Kasus-1
No. ID dan Nama Peserta : dr. Ramona Fitri
Topik : Morbili
Objektif Presentasi :
Deskripsi : Pasien anak perempuan usia satu tahun empat bulan, datang diantar keluarga
dengan keluhan timbul ruam di seluruh tubuh disertai demam, batuk dan mata
merah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Tujuan : Mengidentifikasi penyebab, perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata
laksana dari morbili
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos
Membahas :
1
Alloanamnesis (ibu pasien) tanggal 19 November 2016
Keluhan utama : Demam
Keluhan tambahan : Ruam, Batuk pilek (Cough Coryza) dan Mata merah (Conjungtivitis)
Pemeriksaan Fisik
(20 November 2016)
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Berat badan : 11 kg
HR : 104 x/m (isi / tegangan cukup)
Pernafasan : 24 x/m
Suhu : 38 o C
Pemeriksaan spesifik
Kepala :
Wajah : Tampak ruam yang tersebar generalisata
Mata : Mixinjeksi konjungtiva (+) epeporia (+) edema palpebra (+) mata cekung (-)
Sklera ikterik (-).
2
Hidung : Napas cuping hidung (-)
Mulut : Koplik spot (+)
Leher : Pembersaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-) Tampak ruam makula eritema yang tersebar generalisata
Cor : BJ I-II (N) reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler (+) normal, Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) Normal
Hepar dan Lien Tidak teraba. Tampak ruam makula eritema yang tersebar
generalisata, turgor kembali cepat
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 3, Tampak ruam makulopapula eritema yang
tersebar generalisata
Pemeriksaan Laboratorium
(18 November 2016)
Hb 12,8 gr/dl
Leukosit 8000/mm3 (Normal: 4.000-10.000/mm3)
Ht 36,7 %
Diff. count 0,1/0,6/36,7/58,2/4,4 % (Normal: 1-3/0-1/2-6/50-70/20-40/2-8) Left/akut
Eritrosit 4,67 % (Normal: 3,8-6,0%)
Trombosit 217.000/mm2
Golongan darah O rhesus (+)
MCV 78.6 (Normal 78-96 fL)
MCH 27 (Normal 27-32 pg)
MCHC 34,3 (Normal 32-36 g/dL)
LED 26 mm/jam
Diagnosis
(22 November 2016)
Morbili
Tatalaksana
(18 November 2016)
- IVFD KAEN 1B gtt X/menit (makro)
- Injeksi Paracetamol 3x12,5 cc intravena
- Kloramphenicol Eye drop 3 x 1 tetes oculi dextra et sinistra
3
Follow Up
1. (Tanggal 19 November 2016)
S : Demam (+) Ruam (+) Mata merah berair (+/+), tidak nafsu makan, Batuk berkurang
O:
Pemeriksaan umum : KU : Tampak sakit sedang
HR : 110x/mnt
RR : 24 x/mnt
Suhu : 37,8 oC
Pemeriksaan spesifik : Kepala :
Mixinjeksi (+ Wajah : Ruam makulopapular (+)
MAta) Mata : Mixinjeksi (+) C. Anemis (-), S. ikterik (-)
Mulut : koplik spot (+)
Leher : ruam (+)
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals,
wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) Normal, ruam (+), turgor
kembali cepat
Extremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 3
A: Morbili
Penatalaksanaan
- IVFD KAEN 1B gtt X/menit (makro)
- Injeksi Paracetamol 3x12,5 cc intravena
- Kloramphenicol Eye drop 3 x 1 tetes oculi dextra et sinistra
4
kembali cepat
Extremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 3
A: Morbili
Penatalaksanaan
- IVFD KAEN 1B gtt X/menit (makro)
- Injeksi Paracetamol 3x12,5 cc intravena (jika diperlukan)
- Kloramphenicol Eye drop 3 x 1 tetes oculi dextra et sinistra
- Salisil talk
5
Mulut : koplik spot (+)
Leher : ruam (+) Pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor : BJ I/II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikular (+) N, retraksi (-) intercostals,
wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) Normal, ruam (+)
Extremitas : Akral hangat (+/+), CRT < 3
A: Morbili
Penatalaksanaan
- Injeksi Paracetamol Syr 3x1cth (k/p)
- Cefixime Syrup 2x1 cth
- Imunos Syrup 1x1 cth
Pendidikan :
- Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab morbili pada
anak dan penatalaksanaan awal yang tepat.
- Memberikan edukasi tentang pola makan yang bergizi seimbang untuk meningkatkan daya
6
tahan tubuh serta memacu tumbuh kembang pasien.
- Menjelaskan pentingnya imunisasi dalam hygiene dalam pencegahan penyakit campak.
- Mengingatkan kepada ibu untuk memberikan vitamin A 200.000 IU di Puskesmas 3 kali
( hari 1,2 dan 2 minggu setelah dosis kedua)
Konsultasi
Konsultasi sudah dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.
Pada kasus campak yang dengan komplikasi bronkopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi tuberculosis (TB). Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin setelah
1-3 bulan penyembuhan.
