diperlukan suatu kaedah hukum, dimana salah satu fungsi hukum adalah
konsumen yang lemah ini, produsen atau pelaku usaha akan dengan mudah
konsumen.
untuk melindungi diri serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang
dan produsen, karena pihak pelaku usaha dan produsen yang mengetahui
tertentu.3
2 Celina Tri Siwi Kristiyanti , Hukum Perlindungan Konsumen, cetakan pertama, Sinar
Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 4
3
penghasil barang dan atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang dan
atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terus
cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya. Produsen sangat
kelangsungan usahanya.4
hubungan hukum. Dapat disebutkan pelaku usaha dan konsumen adalah dua
pihak yang saling memerlukan. Pelaku usaha perlu menjual barang dan
dirugikan oleh pelaku usaha yang nakal. Karena ketidaktahuan konsumen akan
Jadi walaupun tidak diatur dalam suatu perjanjian yang bersifat kontraktual,
3 repository.usu.ac.id, Tinjauan Yuridis terhadap Perlindungan Konsumen atas
beredarnya makanan yang kadaluwarsa, 2 Maret 2014 hlm.3,
namun terjadi transaksi pembelian barang atau jasa dan disini konsumen
mengkonsumsi barang dan atau jasa. Sebuah kasus yang terjadi pada tahun
2016 dengan adanya peredaran vaksin palsu yang tersebar dibeberapa wilayah
dunia pasca divaksinasi, pada Rabu 18 Mei Tahun 2016 di Rumah Sakit
Elisabteh, Kota Bekasi. Bayi berusia lima bulan berinisial R tersebut meninggal
dunia pasca mengalami demam tinggi per-tanggal 13 hingga 15 Mei 2016 dan
Rabu 18 Mei 2016. Setelah diperiksa, kondisi kesehatan R menjadi tidak stabil
Rebo.6
adanya jaringan pemalsu vaksin pada 21 Juni 2016. Vaksin yang dipalsukan
adalah vaksin dasar, yang wajib diberikan untuk bayi: campak, polio, hepatitis
seluruh Indonesia. Polisi baru menemukan keberadaan produk vaksin palsu ini
vaksin yang di edarkan itu benar dan tepat komposisinya. Vaksin yang
dipalsukan dapat menekan biaya pengobatan karena bahan aktif bisa saja
dikurangi atau tidak semestinya. Jelas ini sangat berbahaya bagi pasien atau
Pada dasarnya peredaran vaksin palsu ini sudah terjadi sejak lama di
vaksin palsu dan sanksi yang mereka terima dan perlindungan hukum bagi
konsumen (Korban).
Tabel I :
Dewasa ini, suatu produk untuk sampai kepada konsumen tidak terjadi
secara langsung dari produsen, tapi selalu melalui berbagai jalur perantara
seperti agen, grosir, distributor, dan pedagang eceran. Keadaan ini menambah
kesulitan bagi pihak korban atau konsumen yang akan melakukan tuntutan atas
kerugian yang dideritanya. Belum lagi bila rangkaian antara produsen dan
kesadaran dari konsumen akan hak-haknya sebagai konsumen. Hal inilah yang
8
melibatkan suatu rumah sakit akibat dari pasien tidak puas atau malah
dirugikan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit yang
akan hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara-suara yang menuntut
agar hukum memainkan peranannya di bidang kesehatan. Hal ini pula yang
menyebabkan masyarakat (pasien) tidak mau lagi menerima begitu saja cara
Melihat dari kejadian yang di alami di atas, ada hak-hak masyarakat yang
dilanggar oleh pihak lain, yang menyebabkan kerugian tidak hanya dialami oleh
11 Soejami, Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik, Bandung, Citra Aditya, 1992,
hal. 9.
