Anda di halaman 1dari 2

Pendekatan inisial pada pasien anemia, antara lain anamnesis yang detil, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan laboratorium esensial yang minimal. 11 Manifestasi klinis dari
anemia secara umum tergantung dari tingkat keparahan dan laju penurunan kapasitas
angkut oksigen (oxygen-carrying capacity) dari darah, kapasitas kompensasi dari
sistem kardiovaskular dan respirasi, dan fitur yang terasosiasi dengan etiologi utama
yang menyebabkan anemia.2 Anemia yang progresifitasnya terjadi secara gradual
tanpa disertai penyakit kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi tubuh yang
efektif sehingga pasien tidak akan mengalami gejala dan tanda klinis anemia sampai
kadar Hb turun sampai atau dibawah 8 g/dL.2 Sebaliknya, bila anemia terjadi secara
akut, sesak nafas, pusing atau pingsan (terutama dalam keadaan transisi dari posisi
duduk atau tidur telentang), dan kelelahan hebat merupakan gejala yang prominen.2

Dalam anamnesis, gejala anemia hemolitik yang mungkin ditemukan antara lain
gejala anemia non spesifik seperti kelemahan, toleransi aktivitas berkurang, sesak
nafas atau gejala-gejala seperti sakit kepala, pusing, sinkop, demam, menggigil, nyeri
abdomen dengan atau tanpa distensi, nyeri pinggang, urin gelap seperti teh atau kola
(hemoglobinuria, biasanya pada anemia hemolitik intravaskular), ikterus (keadaan
sekarang atau riwayat ikterus saat neonatus (biasanya berhubungan dengan etiologi
anemia hemolitik kongenital seperti hereditary spherocytosis atau defisiensi G6PD),
dan riwayat batu empedu.2,3 Etnis, usia, dan jenis kelamin pasien memiliki nilai cukup
penting dalam mengarahkan diagnosis anemia hemolitik. Hemoglobinopati, seperti
hemoglobin S dan C lebih umum ditemukan pada orang kulit hitam; thalassemia beta
lebih umum ditemukan pada orang kulit putih; thalassemia alfa paling sering
ditemukan pada orang kulit hitam dan kuning.11 Etiologi anemia hemolitik yang
dicurigai pada neonatus adalah anemia hemolitik kongenital, sedangkan pada usia 3-6
bulan merupakan hemoglobinopati. Pada anak laki-laki etiologi anemia hemolitik
kongenital yang dicurigai adalah penyakit yang diturunkan terpaut X (X-linked
disorder) seperti defisiensi G6PD dan piruvat kinase. Selain itu, riwayat keluarga
(anemia, ikterus, batu empedu atau splenomegali), riwayat pengobatan (obat-obat
pencetus anemia hemolitik), dan riwayat transfusi darah dapat pula mengarahkan
diagnosis.3,11

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda ikterik (hiperbilirubinemia yang


biasa ditemukan pada anemia hemolitik), pucat (tanda umum anemia), splenomegali,
petekie atau purpura (anemia hemolitik autoimun dengan trombositopenia), ulkus
pada ekstremitas bawah (hemoglobinopati), perubahan bentuk wajah (anemia
hemolitik kongenital, thalassemia mayor), dan katarak (defisiensi G6PD).3,11

Penurunan kadar hemoglobin dan serum haptoglobin, peningkatan hitung retikulosit,


bilirubin indirek, serum lactate dehydrogenase (LDH), urobilinogen urin, dan
hemoglobinuria (+ darah pada urine dipstick, namun tidak ada eritrosit pada urin)
merupakan hasil pemeriksaan penunjang yang dapat ditemukan pada anemia
hemolitik.19 Pada pasien yang diduga dengan anemia hemolitik, pemeriksaan apusan
darah tepi harus dilakukan karena mayoritas etiologi anemia hemolitik berhubungan
dengan kelainan morfologi yang dapat dilihat pada apusan darah tepi (Tabel 2). Direct
antiglobulin test (DAT) atau yang dikenal dengan Coombs test dapat diperiksa untuk
mengidentifikasi antibodi dan komponen komplemen pada permukaan
eritrosit.10 Coombs test yang positif akan mengarahkan diagnosis ke autoimmune
hemolytic anemia (AIHA). Pemeriksaan untuk mengkonfirmasi diagnosis anemia
hemolitik lainnya, antara lain elektroforesis Hb, panel enzim eritrosit (G6PD, piruvat
kinase), dan osmotic fragility test. Berikut adalah alur diagnostik yang dapat
digunakan (Gambar 6):19

Anda mungkin juga menyukai