Anda di halaman 1dari 6

Journal Reading

HUBUNGAN ANTARA USIA, JENIS KELAMIN, LAMA KERJA, PENGETAHUAN,


SIKAP DAN KETERSEDIAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN PERILAKU
PENGGUNAAN APD PADA TENAGA KESEHATAN

1. Latar Belakang
Isu mutu, kualitas dan citra pelayanan rumah sakit merupakan prioritas utama
dari Keselamatan Pasien. Di negara Eropa terdapat 3,2% - 16,6% terjadi Kejadian
Tidak Terduga (KTD) pada keselamatan pasien. Sejalan dengan program Kemenkes
terhadap Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam bentuk patient safety
untuk menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial penting bagi rumah sakit untuk
meningkatkan standar keselamatan pasien. (Depkes, 2006)
Data menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di
Eropa, Timur tengah, Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial,
khususnya di Asia Tenggara sebanyak l0%. 2 Data ini menunjukan adanya masalah
yang cukup serius dengan petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit
berhubungan dengan infeksi nosokomial yang bisa merugikan perawat dan pasien.
Maka dari itu sesuai dengan program kemenkes maka dilakukan upaya untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit yaitu dengan
cara penerapan kewaspadaan universal. (WHO, 2008)
Upaya pencegahan infeksi nosokomial dilakukan pada semua layanan kesehatan,
baik terhadap pasien, petugas kesehatan maupun kepada keluarga pasien atau
pengunjung di rumah sakit. Tujuan pelaksanaan kewaspadaan universal didasarkan
pada keyakinan untuk membatasi dan mencegah bahaya atau resiko penularan
patogen melalui darah dan cairan tubuh dari sumber yang diketahui maupun yang
tidak diketahui. (Kemenkes, 2011)
Prinsip utama kewaspadaan universal adalah menjaga higiene sanitasi individu,
higiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan
melalui 5 kegiatan pokok antara lain, mencuci tangan guna mencegah infeksi
nosokomial, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) diantaranya sarung tangan,
masker dan topi, mengelola alat kesehatan bekas pakai, mengelola jarum dan alat
tajam untuk mencegah perlukaan, serta mengelola limbah rumah sakit dan sanitasi
ruangan. (Kemenkes, 2011)
Ditemukan berdasarkan hasil penelitian, banyak masalah ketidakpatuhan karena
sikap yang negatif dan pengetahuan rendah yang dilakukan petugas kesehatan serta
masalah kurangnya ketersediannya sarana dan fasilitas rumah sakit untuk menjamin
keselamatan pasien dan petugas kesehatan, padahal rumah sakit merupakan bagian
dari sistem pelayanan kesehatan yang secara keseluruhan memberikan pelayanan
kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat
inap juga perawatan di rumah. Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
di rumah sakit dimaksudkan untuk tujuan perawatan atau penyembuhan pasien.
Tetapi, apabila tindakan tersebut dilakukan tidak sesuai prosedur kewaspadaan
universal maka akan berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi baik bagi pasien
lain atau bahkan petugas itu sendiri.
UGD adalah salah satu bagian rumah sakit yang menyediakan penanganan awal
bagi pasien yang baru datang, tentunya sangat penting untuk lebih menekankan
pertahanan diri sendiri. Hal ini tentunya sejalan dengan program keselamatan pasien
maka penting diketahui terhadap penggunaan APD.

2. Analisis Jurnal

Judul penelitian ini Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja,
Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Perilaku
Penggunaan Apd Pada Tenaga Kesehatan oleh Gladys Apriluana, Laily Khairiyati,
Ratna Setyaningrum pada tahun 2016, dari Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Vol.3 No.3, Desember 2016.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara usia, jenis kelamin, lama kerja, pengetahuan, sikap, dan ketersediaan
alat pelindung diri (APD) dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga kesehatan.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh perawat, dan karyawan penunjang medis (instalasi farmasi, gizi,
dan laboratorium) yang bekerja di RSUD Banjarbaru yang berjumlah 185 responden.
Berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan rumus Isaac & Michael dalam
Sugiyono (2015) diperoleh jumlah sampel sebanyak 125 responden. Instrumen dalam
penelitian ini adalah lembar kuesioner. Analisis bivariate menggunakan uji Chi
Square untuk variabel usia, jenis kelamin, lama kerja, dan pengetahuan serta uji
Fishers Exact untuk variabel sikap dan ketersediaan APD dengan derajat kemaknaan
95%. Penelitian ini dilakukan di RSUD Banjarbaru pada tenaga kesehatan (perawat
dan karyawan penunjang medis). Waktu penelitian ini berlangsung selama 8 bulan
(Februari-September 2016).
Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara usia , lama kerja,
pengetahuan dan sikap dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga kesehatan di
RSUD Banjarbaru.

