SISTEM PENCERNAAN
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis,
22
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menela
n dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan
lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior
= bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut
orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut
laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering
22
a. Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl) menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus Halus (Usus Kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding
usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
22
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam
bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang
berarti kosong.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar
terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform
appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung
dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing
bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam
sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
12. Kandung Empedu
22
indikator apakah penderita diare mengalami dehidrasi atau tidak, cermati kuantitas
air seninya. Selama kuantitasnya cukup, berarti penderita tidak mengalami
dehidrasi. Pengobatan awal untuk diare yaitu dengan memberikan oralit. Oralit
mengandung natrium, glukosa, kalium dan bikarbonat semua kandungan tersebut
berfungsi untuk menggantikan cairan yang hilang lewat BAB yang berlebihan.
Berikan oralit pada penderita sesuai dengan dosis yang disarankan. Komposisi
oralit untuk orang dewasa dan anak anak berbeda. Pada anak, natriumnya harus
lebih rendah jadi jangan berikan oralit terlalu banyak pada anak-anak karena
malah akan mengakibatkan hipernatrium dimana bisa-bisa anak mengalami koma.
b. Sembelit (Konstipasi).
Berbanding terbalik dengan diare, dimana feses yang keluar berbentuk cair
dengan frekuensi yang tinggi; sembelit atau konstipasi merupakan gangguan pada
sistem pencernaan dimana penderitanya mengalami pengerasan feses sehingga
sulit untuk dikeluarkan, bahkan sampai menyebabkan rasa sakit yang amat sangat
bagi penderitanya. Penyebab konstipasi bermacam-macam, mulai dari pola
makanyang buruk, stres, gangguan hormon, efek samping obat obatan tertentu,
dan bisa juga karena kelainan anatomis. Pencegahan konstipasi dapat dilakukan
dengan memperbaiki pola makan dan memperbanyak asupan serat, sedangkan
untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat pencahar
(laksatif) sesuai dosis yang disarankan. Namun bila konstipasi begitu
serius(obstipasi), tindakan pembedahan mau tak mau menjadi pilihan, meski
kasus seperti ini jarang terjadi.
c. Wasir (Hemoroid).
Ini merupakan gangguan pencernaan berupa pelebaran pembuluh darah
balik di dalam jaringan pembuluh darah di bagian anus akibat tekanan yang
berlebihan. Keluhan awal biasanya adalah keluarnya tetesan darah setelah BAB.
Pencegahan wasir bisa dilakukan dengan menerapkan diet kaya serat, yaitu
dengan mengkonsumsi banyak sayuran dan buah buahan agar volume tinja besar
namun tetap lembek, sehingga proses BAB menjadi mudah dan lancar karena
tidak perlu mengejan, dimana hal tersebut dapat merangsang timbulnya wasir.
d. Kanker Usus
Penyakit ini masuk dalam urutan ketiga penyebab kematian terbesar di
seluruh dunia. Penelitian menunjukkan kandungan kalsium yang tinggi yang
terdapat pada susu dapat melindungi usus dari serangan kanker. Konsumsi
22
kalsium dalam jumlah yang cukup setiap harinya dapat mengurangi tingkat resiko
kanker usus.
A. Pemeriksaan Kerongkongan
1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan
dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang
memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter
bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya
22
penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film
atau kaset video.
Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh
barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian
kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium yang
ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa
menunjukkan kelainan seperti:
Selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh
jaringan fibrosa)
divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
erosi dan ulkus kerongkongan
varises kerongkongan
tumor.
2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat
pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini
(alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi
kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.
3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau
tidak.
4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam
kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan
untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan
oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya
peradangan kerongkongan (esofagitis).
B. Intubasi
Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui
hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun
pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya
prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).
1. Intubasi Nasogastrik.
22
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih
panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
mendapatkan contoh isi usus
mengeluarkan cairan
memberikan makanan.
Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua
prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
C. Endoskopi
22
Banyak endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan
jaringan yang abnormal.
