Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu permasalahan dalam sistem tenaga listrik yaitu mengenai
permasalahan energi dan keandalan. Meningkatnya kebutuhan beban pada sistem
tenaga listrik serta kurangnya kemampuan generator yang tersambung ke jaringan
untuk memenuhi kebutuhan beban dapat membuat keandalan sistem berkurang,
Penentuan keandalan suatu system tenaga listrik biasanya dilakukan dengan
menentukan keandalan masing-masing sub sistem yaitu pembangkitan, transmisi dan
distribusi. Hal itu disebabkan penentuan keandalan sistem tenaga listrik secara
keseluruhan sangat sulit dilakukan karena sistem begitu kompleks terutama untuk
sistem yang besar (bulk power system). Setelah indeks keandalan masing-masing sub
sistem diperoleh maka nilai-nilai tersebut digabungkan untuk mendapatkan indeks
keandalan sistem secara keseluruhan.
Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki keandalan (kontinuitas suplai
energi listrik ke pelanggan). Dari sisi pelanggan digunakan UPS (uninterruptible
power supply) dan juga generator stand by (genset). Dari pihak perusahaan listrik
(penyedia layanan energi listrik), salah satu cara dilakukan dengan melakukan
perubahan konfigurasi bentuk jaringan distribusi misalnya dari bentuk radial menjadi
loop dan sebagainya. Cara lain adalah dengan membangun pembangkit - pembangkit
skala kecil dan menengah pada sistem distribusi. Pembangkit-pembangkit jenis ini
disebut dengan nama Distributed Generation (DG). Penggunaan DG ini sudah
banyak dilakukan terutama di negara-negara maju sedangkan di Indonesia DG belum
begitu banyak digunakan. Keandalan dapat disederhanakan dalam empat elemen
yaitu: Probabilitas, Kinerja (performanse) yang memadai, Waktu, Kondisi
pengoperasian Probabilitas, yang merupakan komponen pokok pertama, merupakan
input numerik bagi pengkajian keandalan suatu sistem yang juga merupakan indeks
kuantitatif untuk menilai kelayakan suatu sistem.
Dilihat dari potensi yang ada, jenis teknologi DG yang dapat dikembangkan di
Indonesia adalah mikrohidro, biomassa, energi angin, tenaga surya, energi hybrid
(angin dan surya), pasang surut, dan panas bumi. Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan
energi air sebagai penggeraknya, misalnya saluran irigasi, sungai atau air terjun
dengan cara memanfaatkan tinggi terjunnya dan jumlah debit airnya. Kondisi air yang
bisa dimanfaatkan sebagai sebagai sumber daya penghasil listrik memiliki kapasitas
aliran maupun ketinggian tertentu. Semakin besar kapasisitas aliran maupun
ketinggiannya maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik. Pembangkit tenaga mikrohidro bekerja dengan cara
memanfaatkan semaksimal mungkin energi potensial air. Energi ini secara perlahan
diubah menjadi energi kinetik saat melalui nosel yang ditembakkan untuk memutar sudu-
sudu turbin. Energi mekanis dari putaran turbin akhirnya diubah menjadi energi listrik
melalui putaran generator.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan pembangkit skala kecil yang terhubung
ke sistem distribusi lokal yang sering disebut Distributed Generation (DG)
memberi pengaruh tersendiri dalam sistem tenaga listrik. Karakteristik DG adalah
skala kecil biasanya antara 50 kW sampai 400 MW, terdistribusi dan dekat dengan
pusat beban (closed to load), interkoneksi dengan sistem distribusi, membatasi
pembangunan jaringan transmisi dan memiliki aliran daya satu arah. Pembangkit ini
ramah lingkungan, membatasi pembangunan jaringan transmisi baru, andal dalam
merespon perubahan beban, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, deregulasi
dalam pasar kelistrikan dan sejumlah keuntungan lainnya (Viawan, F.A.,2008).
Dalam hal pembangunan Distributed Generation , posisi penempatan dan
besarnya daya yang dipasang menjadi sangat penting. Penentuuan penempatan dan
besarnya daya yang dipasang dapat ditentukan menggunakan proses optimasi. Dalam
hal ini pemodelan optimasi menggunakan metode Genetika Algorima (GA)
diharapkan mampu menjadi solusi dalam penentuan optimasi yang tepat. Model yang
akan dipakai yaitu model Genetika Algorima (GA) Programming. Model ini akan
digunakan karena dengan menggunakan model optimasi ini , dapat ditentukan di bus
mana Distributed Generation harus diletakkan untuk mendapatkan titik optimal dari
penempatan tersebut sehingga dapat memperbaiki keandalan system.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam tugas akhir ini adalah
1. Bagaimana pengaruh interkoneksi DG (Distributed Generation) untuk
memperbaiki keandalan sistem?
2. Dimana lokasi interkoneksi DG (Distributed Generation) tepat untuk
memperbaiki keandalan system dengan mengunakan metode Genetika
Algorima (GA)?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan tugas ahkir ini adalah
1. Untuk Memperbaiki keandalan system melalui pemasangan GD (Distributed
Generation)
2. Untuk mengetahui lokasi GD (Distributed Generation) yang tepat untuk
memperbaiki keandalan sistem

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu
1. Untuk memambah wawasan dan pemahanan penulis tentang bagaimana cara
memperbaiki keandalan sistem melalui pemasangan GD (Distributed
Generation) dan mengetahi lokasi yang tepat dalam pemasangan GD
(Distributed Generation)
2. Sebagai referensi untuk memperbaiki keandalan suatu sistem melelui
pemasangan GD (Distributed Generation)
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya pembahasan mengenai topik pada tugas akhir /
skripsi ini, maka dalam hal ini disusun ruang lingkup dan batasan masalah sebagai
berikut:
1. Sistem distribusi yang dianalisis adalah sistem distribusi tipe radial.
2. Titik beban (Load Point) yang ada pada penyulang adalah gardu distribusi.
3. Untuk menentukan posisi optimal DG mengunakan metode Algoritma
Genetika

Anda mungkin juga menyukai