3. Pembahasan

Hasil ini penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan terhadap
penggunaan APD dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan tenaga kesehatan.
Sikap tenaga kesehatan seharusnya memberikan contoh dan dorongan yang baik
terhadap peningkatan kesehatan yang dialami oleh pasien.
Faktor lama bekerja merupakan waktu yang telah dilaluli sejak pertama kali
bekerja, sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan
lingkungan dimana ia bekerja, semakin lama ia bekerja maka akan semakin banyak
pengalamannya. Pengalaman ini dapat menjadikan seseorang untuk bekerja lebih baik
lagi. Menurut Notoatmodjo tahun 2010, masa kerja merupakan salah satu faktor pada
karakteristik tenaga kerja yang membentuk perilaku, semakin lama masa kerja akan
membuat tenaga kerja lebih mengenal kondisi lingkungan tempat kerja. Pengalaman
dan lama kerja dalam melaksanakan pekerjaan berhubungan dengan kualitas dan
kemampuan kerja seseorang. Petugas kesehatan yang lebih berpengalaman akan
melakukan tindakan sesuai dengan kebiasaan yang telah diterapkan setiap harinya.
Faktor sikap terhadap adanya rasa takut dan cemas dapat mempengaruhi individu
untuk bersikap positif terhadap penggunaan sarung tangan. Adanya rasa takut dan
cemas pada diri responden pada pasien yang mudah menularkan penyakit dapat
mempengaruhi sikapnya. Hal ini berdampak pada sikap responden untuk
menggunakan sarung tangan yang dapat melindunginya ketika melakukan intervensi.
Menurut Notoatmodjo tahun 2010, sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu
kepercayaan atau keyakinan, kehidupan emosinal serta kecenderungan untuk
bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan pikiran, keyakinan dan
emosi memegang peran penting. Sikap tidak sama dengan perilaku dan sikap akan
diketahui kalau seseorang sudah berlaku meskipun demikian perilaku tidak selalu
mencerminkan sikap seseorang.
Faktor Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut
Notoatmodjo tahun 2010, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Menurut Azwar tahun 2015, ada tiga sumber pengetahuan
yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman langsung, pengetahuan yang
diperoleh melalui suatu konklusi dan pengetahuan yang diperoleh dari kesaksian dan
authority. Semakin sering perawat memiki pengalaman bekerja yang cukup lama
maka semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat untuk lebih patuh terhadap
tindakannya, serta sering membaca dan ikut pelatihan juga akan menambah wawasan
pengetahuan penggunaan sarung tangan.
Faktor lain dari penelitian diatas menunjukan tidak ada hubungan yang
signifikan, tetapi bisa saja dirumah sakit lain akan adanya hubungan yang signifikan
dikarenakan setiap rumah sakit memberikan cara manajemen berbeda dan tentunya
akan mempengaruhi kinerja perawat, semakin baik manajemen, ketersedian sarana
dan fasilitas yang ada akan lebih meningkatkan mutu dan citra pelayanan rumah sakit
itu sendiri.
Hasil penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Darmawati, M. Projo Angkasa, dan Isrofah pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa
hasilnya menunjukan ada pengaruh ketersediaan alat pelindung diri, sikap dan
peraturan alat pelindung diri terhadap kepatuhan perawat pada penggunaan alat
pelindung diri (handscoon) dan penelitian oleh Apriliani Siburian tahun 2012 yang
menyatakan bahwa Hasil analisa data menunjukkan bahwa 63,30% perawat IGD
memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap penggunaan APD. Sebanyak 53,30%
perawat memiliki sikap negatif dalam menggunakan APD. Serta penelitian Isah, H.O.,
Sabitu , K. and Ibrahim, M. T. O tahun 2008 di Nigeria hasilnya menyatakan bahwa
hanya sebesar 53,12% dari total tenaga perawat yang menerapkan prinsip
kewaspadaan universal. Hal tersebut disebabkan kurangnya fasilitas dan sarana yang
tersedia di rumah sakit untuk menunjang pelaksanaan kewaspadaan universal.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia,
lama kerja, pengetahuan dan sikap dengan perilaku penggunaan APD pada tenaga
kesehatan di RSUD Banjarbaru.
Saran diharapkan menjadi masukan dan evaluasi penggunaan APD sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, serta untuk meningkatkan masalah patient safety.
Selain itu, kebijakan dan peraturan tentang penggunaan sarung tangan perlu untuk
diterapkan sebagai upaya menciptakan keselamatan di lingkungan rumah sakit dan
peningkatan mutu pelayanan dengan prinsip safety.

Referensi:
Apriluana, Gladys. dkk. 2016. Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja,
Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Perilaku
Penggunaan Apd Pada Tenaga Kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia, Vol.3 No.3, Desember 2016.
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JPKMI/article/download/2754/2400

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Nasional Keselamatan Pasien


Rumah Sakit (Patient Safety). Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2006.
http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf
World Health Organization. World Alliance for Patient Safety, Geneva: Forward
Programme, 2008.
http://www.who.int/patientsafety/en/brochure_final.pdf
Kementerian Kesehatan RI. Standar Akreditas Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011.
https://www.academia.edu/6137073/Standar_Akreditasi_Rumah_Sakit
Isah, H.O., Sabitu, K., Ibrahim, M.T.O. Profile Infrastucture for Implementing Universal
Precautions in Primary Health Care Facilities in Sokoto State, Nigeria: Implication for
Accupational Safety. African Journal of Clinic and Experimental Microbiology. 10 (3):
164-174, 2009.
http://www.ajol.info/index.php/ajcem/article/view/43409
Darmawati, M. Projo Angkasa, Isrofah. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Perawat Menggunaan Alat Pelindung Diri (Handscoon) di RSUD Bendan Kota
Pekalongan. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Universitas Pekalongan. Volume
28, No 2, 2015.
http://journal.unikal.ac.id/index.php/lppm/article/view/361/294
Siburian, Apriliani. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap
Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD Pasar Rebo tahun 2012, Universitas Indonesia.
Jakarta (Skirpsi), 2012. (Siap terbit).
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20310394S43080Gambaran%20penggunaan.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta,
2007
Azwar, S. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2015

Anda mungkin juga menyukai