PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mata Kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) merupakan Mata kuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di perguruan tinggi, hal ini dipertegas dalam
Keputusan Dirjen Dikti Depiknas RI No. 38 Tahun 2002, dalam Pasal 1 dinyatakan
bahwa mahasiswa memiliki landasan pengetahuan, wawasan, dan keyakinan sebagai
bekal hidup bermasyarakat selaku makhluk individu dan sosial yang beradab, serta
bertanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungannya (Digdoyo,2015: 2).
Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan
dengan nilai, moral, dan hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, dan
perbuatan negatif lainnya sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral
karena dengan adanya panutan, nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan
sangat menentukan kepribadian individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan
kehidupan setiap insan. Pendidikan nilai yang mengarah kepada pembentukan moral
yang sesuai dengan norma kebenaran menjadi sesuatu yang esensial bagi
pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.
Pendidikan moral tidak hanya terbatas pada lingkungan akademis, tetapi dapat
dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Secara umum ada tiga lingkungan yang
sangat kondusif untuk melaksanakan pendidikan moral yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Peran keluarga dalam pendidikan
mendukung terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan dan reproduksi
langsung dari nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari
kehidupan keluarga. Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam pendidikan moral di
lingkungan keluarga adalah penanaman nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggung
jawab dalam segenap aspek (Setiadi,2007:56).
1.4 MANFAAT
Manfaat makalah ini adalah pembaca mampu memahami dan mampu menyikapi
dengan arif tentang hakikat, nilai, moral, dan hukum dalam bermasyarakat sebagai
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Nilai
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan dengan nilai. Beberapa
pendapat tentang nilai dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang menjadi
dasar penentu tingkah laku seseorang (Daroeso,1986:37)
b. Nilai adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi manusia baik lahir
maupun batin (Darmodiharjo,1986:36).
c. Nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah
laku dan perbuatannya (Lasyo,1999:9).
d. Value is object of social interest (Dewey,1986:36).
Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut :
a. Menyenangkan (pleasure).
b. Berguna (useful).
c. Memuaskan (satisfying).
d. Menguntungkan (profitable).
e. Menarik (interesting).
f. Keyakinan (belief).
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat yang pertama menyatakan bahwa
nilai itu subjektif. Menurut aliran idealisme, nilai itu objektisme, ada pada setiap
waktu.
Jenis nilai menurut Notonegoro dalam Kaelan (2000,136) ada 3, yaitu :
a. Nilai material, yakni sesuatu yang berguna bagi sesama manusia.
b. Nilai vital, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan
kegiatan.
c. Nilai kerohanian, dibedakan menjadi empat :
1. Nilai kebenaran, bersumber pada akal pikiran manusia.
2. Nilai estetika, bersumber pada rasa manusia.
3. Nilai kebaikan, bersumber pada kehendak/nurani manusia.
4. Nilai religius yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia.
Jadi nilai adalah sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan,
alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun
tidak.
2.1.3 Moral
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Dalam
bahasa Indonesia moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna
tata tertib yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam kehidupan. Istilah
moral dapat dipersamakan dengan etik, akhlak, kesusilaan, dan budi pekerti.
Dalam hubungannya dengan nilai, moral adalah bagian dari nilai, yaitu nilai moral.
Nilai moral berkaitan dengan perilaku manusia tentang hal baik-baruk.
(Herimanto,2008:129)
Moralitas mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, tetapi kata
moralitas mengandung makna segala hal yang berkaitan dengan moral. Moralitas
adalah sistem nilai tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik
sebagai manusia. Moralitas ini terkandung dalam aturan hidup bermasyarakat
dalam bentuk petuah, wejangan, nasihat, peraturan, perintah, dan semacamnya
yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu.
Jika sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang benar, baik
terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan
norma yang mengikat kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
2.1.4 Hukum
Hukum merupakan bagian dari norma, yaitu norma hukum. Norma hukum
adalah peraturan yang timbul dari hukum yang berlaku. Norma hukum perlu ada
untuk mengatur kepentingan manusia dalam masyarakat agar memperoleh
kehidupan yang tertib. Norma hukum tertuang dalam perundang-undangan.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal :
1. Bntuk sanksi dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan belum cukup
memuaskan dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban
masyarakat.
2. Masih banyak perilaku lain yang belum diatur dalam norma agama, kesusilaan,
dan kesopanan, misalnya perilaku dijalan raya.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, kesopanan. Isi ketiga
norma tersebut bisa diangkat sebagai norma hukum.
Fungsi norma hukum yaitu :
1. Sebagai alat pengukur tertib hubungan masyarakat.
2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan social.
3. Sebagai penggerak pembangunan.
4. Fungsi kritis hukum.
Hukum bertujuan untuk menjamu kepastian hukum dalam masyarakat,
memberikan faedah bagi warga Negara dan menciptakan keadilan dan ketertiban
warga Negara.
Norma terbagi atas empat, yaitu :
1. Norma agama. Sanksi yang dierikan tidak secara langsung, tapi hukuman dari
sang pencipta pada hari akhir nanti.
2. Norma kesusilaan. Sanksinya berupa tekanan batin sang pelaku.
3. Norma kesopanan. Sanksinya yaitu dapat dikucilkan oleh masyarakat.
4. Norma hukum. Sanksi atau hukuman berupa kurungan.
Jadi, meskipun telah ada norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, namun
dalam kehidupan bernegara tetap dibutuhkan norma hokum. Norma hokum
dibutuhkan karena dua hal, yaitu:
1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif
untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
2. Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas, misalnya
perilaku di jalan raya.
Norma hukum juga dapat menciptakan sendiri isi norma tersebut. Contohnya,
norma hukum berlalu lintas yang memang tidak ada di ketiga norma
sebelumnya.
Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 maka negara yang hendak didirikan
adalah Negara Indonesia yang adil dan bertujuan menciptakan keadilan sosial.
Pesan yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu hendaknya menjadi
pedoman dan semangat bagi para penyelenggara Negara bahwa tugas utama
pemerintah adalah menciptakan keadilan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia,nilai, moral, dan hukum adalah suatu hal yang saling terkait dan saling
menunjang. Sebagai warga negara kita perlu mempelajari, menghayat, dan
melaksanakan dengan ikhlas mengenai nilai, moral, dan hukum agar menjadi
keselarasan kehidupan.
Manusia adalah individu yang terdiri dari jasad dan roh dan makhluk yang
paling sempurna, paling tinggi derajatnya, dan menjadi khalifah dipermukaan
bumi.
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan, dan
dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat.
Moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam kehidupan.
Hukum adalah bagian dari norma, yaitu norma hukum adalah peraturan yang
timbul dari hukum yang berlaku.
Di Indoneia hukum dan pengaplikasiannya belum berjalan dengan semestinya.
Masih banyak pelanggaran hukum yang terjadi dan belum di tindak sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku. Hukum di indonesia lebih memihak kepada mereka
yang memiliki kedudukan.
3.2 SARAN
Sebaiknya pemerintah Indonesia beserta aparat-aparat hukum menegakkan
dan menjalankan hukum dengan seadil-adilnya. Hal itu dilakukan agar tidak timbul
lagi berbagai problematika dalam nilai, moral, dan hukum di Indonesia. Kita
sebagai mahasiswa hendaknya juga menjalankan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara sesuai dengan koridor-koridor hukum yang telah di tentukan agar tidak
timbul lagi problematika dalam hukum.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1. Manusia........................................................................................4
2.1.2. Nilai...............................................................................................4
2.1.3 Moral......5
2.1.4 Hukum5
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESEDERAJATAN
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah