SKRIPSI
Oleh:
Eva Nur Fitriana
NIM : 038114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Almamaterku tercinta
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada
Humectant. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Penulisan skripsi ini tidak pernah lepas dari bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
2. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
3. Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen penguji atas waktu, bantuan,
4. Dra. A. Nora Iska Harnita, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas waktu,
Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. yang telah banyak membantu dan
memberikan referensi.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Dewi Setyaningsih, S.Si., Apt. atas semangat dan dukungan yang telah
8. Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Heru, Mas Andri, Mas Agung, Mas
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
skripsi ini.
kekurangan. Oleh karena itu, sumbangan pemikiran, saran, dan kritik sangat
diharapkan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan mudah-
Penulis
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Intisari
Kata kunci : ekstrak rimpang kunir putih, Carbopol, sorbitol, desain faktorial
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Abstract
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................. ix
B. Kurkumin ............................................................................................ 10
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Ekstrak ................................................................................................. 11
D. Gel ....................................................................................................... 11
F. Humectant ........................................................................................... 14
H. Spektrofotometri UVVis.................................................................... 19
L. Hipotesis .............................................................................................. 27
10 % ............................................................................................. 33
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Uji sifat fisik dan stabilitas gel sunscreen ekstrak rimpang kunir
putih ............................................................................................. 35
SPF 30 ................................................................................................. 41
10 % .................................................................................................... 45
F. Uji Iritasi Primer Gel Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih ......... 63
A. Kesimpulan ......................................................................................... 65
B. Saran .................................................................................................... 65
LAMPIRAN ................................................................................................ 71
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I. Desain Faktorial dengan Dua Level dan Dua Faktor ................... 24
Tabel VI. Efek Carbopol 3% b/v, Efek Sorbitol, dan Efek Interaksi Antar
Tabel VII. Analisis Yates Treatment untuk Respon Daya Sebar Gel .......... 53
Tabel VIII. Analisis Yates Treatment untuk Respon Viskositas Gel ............ 55
Gel ................................................................................................ 58
Tabel X. Skor Indeks Iritasi Primer Gel Sunscreen pada Kelinci Albino ... 64
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 11. Contour Plot Daya Sebar Gel Sunscreen Ekstrak Rimpang
Gambar 12. Contour Plot Viskositas Gel Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir
Putih ............................................................................................. 60
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 14. Contour Plot Super Imposed Sifat fisik dan Stabilitas Gel
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Treatment ................................................................................ 84
Lampiran 9. Foto Tanaman dan Rimpang Kunir Putih (C. mangga) .......... 96
6 (THERMOSPECTRONICUSA) ........................................ 98
Lampiran 12. Foto Gel Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih ................. 99
Lampiran 13. Foto Uji Iritasi Primer pada Kelinci Albino ............................ 100
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
matahari, dimana di dalamnya terdapat sinar ultraviolet (UV). Sinar UVA dan
UVB memegang peranan utama bagi kesehatan manusia karena memiliki panjang
bumi, sedangkan sinar UVC memiliki panjang gelombang yang pendek sehingga
sinar ini tertahan oleh atmosfer (Anonim, 2005a). Sinar UV (UVA dan 10%
UVB) selalu ada setiap hari meskipun saat cuaca mendung, lebih dari 80% sinar
oleh kaca, air, permukaan metal, dinding berwarna terang, dan benda-benda
tubuh. Manfaat vitamin D antara lain untuk melancarkan aliran darah dengan cara
pembuluh darah) dengan cara mengurangi jumlah kolesterol yang terdapat dalam
pembuluh darah, serta juga menghindari kerusakan tulang dengan cara mengatur
McMichael, Smith, dan Armstrong, 2006). Akan tetapi, paparan sinar UV yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Prakash, dan Majeed, 2005 ; Jellinek, 1970). Sinar UV yang secara biologis paling
gelombangnya berkisar antara 290 320 nm (UVB) (Jellinek, 1970 ; Lu, 1995).
Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan pada kulit untuk mengurangi timbulnya
bahaya yang timbul pada kulit akibat radiasi sinar UV yang berlebihan. Sunscreen
adalah senyawa kimia yang mengabsorpsi dan atau memantulkan radiasi sehingga
merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Jika hanya digunakan satu zat
Saat ini produk sunscreen yang beredar di pasaran masih banyak yang
mengandung bahan aktif berupa senyawa sintetik, seperti PABA (p-amino benzoic
dan octyl salicylate. Senyawa sintetik jika masuk ke dalam jaringan tubuh dapat
menimbulkan reaksi alergi pada kulit yang sensitif. Selain itu, beberapa senyawa
sunscreen sintetik seperti PABA dan benzophenone telah diteliti dan dinyatakan
turunannya akan teraktivasi oleh energi UV, yang kemudian akan memecah ikatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rangkapnya dan menghasilkan dua radikal bebas yang baru. Sifatnya yang sangat
larut lemak memungkinkan senyawa ini untuk menembus kulit dan membran sel,
serta dapat masuk ke dalam inti sel dimana terdapat DNA. Radikal bebas ini
karena sebagian besar bahan alam dapat memberikan toleransi yang baik pada
kulit dan tidak menimbulkan iritasi berat karena alergi pada kulit yang sensitif.
Penelitian ini akan menggunakan zat aktif yang berasal dari bahan alam, yaitu
ekstrak rimpang kunir putih yang diketahui mengandung kurkumin yang mampu
mengabsorpsi UVA dan UVB (Hutapea, 1993 ; Anonim, 2004b). Oleh karena itu,
kurkumin yang berasal dari bahan alam dapat digunakan sebagai alternatif dalam
permukaan kulit. Bentuk sediaan sunscreen yang sudah beredar di pasaran saat ini
berupa krim dan lotion. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi
kental mengandung tidak kurang dari 60% air (Anief, 2003). Minyak yang
terkandung dalam krim akan menimbulkan rasa tidak nyaman saat pemakaian dan
akan menjadi masalah pada orang dengan produksi kelenjar sebasea yang
dengan viskositas yang lebih encer. Saat diaplikasikan, lotion lebih cepat
mengering sehingga tidak dapat bertahan lama pada kulit dan efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penelitian ini, dimana gel sunscreen belum banyak beredar di pasaran. Gel
merupakan sistem penghantaran obat yang sempurna untuk cara pemberian yang
beragam dan kompatibel dengan banyak bahan obat yang berbeda (Allen Jr.,
2002). Gel yang dibuat adalah hidrogel. Pemilihan bentuk sediaan ini didasarkan
hidrogel memberikan rasa nyaman (tidak terasa panas di kulit) saat digunakan
karena tidak menutup pori kulit dan kompatibilitasnya relatif baik dengan jaringan
biologis (Zatz dan Kushla, 1996). Selain itu, sediaan sunscreen dibuat dalam
bentuk gel bertujuan agar zat aktif yang berperan sebagai penyerap UV tetap
berada di dalam gel (permukaan kulit) dan tidak dapat masuk ke dalam lapisan
kulit, dengan demikian zat aktif dapat tetap bekerja optimum dalam menyerap UV
(menahan UV agar tidak menembus dan masuk ke dalam kulit). Hidrogel cocok
sebagai salep tidak berlemak untuk kulit dengan fungsi kelenjar sebasea yang
transparan elastis dengan daya lekat tinggi, tidak menyumbat pori kulit, tidak
mempengaruhi respirasi kulit, dan dapat mudah dicuci dengan air (Voigt, 1994).
sorbitol sebagai humectant dalam formula gel sunscreen. Jumlah gelling agent
dan humectant yang digunakan perlu dioptimasi untuk mendapatkan formula gel
sunscreen yang optimum. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan gelling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tambahan humectant untuk mencegah timbulnya garis atau kerutan, kulit kering,
dan efek jangka panjang lainnya karena paparan UV dari sinar matahari (Johnson,
fisik sediaan gel yang meliputi daya sebar, viskositas, stabilitas fisik, maupun
B. Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak rimpang kunir putih memberikan serapan pada range panjang
optimum gel serta efek yang dominan dari gelling agent, humectant, dan
interaksinya?
C. Keaslian Penelitian
formulasi sediaan sunscreen ekstrak rimpang kunir putih (Curcuma mangga Val.)
dengan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant
aktivitas enzim tyrosinase, melindungi kulit terhadap radiasi UVB serta terhadap
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Mengetahui efek dominan dari gelling agent dan humectant dalam menentukan
E. Tujuan Penelitian
dengan bahan aktif yang berasal dari bahan alam, yaitu ekstrak rimpang kunir
plot superimposed sifat fisik gel sunscreen yang diprediksi sebagai formula
optimum gel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kunir Putih
1. Sistematika
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledone
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
(Hutapea, 1993)
2. Morfologi
tegak, lunak, berwarna hijau, dan batang di dalam tanah membentuk rimpang.
