Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATAKULIAH IRIGASI DAN DRAINASE

Penerapan Irigasi Furrow Pada Komoditas Bawang Merah (Allium


cepa L.) Dengan Sistem Irigasi Permukaan

Disusun Oleh:
Nama : Budisatria Fajaryanto
NIM : 155040201111036
Kelas :R

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) mempunyai prospek pasar yang baik
sehingga termasuk dalam komoditas unggulan nasional. Bawang merah merupakan
salah satu komoditas strategis, karena mempengaruhi makro ekonomi dan tingkat inflasi
(Handayani, 2014). Pemanfaatan lahan kering di Indonesia relatif masih sedikit,
sedangkan potensi lahan yang dianggap marjinal itu cukup besar untuk pengembangan
pertanian. Pertanian pada lahan kering memerlukan irigasi. Irigasi adalah usaha
penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi
irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Pada irigasi permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah
dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan
yang akan diairi (sekitar 10~15 cm). Air irigasi mengalir pada permukaan tanah dari
pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran
tanaman. Terdapat dua syarat penting untuk mendapatkan sistim irigasi permukaan yang
efisien, yaitu perencanaan sistim distribusi air untuk mendapatkan pengendalian aliran
air irigasi dan perataan lahan (land grading) yang baik, sehingga penyebaran air
seragam ke seluruh petakan.
Untuk melakukan irigasi ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan,
sehingga sistem irigasi dan kualitas air irigasi yang digunakan dapat dimanfaatkan
dengan baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari tugas survey yang diberikan ini yaitu untuk mangaitkan suatu sistem
irigasi yang ada dilapangan dengan peraturan pemerintah mengenai irigasi, serta
mendeskripsikan teknik mengukur standar kualitas air.
II. PEMBAHASAN
2.1 Komoditas, Waktu dan Lokasi Pengamatan Survey Irigasi

Tempat survei berlokasi di Desa Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Kota


Malang. Pelaksanaan survey dilakukan pada hari sabtu, 06 Mei 2017. Komoditas yang
ada pada lahan survey yaitu bawang merah.

2.2 Keterkaitan Sistem Irigasi Dilapangan Dengan Peraturan Pemerintah No. 77


Tahun 2001
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian,
yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Pada lahan pertanian yang telah dilakukan survey diketahui bahwa
irigasi yang digunakan pada lahan tersebut menggunakan sistem irigasi air permukaan
dengan metode Furrow Irigation.
Pada Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah no. 77 tahun 2001 tentang
irigasi pada BAB I Pasal 1 Ayat 11 menyebutkan bahwa Pembagian air irigasi adalah
penyaluran air dalam jaringan utama serta dikuatkan dengan BAB I Pasal 1 Ayat 19
yang menyebutkan bahwa Waduk lapangan atau embung adalah tempat/wadah
penampungan air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai atau air hujan dan
didukung dengan BAB I Pasal 1 Ayat 13 yang berbunyi Penggunaan air irigasi adalah
pemanfaatan air di lahan pertanian.
Pada lahan pertanian hasil survey sistem irigasinya tidak memenuhi kriteria
peraturan pemerintah yang telah disebutkan, sehingga sistem irigasi yang ada pada
lahan pertanian hasil survey kurang baik dan belum sempurna. Pada lahan hasil survey
jaringan utamanya masih belum jelas, sehingga sumber air utama untuk irigasi tanaman
yang ada dilahan tersebut masih tidak diketahui. Selain itu pada lahan pertanian hasil
survey tidak terlihat adanya waduk atau embung disekitar lahan tersebut sehingga jika
ada surplus air yang biasanya terjadi karna hujan airnya akan terbuang dan tidak bisa
dimanfaatkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem irigasi pada lahan pertanian yang telah
dilakukan survey masih belum memenuhi kriteria Peraturan Pemerintah no. 77 tahun
2001.
2.2 Kesesuaian Standar Kualitas Air Irigasi Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 82 tahun 2001 Dengan Keadaan Dilapangan

