Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resep merupakan perwujudan cara terapi dokter kepada penderita yang memerlukan
pengobatan. Menurut peraturan resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap, dan apotek
harus menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan yang tertulis dalam resep. Banyak dari
kesalahan penulisan resep, salah membaca resep karena tulisan tidak jelas, salah penyiapan
dan penyerahan resep oleh petugas farmasi, sampai kesalahan dalam mengonsumsi obat bisa
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan karena pada umumnya di Indonesia, resep obat
masih dibuat dengan tulisan tangan dokter, tidak seperti halnya di negara barat yang sudah
menggunakan alat elektronika. Karena masih dengan tulisan tangan inilah sering kali terjadi
salah baca oleh apoteker. Contohnya, antara nama obat yang diresepkan dan yang diberikan
kepada pasien sering tertukar. Lebih parahnya lagi jika alamat dan nomor kontak diresep juga
tidak jelas terbaca. Kesalahan tersebut juga bisa terjadi karena tidak adanya salah satu syarat
yang harus dimuat dalam resep. Kesalahan-kesalahan seperti itu seharusnya bisa dicegah.
0leh karena itu kami membuat makalah yang berjudul resep untuk bisa menjadi acuan dalam
penulisan resep yang benar sehingga kesalahan-kasalahan dalam penulisan resep bisa
dicegah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumasan Masalah adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah ini adalah Resep untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari
meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :

1. Apakah yang dimadsud dengan resep ?


2. Apa saja bagian-bagian dari resep ?
3. Bagaimana kaidah-kaidah penulisan resep ?
4. Apa yang dimaksud dengan copie resep ?
5. Bagaimana cara penulisan copie resep ?

1.3 Tujuan

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 1


Mahasiswa dapat mengetahui, pengertian apa itu resep dan dapat membuat copy resep.
Selain itu mahasiswa juga dapat mengetahui bagian-bagian ataupun hal-hal yang berkaitan
dengan resep maupun copy resep.

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 2


BAB II

ISI

2.1 Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang
diberi ijin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker
pengelola apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita. Resep
disebut juga formulae medicae, terdiri dari frormulae officinalis (yaitu resep yang tercantum
dalam bukuu farmakope atau buku lain nya dan merupakan standar) dan formulae magistralis
(yaitu resep yang ditulis oleh dokter).

2.2 Penulisan Resep

Dalam Sebuah resep harus memuat :

a. Nama, alamat, dan nomer praktek Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan.
b. Tanggal penulisan resep ( inscriptio ).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep ( inventacio ).
d. Nama setiap obat atau komposisi obat,jumlah dan cara membuatnya ( praescriptio /
ordinatio ).
e. Aturan pemakaian obat yang tertulis ( signatura ).
f. Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep, sesuai perundang-undangan yang
berlaku ( subcriptio ).
g. Jenis hewan atau nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan.
h. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal.

a) Resep Dokter hewan hanya ditujukan untuk pengguna hewan.


b) Resep yang mengandung narkotika harus ditulis sendiri, yaitu : tidak boleh ada iter
( ulangan ); ditulis nama paien tidak boleh m.i (mihi ipsi = untuk dipakai sendiri );
alamat pasiean dan aturan pakai yang jelas; tidak boleh ditulis usus cognitus
( sudah ahu cara pakai nya ).
c) Bila Dokter tidak ingin resep nya mengandung obat keras tanpa sepengetahuan nya
diulang, Dokter akan menulis N.I = Ne Iteratur ( tidak bleh diulang ).

2.3 Komponen Resep Menurut Fungsi-nya

Empat komponen resep tersebut adalah :

1. Remedium cardinale, bahan atau obat yang berkhasiat utama.

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 3


2. Remedium adjuvanita/ajuvans, bahan atau obat yang menunjang bekerjanya
bahan obat utama.
3. Corigens, bahan atau obat tambahan guna memperbaiki warna, rasa,dan bau obat
utama.
Corrigens dapat berupa:
a. Corrigens actionis, yaitu obat yang memperbaiki atau menambah efek
obat utama. Misalnya pulvis doveri terdiri atas kalii sulfas, Ipecacuanhae
Radix, dan pulvis opii. Pulvis Opii sebagai obat khasiat utama
menyebabkan orang sukar buang air besar, kalii sulfas sebagai pencahar
sekaligus memperbaiki kerja Pulvis Opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa), misalnya Sirop Aurantiorum, Tint.
Cinamomi, Aqua Menthae Piperatae, dan lain-lain.
c. Corrigens Odoris (memperbaiki bau), misalnya Oleum Rosarum, Ol.
Bergamottae, dan Ol. Cinamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna), misalnya Tint. Croci (kuning),
Caramel (coklat), Carminum (merah)
e. Corrigens solubilis untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.
Misalnya: I tidak larut dalam air, tetapi dengan penambahan KI menjadi
mudah larut.
4. Constituen/ Vehiculum/ Exipiens, yaitu bahan tambahan yang dipakai sebagai
bahan pengisi dan pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat. Misalnya
laktosa pada serbuk, amilum dan talk pada bedak tabur.

