Anda di halaman 1dari 2

Manusia adalah penjaga bumi

Kesejahteraan atau keadaan sejahtera, menjadi keinginan dari seluruh makhluk hidup di bumi,
termasuk manusia. Manusia, sampai saat ini, hanya dapat bertempat tinggal di planet Bumi, yang
bentuknya elipsoid. Elipsoid merupakan salah satu model bentuk bumi, yang didasari asumsi bahwa
densitas atau kerapatan bumi homogen. Padahal, kenyataannya, kerapatan massa bumi heterogen,
yang juga diliputi dengan air batuan leleh, minyak, dan gas. Di permukaan bumi ada gunung-gunung
yang memendam magma, sebagiannya ditutupi lautan, dan di bawahnya bersembunyi cekungan
minyak. Daerah-daerah tersebut gaya beratnya lebih rendah dibandingkan dengan permukaan atau
lapisan bumi yang padat dan rapat. Informasi yang lengkap tentang bumi, akan memudahkan manusia
mengelola bumi dan mendapatkan manfaat dari bumi secara lestari.

Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki tidak kurang dari
2
17.500 pulau dengan luasan 4.500 km dan terletak antara daratan Asia dan Australia. Pulau-pulau
tersebut tersebar di sepanjang garis khatulistiwa. Hal itu yang menyebabkan Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi, nomor 3 setelah Brazil dan Kongo. Selain itu, Indonesia juga
diketahui memiliki kekayaan jenis yang tinggi, termasuk kekayaan varietas, variasi, dan keunikan gen
dari semua jenis yang ada, serta memiliki keragaman ekosistem sebagai tempat hidup organisme.
Sementara itu, secara biogeografi, Kepulauan Indonesia dibagi ke dalam 2 wilayah, yaitu Indo-Malaya
dan Australia, dan di antaranya terdapat daerah Wallacea. Terbentuknya dua wilayah tersebut,
disebutkan dalam teori, sebagai akibat pergeseran lempeng tektonik. Hal itu yang melatar belakangi
keragaman makhluk hidup yang ada di Indonesia, baik hewan maupun tumbuhannya, termasuk
keragaman manusianya. Persebaran makhluk hidup di pulau-pulau di Indonesia, selanjutnya, melandasi
pembagian wilayah biogeografi indonesia menjadi 7 bioregion, yaitu Sumatra dan pulau sekitarnya,
Jawa, dan Bali, Kalimantan termasuk Natuna dan Anambas, Sulawesi termasuk Sula, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua termasuk kepulauan Kei dan Aru.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa struktur bumi indonesia, biogeografi indonesia,
keaneka ragaman hayati indonesia, merupakan contoh beberapa faktor yang dapat mendukung
kesejahteraan makhluk hidup, termasuk manusia, yang tinggal di Indonesia. Oleh karena itu, merupakan
konsekuensi logis bagi manusia yang tinggal di Indonesia, untuk mengenali dan memahami kesemuanya
itu, dan kemudian mengelolanya secara lestari, agar segala keperluan manusia tercukupi dan keadaan
sejahtera tercapai. Bagaimana cara mengelola bumi indonesia agar selalu dalam keadaan optimal, guna
mendukung seluruh aktivitas manusia indonesia, perlu dipelajari, dipahami dan diterapkan oleh seluruh
warga negara indonesia, di bawah koordinasi pemerintah republik indonesia. Lestari indonesiakulestari
kehidupan bangsaku.

Peristiwa kebakaran hutan di Jawa (kawasan Gunung Arjuno, Gunung Slamet, Gunung Raung),
Sumatera (provinsi Sumsel, Jambi, dan Riau), dan Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, ,
yang sampai saat ini belum tertangani, dan asapnya pun sudah mulai mengganggu negara tetangga,
perlu penanganan yang komprehensif. Hal itu dikarenakan penyebab kebakaran yang kompleks, tidak
sekadar faktor alam saja, namun diduga faktor manusia juga terlibat. Selain itu, fenomena kemarau
panjang pun kembali melanda negerti kita, yang mengakibatkan kekeringan di berbagai wilayah
Indonesia. Masyarakat di berbagai daerah mulai kekurangan air bersih, petani banyak yang menjerit
karena tanaman mereka mati, sehingga gagal panen. Kita, tidak bisa diam saja, karena cepat atau lambat
akan terdampak. Semakin jelas, Kita perlu memahami alam ini, agar dapat mengelolanya dengan benar,
dan pada akhirnya dapat terhindar dari bencana yang mungkin terjadi akibat faktor alam saja.

http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/membaca-rahasia-di-perut-bumi

http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=3&id_berita=486

http://www.tempo.co/topik/masalah/14/asap-dan-kebakaran-hutan

Anda mungkin juga menyukai