D. Laparoskopi
Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan
endoskop. Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di
dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam
rongga perut. Dengan laparoskopi dokter dapat:
mencari tumor atau kelainan lainnya
mengamati organ-organ di dalam rongga perut
memperoleh contoh jaringan
melakukan pembedahan perbaikan.
E. Rontgen
1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan
untuk menunjukkan:
suatu penyumbatan
kelumpuhan saluran pencernaan
pola udara abnormal di dalam rongga perut
pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
2. Pemeriksaan barium.
22
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan
lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di
daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises
kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk
menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk
mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga
bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan,
dokter dapat menilai:
fungsi kerongkongan dan lambung
kontraksi kerongkongan dan lambung
penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman.
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan
sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat
pembuangan barium.
F. Parasentesis
Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan
mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran
pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul
dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit
hati, kanker atau pecahnya limpa.Parasentesis digunakan untuk memperoleh
22
contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang
berlebihan.
Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum
parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan
yang berlebihan.
Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan
larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut,
dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga
perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan
laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi
pembengkakan perut.
G. USG Perut
USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari
organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ
(misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di
dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang
baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan
untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus
besar.
E. Pengkajian
Anamnesa meliputi:
1. Identitas Pasien
- Nama
- Usia
- Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
- Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
- Alamat
- Suku/bangsa
- Agama
- Tingkat pendidikan :
2. Riwayat sakit dan kesehatan:
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit saat ini
c. Riwayat penyakit dahulu
F. Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
G. Intervensi Keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
22
Intervensi Rasional
Reduksi stress dan farmakoterapi Stress menyebabkan peningkatan
seperti cytoprotective agent, produksi asam lambung, untuk klien
penghambat pompa proton, anatasida dengan gastritis penggunaan
penghambat pompa proton membantu
untuk mengurangi asam lambung
dengan cara menutup pompa asam
dalam sel lambung penghasil asam.
22
Intervensi Rasional
Tingkatkan tirah baring atau duduk Tirah baring dapat meningkatkan
dan berikan obat sesuai dengan stamina tubuh pasien sehinggga pasien
indikasi. dapat beraktivitas kembali.
22
Berikan lingkungan yang tenang dan Lingkungan yang nyaman dan tenang
nyaman. dapat mendukung pola istirahat
pasien.
Ajarkan klien metode penghematan Klien dapat beraktivitas secara
energy untuk aktivitas (lebih baik bertahap sehingga tidak terjadi
duduk daripada berdiri saat melakukan kelemahan.
aktivitas)
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Informasi tepat dan efektif.
Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi Rasional
Beri pendidikan kesehatan Pengkajian/evaluasi secara periodik
(penyuluhan) tentang penyakit, beri meningkatkan pengenalan/pencegahan
kesempatan klien atau keluarga untuk dini terhadap komplikasi seperti ulkus
bertanya, beritahu tentang pentingnya peptik dan pendarahan pada lambung
obat-obatan untuk kesembuhan klien.
Evaluasi tingkat pengetahuan pasien. Memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat membuat pilihan
informasi tentang kontrol masalah
kesehatan. Keterlibatan orang lain
yang telah menerima masalah yang
sama dapat meningkatkan koping ,
dapat meningkatkan terapi dan proses
penyembuhan.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://atanesiahuman.2011/02/pemeriksaan-diagnostik-sistem.html
Brunner & suddarth. (2001).Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 5.
Jakarta Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
http://biologigonz.blogspot.com/009/12/gangguan-sistem-respirasi.html
(Diakses tanggal : 31 Maret 2012)
Dr. Tambayong, Jan. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
Pearce, Evelyn. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Communication Limited, Cambridge. 1996. Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-
instruksional. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi Pelajaran Biologi untuk SMA/MA. Jakarta:
Ganeca Exact.
: EGC
www.wikipedia indonesia.com
pemeriksaan diagnostic system pernapasan
http://isntpunya.2010/05/pemeriksaan-diagnostik-sistem.html
http://dianhusadasatria.pemeriksaan-fisik-dan-pengkajian-pada.html
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Mata Kuliah Keperawatan Sistem Pencernaan.htm