2.4 Kaidah Penulisan Resep

Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia,
resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat:

1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP)


2. Tanggal penulisan resep
3. Nama setiap obat/komponen obat
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah
melebihi dosis maksimum

LANGKAH PRESKRIPSI

1. Pemilihan obat yang tepat

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 4


Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk
menegakkan diagnosis. Setelah itu, dengan mempertimbangkan keadaan
(patologi penyakit , perjalanan penyakit dan manifestasinya), maka tujuan
terapi dengan obat akan ditentukan. Kemudian akan dilakukan
pemilihan obat secara tepat, agar menghasilkan terapi yang rasional.
Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b. Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang dipilih
c. Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau
bahan paten) yang dipilih
d. Pertimbangan biaya/harga obat

Dengan mempertimbangkan hal di atas, diharapkan preskripsi obat


dokter akan tepat berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi
penderita Untuk mewujudkan terapi obat yang rasional dan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil gunaserta biaya, maka seorang dokter perlu
memahami kriteria bahan obat dalam preskripsi. Bahan obat di dalam resep
termasuk bagian dari unsur inscriptio dan merupakan bahan baku, obat
standar (obat dalam formula baku/resmi, sediaan generik) atau bahan
jadi/paten.
Nama obat dapat dipilih dengan nama generik (nama resmi dalam buku
Farmakope Indonesia) atau nama paten (nama yang diberikan pabrik).
Pengguna jenis obat paten perlu memperhatikan kekuatan bahan aktif dan atau
komposisi obat yang dikandung di dalamnya agar pemilihan obat yang
rasional dapat tercapai dan pelayanan obat di apotek tidak menjumpai adanya
masalah.
Contoh: Apabila dalam terapi perlu diberikan bahan obat Paracetamol,
maka dapat dipilih bahan baku (ada di apotik), sediaan generik berlogo
(bentuk tablet atau sirup paracetamol atau sediaan paten) Jumlah obat yang
ditulis di dalam resep tergatung dari lama pemberian dan frekuensi pemberian.
Parameter yang diperlukan untuk menentukannya adalah lama perjalanan
penyakit, tujuan terapi, dan kondisi penderita. Jumlah obat dituliskan
dengan angka Romawi untuk jenis sediaan jadi/paten.
Contoh: Tab. Sanmol 500 mg no. X atau Tab. Sanmol 500 mg da X

Bahan/sediaan obat dalam preskripsi berdasarkan peraturan perundangan dapat


dikategorikan:

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 5


a. Golongan obat narkotika atau O (ct: codein, morphin, pethidin)
b. Golongan obat Keras atau G atau K
Dibedakan menajadi 3:
Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam dan
derivatnya)
Golongan obat Keras atau K (ct: amoxicil in, ibuprofen)
Golongan obat wajib apotek atau OWA (ct: famotidin, al opurinol,
gentamycin topical)
c. Golongan obat bebas terbatas atau W (ct: paracetamol, pirantel
palmoat)
d. Golongan obat bebas (ct: Vitamin B1, Vitamin C)
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika/khusus) jumlah obat
tidak cukup hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf
angka tersebut, misal X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda
tangan dokter (bukan paraf). Hal ini dilakukan untuk
menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.

2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat


a. Cara pemberian obat
Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rectal,
parenteral, topical, dl ). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara
pemberian obat:
Tujuan terapi
Kondisi pasien
Sifat fisika-kimia obat
Bioaviabilitas obat
Manfaat (untung-rugi pemberian obat)

Cara pemberian yang dipilih adalah yang memberikan


manfaat klinik yang optimal dan memberikan keamanan bagi
pasien. Misalkan pemberian obat Gentamicyn yang diperlukan untuk
tujuan sistemik, maka sebaiknya dipilih lewat parenteral. NSAIDs yang
diberikan pada penderita gastritis sebaiknya dilakukan pemberian per
rectal.

b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat


DOSIS

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 6


Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini
mengingat bahwa respon penderita terhadap obat sangat individualistis.
Penentuan dosis perlu mempertimbangkan:
i. kondisi pasien (seperti: umur, berat badan, fisiologi
dan fungsi organ tubuh)
ii. kondisi penyakit ( akut, kronis, berat/ringan)
iii. Indeks terapi obat (lebar/sempit)
iv. variasi kinetik obat
v. cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)

Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar


ukuran fisik (berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis
anak dihitung dengan perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu
dengan memakai rumus perhitungan dosis anak (antara lain Young,
Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari rumus yang
dipakai.

