Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang merupakan

institusi penyedia pelayanan kesehatan adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah

sakit. Dalam upaya mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian

infeksi di rumah sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk

pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam

melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit

penunjang lain seperti unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi

antara lain perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-

lain. Jika terjadi hambatan pada salah satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan

mengganggu proses dan hasil sterilisasi.

Jika dilihat berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di rumah

sakit demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu instalasi pusat

sterilisasi tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada dibawah

dan tanggung jawab langsung kepada direktur atau wakil direktur rumah sakit. Instalasi pusat

sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril

atau bebas dari semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk

melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara profesional, diperlukan pengetahuan

atau keterampilan tertentu oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang

berpengalaman di bidang sterilisasi.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami semua hal mengenai CSSD


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi CSSD


Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat penting dilakukan terutama untuk alat-alat
bedah, terlebih lagi saat ini semakin berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas
peralatan medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan
proses menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin. Disamping
itu, rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah
terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian
infeksi di rumah sakit.
Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply
Department (CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central Processing
Department (CPD) dan lain lain, namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama
yaitu menyiapkan alat-alat steril dan bersih untuk keperluan perawatan pasien. Secara
terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi,
mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di
rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Central Sterilization Supply Department
(CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah
sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat
atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril. Instalasi CSSD ini merupakan pusat
pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan alat/bahan steril bagi unit-unit yang
membutuhkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah
sakit itu sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari pembilasan,
pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label,
sterilisasi, sampai proses distribusi.
2.2 Tujuan Pusat Sterilisasi
- Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisis steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi.
- Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksi nosokomial.
- Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien.
- Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

2.3 Fungsi Pusat Sterilisasi


Beberapa fungsi pusat sterilisasi antara lain:
- Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat
- Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril
lainnya
- Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,
sterilisasi dan pengiriman barang steril
- Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set
operasi di seluruh lingkungan rumah sakit
- Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
- Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai
dengan arahan komite pengendalian infeksi
- Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya
- Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional
- Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang
berlaku
- Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan
- Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan
dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan
dan implementasi metode baru

2.4 Tugas Pusat Sterilisasi


Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat perlengkapan medik sebelum dipakai
dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama pusat sterilisasi di rumah sakit adalah:
- Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien
- Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
- Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan
ruang lain yang membutuhkan
- Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan bermutu
- Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
- Mempertahankan standar yang ditetapkan
- Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
- sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
- Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nasokomial
- Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang
bersifat intern dan ekstern
- Mengevaluasi hasil sterilisasi.

Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD di rumah
sakit dilatarbelakangi oleh:
Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial
Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di
lingkungan rumah sakit.
Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran
dan fungsi CSSD sangat penting.
2.5 Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi
2.5.1 Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi
Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan
fungsional) dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medik.
Untuk rumah sakit swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur organisasi
pemerintah. Hal-hal yang perlu dilaksanakan agar instalasi pusat sterilisai dapat berjalan
sebagai mana mestinya adalah perlunya pembagian pekerjaan dalam jabatan fungsional.
Struktur organisai pusat sterilisasi dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur organisasi instalasi pusat sterilisasi secara umum

Struktur di atas merupakan struktur minimal yang dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan dan beban kerja pada masing-masing rumah sakit.
2.6 Sumber Daya Manusia (SDM) di Pusat Sterilisasi Rumah Sakit

Sumber daya manusia (SDM) di pusat sterilisasi memiliki persyaratan khusus dalam

kesehatan sebagai berikut.

a.Data kesehatan

Data kesehatan yang harus dimiliki oleh petugas di pusat sterilisasi rumah

sakit yaitu surat pernyataan sehat jasmani dan rohani secara rutin serta catatan fisik

X-Ray untuk mengidentifikasi penyakit TBC (Tuberculosis). Tes ini dilakukan

minimal satu kali dalam setahun.

b. Status imunisasi

Status imunisasi sebagai persyaratan SDM di pusat sterilisasi harus memenuhi

minimal imunisasi hepatitis B, tetanus, dan demam tipoid.

c.Laporan mengenai status penyakit

Laporan mengenai penyakit yang dialami petugas selama bekerja di pusat

sterilisasi. Penyakit tersebut misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit,


infeksi gastrointestinal, dan infeksi pada mata. Laporan mengenai penyakit

dilakukan minimal sekali dalam setahun setahun.

