Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersususn dari bahan-bahan mineral hasil pelapukan batuan da bahan organik sebagai
hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan
tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lainnya waktu pembentukan.
Sebidang tanah yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan hutan secara sah dan
tanah-tanah pemiliknya secara tradisional) untuk di manfaatkan sebagai lahan
pertanaman perlu mendapatkan penelitian yang saksama agar pertanaman itu berhasil
dengan baik, untuk pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu, kandungan bahan-
bahan pada tanah apakah mencukupi ataukah masih terdapat kekurangan, atau ada di
antara bahan-bahan yang terkandung itu yang mengandung racun, sehingga tanaman
akan mati kalau di tanaman pada lahan itu. Selain itu, apakah anah itu terlalu masan
atau mengandung kadar keasinan yang tinggi. Tanah sebagai salah satu unsur habitat
perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika kita hendak melakukan pertanian pada
tanah itu.
Kesuburan tanah di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan biologi tanah. Keadaan
fisika tanah meliputi kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembapan dan tata udara
tanah. Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa,
bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap
pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi analisa
ketersediaan hara makro primer (N,P dan K) di dalam tanah.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil
yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993).
Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya
tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis.
Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna
kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena
mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organic yang tinggi
(Resman dkk,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0
g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4
tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE
antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak
antara 0,1 1 atm (Resman dkk,2006).
Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol
adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi
lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama
adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang menghambat
pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk
(Resman dkk, 2006).

2.2 Tanaman Jagung

Jagung sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu, diduga berasal dari benua
Amerika. Berawal dari Peru dan Meksiko, jagung berkembang terutama di daerah
Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-16 jagung sampai ke India
dan Cina. Di Indonesia, jagung sudah di kenal sejak 400 tahun lalu, dibawa oleh orang
Portugis dan Spanyol pada abad ke-16 melalui Eropa, India dan Cina (Suprapto dan
Marzuki, 2002).

Jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia
dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat
menghasilkan genotipe yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik

2
lingkungan. Banyak masyarakat di daerah Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi
jagung, antara lain Madura, Pantai Selatan Jawa Barat, Sulawesi Selatan bagian Timur,
Kendari, Gorontalo, Karo, Dairi, NTT, dan NTB (Suprapto dan Marzuki,2002).
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua
setelah beras. Nilai ekonomi jagung semakin tinggi karena digunakan sebagai bahan
pakan ternak dan bahan baku Industri. Biji jagung sebagai sumber karbohidrat yang
potensial untuk bahan pangan ataupun non-pangan. Produksi sampingan berupa batang,
daun, dan kelobot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun pupuk kompos.
Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack ),
dan brondong ( pop corn). Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah
menjadi jagung pipilan, beras jagung ataupun jagung giling (Rukmana, 1997). Jagung
memiliki daya adaptasi yang luas, karena dapat ditanam di daerah berbagai iklim yang
berbeda, dan pada berbagai jenis tanah. Jagung dapat ditanam di dataran tinggi maupun
rendah, baik pada tegalan, sawah tadah hujan, maupun irigasi.
Namun untuk pertumbuhan yang baik, sebaiknya ditanam pada tanah yang subur
dengan pH 5.5 8.0 (Suprapto dan Marzuki, 2002). Suhu antara 21 32C sangat ideal
untuk pertumbuhan jagung. Juga daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun,
dengan curah hujan rata-rata bulanan 100 125 mm. Kemampuan tumbuhan jagung
untuk tumbuh secara normal dan menghasilkan di suatu daerah disebut kemampuan
beradaptasi. Wilayah yang cocok untuk tanaman jagung disebut agroekosistem
(Suprapto dan Marzuki, 2002).
Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara
580 LU 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 1300
mdpl dengan curah hujan tahunan 250 10,000 mm. jagung dapat hidup dengan baik di
daerah yang beriklim panas dan daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperature
23 270C (Suprapto dan Marzuki, 2002). Jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis
tanah, tanah berpasir maupun tanah liat bobot.

2.3 BahanOrganik ,KapasitasTukarKation (KTK) dan Kadar Lengas Tanah


Kandunganbahanorganikdalamtanahdapatditingkatkandenganpemberianpupuk
organic, limbahkotamaupun guano. Limbahhasilpertaniandapatberupasisatanaman,
sisahasilpanen, pupukkandang, danpupukhijau.Sisahasilpanen yang