JADWAL PEMBERIAN
Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali
dan saat/waktu pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur
signatura.

FREKUENSI
Frekuansi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan
kepada pasien. Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh
obat, BSO, dan tujuan terapi. Obat anti asma diberikan kalau
sesak (p.r.n) namum bila untuk menjaga agar tidak terjadi serangan
asma dapat diberikan secara teratur misal 3 x sehari (t.d.d).

SAAT/WAKTU PEMBERIAN
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya
memiliki efek optimal, aman dan mudah di kuti pasien. Misal:
Obat yang absorbsinya terganggu oleh makanan sebaiknya
diberikan saat perut kosong 1/2 1 jam sebelum makan (1/2 1 h.
a.c), obat yang mengiritasi lambung diberikan sesudah makan (p.c)
dan obat untuk memepermudah tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dl.

LAMA PEMBERIAN
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau
menggunakan pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 7


pustaka/RS. Misalkan pemberian antibiotika dalam waktu tertentu (2
hari setelah gejala hilang untuk menghindari resistensi kuman,
obat simtomatis hanya perlu diberikan saat simtom muncul (p.r.n), dan
pada penyaklit kronis (misalasma, hipertensi, DM) diperlukan
pemberian obat yang terus menerus atau sepanjang hidup (ITER!).

3. Pemilihan BSO yang tepat


Pemilihan BSO dalam preskripsi perlu dipertimbangkan agar pemberian obat
optimal dan hargaterjangkau. Faktor ketaatan penderita, factor sifat obat,
bioaviabilitas dan factor sosial ekonomi dapat digunakan sebagai
pertimbangan pemilihan BSO.

4. Pemilihan formula resep yang tepat


Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan
preskripsi dokter (Formula marginalis, officialis aau spesialistis). Pemilihan
formula tersebut perlu mempertimbangkan:
Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
Yang dapat menajaga stabilitas obat
Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat
Biaya/harga terjangkau

5. Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar (lege artis)


Preskripsi lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap (memuat 6
unsur yang harus ada di dalam resep) dan sesuai dengan aturan/pedoman baku
serta menggunakan singkatan bahasa latin baku, pada blanko standar (ukuran
lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm).

6. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat


Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep, namun dokter
juga masih harus menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal
atau peringatan yang perlu disampaikan tentang obat dan pengobatan,
misal apakah obat harus diminum sampai habis/tidak, efek samping,
dl . Hal ini dilakukan untuk ketaatan pasien dan mencapai rasionalitas
peresepan.

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 8


2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dokter Dalam Menulis Resep.

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi penulisan resep dibagi dua yaitu faktor
medis dan faktor nonmedis. Faktor medis adalah faktor yang berhubungan dengan status
kesehatan pasien yang merupakan faktor utama yang menentukan apakah seorang pasien
akan diberikan resep obat atau tidak. Faktor nonmedis terbagi dua lagi yaitu:

1. faktor kondisi peresepan (factors conditioning)


2. faktor individu (individual factors) yaitu:
semua yang berhubungan dengan individu dokter.
Kekuatan dari industri obat nasional dan kekuasaan dari pihak yang berwenang
mengontrol, merupakan dua faktor kondisi yang penting yang juga mempengaruhi faktor
individu.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penulisan resep :