9
siapa saja kerugiannya tidak hanya dapat dialami oleh seseorang, akan tetapi
dapat pula dialami oleh sekelompok atau masyarakat luas, 12 oleh karena itu kini
gugatan warga negara atas nama kepentingan umum (citizen lawsuit) dan
Kemudian ada juga peneliti yang membahas tentang Tinjauan Yuridis terhadap
tanggung jawab pelaku usaha penjualan obat palsu, yang ditulis oleh Rizki
12E. Sundari, Pengajuan Gugatan Secara Class Action (Suatu Studi Perbandingan
dan Penerapannya di Indonesia, Yogyakarta, 2002, hal.1.
10
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah Pertanggungjawaban dari Rumah Sakit Elisabeth Kota
palsu kepada Rumah Sakit Elisabeth Kota Bekasi sebagai pelaku usaha?
C. Tujuan Penelitian
memahami :
Dua nilai guna yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini, yaitu:
konsumen merasa dirugikan dan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
konsumen.
2. Praktis, memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat untuk
perlindungan hukum.
b. Pemerintah, LembagaLembaga pemerintah yang terkait atau
umum yang berkeadilan sosial berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti
Indonesia.
ketertiban, keamanan dan stabilisasi masyarakat dalam arti to keep the peace
at all events and any price, akan tetapi lebih diarahkan pada cita-cita untuk
warga negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD
tepat dengan alat bukti dan barang bukti untuk merealisasikan keadilan hukum
dan isi hukum harus ditentukan oleh keyakinan etis, adil tidaknya suatu perkara.
dengan baik serta memenuhi, menepati aturan yang telah dibakukan sehingga
tidak terjadi penyelewengan aturan dan hukum yang telah dilakukan secara
jasa konsumen) dalam hubungan hukum satu sama lain, mengenai produk
hubungan tersebut lebih dilihat dari segi hukum perdata seperti masalah ganti
15 Az Nasution, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm.
178
13
tanggung jawab pelaku usaha untuk memberikan ganti rugi didapat setelah
sekalipun dalam hal ini pihak konsumen yang pertama mengajukkan dalil
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak
akan kewajibannya.18
atas dasar perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yaitu dalam pasal 1365 yang berbunyi: Setiap perbuatan
melawan hukum, yang oleh karena itu menimbulkan kerugian pada orang lain,
kerugian.
untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen tersebut
UUPK No. 8 Tahun 1999 dan sifat perdata dari hubungan hukum antara pelaku
disebutkan pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
undang: Pelak usaha yang termasuk dalam pengertian ini adalah perusahaan,
dirugikan akibat mengkonsumsi suatu produk tidak akan begitu kesulitan dalam
menemukan kepada siapa tuntutan diajukan, karena banyak pihak yang dapat
digugat.21
alasan yang menjadi landasan gugatan, oleh karena itu, kebutuhan informasi
serta perkembangan tentang gugatan class action yang bersifat praktis kini
class action dalam sistem peradilan di Indoenia. Class Action atau gugatan
yang memberikan hak prosedural terhadap satu atau sejumlah orang (jumlah
ratusan, ribuan, ratusan ribu bahkan jutaan orang lainnya yang mengalami
persamaan penderitaan atau kerugian orang (tunggal) atau orang yang lebih
dari satu (jamak), yang tampil sebagai penggugat disebut sebagai wakil kelas
sesuatu yang mudah. Apalagi sangat dimungkinkan para pengugat tidak tinggal
tempat tinggalnya memakan biaya yang cukup besar dan akan ditanggung oleh
wakil kelas. Wakil kelas juga bertanggung jawab terhadap anggota kelas dan
juga Pengadilan.23
dari Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2002 tentang
fakta atau kesamaan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.25
23 Badriyah Harun, Aryya Wyagr Katama, Tata Cara Pengajuan Class Actions
(gugatan kelompok masyarakat). Pustaka Yustisia 2009, Hal. 8.
sejak tahun 1997 yaitu dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
pengaturan mengenai prosedur gugatnnya baru diatur pada tahun 2002 melalui
cara pengajuan gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili
kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan
yang dimaksud.26
pengakuan secara hukum adanya gugatan class action telah diakui dan diatur
dalam :
26 Perma No. 1 Tahun 2002 Tentang tata cara gugatan perwakilan kelompok.
19
syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran
Cara Pengajuan Gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili
kelompok mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan
kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota
kelompok dimaksud.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
20
tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga suatu sistem normatif yang
2. Sepesifkasi penelitian
3. Tahapan Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, meneliti dan menulusuri data
yang diteliti:
a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
28 Jonathan Saworno, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006,
hlm. 18.