Daun tunggal, berpelepah, lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal meruncing,
Bunga majemuk di ketiak daun, bentuk tabung, ujung terbelah, benang sari
berwarna putih menempel pada mahkota, putik silindris, kepala putik bulat
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam keadaan segar baunya seperti buah mangga kweni, bila telah diekstrak
atau dijadikan bubuk warnanya tetap kuning muda (krem) (Anonim, 2003).
3. Kandungan kimia
1993), alkaloid, steroid, terpen dan minyak atsiri, juga mengandung senyawa
(Anonim, 2004b).
4. Kegunaan
antipiretik, dan bersifat sebagai penenang. Rimpang ini juga dapat digunakan
kembung, penguat lambung, obat penyakit kulit, luka memar, keseleo, peluruh
1999). Selain itu, rimpang kunir putih juga berkhasiat sebagai anti kanker,
(Anonim, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
B. Kurkumin
O O
O O
HO OH
Gambar 1. Struktur kurkumin (Heinrich, Barnes, Gibbons, dan Williamson,
2004)
yang rigid dan planar (adanya sistem konjugasi) membuat afinitas kurkumin
terhadap lipid bilayer menjadi besar, dan juga bertanggung jawab terhadap warna
terkonjugasi dan gugus auksokrom. Selain itu, kurkumin juga dapat menghambat
xantin oksidase dan dapat digunakan sebagai antioksidan pada sediaan topikal
ambien (wasir), anti alergi, asma, menghambat proses penuaan, dan juga sebagai
11
C. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari
langsung. Cairan penyari yang biasa digunakan adalah air, eter, atau cairan etanol-
air (Anonim, 1979). Penyarian simplisia dengan air dapat dilakukan dengan
organik dapat dilakukan dengan maserasi, perkolasi, dan sokhletasi (Silva, Lee,
dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral,
absorpsinya baik, dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, dan
panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit, sedangkan kerugian etanol
adalah harganya yang mahal. Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak
Ekstrak rimpang kunir putih adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil
D. Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari
suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
12
pertama membagi gel menjadi inorganik dan organik. Inorganik gel pada
umumnya berupa sistem 2 fase, sedangkan organik gel berupa sistem 1 fase.
Klasifikasi yang kedua membagi gel menjadi hidrogel dan organogel. Hidrogel
mengandung bahan-bahan yang terdispersi sebagai koloid atau larut dalam air
(Allen Jr., 2002), sedangkan organogel mengandung pelarut non aqueous sebagai
pemberian yang beragam dan kompatibel dengan banyak bahan obat yang berbeda
(Allen Jr., 2002). Gel dengan tujuan penggunaan topikal tidak boleh kasar (less
Hidrogel adalah sistem dimana air tidak bisa bergerak (immobilized) oleh
adanya polimer tidak larut. Salah satu alasan disukainya hidrogel sebagai
obat bebas. Banyak polimer untuk tujuan ini telah disintesis (Zatz dan Kushla,
1996).
Hidrogel cocok sebagai salep tidak berlemak untuk kulit dengan fungsi
suatu lapisan tipis transparan elastis dengan daya lekat tinggi, tidak menyumbat
pori kulit, tidak mempengaruhi respirasi kulit, dan dapat mudah dicuci dengan air
(Voigt, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
E. Gelling Agent
H2 H
C C
n COOH
memiliki berat molekul besar, berupa serbuk putih dan halus, memiliki bau yang
(menghasilkan pH 2,8 3,2) tetapi tidak larut dalam air dan sebagian besar
pelarut (Anonim, 2001; Zatz dan Kushla, 1996). Carbopol 940 memiliki sifat
pengental yang baik pada konsentrasi tinggi serta menghasilkan gel yang jernih,
sangat cocok digunakan pada kosmetik dan sediaan topikal (Anonim, 2006b).
Kushla, 1996). Carbomer akan menghasilkan gel yang jernih dan stabil pada pH
netral. Pada larutan asam (pH 3,5 4), carbomer membentuk sistem dispersi
mencapai viskositas yang optimal saat membentuk gel. Pada pH di atas 10,
struktur gel rusak dan viskositas menurun. Dispersi carbomer akan meningkat
mengalami degradasi oksidatif jika terpapar cahaya matahari dan terkatalisis oleh
(Anonim, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dalam matriks gel. Carbomer biasa digunakan dalam kosmetik pada pH 6 sampai
9 dengan konsentasi di bawah 1%. Carbomer tidak diabsorpsi oleh jaringan tubuh
karena memiliki berat molekul yang besar. Uji klinis menunjukkan bahwa
carbomer memiliki potensial iritasi dan sensitisasi kulit yang rendah sampai pada
F. Humectant
untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air
(kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan (Loden, 2001).
Humectant tidak menutup kulit dan mudah hilang jika tercuci. Gliserol, propilen
glikol, dan sorbitol biasa digunakan sebagai humectant dalam sediaan untuk
menjaga kandungan air pada lapisan stratum corneum serta mengikat air dari
15
higroskopik, berasa manis, biasanya meleleh pada suhu sekitar 96C. Satu gram
sorbitol larut dalam 0,45 mL air, sedikit larut dalam alkohol, metanol, atau asam
asetat (Anonim, 2000b). Sorbitol sangat tidak larut dalam pelarut organik.
Sorbitol bersifat inert dan dapat bercampur dengan bahan tambahan lainnya
(Loden, 2001). Larutan sorbitol berupa cairan seperti sirup yang tidak berwarna,
jernih, berasa manis, tidak memiliki bau yang khas, dan bersifat netral. Larutan
Sorbitol sifatnya tidak iritatif pada kulit, dan tidak toksik jika digunakan
pemanis (Loden, 2001). Saat ini sorbitol sering digunakan dalam kosmetik
panjang gelombangnya, yaitu UV, sinar tampak, dan infra merah. UV dekat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu UVA (320 400 nm), UVB (290 320 nm),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dan UVC (200 290 nm). Sinar UVC umumnya tidak mencapai permukaan bumi
seluruhnya di lapisan ozon. Sinar UVB memiliki panjang gelombang yang lebih
panjang daripada UVC sehingga masih dapat melewati lapisan ozon sekitar 10%.
Apabila lapisan ozon menipis, sinar UVB yang dapat melewati lapisan ozon akan
semakin banyak sehingga UVB yang mencapai permukaan bumi akan meningkat
jumlahnya. Sinar UVA memiliki panjang gelombang yang paling panjang diantara
sinar UV dekat lainnya sehingga sinar ini hampir seluruhnya dapat melewati
permukaan bumi adalah sinar UVA. (Anonim, 2005a ; Lucas et al., 2006).
mengakibatkan sakit pada tulang, sulit menahan berat badan, dan terkadang patah
mampu menembus kulit sampai pada lapisan epidermis, dimana pada lapisan ini
terdapat keratinosit (sel kulit), sel basal, dan sel melanosit. Sel melanosit
keratinosit dan menimbulkan warna di kulit. UVB akan merangsang sel melanosit
untuk membentuk melanin lebih banyak, akibatnya kulit akan menjadi lebih gelap
yang sering disebut terbakar, atau jika ukurannya sangat kecil biasa disebut titik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
atau flek hitam (Anonim, 2005a). Selain itu, radiasi UVB akan menginduksi
pembentukan radikal bebas, dimana jika tubuh sudah tidak mampu menahan
radikal bebas yang jumlahnya sangat berlebih maka radikal bebas tersebut akan
bereaksi dengan molekul yang ada di dekatnya sehingga akan merusak molekul
dan struktur sel. Perusakan ini akan mendorong timbulnya kanker kulit seperti
Sinar ini dapat menembus kulit sampai ke lapisan dermis, dimana pada lapisan ini
terdapat kolagen, elastin, pembuluh darah, dan ujung saraf. Lapisan ini
memberikan perlindungan bagi kulit. Paparan UVA dalam jangka panjang dapat
merusak dan menyusutkan kolagen dan elastin, dengan demikian lapisan terluar
(epidermis) akan mengkerut atau tidak terikat lagi dengan jaringan tubuh
(Anonim, 2005a).
efek negatif seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Efek negatif lainnya
adalah pengaruh radiasi UV terhadap sistem imun dan radikal bebas dalam tubuh.
Efek lokal radiasi UV adalah menghentikan respon sel imun terhadap sel
sistemiknya adalah menekan respon imun dari sel Thelper (Th)-1 yang dapat
tubuh mengenali sel-sel di dalamnya sebagai sel asing (Lucas et al., 2006).
