Disusun Oleh:
Nama : Budisatria Fajaryanto
NIM : 155040201111036
Kelas :R
2.3 Rekomendasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Irigasi dan Kualitas Air Pada
Lahan Survey
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dan masalah-masalah yang ada
pada lahan pertanian yang telah dilakukan survey, maka yang harus dilakukan pertama
kali agar sistem irigasi yang diterapkan berfungsi dengan baik dan kualitas air agar
memenuhi standar yaitu dengan melakukan pengolahan yang cukup intensif terutama
pada sampah-sampah yang menyumbat disaluran irigasi, sampah yang banyak
menyumbat disaluran irigasi mengakibatkan air pada saluran irigasi tersebut tidak
berjalan lancar dan akibatnya tanaman yang terairi jumlah air yang mengairi antar
tanaman tidak sama. Yang kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan menyamakan
kedalaman lubang parid antar bedengan. Jika lubang parid tempat mengalirnya air
kedalamannya sama maka tanaman yang terairi jumlah air yang didapatkan sama rata
sehingga keseluruhan tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Air yang keruh dapat
diakibatkan dari banyaknya sampah yang ada pada aliran irigasi. Jadi agar kualitas air
dapat memenuhi standar maka harus menghindarkan sampah dari irigasi.
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986), irigasi yang baik terdapat
bangunan irigasi, Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering
dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa,
(3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan
pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap. bangunan utama dimaksudkan
sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang
dilayani. bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang
bersangkutan.
Direktorat Jenderal Pengairan (1986) juga mengemukakan bahwa agar
pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan
pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan
primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air
dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan
bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Standar
Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan (KP-04), Jakarta.
Handayani, F. 2011. Proses Adopsi Inovasi Petani Padi dalam Program Pengelolaan
Tanaman Terpadu di Kecamatan Karang Kabupaten Aceh Tamiang. Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 77
tahun 2001 Tentang Irigasi. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 143 tahun
2001.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar.1 Gambar.2
Gambar.3 Gambar.4
Gambar.5 Gambar.6