3
tersediamelimpahantaralainadalahblotong, tandanbuahkelapasawit, sekampadi,
dankulitbuah kopi. Selainbahantersebut, pupuk organic mencakup pula limbah industry
pertanian, minuman, makanan, dankimia (Sudiarto 2004).
Bahanorganiktanahwalaupunkadarnyasangatrendahdalamtanah,
namunkeberadaanyaakansangatberpengaruhterhadapsifatfisikadanbiologitanah. Tanah
dengankadarbahanorganikpadaumumnyaakanmemberikankenampakanwarna yang
lebihgelap disbanding tanahdengankadarbahan organic lebihrendah.
Karakteristikwarnatanahdengankadarbahan organic
tersebutdigunakansebagaidasaruntukmemprediksikadarbahan organic
dalamtanahmenggunakanpengolahancitradanjaringansyaraftiruan (Hermantoro 2011).
Kapasitaspertukarankation (KPK)
menunjukkankemampuantanahuntukmenahankation-kationdanmempertukarkankation-
kationtersebuttermasukkationharatanaman.Kapasitaspertukarankationpentinguntukkesu
burantanah. Humus dalamtanahsebagaihasil proses
dekomposisibahanorganikmerupakansumbermuatannegatiftanah,sehingga humus
dianggapmempunyaisusunankoloidsepertilempung,
namunhumustidaksemantapkoloidlempung, diabersifatdinamik,
mudahdihancurkandandibentuk.Sumberutamamuatannegatif humus
sebagianbesarberasaldariguguskarboksil (-COOH) danfenolik (-OH)nya (Brady 1990).
Lingkuplengastanahadalahpetunjukumumtentangkeadaanlengastanah.Secarakasarm
enunjukantanahberadadalamkeadaankeringataulembabberdasarkankeadaandalampengga
lbakutanah (Soil ontrolection), yaitumintakatantarajeluk 10 dan 30 cm
dalamtanahlempunganatauantara 30 dan 90 cm dalamtanahpasiran.
Penetapankadarlengastanahdapatdilakuaknsecaratidaklangsungataulangsung.
Metodelangsungdiartikansebagaimetodedimana air
dikeluarkandarisampelmisalnyamelaluievaporasiselanjutnyajumlah air yang
dikeluarkantersebutditentukan. Cara yang paling
umumdigunakandalammenentukanjumlah air yang
dikeluarkanadalahdenganmengukurkehilanganberat sample (Gardner,1986).
Faktor-faktor yang
mempengaruhikadarlengasadalahpengaruhtemperaturterhadapsifat-
sifattanahlebihkecildibandingkancurahhujan (lengas),
karenasebagianenergidigunakanuntukevaporasidantranspirasi.
Jadipengaruhtemperaturberpengaruhterhadapkegiatanperombakanbahanorganiksertalaju

4
reaksipelapukankimia.Iklimmerupakanfaktoryangmempengaruhikadarlengastanah.
Curahhujandantemperaturmerupakananasiriklimyangberpengaruhpadakandungankadarl
engastanah.
Faktortopografiberpengaruhpadakandunganlengastanahdalammempercepatkehilanganle
ngasatausebaliknya, yaitumengawetkannya (Boyzeric 2010).

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Praktikum Lapang


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan saat praktikum dilapangan yaitu : cangkul, Ember,
Penggaris, Patok Kayu, Rafia, parang, alat tulis dan plastik

3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan ketika praktikum di lapangan yaitu: Benih jagung, Pupuk
Kandang.

3.1.3 ProsedurKerja

5
Dalam kegiatan ini mahasiswa di kelompokkan kedalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok akan melakukan penanaman tanaman jagung di lapangan, pemupukan,
pengamatan, pemeliharaan tanaman sampai panen. Dengan cara kerja sebagai berikut :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah di lakukan mencangkul tanah pada kedalaman olah, kemudian
menggemburkan dan meratakannya serta di bersihkan dari sisa-sisa tanaman
penganggu.
b. Pembuatan bedeng
Pembuatan bedeng dengan ukuran 1x4 meter.
c. Penanaman
Menanam biji jagung 2 biji perlubang dengan jarak tanam 30cm x 50cm.
d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai perlakuan untuk setiap kelompok sesuai kelompok


masing-masing. Dengan ini kelompok 1 mendapatkan perlakuan pemupukan pupuk
kandang,dengan rincian sebagai berikut : pemupukan saat bersama tanaman yaitu 2 kg
pupuk kandang sapi, 2 kg pupuk kandang kambing, 2 kg pupuk kandang ayam.
e. Pengamatan
Setiap praktikan ( kelompok praktikum) wajib membawa peralatan untuk
pengukuran setiap minggunya dan dilakukan juga pemeliharaan dengan melakukan
penyiraman setiap minggu. Hasil pengamatan harus di setujui oleh asisten.
Cara pengukuran/ pengamatan tanaman :

1) Tinggi Tanaman Jagung

Diukur dari pangkal tanaman ( batas antara akar dan batang) hingga ujung daun
tertinggi (helaian daun di tangkapkan), dilakukan seminggu sekali.