Salah satu cara untuk melindungi kulit dari efek berbahaya sinar UV
adalah menggunakan sunscreen setiap hari. Sunscreen adalah senyawa kimia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Biasanya sunscreen merupakan kombinasi dari dua atau lebih zat aktif. Jika hanya
digunakan satu zat aktif, sunscreen tersebut hanya mampu mengabsorpsi energi
2. Mengabsorpsi panjang gelombang pada range UVA dan UVB oleh suatu
dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factors). SPF dapat mengindikasikan
matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari sunburn
(Anonim, 2007b).
yang tidak (Walters, Keeney, Wigal, Johnston, dan Cornelius, 1997). MED adalah
19
(Anonim, 1999)
Metode in vitro untuk mencari nilai SPF merupakan hubungan antara SPF dan
1
A = log10 = log10 SPF
SPF
sunscreen agent antara lain PABA (para amino benzoic acid) yang mengabsorbsi
pada panjang gelombang 260 313 nm, oxybenzone yang mengabsorbsi pada
pada panjang gelombang 280 310 nm, dan octyl salicylate yang mengabsorbsi
H. Spektrofotometri UVVis
mengamati tentang interaksi atom atau molekul yang memakai sumber radiasi
elektromagnetik (REM) UV dekat (200 400 nm) dan sinar tampak (400 750
200 nm) tidak dipakai sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorpsi oleh udara
20
dasar (ground state) yang berenergi rendah ke orbital keadaan eksitasi yang
berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap selanjutnya terbuang sebagai kalor,
sebagai cahaya, atau tersalurkan dalam reaksi kimia (misalnya isomerisasi atau
valensi dalam tiga tipe utama orbital molekul, yaitu orbital sigma (), orbital pi
(), dan orbital terisi tapi tak terikat (n). Transisi-transisi elektron mencakup
promosi sutau elektron dari salah satu keadaan dasar (, , atau n) ke salah satu
terbesar dan terjadi pada daerah UV jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal.
Transisi elektron ke * diberikan oleh ikatan rangkap dua atau tiga yang dapat
terjadi pada daerah UV jauh (untuk ikatan rangkap menyendiri) dan UV dekat
atau n ke * dapat terjadi pada senyawa yang memiliki gugus dengan satu atau
kecil daripada transisi elektron yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986 ; Mulja
bahwa beberapa tipe struktur organik menimbulkan warna, sedangkan tipe yang
lain tidak. Struktur parsial yang perlu untuk warna (gugus tak jenuh yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
C=C, C=O, N=N, dan N=O2. Disamping itu, pada senyawa organik dikenal juga
warna, dikenal sebagai gugus auksokrom, yang dalam bahasa Yunani berarti
tetapi dapat menjalani transisi elektron n. Gugus ini akan meningkatkan panjang
NR2, dan X (Fessenden dan Fessenden, 1986 ; Mulja dan Suharman, 1995 ;
Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A) tanpa satuan dan transmitan dengan
satuan persen (T%). Lambert dan Beer membuat formula secara matematik
berikut :
It
T=
Io
1
A = log
T
(0,2 0,8) atau %T (15% - 65%) akan memberikan persentase kesalahan analisis
22
yang berupa larutan, gas, atau uap. Sampel yang berupa larutan perlu
tidak berwarna, tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis,
dan memiliki kemurnian atau derajat yang tinggi untuk dianalisis (Mulja dan
Suharman, 1995).
dengan meneliti efek dari suatu variabel eksperimental dengan menjaga variabel
secara simulasi efek dari beberapa faktor dan interaksinya secara signifikan.
Signifikan ini berarti adanya perubahan dari level rendah ke level tinggi pada
(Bolton, 1990).
efek, dan respon. Faktor adalah setiap besaran yang mempengaruhi respon (Voigt,
1994). Level merupakan nilai atau tetapan untuk faktor. Pada percobaan dengan
desain faktorial perlu ditetapkan level yang diteliti meliputi level rendah dan level
tinggi. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan variasi tingkat dari faktor.
Efek faktor atau interaksi merupakan rata-rata respon pada level tinggi dikurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan
yang diamati. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu
atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa
Desain faktorial dua faktor dan dua level berarti ada dua faktor (misal
sifat alir dan viskositas) yang masing-masing faktor diuji pada level yang berbeda,
yaitu level rendah dan level tinggi. Dengan desain faktorial dapat didesain
terhadap suatu respon. Desain faktorial dalam suatu percobaan dengan dua faktor
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan dua level
Keterangan :
Y = respon hasil yang diamati
A, B = level bagian A dan B, yang nilainya tertentu dari minimum sampai
maksimum
b0 = rata-rata dari semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat
(1) A dan B masing-masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada
level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi, serta (ab) A dan B
Keterangan :
= level rendah
+ = level tinggi
Formula (1) = faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah
Formula a = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah
Formula b = faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi
Formula ab = faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi
Dari persamaan (1) dan data yang diperoleh dapat dibuat contour plot
suatu respon tertentu yang sangat berguna dalam memilih komposisi campuran
diperoleh dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada level tinggi dan
rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek sebagai berikut :
Efek faktor A =
{ a - (1) }+ { ab - b }
2
Efek faktor B =
{ b - (1) }+ { ab - a }
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Efek interaksi =
{ ab - b } + { (1) - a }
2
(Bolton, 1990)
J. Iritasi Primer
Iritasi primer adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali
hiperaemia (kelebihan zat kimia dalam darah), edema, dan vesikulasi sampai
pemborokan. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan
Suatu rangsangan kimia langsung pada jaringan disebabkan oleh zat yang
mudah bereaksi dengan berbagai bagian jaringan. Biasanya zat ini tidak mencapai
peredaran darah, karena langsung bereaksi dengan tempat jaringan yang pertama
trakea, bronkus, epitel, alveolus, esophagus, dan kulit (Ariens, Simons, dan
Mutschler, 1985).
K. Landasan Teori
UVB) dapat menimbulkan kerusakan yang berbahaya bagi tubuh. Salah satu
sunscreen yang beredar di pasaran saat ini masih banyak yang mengandung
senyawa sintetik. Penelitian ini menggunakan zat aktif dari bahan alam, yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
senyawa sintetik. Bahan alam yang digunakan adalah rimpang kunir putih yang
diketahui mengandung kurkumin yang dapat mengabsorpsi sinar UVA dan UVB.
aman, dan efektif saat digunakan. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk sediaan
dalam bentuk gel berbasis senyawa hidrofilik. Sediaan gel memiliki konsistensi
yang lembut, tidak terlalu berminyak, memberikan rasa dingin yang timbul karena
terjadinya evaporasi etanol dan air, serta dapat membentuk lapisan tipis di
permukaan kulit dengan daya lekat tinggi sehingga efek perlindungannya lebih
stabil.
ekstrak rimpang kunir putih yang menggunakan Carbopol sebagai gelling agent
untuk mendapatkan sediaan gel dengan sifat fisik yang baik. Gelling agent dan
humectant merupakan bahan yang memegang peranan penting dalam sediaan gel
dimensi yang akan menghasilkan gel dan sorbitol sebagai humectant yang bersifat
higroskopis akan menahan air pada sediaan gel untuk mengurangi penguapan,
mencegah timbulnya garis atau kerutan pada kulit, kulit kering, dan efek jangka
panjang lainnya karena paparan radiasi UV dari sinar matahari. Sifat fisik dan
stabilitas formula dilihat dari formula yang memiliki viskositas tertentu, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
sesaat setelah diaplikasikan pada kulit, serta memiliki daya sebar yang baik,
dalam arti tanpa tekanan besar mampu menyebar secara merata sehingga
untuk membuktikan keamanan pemakaian gel dilakukan uji iritasi primer dengan
L. Hipotesis
menentukan sifat fisik, dan stabilitas gel, serta komposisi yang optimum antara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
desain faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari formula sunscreen ekstrak
etanol rimpang kunir putih yang memenuhi syarat mutu, yaitu aman (safe),
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi level gelling agent dan
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik gel (daya sebar,
bulan).
Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah lama, cahaya, dan
wadah penyimpanan.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
C. Definisi Operasional
a. Ekstrak rimpang kunir putih adalah ekstrak yang diperoleh dari hasil perkolasi
rimpang kunir putih menggunakan pelarut etanol 70% v/v. Hasil perkolasi ini
b. SPF ekstrak rimpang kunir putih adalah kemampuan ekstrak sebagai zat aktif
sunscreen untuk melindungi kulit dari paparan radiasi sinar UVB yang diukur
c. Gelling agent adalah bahan pembentuk sediaan gel yang membentuk matriks
tiga dimensi. Penelitian ini menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent.
meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar dengan cara
sebagai humectant.
e. Sifat fisik gel adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas
fisik gel, meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas untuk
f. Faktor adalah variabel bebas dalam penelitian, yaitu gelling agent (Carbopol
g. Level merupakan nilai untuk faktor, yaitu level tinggi dan level rendah. Dalam
penelitian ini, level tinggi Carbopol adalah 38,33 g, level rendah Carbopol
adalah 28,33 g, level tinggi sorbitol adalah 20 g, dan level rendah sorbitol
adalah 10 g.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
h. Respon merupakan sifat atau hasil percobaan yang diamati, yaitu sifat fisik gel
i. Contour plot menunjukkan profil dari respon sifat fisik gel yang diperoleh
j. Contour plot superimposed adalah penggabungan profil respon sifat fisik gel
yang digunakan.
k. Komposisi optimum adalah area komposisi gelling agent dan humectant yang
menghasilkan gel dengan daya sebar kurang dari 5 cm, viskositas 250 sampai
l. Iritasi primer adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia yang terjadi di tempat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunir
putih (Curcuma mangga Val.), etanol (kualitas p.a.), etanol (kualitas teknis),
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas (PYREX-
31
kering, ditandai dengan mudah dipatahkan atau hancur bila diremas. Setelah
rimpang kunir putih dengan cairan penyari berupa campuran etanol dan air
jam. Serbuk yang telah dibasahi tersebut lalu dimasukkan ke dalam sebuah
penyari mulai menetes dan serbuk masih ditutupi dengan suatu lapisan cairan
32
UV pada panjang gelombang 200 400 nm. Dari range tersebut, diamati
dihitung sebagai nilai SPF. Konsentrasi yang mendekati nilai SPF 30 adalah
1
SPF = (Stanfield, 2003)
T
I
A = log = log T (Walters et al., 1997)
I0
1
A = log
SPF
A = log SPF
SPF = 10A
stok. Dibuat seri pengenceran menggunakan etanol p.a. dari larutan stok
33
7,1691 mg%, 8,7054 mg%, dan 9,2174 dan mg%. Larutan baku tersebut
bakunya.
Vis pada panjang gelombang 200 700 nm. Panjang gelombang maksimum
stok. Dibuat seri pengenceran menggunakan etanol p.a. dari larutan stok
0,4097 mg%, dan 0,4865 mg%. Larutan baku tersebut diukur serapannya
34
persamaan garis regresi linear kurva baku dan dikalikan dengan faktor
a. Formula
Monoisopropilamine 0,09
Aquadest 47,91
Parfum 9,5
Sorbitol 10 20 gram
Aquadest 40 gram
Triethanolamine (TEA) 1 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Pembuatan gel
Ekstrak rimpang kunir putih dan sorbitol dicampur secara manual dengan
7. Uji sifat fisik dan stabilitas gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih
Uji daya sebar sediaan gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih dilakukan
48 jam setelah pembuatan dengan cara : gel ditimbang seberat 1,0 gram,
diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat
lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit,
b. Uji viskositas
dengan cara : gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu (1) segera setelah gel
selesai dibuat dan (2) setelah disimpan selama 1 bulan untuk uji stabilitas.
0,5 g gel diletakkan di bawah kasa berukuran 1 inci persegi yang ditempatkan
di atas bagian kulit yang telah dicukur. Kasa diikatkan dengan cermat pada
hewan selama 24 jam. Pada akhir periode, kasa diambil dan reaksi kulit diberi
angka sesuai dengan tingkat (1) eritema dan (2) pembentukan edema. Reaksi
37
Data yang terkumpul dari uji sifat fisik dianalisis dengan analisis statistik
untuk melihat besarnya efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik gel.
gelling agent dan humectant serta prediksi formula optimum gel sunscreen pada
BAB IV
bahan baku rimpang kunir putih yang diperoleh dari Wates, Kulonprogo.
Rimpang yang didapat kemudian disortasi, dibersihkan dari bahan organik asing
atau kotoran-kotoran yang melekat, seperti tanah, daun, batang, dan rimpang
tanaman lain. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bahan baku simplisia
benar dan murni, berasal dari tanaman kunir putih (Curcuma mangga Val.).
Rimpang selanjutnya dicuci dengan air mengalir untuk menekan angka kuman,
kemudian ditiriskan agar kelebihan air mengalir. Rimpang yang sudah bersih lalu
dirajang dengan tebal irisan 3 mm. Perajangan ini dilakukan untuk mempercepat
dan memudahkan proses pengeringan simplisia. Irisan yang terlalu tebal dapat
berjamur atau membusuk karena enzim yang terkandung masih aktif. Irisan yang
rimpang yang dapat muat ke dalam oven hanya sedikit, sedangkan irisan rimpang
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
irisan rimpang tidak saling menumpuk agar rimpang lebih cepat mengering dan
mencegah pertumbuhan kapang. Irisan rimpang ditutup dengan kain hitam untuk
menghindari terurainya kandungan kimia karena radiasi sinar matahari dan debu.
terurainya kandungan kimia akibat pengaruh enzim dapat dihindari, selain itu juga
bertujuan untuk menekan angka kapang. Irisan rimpang yang sudah cukup kering
40C sampai simplisia sudah benar-benar kering, ditandai dengan simplisia mudah
hancur jika diremas atau mudah dipatahkan. Simplisia yang sudah kering
demikian semakin halus serbuk simplisia makin baik ekstraksinya. Akan tetapi,
penyerbukan yang terlalu halus menyebabkan banyak dinding sel pecah sehingga
zat yang tidak diinginkan akan ikut dalam hasil penyarian, selain itu serbuk akan
memadat atau merapat karena ukurannya yang terlalu kecil sehingga pelarut susah
membasahi serbuk karena ruang antar sel berkurang. Oleh karena itu, serbuk
simplisia yang didapat kemudian diayak dengan ukuran ayakan 20/30 agar ukuran
40
inert, tidak toksik, dan tidak mudah terbakar. Campuran etanol-air (etanol 70%)
digunakan sebagai pelarut karena air murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak
mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak beracun, dan alamiah,
sedangkan etanol dapat efisien berpenetrasi ke dalam membran sel, lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% ke atas, absorbsinya baik,
dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, dan panas yang diperlukan
terkandung dalam ekstrak kunir putih yang berkhasiat sebagai bahan aktif gel
Ekstraksi serbuk rimpang kunir putih yang dilakukan adalah dengan cara
perkolasi, yaitu cara penyarian dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk
simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia yang telah
dibasahi ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari yang selalu baru dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
ekstraksi dengan cara perkolasi didasarkan pada cairan penyari yang selalu baru
sehingga memungkinkan zat yang larut dalam pelarut akan tersari hampir
seluruhnya, selain itu juga didasarkan pada tidak adanya pemanasan selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
proses. Hal ini ditujukan agar amilum yang terdapat dalam simplisia tidak
(73 82C). Jika mengembang, butiran amilum akan menutup pori-pori serbuk
sehingga senyawa lain yang berada di dalam serbuk tidak dapat tersari keluar
harus melalui proses pembasahan atau maserasi selama 24 jam terlebih dahulu
dengan perkolator. Perkolasi dilakukan sampai diperoleh tetesan yang jernih dari
perkolator. Hal ini menunjukkan bahwa tetesan yang dihasilkan hanyalah pelarut
yang tidak lagi mengandung ekstrak, dimana ekstrak yang tersari akan berwarna
Nilai SPF 30
Sediaan gel sunscreen rimpang kunir putih yang akan dibuat diharapkan
memiliki nilai SPF 30. SPF merupakan nilai yang menyatakan kemampuan
sunscreen melindungi kulit dari paparan radiasi sinar UV terutama UVB. SPF
adalah perbandingan MED pada kulit yang sudah dilindungi sunscreen dengan
MED pada kulit yang tidak menggunakan sunscreen. Pemilihan nilai SPF 30 ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
merupakan nilai SPF yang optimal karena sudah cukup melindungi kulit selama
bersinar terus-menerus sepanjang tahun dan setiap harinya bersinar dalam waktu
yang cukup lama. Akan tetapi, masyarakat Indonesia rata-rata berkulit sawo
matang atau kuning langsat, dimana kandungan melanin dalam kulit cukup tinggi
sehingga dapat menahan sinar UV lebih lama dibandingkan orang yang berkulit
putih. Oleh karena itu, nilai SPF yang digunakan tidak terlalu rendah dan juga
tidak terlalu tinggi. Nilai SPF yang terlalu tinggi memberikan efek yang tidak baik
untuk kesehatan karena sinar matahari yang dibutuhkan oleh tubuh tidak dapat
sunscreen yang menggunakan bahan aktif avobenzone dengan nilai SPF yang
berbeda-beda, yaitu nilai SPF 4, 30, dan 45. Sediaan sunscreen dengan nilai SPF
yang lebih besar daripada produk dengan nilai SPF 4, sedangkan sediaan dengan
nilai SPF 45 menyerap UV dari panjang gelombang 290 330 nm lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
daripada sediaan dengan nilai SPF 30, tetapi lebih sedikit menyerap UV dengan
akibat paparan sinar matahari 30 kali lebih lama daripada kulit yang tidak
memberikan nilai SPF 30 pada sediaan. Ekstrak rimpang kunir putih sebelumnya
gelombang sinar UV. Serapan yang dihasilkan oleh ekstrak rimpang kunir putih
ditunjukkan pada Gambar 5, dan dari hasil scanning ini diketahui bahwa ekstrak
rimpang kunir putih dapat menyerap panjang gelombang pada range sinar UVA
44
UVB. Serapan (A) yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi nilai SPF
dengan rumus :
A = log SPF
SPF = 10A
putih semakin besar nilai SPF yang dihasilkan. Konsentrasi ekstrak 8% v/v
memberikan nilai SPF 6,466, konsentrasi ekstrak 9% v/v memberikan nilai SPF
23,686, konsentrasi ekstrak 10% v/v memberikan nilai SPF 30,224, konsentrasi
ekstrak 11% v/v memberikan nilai SPF 44,195, dan konsentrasi ekstrak 12% v/v
memberikan nilai SPF 62,534. Dengan demikian, nilai SPF 30 diperoleh dari
lebih dari 0,8) untuk menghasilkan nilai SPF yang diinginkan (SPF 30) sehingga
baku.