2.7 Uraian Tugas dan Kualifikasi Tenaga


Kualifikasi tenaga yang bekerja di Pusat Sterilisasi dapat dibedakan sesuai dengan
kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis
pelayanan sterilisasi.
A. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
Uraian tugas Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:
Selalu memberi pengarahan terhadap semua aktivitas staf yang berkaitan
dengan supply alat medis yang steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan diri atau personel lainnya.
Harus menentukan metoda yang lebih efektif bagi penyiapan dan penanganan
alat atau bahan yang steril.
Harus selalu bertanggung jawab agar staf dapat mengerti akan prosedur dan
penggunaan mesin sterilisasi secara benar.
Harus selalu memastikan bahwa teknik aseptik yang diterapkan pada saat
penyiapan dan penanganan alat steril baik yang hanya sekali pakai maupun
alat yang dapat dipakai ulang.
Melakukan kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan
koordinasi yang bersifat intern ataupun ekstern.
Harus selalu melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi,
menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu
yang telah ditentukan.
Selalu membuat perencanaan suatu program kerja.
Harus selalu membuat laporan kinerja pusat sterilisasi.
Kualifikasi tenaga Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:
Khusus untuk Rumah Sakit Kelas A dan B, pendidikan terakhirnya harus
minimal S1 di bidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa kerja 5
tahun pada bidang sterilisasi.
Khusus untuk Rumah Sakit C, pendidikan terakhir yaitu harus minimal D3 di
bidang kesehatan, atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun di
bidang sterilisasi.
Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi.
Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang manajemen.
Harus mengetahui tentang psikologi personel
Sudah mempunyai pengalaman kerja di bagian kamar operasi atau sterilisasi.
Sudah mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi.

B. Kepala Sub Instalasi


Uraian tugas Kepala Sub Instalasi yaitu:
Harus bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
Harus bertanggung jawab sebagai kepala instalasi pusat sterilisasi apabila
kepala instalasi sedang berhalangan untuk hadir di suatu pertemuan.
Harus selalu membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan
alat, supervisi langsung, mengajar atau merevisi prosedur baru, mengevaluasi
staf dan melaporkannya kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
Bisa membuat program orientasi untuk tenaga baru.
Bisa membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sub instalasi.
Bisa membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang sudah rusak.
Bisa membuat laporan hasil kerja dari masing-masing sub instalasi (Sub
Instalasi dekontaminasi, sterilisasi dan produksi, Sub Instalasi pengawasan
mutu, pemeliharaan sarana dan peralatan, K3 dan diklat, serta Sub Instalasi
distribusi) kepada kepala instalasi.
Kualifikasi tenaga Kepala Sub Instalasi yaitu:
Harus berpendidikan terakhir minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa
kerja selama 3 tahun ddi bidang sterilisasi.
Sudah pernah mengikuti kursus tambahan tentang pusat sterilisasi.
Harus sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari
sub instalasi yang dipimpinnya.
Harus dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi apapun.
Harus memiliki kondisi kesehatan yang baik.

C. Penanggung Jawab Administrasi


Uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi:
Harus dapat bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.
Harus dapat membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu perencanaan
yang berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.
Harus melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing sub
instalasi.
Harus bisa menyiapkan keperluan administrasi.
Kualifikasi tenaga Penanggung jawab Administrasi :
Harus berpendidikan terakhir minimal SMA/SMU/SMEA atau sekolah
pendidikan perawat atau yang setara dengan tambahan kursus administrasi.
Harus sudah bisa melakukan pengetikan dan penggunaan komputer.
Harus bisa rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.

D. Staf Di Pusat Sterilisasi


Uraian tugas Staf di pusat Sterilisasi yaitu :
Harus bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi.
Harus tidak memiliki rasa alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di
pusat sterilisasi.
Harus dapat mengerti dengan semua perintah dan menerapkannya menjadi
suatu aktivitas.
Harus dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan dan yang diperoleh dari
pengalaman atasannya.
Harus selalu mengikuti prosedur kerja atau standar prosedur operasional yang
telah dibuat dan ditetapkan.
Harus dapat menjalankan pekerjaan dengan baik melalui perintah langsung
maupun tidak langsung seperti melalui telepon.
Harus dapat mengerjakan pekerjaan secara rutin atau berulang.
Harus selalu bisa menerima tekanan kerja dan juga yang kadang-kadang
lembur.
Harus selalu memakai alat pelindung diri seperti apron, masker, penutup
kepala, sandal yang khusus dan sarung tangan.
Harus bisa memelihara peralatan pusat sterilisasi, alat dan bahan yang steril.
Kualifikasi tenaga staf:
Harus sudah mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang sudah bersertifikasi.
Harus dapat belajar dengan cepat.
Harus memiliki keterampilan yang baik.
Mempunyai personal hygiene yang baik.
Harus dapat disiplin dalam mengerjakan semua tugas kesehariannya.