Irigasi mempunyai ruang lingkup mulai dari pengembangan sumber air,


penyediaannya, penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian, pembagian dan
penjatahan air pada area pertanian, serta penyaluran kelebihan air irigasi secara teratur,
(Partowijoyo, 1984). Defisit air atau kelebihan air dalam waktu yang lama pada zona
akar akan mempengaruhi (menghambat) pertumbuhan tanaman yang berarti mengurangi
produksi (yield) dari pada tanaman yang bersangkutan. Ada kalanya, disebabkan oleh
karena jenis tanah pertanian yang kurang poreus mengakibatkan air hujan tertahan
terlalu lama di daerah akar (root zone), sedangkan pada musim kemarau tanaman
kekurangan air.
Pada Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air pada BAB I Pasal 1 Ayat 4 menyebutkan
bahwa Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai
dengan baku mutu air serta dikuatkan dengan BAB I Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas
air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap
dalam kondisi alamiahnya dan pada BAB I Pasal 2 Ayat 1 mengatakan bahwa
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diselenggarakan secara
terpadu dengan pendekatan ekosistem.
Pada lahan hasil survey yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar.1 dan
Gambar.2 masih belum menerapkan Peraturan yang sudah ditentukan oleh Pemerintah
no. 82 tahun 2001. Pada gambar dapat dilihat bahwa pengendalian pencemaran air
masih belum dilakukan sehingga air menjadi keruh dan berbusa dan memungkinkan
tidak baik bagi tanaman. Pada gambar juga dapat dilihat bahwa air sudah tidak dalam
kondisi alamiahnya yang diakibatkan dari kurangnya pengelolaan air pada lahan
tersebut.
Gambar.1 Gambar.2

2.3 Rekomendasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Irigasi dan Kualitas Air Pada
Lahan Survey

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dan masalah-masalah yang ada
pada lahan pertanian yang telah dilakukan survey, maka yang harus dilakukan pertama
kali agar sistem irigasi yang diterapkan berfungsi dengan baik dan kualitas air agar
memenuhi standar yaitu dengan melakukan pengolahan yang cukup intensif terutama
pada sampah-sampah yang menyumbat disaluran irigasi, sampah yang banyak
menyumbat disaluran irigasi mengakibatkan air pada saluran irigasi tersebut tidak
berjalan lancar dan akibatnya tanaman yang terairi jumlah air yang mengairi antar
tanaman tidak sama. Yang kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan menyamakan
kedalaman lubang parid antar bedengan. Jika lubang parid tempat mengalirnya air
kedalamannya sama maka tanaman yang terairi jumlah air yang didapatkan sama rata
sehingga keseluruhan tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Air yang keruh dapat
diakibatkan dari banyaknya sampah yang ada pada aliran irigasi. Jadi agar kualitas air
dapat memenuhi standar maka harus menghindarkan sampah dari irigasi.
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986), irigasi yang baik terdapat
bangunan irigasi, Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang
pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering
dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa,
(3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan
pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap. bangunan utama dimaksudkan
sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang
dilayani. bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,
sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang
bersangkutan.
Direktorat Jenderal Pengairan (1986) juga mengemukakan bahwa agar
pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu dilakukan pengaturan dan
pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran primer), cabang saluran jaringan
primer serta bangunan sadap primer dan sekunder. Bangunan pengatur muka air
dimaksudkan untuk dapat mengatur muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk
dapat memberikan debit yang konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan
bangunan pengukur dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran
yang dialirkan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Standar
Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan (KP-04), Jakarta.
Handayani, F. 2011. Proses Adopsi Inovasi Petani Padi dalam Program Pengelolaan
Tanaman Terpadu di Kecamatan Karang Kabupaten Aceh Tamiang. Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 77
tahun 2001 Tentang Irigasi. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 143 tahun
2001.
Pemerintah Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar.1 Gambar.2

Gambar.3 Gambar.4

Gambar.5 Gambar.6

Anda mungkin juga menyukai