21
Konsumen;
c) Undang-Undang No. 36 tentang Kesehatan;
d) Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2002 tentang
lain-lain.
4. Teknik Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian Kepustakaan (Library research)
data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen untuk
b. Penelitan Lapangan
22
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis kualitatif,
yaitu berdasarkan:29
Perundang-Undangan;
b Memperhatikan hierarki peraturan perundang-undangan;
c Mewujudkan kepastian hukum
d Mencari hukum yang hidup di masyarakat (The Living Law) baik tertulis
Data yang telah dikumpulkan baik itu data sekunder maupun data primer,
sebagai norma hukum positif, serta data lapangan digunakan sebagai data
29 Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hlm. 52.
23
hukum primer, seperti ,hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan akademis
6. Lokasi Penelitian
Kota Bandung;
4) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia JL. Pancoran Barat VII No.1
baginya dan menumbuhkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung
jawab.
huruf e).
d) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
keamanannya;
b. Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi konsumen;
c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kebutuhan pribadi;
d. Pendidikan konsumen;
e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;
f. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi
32 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika,
2009, hlm. 115
26
2. Pengertian Konsumen
Istilah konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau
pada umumnya diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan
kepada mereka oleh pengusaha, yaitu setiap orang yang mendapatkan barang
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
serikat, pengertian konsumen meliputi korban produk cacat yang bukan hanya
meliputi pembeli, melainkan juga korban yang bukan pembeli, namun pemakai,
yang berhak menuntut ganti kerugian adalah pihak yang menderita kerugian
33 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika,
2009, hlm. 22
(karena kematian atau cedera) atau kerugian berupa kerusakan benda selain
produksi terakhir dari benda dan jasa. Dengan rumusan itu, Hondius ingin
konsumen pemakai akhir. Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria
itu, sedangkan konsumen pemakai dalam arti sempit hanya mengacu pada
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan
yang dijanjikan;
3) hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
yang digunakan;
5) hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
diskriminatif;
8) hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
lainnya.
Kennedy di depan Kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yang terdiri dari: 37
keselamatan;
2) beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau
jasa;
3) membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
37 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers,
Jakarta, 2010, hlm. 39
29
secara patut.
Menyangkut kewajiban konsumen beriktikad baik hanya tertuju pada
transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena
perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru,
hampir tidak dirasakan adanya kewajiban secara khusus seperti ini dalam
Konsumen dianggap tepat, sebab kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak
konsumen secara patut. Hak ini akan menjadi lebih mudah diperoleh jika
kewajiban konsumen ini, tidak cukup untuk maksud tersebut jika tidak diikuti
profesional, yaitu setiap orang/badan yang ikut serta dalam penyediaan barang
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
pihak yang dapat digugat, namun akan lebih baik lagi seandainya Undang-
mentah, atau pembuat dari suatu suku cadang dan setiap orang yang
memasang nama, mereknya atau suatu tanda pembedaan yang lain pada
produk itu kepadanya. Hal yang sama akan berlaku dalam kasus
43 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers,
Jakarta, 2010, hlm. 9
32
Istilah pelaku usaha adalah istilah yang digunakan oleh pembuat undang-
undang yang pada umumnya lebih dikenal dengan istilah pengusaha. Ikatan
usaha, baik privat maupun publik). Ketiga kelompok pelaku usaha tersebut
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
diperdagangkan;
5. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
lainnya.
46 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada
Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995. hlm. 21
34
Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai
usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/atau jasa
harga yang berlaku pada umumnya atas barang dan/atau jasa yang sama.