Mengingat peran yang ada di rumah sakit, jenis kegiatan, dan volume kegiatan pada
instalasi pusat sterilisasi demikian besar, maka hendaknya rumah sakit mempunyai pusat
sterilisasi yang tersendiri, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kecepatan Pelayanan
Diharapkan pelayanan penyediaan barang-barang steril yang diberikan oleh
pusat sterilisasi menjadi lebih cepat sampai kepada unit pemakaiannya, dengan mutu
yang dapat dipertanggungjawabkan dan memperpendek jalur birokrasi yang ada.
2. Pengendalian Infeksi Nosokomial
Bersama-sama dengan tim pengendali infeksi nosokomial rumah sakit dapat
mengoptimalkan kerja sama dalam memantau produk-produk yang dihasilkan oleh
pusat sterilisasi, memberikan masuk dan arahan kepada pemakai dilapangan dalam
mengatasi atau menurukan angka kejadian infeksi di rumah sakit.
3. Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi maka kompleksitas
peralatan medis dan teknik medis memerlukan prosedur sterilisasi yang optimal
sehingga keseluruhan proses menghasilkan kualitas sterilisasi terjamin.
4. Peningkatan Mutu
Produk-produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi harus melalui proses
yang ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi berjalan,
selalu dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika. Secara berkala setiap 3
bulan dilakukan tes mikrobiologi. Diharapkan dengan kontrol yang ketat, produk
yang dihasilkan akan terjamin kualitas sterilisasinya, yang pada akhirnya dapat
menekan angka kejadian infeksi di rumah sakit.
5. Efesien dan Efektif
Pengelolaan pusat sterilisasi yang konvensional, diharapkan mampu
menyediakan produk steril yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menekan
biaya operasional seminimal mungkin, mencegah terjadinya duplikasi proses
sterilisasi dan memperpendek jalur birokrasi. Dengan demikian dapat meningkatkan
kecepatan pelayanan dalam distribusi barang steril.

2.8 Alur Fungsional Pusat Sterilisasi


Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang
perawatan.
2. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.
3. Pengeringan: dilakukan sampai kering.
4. Inspeksi dan Pengemasan: unit ini melakukan pengecekan barang dan instrumen
mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan pengemasan agar sterilitas dapat
terjaga. Pengemasan yang dimaksudkan disini yaitu semua material yang tersedia
untuk fasilitas kesehatan yang sudah didisain untuk membungkus, mengemas, dan
menampung alat-alat yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan
pemakaian. Tujuan pengemasan adalah agar dapat berperan terhadap keamanan dan
efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
5. Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan,
cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.
6. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian
akan disterilkan.
7. Sterilisasi: unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang telah
dikemas menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal.
Sebaiknya diberikan tanggung jawab kepada staf terlatih. Untuk sterilisasi
menggunakan etilen oksida sebaiknya digunakan ruang tersendiri dan dilengkapi
exhaust
8. Penyimpanan: unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan
melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus diatur secara baik
dengan memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik.
9. Distribusi: unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang membutuhkan
barang tersebut. Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit
masing-masing.

Gambar 1. Alur kerja CSSD di Rumah Sakit

2.9 Prinsip Tata Letak CSSD


Tata letak CSSD harus dirancang untuk arus searah. CSSD harus memiliki empat zona
untuk alur kerja yang lancar. Yaitu:
1. Area kotor dan pencucian
2. Area perakitan dan pengepakan
3. Area sterilisasi
4. Area steril
Prinsip dari tata letak CSSD sendiri yaitu:

1. Departemen harus dirancang agar terpisah secara fisik dari semua area kerja lainnya.
2. Departemen harus dirancang untuk memfasilitasi arus searah dari area kotor ke area bersih
3.Harus ada area yang berubah bagi pekerja termasuk fasilitas toilet dan loker yang
berdekatan dengan area dekontaminasi.
4. Akses ke ruang cuci dan ke ruang bersih harus melalui ruang ganti khusus yang dilengkapi
dengan fasilitas kebersihan tangan.
5. Ruang cuci, ruang bersih dan area bongkar sterilizer harus bebas dari jendela terbuka, dan
area yang tidak bersih
6. Semua ruangan di departemen harus diberi ventilasi mekanis dan dikendalikan untuk
menyediakan lingkungan kerja yang nyaman, (biasanya suhu harus dikendalikan Antara 18-
22C dan kelembaban relatif harus dikontrol dalam kisaran 35-60%).
7. Pergerakan staf antara area kotor dan bersih tidak boleh dilakukan tanpa melewati area
ganti pakaian dan cuci bersih
8. Fasilitas penyimpanan untuk barang dalam jumlah besar harus disediakan di luar ruang
bersih dan ruang cuci.

