliknya, senyawa isoflavon dalam bentuk ikatan o-glikosida tidak
mempunyai efek antivirus (eg: rutin dan naringin).
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga
terjadi melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan
pada translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara
klinis menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk
meyembuhkan penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus, yaitu
dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit hepatitis-B.
Sementara itu, berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver
masih terus berlangsung.
4. Anti-alergi
Senyawa flavonoida khellin (dimethoxy-methyl-furano-chromone)
yang terdapat pada tanaman Ammi visnaga, telah berhasil diformulasikan
menjadi obat (FPL-670: disodium kromoglikat), antara lain untuk penyakit
asma, rhinitis, konjunctivitis, dan gastro-intestinal (Gabor, 1986).
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut:
a. Penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel "mast", yaitu sel
yang mengandung granula histamin, serotinin, dan heparin.
b. Penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3', 5' siklik monofosfat
fosfodiesterase, fosfatase alkalin, dan penyerapan Ca.
c. Berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein.
Senyawa-senyawa flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi
antara lain adalah terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5. Efek Estrogenik
Estrogen merupakan hormon yang diproduksi terutama oleh ovarium
dan sebagian oleh ginjal pada bagian korteks adrenalis. Dalam tubuh kita
berfungsi antara lain untuk pertumbuhan secara normal, serta untuk
memelihara kesehatan tubuh pada orang dewasa, baik pada wanita maupun
pada pria. Khusus pada wanita, hormon ini peranannya lebih luas, tidak
saja berfungsi sebagai sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk
tulang, jantung, dan mungkin juga otak. Pada wanita menjelang
menopause, produksi estrogen menurun sehinngga dapat menimbulkan
berbagai gangguan.
Senyawa isoflavon terbukti juga mempunyai efek hormonal,
khususnya efek estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur
isoflavon yang dapat ditransformasikan menjadi equol, dimana equol ini
mempunyai struktur fenolik yang mirip dengan hormon estrogen.
Mengingat hormon estrogen berpengaruh pula terhadap metabolisme
tulang, terutama proses klasifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat
estrogenik dapat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses klasifikasi.
Dengan kata lain, isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada
tulang sehingga tulang tetap padat dan masif.
6. Anti-kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol telah terbukti tidak
saja pada binatang percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga pada
manusia. Efek yang lebih luas terbukti pula pada perlakuan terhadap
tepung kedelai, di mana tidak saja kolesterol yang turun, tetapi juga
trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high
density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalaksha, 2000). Menurut
Zilliken (1987), Faktor-II (6,7,4' tri-hidroksi isoflavon) merupakan
senyawa isoflavon yang paling besar pengaruhnya.
7. Antioksidan
Antioksidan alami biasanya lebih diminati, karena tingkat
keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang
makanan,kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami dapat ditemukan
pada sayuran, buah-buahan, dan tumbuhan berkayu. Metabolit sekunder
dalam tumbuhan yang berasal dari
golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid, dan
triterpenoid (http://id.wikipedia.org/wiki/Antioksidan).
Senyawa fenolik merupakan salah satu senyawa bahan alam yang
mempunyai aktivitas biologis anti radikal bebas yang dapat menangkap
senyawa oksigen reaktif. Senyawa flavonoid merupakan senyawa fenolik
yang mempunyai aktivitas menangkap radikal hidroksil dan radikal ion
superoksida. Struktur flavonoid yang mempunyai gugus C=O pada posisi
C-4 dan gugus hidroksil pada gugus C-5 dapat mencegah pembentukan
radikal hidroksil pada reaksi fenton yang dapat membentuk kompleks
dengan ion besi Fe2+ (Cos, et al. 1998). Adanya hidroksil pada posisi C-7,
C-3, C-4, dan ikatan rangkap pada C-2 akan menambah aktivitas anti
radikal bebas. Aktivitas anti radikal bebas akan menurun atau tidak aktif
sama sekali jika gugus hidroksil disubstitusi dengan metoksi maupun
gugus lain. Hubungan antara struktur flavonoid dengan aktivitas anti
radikal bebas terlihat bahwa dengan semakin banyak gugus hidroksil
maka semakin tinggi aktivitas anti radikal bebas. Senyawa kaemferol
yang mempunyai substituent hidroksil pada C-7, C-5, C-4, dan ikatan
rangkap pada C-2 juga menyebabkan senyawa tersebut mempunyai
aktivitas anti radikal bebas.
Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, diantaranya adalah metode DPPH, metode -karoten,
pengukuran Ferric Tio Cyanate (FTC), reduksi garam Fremy, dan
pengukuran Trolox Equivalent Antioxidant Capacity (TEAC), dan lain
sebagainya. metode DPPH untuk mengetahui aktivitas antioksidan isolat
yang didapatkan.
BAB III
SIMPULAN