bertujuan untuk memastikan linearitas dari serapan yang diberikan oleh larutan
baku standar kurkuminoid agar dapat digunakan untuk menghitung nilai SPF.
45
0,1964x 0,0084 serta menunjukkan bahwa nilai r hitung adalah 0,9938, dan nilai
tersebut lebih tinggi daripada nilai r tabel dengan derajat bebas 4 dan taraf
kepercayaan 95% (r tabel = 0,811). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kurva
larutan baku standar kurkuminoid linear, dan dengan demikian dapat digunakan
Kunir Putih 10 %
dalam sediaan gel sunscreen. Salah satu kandungan di dalam ekstrak yang
maksimum pada panjang gelombang 425, disamping itu juga dapat memberikan
46
memberikan serapan maksimum. Serapan yang diperoleh dari seri larutan standar
0,0034 serta diperoleh nilai r hitung yaitu 0,9972, dimana nilai tersebut lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tinggi daripada nilai r tabel dengan derajat bebas 3 dan taraf kepercayaan 95% (r
tabel = 0,878). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa persamaan kurva larutan
Keterangan : kromofor
gugus auksokrom
Gambar 7. Ikatan terkonjugasi (kromofor) dan gugus auksokrom pada
struktur kurkumin
Ekstrak rimpang kunir putih 10% memberikan hasil serapan yang terlalu
besar (tidak masuk dalam range kurva baku dan tidak memenuhi hukum Lambert-
Beer, absorbansi yang dihasilkan lebih dari 0,8). Oleh karena itu, ekstrak 10% v/v
direplikasi sebanyak empat kali. Serapan yang dihasilkan adalah 0,449; 0,426;
0,417; dan 0,420. Serapan yang didapat kemudian dimasukkan dalam persamaan
kurva baku dan dikalikan dengan faktor pengenceran, dari perhitungan diperoleh
kualitas farmasetis. Kualitas sediaan gel dapat dilihat dari sifat fisik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
stabilitasnya. Sifat fisik gel meliputi daya sebar dan viskositas sediaan, sedangkan
stabilitas gel dapat dilihat dari pergeseran viskositas setelah sediaan disimpan
Daya sebar merupakan sifat fisik yang penting pada formulasi dan
berperan pada pemerataan dosis pada tempat aplikasi. Pengukuran daya sebar
untuk mengukur daya sebar pada sediaan semisolid. Gel diletakkan di antara dua
buah piringan kaca yang di atasnya diberi beban. Keuntungan metode ini adalah
sederhana, relatif murah, dan reprodusibilitas cukup baik. Daya sebar diukur
setelah 48 jam dari pembuatan, gel ditimbang 1 g dan diletakkan di atas piringan
kaca berskala, kemudian gel ditutup dengan piringan kaca dan di atasnya diberi
beban sehingga berat total piringan kaca dan beban adalah 125 g. Diameter rata-
rata dari lima kali pengukuran sebaran gel dilakukan setelah didiamkan selama
satu menit. Nilai daya sebar yang baik untuk semistiff adalah kurang dari 5 cm
Viskositas gel berperan dalam menentukan daya alir sediaan agar mudah
oleh konsumen. Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak dua kali, yaitu segera
setelah pembuatan untuk mengetahui kekentalan sediaan dan satu bulan setelah
waktu tinggal sediaan di tempat aplikasi, tetapi relatif akan menurunkan daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
sebar (Garg et al., 2002). Gel dikatakan stabil apabila nilai pergeseran
viskositasnya kecil.
sunscreen :
keduanya dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas gel sunscreen dapat
diketahui melalui beberapa cara, yaitu perhitungan efek dengan desain faktorial,
respon. Semakin besar efek yang diperoleh maka semakin dominan faktor tersebut
mempengaruhi sifat fisik dan pergeseran viskositas gel. Efek yang dihasilkan
dapat memberikan nilai positif maupun negatif terhadap respon. Efek dengan nilai
daya sebar, dan pergeseran viskositas semakin tinggi (perubahan viskositas akan
50
Tabel VI. Efek Carbopol 3% b/v, efek sorbitol, dan efek interaksi antar
keduanya dalam menentukan sifat fisik gel sunscreen
Faktor Daya Sebar Viskositas Viskositas
Carbopol 3% b/v | 0,0615 | 14,375 | 2,306 |
Sorbitol 0,0015 3,125 | 1,214 |
Interaksi 0,0305 | 10,625 | 1,786
dengan respon. Nilai F yang diperoleh (F hitung) dari perhitungan dengan analisis
apabila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, yang berarti bahwa faktor
analisis ini adalah 95%, derajat bebas faktor dan interaksi (experiment) sebagai
51
yaitu 3, sehingga didapat F tabel untuk faktor dan interaksi pada semua respon
1. Daya Sebar
daya sebar gel. Efek Carbopol 3% b/v bernilai negatif yang berarti dominan
menurunkan daya sebar gel. Peningkatan Carbopol 3% b/v dari level rendah ke
level tinggi akan menurunkan daya sebar. Efek sorbitol bernilai positif yang
dominan dalam menentukan daya sebar gel. Peningkatan sorbitol dari level
rendah ke level tinggi akan meningkatkan daya sebar gel. Efek interaksi antara
meningkatkan daya sebar gel. Efeknya lebih dominan daripada efek sorbitol
dalam meningkatkan daya sebar gel, tetapi kurang dominan daripada efek
agent dan sorbitol sebagai humectant terhadap daya sebar gel dapat dilihat
52
4,29 4,29
gel pada penggunaan sorbitol level rendah maupun level tinggi akan
menurunkan daya sebar gel. Peningkatan Carbopol 3% b/v dari level rendah ke
level tinggi akan menurunkan daya sebar lebih besar pada penggunaan sorbitol
penggunaan Carbopol 3% b/v level rendah akan menurunkan daya sebar gel,
sedangkan peningkatan jumlah sorbitol yang digunakan pada formula gel pada
penggunaan Carbopol 3% b/v level tinggi akan meningkatkan daya sebar gel
(Gambar 8b).
kepercayaan 95% untuk respon daya sebar gel ditunjukkan dalam Tabel VII.