Dalam praktek yang biasa terjadi, suatu barang dan/atau jasa yang kualitasnya
lebih rendah daripada barang yang serupa, maka para pihak menyepakati
harga yang lebih murah. Dengan demikian yang dipentingkan dalam hal ini
pelaku usaha saja, tetapi juga mengatur mengenai kewajiban pelaku usaha.
tidak diskriminatif;
4. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
yang diperdagangkan;
kerugian dan untuk melindungi pelaku usaha dari terhindarnya hukuman atas
dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
tersebut;
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa
ada dikenal dua macam tanggung jawab, pertama adalah tanggung jawab
dalam arti sempit, yaitu tanggung jawab tanpa sanksi, dan yang kedua
tanggung jawab da;am arti luas, yaitu tanggung jawab dengan sanksi.
1. Prinsip Tanggung Jawab
37
Dalam ilmu hukum setidaknya ada tiga prinsip tanggung jawab yang
dikenal yaitu:
a. Prinsip tanggung jawab atas dasar kesalahan (the based on flight
praduga tidak bersalah yang lazim dikenal dalam hukum. Namun jika
bertanggung jawab.
c. Prinsip tanggung jawab mutlak (no-fault liability, strict liability absolute
tanpa melihat ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa
hakikatnya ada atau tidak. 49 Namun demikian hal ini tidak dapat
antara lain adalah keadaan Force majure, atau suatu kondisi terpaksa
yang terjadi karena keadaaan alam dan tidak mungkin untuk dihindari.
kesalahan.
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang
usaha. Hal ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala
54 Basu Swastia dan Irawab, Manajemen Modern, Grafika, Yogjakarta, 1997, hlm, 25.
41
pelaku usaha adalah bersifat keperdataan, yaitu karnea perjanjian jual beli,
sewa beli, penitipan dan sebagainya. Namun oleh karena produk yang
maka secara kolektif hubungan hukum antara konsumen dengan pelaku usaha
tidak lagi hanya menyangkut bidang hukum perdata, akan tetapi juga memasuki
bidang hukum politik, seperti hukum pidana, hukum administrasi negara dan
sebagainya.
usaha telah melahirkan beberapa doktrin atau teori yang dikenal dalam
melindungi konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara
telah terjadi suatuhubungan kontarktua. Pelaku usaha tidak dapat
dipersalahkan atas hal-hal di luar yang telah diperjanjikan, artinya
konsumen boleh menggugat pelaku usaha berdasarkan wanprestasi
(contractual liability)
4. Penyelesaian Sengketa Konsumen
pengadilan.
sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui pengadilan yang
mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau
bahwa, bentuk jaminan yang di maksud dalam hal ini berupa pernyataan tertulis
yang menerangkan bahwa tidak akan terulang kembali perbuatan yang telah
Sengketa Konsumen.
konsumen, yaitu:
Konsumen.
Satu dari ketiga cara itu dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang bersengkat
Sengketa Konsumen.55
BAB III
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
(WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi korban penyakit tiap tahun.
Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai
45
rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara sistematis dalam skala
global.Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927, dokter Albert
2. Pengertian Vaksin
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. definisi vaksin
yaitu :
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan
atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-
tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa
jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi
3. Jenis-Jenis Vaksin
a. Vaksin Toksoid
toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu
47
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
c. Vaksin Idiotipe
binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam
amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat
d. Vaksin Rekombinan
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau
eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan
juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa
gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen
dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi
hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik.
yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu
dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk
disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak
yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini
dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian
pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri)
f. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak
pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur
hidup.
g. Vaksin Pneumokokus
49
yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1
yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih dari 90 jenis
Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa
menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri
4. Manfaat Vaksin
Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada
karena virus atau bakteri, misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan),
50
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari
sel, kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk
kuman yang memasuki tubuh sebagai penjajah asing, atau antigen, dan
sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal memiliki kemampuan untuk
tidak menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan
sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan
sel yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi sel
memori. Sel memori ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke
dalam jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk
51
menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem
menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan
kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu
juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan,
jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga menyebabkan
penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan
divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
dimulai tahun 2002 dan selesai tahun 2004. Bentuk awal masih berbentuk
lantai tetapi tidak mendapat izin dari Dinas Tata kota Bekasi karena peraturan
daerah saat itu yang melarang pembangunan gedung bertingkat lebih dari 3
Elisabeth Bekasi.Rumah Sakit ini adalah rumah sakit swasta yang status
a. Lokasi
Visi
Menjadi tanda dan sarana kehadiran cinta Tuhan serta belas kasih NYA yang
menyelamatkan.