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Morbili
2.1.1 Definisi
Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Penyakit ini ditularkan melalui
droplet ataupun kontak dengan penderita. Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat
menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini memiliki masa inkubasi 8-13 hari. Campak
ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek, dan konjungtivitis yang kemudian diikuti
dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular
yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput
lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang
berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. 1,2,7
Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili paramyxoviridae
anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap temperatur sehingga virus ini
menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama
beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka infektivitasnya akan hilang. Dampak penyakit
campak di kemudian hari adalah kurang gizi sebagai akibat diare berulang dan berkepanjangan
pasca campak, sindrom radang otak pada anak diatas 10 tahun, dan tuberkulosis paru menjadi
lebih parah setelah sakit campak berat. 1,2,7
2.1.2 Epidemiologi
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak- anak pada
usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak
endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4
tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok
dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap
orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup. 1,3
8
tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada
1998. 1
Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi
dan anak balita (1-4 tahun) berdasarkan laporn SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus
dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB di pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian
sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 (CFR=15%), dan KLB di Palembang,
Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat
104 kasus campak dengan CFR 0%. 3
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu belum pernah
menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan
mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia
mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan
1,2,4,11
lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
2.1.3 Pencegahan
b. Pencegahan virus campak menular melalui percikan air ludah penderita campak
c. Mengisolasi setelah muncul rash pada 4 hari kontak agar mencegah penularan.
a.Bila terjadi kontak dengan penderita campak dibawah 3 hari Langsung memberikan imunisasi
campak dapat memberikan kekebalan apabila belum timbul gejala penyakit.b. Bila terjadi kontak
dengan penderita campak setelah 3-6 hari Memberikan imuno globulin 0,25ml/kgBB.Pada
9
individu immuno compromized yang diberikan adalah imuno globulin 0,5ml/kgBB dengan dosis
maksimal 15 ml atau IGIV 400mg/kgBB.8) 1,4
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih sebagai waktu mulai,
atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa inkubasi dapat sependek 6-10
hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun
selama sekitar 24 jam.
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum
timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari
ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis,
1,5
gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
10
b. Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat
pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya
suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang
rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya
mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari. 1,5,9
c. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang
lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali
11
bila ada komplikasi. 1,5
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung
atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama
sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal
hari kedua setelah timbulnya ruam. 1,4,11
Anamnesis :
a. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau
diagnosis banding morbili.
d. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie, ekimosis.
e. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu sebelumnya) dan
belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
12
c. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya mulai
dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh
tubuh.
1. German Measles.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah
suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema Subitum.
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum (eksantema
subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum tampak ketika demam
menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada
ruam campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada
banyak infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya membantu
mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam
yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada
meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Ruam papuler halus difus pada demam skarlet
dengan susunan daging angsa di atas dasar eritematosa relatif mudah dibedakan. 4,5,8
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi,
antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi apabila terjadi kejang dan
pemberian vitamin A.
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai, jenis makanan diesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi.
Medikamentosa :
13
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.
- Vitamin A 200.000 IU. Pemberian pada stadium kataral sangat bermanfaat. Baik pada
anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk,
anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. 6,11
2.1.9 Komplikasi
Otitis media merupakan komplikasi paling sering terjadi, harus dicurigai bila demam tetap
tinggi pada hari ketiga atau keempat sakit.
Bronkopneumonia / bronkiolitis oleh virus morbili sendiri atau infksi sekunder (oleh
pneumokokus, hemofilus influenzae) dengan gejala batuk menghebat, timbul sesak nafas.
Aktivasi tuberkulosis laten.
Lain-lain (jarang terjadi) : ensefalitis, miokarditis, tromboflebitis, sindrom Guillain-Barre,
dan lain-lain. 4,5 Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk,
dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul:
2.1.10 Pencegahan
Imunisasi aktif : ini dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin
tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pencegahan juga dengan imunisasi pasif.
Vaksin Campak diberikan pada bayi berusia 9 bulan secara subkutan maupun
intramuskular di otot deltoid lengan atas dan dilanjutkan pemberian vaksin kembali pada saat
anak masuk SD (program BIAS) .Selain itu vaksinasi campak juga dapat diberikan pada
kesempatan kedua sesuai dengan crash program campak yaitu pada umur 6-59 bulan dan SD
14
kelas 1-6. Apabila anak telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan
7,9
imunisasi pada umur 6 tahun maka ulangan campak pada saat masuk SD tidak diperlukan.
Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada anak sekolah kelompok usia 10-12
tahun didapat hanya 50% diantaranya masih mempunyai antibodi campak di atas ambang
pencegahan, sedangkan 28,3% diantara kelompok usia 5 - 7 tahun pernah menderita campak
walaupun sudah diimunisasi saat bayi. Berdasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian
imunisasi campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun), guna mempertinggi
serokonversi. 10,11
15
Daftar Pustaka
1. Nelson WE, ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15 ed. Alih Bahasa. Samik Wahab. Jakarta:
EGC. 2000
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I.
Jakarta: IDAI, 2004
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Penyakit Infeksi Tropis. Jakarta: IDAI,
2004
4. Penyakit Tropik dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid 2.
FKUI: 2000
16
LAMPIRAN
17
Gambar 5. Foto Pasien Saat Dirawat
18