statistik terhadap perubahan respon daya sebar karena nilai F hitung keduanya
lebih besar dari nilai F tabel (10,128), yaitu 372,764 dan 86,523. Carbopol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3% b/v merupakan faktor dominan dalam menurunkan daya sebar gel dan
dominan dalam meningkatkan daya sebar gel. Hal ini menegaskan bahwa
Carbopol 3% b/v adalah faktor yang memiliki pengaruh paling dominan dan
Tabel VII. Analisis Yates Treatment untuk respon daya sebar gel
Degrees
Source of
of Sum of square Mean square F
variation
freedom
Replikasi 1 0,000000125 0,000000125
Perlakuan 3 0,009402375 0,003134125
Carbopol 3% 1 0,007626125 0,007626125 372,764
Sorbitol 1 0,000006125 0,000006125 0,299
Interaksi 1 0,001770125 0,001770125 86,523
Experimental 3 0,000061375 0,0000204583
error
Total 7 0,0094875
2. Viskositas
viskositas gel. Efek Carbopol 3% b/v bernilai positif yang berarti dominan
54
rendah ke level tinggi akan meningkatkan viskositas gel. Efek interaksi antara
agent dan sorbitol sebagai humectant terhadap viskositas gel dapat dilihat
270 270
Viskositas (dPa.s)
Viskositas (dPa.s)
260 260
250 250
240
240
28 31 34 37 40
b 9 12 15 18 21
Carbopol 3% /v (g) Sorbitol (g)
Level rendah Sorbitol Level rendah Carbopol 3%
Level tinggi Sorbitol Level tinggi Carbopol 3%
Gambar 9a Gambar 9b
Gambar 9. Hubungan pengaruh Carbopol 3% b/v (a) dan Sorbitol (b)
terhadap viskositas gel sunscreen
gel pada penggunaan sorbitol level rendah maupun level tinggi akan
(Gambar 9a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sedangkan peningkatan jumlah sorbitol yang digunakan pada formula gel pada
(Gambar 9b).
kepercayaan 95% untuk respon viskositas gel ditunjukkan dalam Tabel VIII.
lebih besar dari nilai F tabel (10,128), yaitu 34,062 dan 18,610. Carbopol 3%
b
/v merupakan faktor dominan dalam meningkatkan viskositas gel dan interaksi
56
et al., 2002).
3. Stabilitas
pergeseran viskositas gel. Efek Carbopol 3% b/v bernilai negatif yang berarti
dari level rendah ke level tinggi akan menggeser viskositas dengan perubahan
yang lebih sedikit (jarak antara viskositas awal dengan viskositas setelah
penyimpanan menjadi lebih kecil). Efek sorbitol bernilai negatif yang berarti
dari level rendah ke level tinggi akan menggeser viskositas dengan perubahan
yang lebih sedikit. Efek interaksi antara Carbopol 3% b/v dengan sorbitol
menjadi lebih besar). Efeknya lebih dominan daripada efek sorbitol, tetapi
viskositas gel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
agent dan sorbitol sebagai humectant terhadap pergeseran viskositas gel dapat
Pergeseran Viskositas
6
6
5
Viskositas (%)
5
Pergeseran
4
4
3
(%)
3
2
2
1
1
0
0
28 30 32 34 36 38 40
9 11 13 15 17 19 21
b Sorbitol (g)
Carbopol 3% /v (g)
Level rendah Carbopol 3%
Level rendah Sorbitol Level tinggi Sorbitol Level tinggi Carbopol 3%
Gambar 10a Gambar 10b
Gambar 10. Hubungan pengaruh Carbopol 3% b/v (a) dan Sorbitol (b)
terhadap pergeseran viskositas gel sunscreen
gel pada penggunaan sorbitol level rendah maupun level tinggi akan
level rendah ke level tinggi akan menurunkan pergeseran viskositas lebih besar
kepercayaan 95% untuk respon viskositas gel ditunjukkan dalam Tabel IX.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
perubahan respon pergeseran viskositas karena nilai F hitung lebih kecil dari
nilai F tabel (10,128), yaitu 7,830; 2,169; dan 4,695. Carbopol 3% b/v
dari hasil analisis Yates Treatment menegaskan bahwa Carbopol 3% b/v tidak
Tabel IX. Analisis Yates Treatment untuk respon pergeseran viskositas gel
Degrees
Source of
of Sum of square Mean square F
variation
freedom
Replikasi 1 0,0250880 0,0250880
Perlakuan 3 19,9670685 6,6556895
Carbopol 3% 1 10,6398845 10,6398845 7,830
Sorbitol 1 2,9475920 2,9475920 2,169
Interaksi 1 6,3795920 6,3795920 4,695
Experimental 3 4,0768590 1,358953
error
Total 7 24,0690155
Formula gel sunscreen yang telah diuji sifat fisik dan stabilitas kemudian
gel sunscreen yang optimum, yaitu formula yang memenuhi karakteristik yang
baik sesuai dengan yang dikehendaki dari bentuk sediaan. Area optimum
komposisi Carbopol sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant untuk
59
contour plot sifat fisik, yaitu daya sebar dan viskositas, serta stabilitas yang
dan stabilitas gel. Daya sebar yang terlalu rendah dan viskositas yang terlalu
tinggi pada sediaan gel dapat mempersulit pemerataan sediaan saat diaplikasikan
diharapkan akan diperoleh sediaan gel sunscreen yang memiliki viskositas dan
daya sebar yang baik. Optimasi formula gel sunscreen terhadap stabilitas dilihat
dari pergeseran viskositas yang terjadi setelah gel disimpan selama satu bulan.
Persamaan desain faktorial pada respon daya sebar gel sunscreen yang
diperoleh adalah Y = 4,7395 0,0153 (A) 0,0202 (B) + 6,1 .104 (A)(B), dari
persamaan ini dapat dibuat contour plot daya sebar sebagai berikut:
Gambar 11. Contour plot daya sebar gel sunscreen ekstrak rimpang kunir
putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
seperti yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti, dapat
ditentukan dari contour plot daya sebar gel (Gambar 11). Daya sebar gel yang
ke kulit, selain itu juga dapat memudahkan pengeluaran gel sunscreen dari
kemasan. Hasil respon yang digunakan dalam optimasi adalah respon dengan
daya sebar kurang dari sama dengan 5 cm karena memiliki area daya sebar
formula yang optimum dan diharapkan daya sebar gel sunscreen tersebut
mendekati nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk sediaan semistiff, yaitu
Gambar 12. Contour plot viskositas gel sunscreen ekstrak rimpang kunir
putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti, dapat ditentukan dari
contour plot viskositas gel (Gambar 12). Viskositas gel yang optimum diharapkan
kulit, selain itu juga dapat memudahkan pengeluaran gel sunscreen dari kemasan.
Hasil respon yang digunakan dalam optimasi adalah respon dengan viskositas
antara 250 260 dPa.s. Hal ini didasarkan pada hasil subjective assessment,
sunscreen yang diperoleh adalah Y = 30,1991 0,7664 (A) 1,3120 (B) + 0,0357
(A)(B), dari persamaan ini dapat dibuat contour plot pergeseran viskositas sebagai
berikut:
62
viskositas seperti yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti,
dapat ditentukan dari contour plot pergeseran viskositas gel (Gambar 13).
sediaan gel sunscreen selama penyimpanan agar sifat fisik dan keefektifan gel
menyebabkan penurunan viskositas 15% atau lebih (Zatz et al., 1996). Hasil
viskositas kurang dari atau sama dengan 3% karena memiliki area pergeseran
Formula optimum pada level gelling agent dan humectant yang diteliti
dapat diperoleh melalui penggabungan area komposisi optimum pada contour plot
dari uji daya sebar, viskositas, dan stabilitas gel yang telah dilakukan. Komposisi
gelling agent dan humectant yang optimum dapat memberikan formula gel
dengan karakteristik sifat fisik dan stabilitas yang baik dan sesuai dengan yang
diharapkan. Grafik contour plot area optimum dari masing-masing uji yang telah
63
Gambar 14. Contour plot superimposed sifat fisik dan stabilitas gel sunscreen
ekstrak rimpang kunir putih
dalam batas jumlah bahan yang diteliti didasarkan pada contour plot sifat fisik dan
dengan Carbopol 3% b/v sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant
dengan respon yang dipilih meliputi daya sebar kurang dari 5 cm, viskositas
antara 250 260 dPa.s, dan pergeseran viskositas kurang dari 3%. Area tersebut
diprediksi sebagai formula optimum gel tanpa adanya indikasi mengiritasi kulit.
tidak boleh terlalu tinggi, sedangkan sorbitol dapat digunakan dari level rendah
Uji iritasi primer gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih bertujuan
untuk mengetahui daya iritasi sediaan gel terhadap kulit. Uji ini dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menegaskan bahwa sediaan gel sunscreen yang telah dibuat tidak menimbulkan
iritasi pada kulit. Uji iritasi primer menggunakan kelinci albino sebagai hewan
pemberian perlakuan dan pengamatan efek iritasi. Iritasi yang timbul ditandai
dengan adanya eritema (kemerahan) dan edema (pembengkakan) pada kulit yang
telah diberi gel sunscreen. Hasil perhitungan indeks iritasi primer adalah sebagai
berikut :
Tabel X. Skor indeks iritasi primer gel sunscreen pada kelinci albino
Formula Indeks Iritasi Primer
1 0
a 0
b 0
ab 0
Hasil uji iritasi primer gel sunscreen yang ditampilkan dalam Tabel X
nilai indeks iritasi primer 0, dimana nilai indeks iritasi primer kurang dari 2
memiliki kriteria iritasi kurang merangsang (Lu, 1995). Keempat formula gel
sunscreen yang telah dibuat tersebut bersifat kurang merangsang. Hal ini dapat
membuktikan bahwa gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih bersifat kurang
BAB V
A. Kesimpulan
1. Ekstrak rimpang kunir putih dapat memberikan serapan pada range panjang
sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humectant berdasarkan contour plot
superimposed yang meliputi daya sebar, viskositas, dan stabilitas gel pada level
yang diteliti.