Misi
53
nilai keagamaan.
2. Rumah Sakit Elisabeth Kota Bekasi adalah rumah sakit yang
Maha Esa.
3. Rumah Sakit Elisabeth Kota Bekasi memiliki pelayanan khusus yang
mendapat pelayanan doa sesuai agama yang dianut oleh pasien. Setiap
pasien rawat inap disediakan buku khusus berisi doa singkat tentang
satu ajarannya adalah menjunjung tinggi nilai kehidupanyang dalam hal ini
kematian ibu.
d. Struktur Organisasi RS Elisabeth Bekasi
Rumah Sakit Elisabeth Kota Bekasi memiliki ciri yang berbeda
dengan rumah sakit lain karena adanya Direktur Utama dan Direktur
dari jalur resmi, yaitu dari produsen dan distributor vaksin yang sudah terdaftar
Jalur resmi atau legal dari pendistribusian vaksin di mulai dari produsen
Kasus vaksin palsu yang akhir-akhir ini menjadi berita dan menimbulkan
mereka tetap sakit meski sudah divaksin. Hal tersebut yang menyebabkan
palsu tersebut di Apotek AM di Bekasi, Jawa Barat pada Kamis 16 Mei 2016.
nama rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu. Keempat belas nama
rumah sakit yang diduga memakai vaksin palsu adalah RS DR. Sander
pelayanannya saja akan tetapi juga dengan mutu dan keamanan obat yang
disediakan di rumah sakit, dalam hal ini Rumah Sakit Elisabeth Kota Bekasi.
BAB IV
ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS
BEKASI
A. BENTUK TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT ELISABTEH KOTA
MENURUT KUHPERDATA
58 Purnandi dan Soerjono, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum, cet, V, Citra
Bakti Bandung, 1989, hal. 43.
60
adalah:59
a. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur megenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemiliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi
dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji
dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang di buat
dan/atau yang diperdagangkan;
kewajibannya itu:60
Terkait tentang pertanggungjawaban pelaku usaha, di dalam
keseluruhan.
Bentuk pertanggungjawaban administratif yang dapat
kerugian itu dilakukan dalam waktu paling lama tujuh hari setelah
tanggal transaksi.
tersebut.
penuntutannya.
67
hukum atau peristiwa hukum yang ada, maka dapat dibedakan 63:
vaksin palsu.
63 Ibid.,hal. 101-102.
68
A. Sistematika Penulisan
garis besar tentang apa yang penulis kemukakan pada tiap-tiap bab dari
Bab IPendahuluan
Berisi latar belakang pemilihan judul penelitian, identifikasi masalah
penelitian.
Bab II Tinjauan Umum Mengenai Perlindungan Konsumen dan Bentuk
Kelompok)
Bab ini berisi teori, konsep, asas, norma, penegertian,sejarah
korban, dan bentuk upaya hukum yang dapat ditempuh oleh korban
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran-
penelitian ini.
Daftar Pustaka
A. Buku
Emerson Yuntho, Class Actions suatu pengantar, seri bahan bacaan untuk
pengacara X Tahun 2005;
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan
Indonesia, Jakarta, Djambatan 2002;
Lili Rasjidi, dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar
Maju, Bandung, 2002;
B. Peraturan Perundang-Undangan
Perlindungan Konsumen.
Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan
C. Sumber Lain
73
Jurnal Artikel,http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160714152353-20-
144755/menkes-umumkan-rs-penerima-vaksin-palsu-mayoritas-di-
bekasi/