Forensik
Forensik
Definisi
3. Sejarah
Terbentuknya odontologi forensik dikarenakan Dr. Oscar Amoedo (dikatakan sebagai bapak
odontologi forensik), yang mengidentifikasi korban kebakaran di Paris, pada tahun 1898. Berikut
ini adalah sejarah odontologi forensik:1,4
1453 : Kasus identifikasi dental yang pertama sekali dilaporkan. Pangeran Shewsburry, yang
meninggal pada pertempuran Castillon, berhasil diidentifikasi.
1775 : Dr. Paul Revere, forensic odontologist pertama, mengidentifikasi jenazah korban berdasarkan
informasi protesa yang telah dibuat.
1849 : Penghukuman berdasarkan bukti dental pertama sekali terjadi. Buktinya adalah crown dari
korban yang terbakar.
1850 : Di Boston, Dr. John Webster dihukum karena pembunuhan berdasarkan bukti dental. Dia
kemudian digantung.
1884 : R. Reid, seorang dokter gigi, membacakan artikel penting kepada BDA (British Dental
Association) pada rapat di Edinburgh tentang penggunaan ilmu dental pada deteksi kejahatan.
1887 : Godon di Paris merekomendasikan penggunaan gigi pada identifikasi orang hilang,
berdasarkan keakuratan catatan yang disimpan oleh dokter gigi.
1897 : Sebanyak 126 warga Paris mati terbakar di Bazar de la Charite. Dr. Oscar Amoedo (seorang
dokter gigi Cuba yang bekerja di Paris) membantu 2 dokter gigi Prancis, drg. Devenport dan
Brault memeriksa dan mengidentifikasi banyak korban. Insiden ini dipublikasikan sebagai
tulisan tentang bencana massal dalam kedokteran gigi forensik yang pertama.
1898 : Dr. Amoedo menulis tesis mengenai pentingnya ilmu kedokteran gigi dalam aspek medicolegal.
Dia secara universal dikenal sebagai bapak odontologi forensik.
1932 : Edmond Locard merekomendasikan penggunaan sidik bibir dalam identifikasi.
1937 : Percobaan pembunuhan berhenti dan tersangka dihukum berdasarkan bukti bite mark untuk
pertama kalinya.
1946 : Welty dan Glasgow memikirkan program komputer untuk menyortir 500 catatan dental.
1963 : Tangan, mata, telinga, kulit kepala, dan gigi yang ditambal diambil setelah kematian untuk
merahasiakan identitas mereka oleh J. Taylor.
1967 : Linda Peacock memiliki bite mark juga memiliki bukti lain yang merujuk pada penghukuman
seorang pria muda.
1969 : Para pemrakarsa di Amerika telah mendirikan AAFS, yang salah satunya adalah kedokteran
gigi forensik.
1970 : Para pemrakarsa pula mendirikan Organization in Forensic Dentistry.
1980 : Karena kemajuan IPTEK telah dirancang suatu program kompter dalam suatu peristiwa korban
massal untuk kedokteran gigi forensik walaupun belum sempurna.
2000 : Di tanah air telah diselenggarakan suatu kongres Asia Pasifik tentang identifikasi korban massal
(MDVI) di Ujung Pandang. Penyelenggaranya adalah Kapolda setempat dengan Interpol.
2003 : Telah berdiri ikatan peminat ilmu kedokteran gigi forensik di Jakarta kemudian diresmikan oleh
kongres PDGI di Ujung Pandang.
2004 hingga kini telah dilaksanakan pelatihan identifikasi oleh Direktorat Pelayanan Gigi Medik
DEPKES RI.
Menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut yang berisikan
standar baku mutu nasional antara lain:4
- Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan serta
kelengkapan alat komunikasinya.
- Keadaan umum pasien, berisi golongan darah, tekanan darah, kelainan-kelainan darah, serta
kelainan dari virus yang berkembang saat ini.
- Odontogram. Data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah dan nomenklatur yang
baku nasional dengan lengkap.
- Data perawatan kedokteran gigi, berisi waktu awal perawatan, runtut waktu kunjungan, kelihan
dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain yang dilakukan dokter gigi tersebut.
- Roentgenogram, baik intraoral maupun ekstraoral.
- Pencatatan status gigi dengan kode tertentu sesuai dengan standar interpol.
- Formulir data antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warna kertas kuning. Di dalam
formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.
b. Data Postmortem
Pencatatan data postmortem menurut formulis DEPKES berwarna merah dengan catatan
victim identification pada mayat. Yang pertama dilakukan adalah fotografi kemudian proses
pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, lalu dilakukan pencetakan
rahang atas dan rahang bawah. Bila terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan
ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas untuk dilakukan pencetakan. Studi model rahang
korban juga merupakan barang bukti.4
Dilakukan pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan-kelainan di rongga
mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah lampiran dari visum et repertum korban.
Lalu dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional,
lalu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratorium dengan formulir baku mutu
nasional pula.4
Setelah diperoleh hasil laboratorium maka dilakukan pencatatan ke dalam formulir lengkap
baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi proses peradilan. Visum yang
lengkap ini sangat penting dengan lampiran-lampirannya serta barang buktu dapat diteruskan ke
jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana.4