B. Saran
1. Kandungan kimia yang terkandung dalam rimpang kunir putih perlu diteliti
2. Uji SPF sediaan gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih perlu diteliti lebih
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA
Allen Jr., Loyd V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical
Compounding, Second edition, 301-315, American Pharmaceutical
Association, USA.
--------, 1999, Sunscreen Drug Produgs for Over-The Counter Human Use,
http://www.fda.gov/cder/otcmonographs/Sunscreen/sunscreen(352).pdf.
Diakses pada 10 Februari 2007.
--------, 2000b, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, 20th Ed.,
1032 1033, Edited by Daniel Limner, University of the Sciences in
Philadephia, USA.
--------, 2004a, Sunblock is the Most Important Cosmetic You Will Ever Use,
www.holistic-facial-skin-care.com/sunblock.html. Diakses pada 13
November 2005.
67
Anief, Moh., 2003, Ilmu Meracik Obat, 71, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Ariens, Y., Simons, C., dan Mutschler, E., 1985, General Toxicology, Edisi I, 127-
134, diterjemahkan oleh R. Yoke, dkk, UGM Press, Yogyakarta.
68
Calder, Vince, 2005, How Does Sunblock Blockout UVA and UVB Rays,
www.PhysLink.com. Diakses pada 17 November 2005.
Fessenden, Ralp J., dan Fessenden, Joan S., 1986, Kimia Organik, jilid II,
diterjemahkan oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, edisi III, 436-437,
439-440, 447, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Garg, Alka, Aggrawal, Deeplika, Garg, Sanjay, dan Singla, Anil K., 2002,
Spreading of Semisolid Formulations. Pharmaceutical Technology,
September 2002, 84-105.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., dan Williamson, Elizabeth M., 2004,
Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy, 264, Elsevier
Science Limited, UK.
Hutapea, Johnny Ria DR., 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II), 165,
Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Johnson, Anthony W., 2002, The Skin Moisturizer Marketplace, in Leyden, James
J., dan Rawlings, Anthony V., (Eds.), Skin Moisturization, 25, Marcel
Dekker Inc., New York.
Loden, Marie, 2001, Hydrating Substance, in Barrel, Andre O.,Paye, Marc, dan
Maibach, Howard I., Handbook of Cosmetics Science and Technology,
355-356,Marcel Dekker Inc., New York.
Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk
Assesment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi III, 239-245, UI
Press, Jakarta.
Lucas, R., McMichael, T., Smith, W., & Armstrong, B., 2006, Solar Ultraviolet
Radiation: Global Burden of Disease From Solar Ultraviolet Radiation.
Environmental Burden of Disease [Serial Online], 4, 88, 148, 151 (No.
13): (258 screens), Available from URL: http// www.who.int.
69
Mulja, Muhammad H., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 19, 24-32,
Airlangga University Press, Surabaya.
Muller, Alban, 1996, Herbal Complexes with Proven Efficacy, in Fridd, Petrina,
(Ed), Natural Ingredients in Cosmetics-II, 156-158, Micelle Press,
Wayemouth, England.
Rawlings, Anthony V., Harding, Clive R., Watkinson, Allan, Chandar, Prem, dan
Scott, Ian R., 2002, Humectants, in Leyden, James J., dan Rawlings,
Anthony V., (Eds.), Skin Moisturization, 248-249, Marcel Dekker Inc.,
New York.
Sayekti, dan Ernita, 1994, Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami
VIII, 553-556, Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIBA)
kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(BALITRO), Bogor.
Silva, G. L., Lee, Ik-Soo, dan Kinghorn, A. D., 1998, Natural Product Isolation,
349, Humana Press, Inc., New Jersey.
Stanfield, Joseph W., 2003, Sun Protectans: Enhancing Product Functionality with
Sunscreens, in Schueller, R., Romanowski, P., (Eds.), Multifunctional
Cosmetics, 145-148, Marcel Dekker Inc., New York.
Voigt, Rudolf, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, 141, 343,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Walters, Christina, Keeney, Allen, Wigal, Carl T., Johnston, Chyntia R., dan
Cornellius, Richard D., 1997, The Spectrophotometric Analysis and
Modeling of Sunscreens. Journal of Chemical Education, 74, 1, 99-101.
Williams, C.A., dan Harborne, J.B., 1994, Flavone and Flavonol, in Harborne,
J.B., The Flavonoids, Advances in Research Since 1986, 362, Chapman
& Hall, USA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Zats, J.L., Berry, J.J., dan Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents in
Disperse System, in Banker, Gilbert S., Lieberman, H.A., Rieger,
Martin M., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System
Vol. 1, 2nd Ed., 291, 304-309, Marcel Dekker Inc., New York.
Zats, J.L., dan Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,
Schwatz, J.B., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse System
Vol. 2, 2nd Ed., 413-414, Marcel Dekker Inc., New York.
Zocchi, Germaine, 2001, Skin-Feel Agents, in Barrel, Andre O.,Paye, Marc, dan
Maibach, Howard I., Handbook of Cosmetics Science and Technology,
406, Marcel Dekker Inc., New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
LAMPIRAN
Pengenceran II
C1 = 8 %
C1 . V1 = C2 . V2
8 % . 10 ml = 30 % . V2
V2 = 2,67 ml
C1 = 9 %
C1 . V1 = C2 . V2
9 % . 10 ml = 30 % . V2
V2 = 3 ml
C1 = 10 %
C1 . V1 = C2 . V2
10 % . 10 ml = 30 % . V2
V2 = 3,33 ml
C1 = 11 %
C1 . V1 = C2 . V2
11 % . 10 ml = 30 % . V2
V2 = 3,67 ml
C1 = 12 %
C1 . V1 = C2 . V2
12 % . 10 ml = 30 % . V2
V2 = 4 ml
72
Sediaan yang diinginkan adalah gel sunscreen dengan nilai SPF 30. Dengan
demikian, dari pengukuran absorbansi beberapa konsentrasi ekstrak, diperoleh
konsentrasi ekstrak 10 % yang mempunyai nilai SPF mendekati 30.
C ekstrak 10 %
1. SPF = 10 A
= 101, 485 = 30,549
2. SPF = 10 A
= 101, 482 = 30,339
3. SPF = 10 A
= 101, 474 = 29,785
73
74
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 256,04 mg% = 10 ml . 0,1792 mg%
V1 = 0,007 ml
= 7 L
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 256,04 mg% = 10 ml . 0,2560 mg%
V1 = 0,01 ml
= 10 L
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 256,04 mg% = 10 ml . 0,3328 mg%
V1 = 0,013 ml
= 13 L
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 256,04 mg% = 10 ml . 0,4097 mg%
V1 = 0,016 ml
= 16 L
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 256,04 mg% = 10 ml . 0,4865 mg%
V1 = 0,019 ml
= 19 L
Ekstrak 10 % 5 % v/v
V1 . C1 = V2 . C2
V1 . 10 % = 10 ml . 5 %
V1 = 5 ml
5 ml ekstrak ad 10 ml etanol
76
10
C (ekstrak 10%) = 0,2831 .
5
= 0,5662 mg%
= 5,662 . 104 %
10
C (ekstrak 10%) = 0,2685 .
5
= 0,5370 mg%
= 5,370 . 104 %
10
C (ekstrak 10%) = 0,2628 .
5
= 0,5256 mg%
= 5,256 . 104 %
10
C (ekstrak 10%) = 0,2647 .