2.10 Pengertian dan PerananSterilisasi


Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua bentuk
organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari
sudutmikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu
bendaatau substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril
atauhampir steril (Pelozar, 1988). Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu
prosesuntuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam
suatumedium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).
Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah
pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada
pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin
keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990)

Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan :


a. Sterilisasi panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (autoklaf).
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada tekanan
tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi
laen uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel. Sterilisasi demikian
merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal karena uap merupakan pembawa (carrier)
energi tertanal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat
dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi, selain itu bersifat nontosik, mudah
diperoleh dan relatif mudah dikontrol. (Stefanus, 2006). Dan menurut Sumarsih (2010),
Sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik karena uap air panas
dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi
optimal sehingga langsung mematikan mikroba.
Cara Penggunaan Autoklaf adalah:
1. Banyaknya air dalam autoklaf dicek terlebih dahulu. Jika air kurang dari batas yang
ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Menggunakan air hasil destilasi,
untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Peralatan dan bahan dimasukkan biasanya dimasukan keranjang.
3. Autoklaf ditutup dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4.Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC
5.Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan
tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.
6.Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.

b. Sterilisasi panas kering (Oven)


Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan
diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam
permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasanya
digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secara mudah atau
untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan
mikroorganisme terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi
protein sel. Karena panas dan kering kurang efektif dalam membunuh mikroba dari autoklaf,
maka sterilisasi memerlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (Stefanus.
2006).

c. Sterilisasi Tyndllisasi.
Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja.
Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh menjadi bakteri vegetatif. Maka medium
tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari ketiga, medium tersebut
dididihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium yang steril dan zat-zat
organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak perubahan seperti halnya pada
cara yang dilakukan oleh spallanzani (1729-1799) (Dwidjoseputro. 2005)

d. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi).


Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan jalan ini, maka
zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya sayang, virus tak dapat
terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu, sehabis penyaringan, medium
masih perlu dipanaskan dengan autoclave meskipun tidak selama 15 menit dengan teperatur
121oC. Penyaringan dapat dilakukan juga dengan saringan yang dibuat dari asbes. Saringan
ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya daripada parselin. Saringan asbes dapat
dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselin terlalu mahal untuk dibuang dan terlalu
sulit dibersihkan.(Dwidjoseputro. 2005)

e. Sterilisasi radiasi
i. Ultraviolet
Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 100-400 mm
dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya
tembus hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan
aseptik (Ratna. 1985).

ii. Jon
Mekanisme mengikutitori tumbukan yaitu sinar langsung menghantam pusat kehidupan
mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dahulu membentuk
molekul dan mengubahnya menjadi bentuk radikatnya yang menyebabkan terjadinya reaksi
sekunder pada bagian molekul DNA mikroba (Ratna. 1985).
iii. Gamma
Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas sebesar 50-500 kilo curie serta
memiliki daya tembus sangat tinggi. Dosis efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma
digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam, kaet serta bahan sintesis
seperti pulietilen (Ratna. 1985).

2.11 SARANA FISIK DAN PERALATAN

Pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi
adalah menerima bahan dan alat medic dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian
diproses menjadi alat/bahan medic dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan
kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat
sterilisasi perlu diperhatikan :
A. Bangunan Instalasi Pusat Sterilisasi
Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada
saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di masa datang serta didesain menurut
tipe dan atau kapasitas rumah sakit.
B. Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi
Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat atau
bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau pemilihan lokasi yang tepat berdampak
pada efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan
resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.
Untuk rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/di
wilayah kamar operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan laundry.
C. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor
yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang
kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang
pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu :
1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol
untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari
benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
Syarat-syarat ruang dekontaminasi antara lain :
a. Ventilasi
- sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
- pergantian udara 10 kali/jam
- tekanan udara negatif
- tidak dianjurkan menggunakan kipas angin

b. Suhu dan kelembaban


- suhu 18-22C
- kelembaban antara 35-75%
2. Ruang Pengemasan Alat
Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat,
dan penyimpanan barang bersih.
3. Ruang Prosesing Linen
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan
disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang.
Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas,
dan cotton swab.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen
oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan (exhaust).
5. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :
- Dekat dengan ruang sterilisasi
- Suhu 18-22C
- Kelembaban 35-75%
- Ventilasi menggunakan tekanan positif
- Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 m)
- Jauh dari lalu lintas utama
- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan
Gambar 2. Konsep Umum Aliran Barang di CSSD

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam makalah ini, antara lain:
3.1 Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan
Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan
proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang
dibutuhkan dalam kondisi steril, sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang
berasal dari rumah sakit itu sendiri (infeksi nasokomial).
3.2 Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril
untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi


(Central Sterile Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta :
DepKes RI.
2. State of Kuwait. CSSD Standard of Operation Policy. 2015. Ministry
of Health, Infection Control Directorate,
3.
MAKALAH
Central Sterile Supply Department (CSSD)

DIBUAT OLEH KELOMPOK 5 :


WAHYU (16340139)
YUSINTUS L. UNSAIN (16340147)
LUVTY SOFI L. D (16340155)
ANDI RESKI NIA (16340131)
JEIN INDRIANITA (16340163)
ULFATUL MILLAH (16340174)

DOSEN :
DRA. AZIZA NURAINI, MM, APT

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2017

Anda mungkin juga menyukai