1. Sistem suplai kesehatan ( Health Supply System )
Faktor yang mempengaruhi sistem meliputi suplai obat yang tidak dapat
dipercaya, jumlah obat yang terbatas/tidak mencukupi, obat-obat yang kadaluarsa dan
tersedianya obat-obat yang tidak tepat/tidak sesuai. Inefisiensi dalam sistem tersebut
menimbulkan ketidakpercayaan oleh dokter dan pasien. Padahal pasien membutuhkan
pengobatan dan dokter harus memberikan obat apa yang sudah tersedia, walaupun
obat yang tersedia tersebut tidak tepat indikasi.
2. Penulis resep / dokter (Prescriber)
Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dokter dalam menuliskan
resep. Pengetahuan dokter tentang obat dapat mempengaruhi penulisan resep obat,
dimana pengetahuan didapat dari pendidikan dasar yang membentuk sikap.
Kurangnya pendidikan berkelanjutan ( Continuing education ), keahlian untuk
mendapatkan informasi baru yang lebih banyak didapat dari sales obat bukan
berdasarkan Evidence based mempengaruhi penulisan resep obat.
Faktor eksternal seperti jumlah pasien yang banyak, atau tekanan untuk
menuliskan resep dari pasien atau salesmen obat/pabrik obat. Faktor karakteristik dan
kondisi kerja mempengaruhi penulisan resep dokter per individu (Quick,1997).
Dibedakan atas karakteristik dokter yang bersifat nonprofesionalerti umur, jenis
kelamin, kepribadian (termasuk perilaku) dan karakteristik profesional seperti
pendidikan dan pengalaman kerja.
Menurut Iwan Darmansyah faktor yang mempengaruhi dokter dalam menuliskan
resep :
a) Masalah diagnosis

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 9


Proses penegakkan diagnosis yang lebih ditentukan oleh kebiasaan dari
deduksi ilmiah menggiring dokter ke pengobatan yang irrasional. Bila
diagnosis belum dapat diterapkan, sering terjadi bahwa berbagai kemungkinan
diagnosis diferensial kemudian diobati dan disebut sebagai defensive therapy
dan berarti penggunaan obat secara polifarmasi untuk menutupi berbagai
kemungkinan itu.
b) Pengaruh industri, pengaruh promosi sangat efektif, walaupun dilakukan
dengan cara yang tidak menyolok, misalnya dengan mengadakan seminar atau
memberi kepustakaan yang tentunya mendukung produknya sertatidak
memperlihatkan segi-segi lainnya yang kurang mendukung. Pendidikan
berkelanjutan seperti ini lebih bersifat komersil.
3. Farmasi (Dispenser).
Pemberian informasi mengenai obat khususnya kepada dokter mempengaruhi
penulisan resep, hal ini berkaitan dengan pendidikan. Informasi dapat diberikan secara
aktif melalui pelayanan informasi obat atau pasif misalnya melalui bulletin atau
newsletter.
Peran farmasi juga terlihat mulai dari perencanaan, pengadaan dan pendistribusian
obat di rumah sakit.
4. Pasien/masyarakat.
Pengetahuan, kepercayaan pasien/masyarakat terhadap mutu dari suatu obat
dapat mempengaruhi pasien dalam menggunakan obat dan karena adanya interaksi
pasien dengan dokter juga akan mempengaruhi dokter dalam menuliskan resep.

Industri Farmasi dikatakan mempunyai pengaruh yang kuat dalam penulisan resep
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung dilakukan dengan
iklan melalui pos atau di jurnal, kalender detailmen, eksibisi obat, sample obat. Secara tidak
langsung seperti bantuan penelitian medis, bantuan untuk jurnal ilmiah, bantuan dan
pengorganisasian pelatihan medis. Demikian juga pengaruh profesi kesehatan lainnya
(perawat,apoteker) dan kolega yang mempengaruhi melalui contoh perorangan, diskusi dan
saran yang bersifat informal, melalui pendekatan administratif seperti pembuatan
Formularium.
.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas berbeda pengaruhnya untuk setiap dokter pada
kondisi-kondisi tertentu dan bersifat kompleks. Karena itu intervensi yang dilakukan untuk
memperbaiki kualitas peresepan obat haruslah dimulai dengan mengerti terlebih dahulu pada
masalah perilaku.

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 10


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada tiga faktor yang terkait dengan ketidaksesuaian penulisan resep dengan formularium,
yaitu faktor dokter, pasien dan obat. Keputusan dokter untuk menuliskan resep dipengaruhi
pendidikan, informasi yang diterima dari sejawat, lingkungan tempat kerja dan industri
farmasi, serta interaksi dengan pasien.
Pasien mempunyai keluhan dan keinginan, serta sebagai pihak yang membayar dapat
mempengaruhi penulisan resep dokter. Obat merupakan produk industri farmasi, dimana
pihak industri farmasi berperan mengiklankan produknya kepada dokter agar dokter mau
menggunakannya.

3.2 Saran
Setelah mempelajari dan memahami tentang makalah ini, diharapkan para mahasiswa
dapat mempraktekan apa yang telah dipelajari dari pembuatan makalah ini.

Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 11


Farmasi Sosial PERILAKU PENULISAN RESEP Page 12

Anda mungkin juga menyukai