5
= 0,5294 mg%
= 5,294 . 104 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
=
(5,662 + 5,370 + 5,256 + 5,294 ) 10 4 %
4
= 5,3955 . 104 % b/v
= 5,3955 ppm
78
Data Penimbangan
Formula 1 a b ab
Carbopol 3 % (g) 28,33 38,33 28,33 38,33
Sorbitol (g) 10 10 20 20
Ekstrak kunir putih (g) 10 10 10 10
Aquades (g) 40 40 40 40
Triethanolamine (ml) 1 1 1 1
Notasi
Level tinggi :+
Level rendah :
Faktor A : Carbopol 3 %
Faktor B : Sorbitol
79
Daya Sebar
Satuan : cm
1 a b ab
Formula
i ii i ii i ii i ii
1 4,22 4,36 4,26 4,22 4,20 4,30 4,24 4,36
2 4,44 4,24 4,28 4,30 4,16 4,16 4,34 4,26
3 4,28 4,42 4,06 4,14 4,42 4,28 4,10 4,18
4 4,16 4,28 4,12 4,08 4,34 4,26 4,12 4,20
5 4,34 4,24 4,28 4,16 4,22 4,24 4,32 4,14
6 4,20 4,14 4,12 4,20 4,14 4,26 4,20 4,14
x 4,273 4,280 4,187 4,183 4,247 4,250 4,220 4,213
SD 0,103 0,099 0,099 0,075 0,110 0,049 0,100 0,085
Formula x SD
1 4,277 0,096
a 4,185 0,083
b 4,248 0,081
ab 4,217 0,088
Viskositas
setelah penyimpanan 1 bulan x segera setelah dibuat
viskositas = 100%
x segera setelah dibuat
Satuan : dPa.s
Formula 1
80
Formula a
Formula b
Formula ab
81
82
Keterangan :
= level rendah
+ = level tinggi
Formula 1 = Carbopol pada level rendah, Sorbitol pada level rendah
Formula a = Carbopol pada level tinggi, Sorbitol pada level rendah
Formula b = Carbopol pada level rendah, Sorbitol pada level tinggi
Formula ab = Carbopol pada level tinggi, Sorbitol pada level tinggi
Daya Sebar
Efek Carbopol =
(a 1) + (ab b )
2
=
(4,185 4,277 ) + (4,217 4,248) = | 0,0615 |
2
Efek Sorbitol =
(b 1) + (ab a )
2
=
(4,248 4,277 ) + (4,217 4,185) = 0,0015
2
Efek interaksi =
(ab b ) + (1 a )
2
=
(4,217 4,248) + (4,277 4,185) = 0,0305
2
Viskositas
83
Efek Carbopol =
(a 1) + (ab b )
2
=
(268,75 243,75) + (261,25 257,50) = 14,375
2
Efek Sorbitol =
(b 1) + (ab a )
2
=
(257,50 243,75) + (261,25 268,75) = 3,125
2
Efek interaksi =
( ) (
ab b + 1 a )
2
=
(261,25 257,50 ) + (243,75 268,75 )
= | 10,625 |
2
Stabilitas
Efek Carbopol =
(a 1) + (ab b )
2
=
(1,395 5,487 ) + (1,967 2,487 ) = | 2,306 |
2
Efek Sorbitol =
(b 1) + (ab a )
2
=
(2,487 5,487 ) + (1,967 1,395) = | 1,214 |
2
Efek interaksi =
(ab b ) + (1 a )
2
=
(1,967 2,487 ) + (5,487 1,395) = 1,786
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Keterangan :
a1 = Carbopol level rendah b1 = Sorbitol level rendah
a2 = Carbopol level tinggi b2 = Sorbitol level tinggi
Daya Sebar
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 4,273 4,247 4,187 4,220
2 4,280 4,250 4,183 4,213
85
Degrees
Source of
of Sum of square Mean square F
variation
freedom
Replikasi 1 0,000000125 0,000000125
Perlakuan 3 0,009402375 0,003134125
Carbopol 3% 1 0,007626125 0,007626125 372,764
(a)
Sorbitol (b) 1 0,000006125 0,000006125 0,299
Interaksi (ab) 1 0,001770125 0,001770125 86,523
Experimental 3 0,000061375 0,0000204583
error
Total 7 0,0094875
Viskositas
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 247,50 255,83 267,50 261,67
2 240 259,17 270 260,83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
87
Degrees
Source of
of Sum of square Mean square F
variation
freedom
Replikasi 1 0,78125 0,78125
Perlakuan 3 658,59375 219,53125
Carbopol 3% 1 413,28125 413,28125 34,062
(a)
Sorbitol (b) 1 19,53125 19,53125 1,610
Interaksi (ab) 1 225,78125 225,78125 18,610
Experimental 3 36,39935 12,13312
error
Total 7 695,77435
Stabilitas
a1 a2
Replikasi
b1 b2 b1 b2
1 4,377 3,366 1,246 2,122
2 6,597 1,608 1,543 1,811
88
Degrees
Source of
of Sum of square Mean square F
variation
freedom
Replikasi 1 0,0250880 0,0250880
Perlakuan 3 19,9670685 6,6556895
Carbopol 3% 1 10,6398845 10,6398845 7,830
(a)
Sorbitol (b) 1 2,9475920 2,9475920 2,169
Interaksi (ab) 1 6,3795920 6,3795920 4,695
Experimental 3 4,0768590 1,358953
error
Total 7 24,0690155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Persamaan umum :
Y = b0 + b1(A) + b2(B) + b12(A)(B)
Keterangan :
Y = respon hasil yang diamati
A, B = level bagian A (Carbopol) dan bagian B (Sorbitol)
b0 = rata rata koefisien dari semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien, dihitung dari hasil percobaan
Daya Sebar
Formula
Replikasi
1 a b ab
1 4,273 4,187 4,247 4,220
2 4,280 4,183 4,250 4,213
Ratarata 4,277 4,185 4,248 4,217
Formula 1
4,277 = b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + (28,33)(10) b12
= b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + 283,3 b12 (1)
Formula a
4,185 = b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + (38,33)(10) b12
= b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + 383,3 b12 (2)
Formula b
4,248 = b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + (28,33)(20) b12
= b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + 566,6 b12 (3)
Formula ab
4,217 = b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + (38,33)(20) b12
= b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + 766,6 b12 (4)
90
Persamaan :
Y = 4,7395 0,0153 (A) 0,0202 (B) + 6,1 .104 (A)(B)
Viskositas
Formula
Replikasi
1 a b ab
1 247,50 267,50 255,83 261,67
2 240,00 270,00 259,17 260,83
Ratarata 243,75 268,75 257,50 261,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Formula 1
243,75 = b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + (28,33)(10) b12
= b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + 283,3 b12 (1)
Formula a
268,75 = b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + (38,33)(10) b12
= b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + 383,3 b12 (2)
Formula b
257,50 = b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + (28,33)(20) b12
= b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + 566,6 b12 (3)
Formula ab
261,25 = b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + (38,33)(20) b12
= b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + 766,6 b12 (4)
92
Persamaan :
Y = 98,9738 + 4,625 (A) + 7,3951 (B) 0,2125 (A)(B)
Stabilitas
Formula
Replikasi
1 a b ab
1 4,377 1,246 3,366 2,122
2 6,597 1,543 1,608 1,811
Ratarata 5,487 1,395 2,487 1,967
Formula 1
5,487 = b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + (28,33)(10) b12
= b0 + 28,33 b1 + 10 b2 + 283,3 b12 (1)
Formula a
1,395 = b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + (38,33)(10) b12
= b0 + 38,33 b1 + 10 b2 + 383,3 b12 (2)
Formula b
2,487 = b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + (28,33)(20) b12
= b0 + 28,33 b1 + 20 b2 + 566,6 b12 (3)
Formula ab
1,967 = b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + (38,33)(20) b12
= b0 + 38,33 b1 + 20 b2 + 766,6 b12 (4)
93
Persamaan :
Y = 30,1991 0,7664 (A) 1,3120 (B) + 0,0357 (A)(B)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
IIP =
[( skor eritema pada 24/48/72 jam )/3]+ [( skor edema pada 24/48/72 jam )/3]
hewan percobaan
Keterangan :
IIP = Indeks Iritasi Primer
Formula 1
0+0
IIP = = 0 (kurang merangsang)
3
Formula a
0+0
IIP = = 0 (kurang merangsang)
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Formula b
0+0
IIP = = 0 (kurang merangsang)
3
Formula ab
0+0
IIP = = 0 (kurang merangsang)
3
96
Tanaman C. mangga
Rimpang C. mangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 10. Foto Serbuk dan Ekstrak Rimpang Kunir Putih (C. mangga)
98
Perkolator
99
Formula 1
Formula a
Formula b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Formula ab
Lampiran 13. Foto Uji Iritasi Primer pada Kelinci Albino
101
BIOGRAFI PENULIS