2) Pengambilan Sampel Tanah

Mengambil tanah dari lapang,membersihkannya dari perakaran lalu


mengkeringkan. Selanjutnya setelah kering angin, menumbuk dan menyaring dengan
saringan berdiameter 0.5 mm, menyimpan hasil saringan dalam plastik dan memberi
label dan selanjutnya menganalisisnya.

3.2 PraktikumLaboratorium
a. Alat
Alat yang digunakan untuk mengukurr pH adalah: pH meter, tissue, botol kocok,
timbangan analitik, cawan, gelas ukur.

6
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah: tanah, aquades, kcl, K2CrO7, H2SO4, H3PO7
1. Mengukur pH
Cara kerja

Timbang tanah 10 gr
Masukkan kedalam botol kocok
Tambahkan aquades sebanyak 25 ml
Kocok selama 30 menit
Langkah diatas diulangi dengan menggantikan aquades dengan kcl

2. Mengukur Kadar Air Tanah


Cara Kerja

1. Timbang tanah 10 gr
2. Timbang berat cawan
3. Masukkan ke oven 24 jam dengan suhu 105c

3. Mengukur C-organik
Cara Kerja

Timbang tanah 0,1 gr


1 ml K2CrO7
Kemudian tambahkan 2 ml H2SO4
Diguncang selama 15 menit
Tambahkan 20 ml aquades
Tambahkan 1 ml H3PO7 dan 6 tetes indikator dipenil-amin
Setelah itu ditritrasi sampai berwarna hijau
Langkah tersebut diulangi tanpa menambahkan tanah (blanko)

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Dan Pembahasan Percobaan Di Labolatorium

Hasil yang didapatkan pada saat malakukan analisis dilabolatorium maka dapat
diketahi, pH, dan c-Organik tanah.

4.1.1. Penetapan Kadar Air Tanah

Perhitungan penetapan kadar air tanah :

Diketahui :

Berat cawan = 3.044 gram.

Berat tanah kering angin = 10 gram.

Berat tanah kering oven = 12.01 gram.

Maka :

Bobot air = ( berat cawan + tanah kering angin ) ( berat cawan + tanah kering
oven 105oC )

= ( 3.044 gram + 10 gram ) ( 3.044 gram + 12.01 gram )

= 13.08 gram 15.05 gram

= -1.97 gram

Bobot tanah kering oven = ( berat cawan + tanah kering oven 105 C ) berat
cawan

= ( 3.044 gram + 12.01 gram ) 3.044 gram

= 12 gram

8
Bobot air
kadar air tanah ( KA )= x 100
Bobot tanah kering oven 105

1.97 gram
x 100
12 gram

= -16.42 %

4.1.2 Penetapan Bahan Organik

Perhitungan bahan organik dalam tanah :

Diketahui :

Hasil Titrasi blanko = 9.6 ml

Hasil Titrasi Sampel = 7.2 ml

Kadar Air = -17.2

Berat Tanah = 0.1 gram

Maka :

( mlblankomlsampel ) x 3
% C-Organik = mlblanko /w x FM

( 9.6 ml7.2ml ) x 3 100


= 9.6 ml /0.1 gram x 100 (17.2)

7.2 100
x
96 117.2

= 0.075 x 0.85

= 0.064 %

4.1.3 Penetapan Reaksi Tanah (pH)

Diketahui :

9
pH tanah dengan aquadest = 7,51

pH tanah dengan KCl = 6,63

Mak

pH=KClH 2 O

= 7,51 6,63

= - 0,88

4.1.4 Pembahasan
Pada analisis tanah awal yang pertama adalah pelaksanaan pengolahan
tanah yang pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran,
dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga
sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah
sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih
dan perkembangan akar tanaman. Tanah pada daerah Reuleut adalah tanah yang
tergolong dalam kelompok tanah inceptisol yang memiliki kandungan liat yang banyak
pada horison bawahnya, hal tersebut akibat dari proses pencucian dari horison atasnya
bersama dengan air sehingga menyebabkan terjadinya penimbunan liat pada horison
bagian bawahnya.Selain itu tanah inceptisol juga memiliki perbedaan yang cukup jelas
pada setiap lapisan horisonya.

4.2 Hasil Dan Pembahasan Percobaan Di Lahan/Lapang


4.2.1 Hasil Percobaan Di Lahan/Lapang
a) Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung dan Jumlah Daun pada Minggu Pertama.
D1 = Pupuk kandang sapi 250 g/plot + SP-18 30 g/plot.
D2 = Pupuk kandang ayam 250 g/plot + KCl 40 g/plot.
D3 = Pupuk kandang kambing 250 g/plot + Urea 40 g/plot.
D0 = Tanpa pupuk.

10
Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung ( dalam cm) pada
Minggu Pertama

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 7,2 Cm 8,2 Cm 8,2 Cm 8,1 Cm
2. 7,0 Cm 8,5 Cm 8,6 Cm 7,4 Cm
3. 6,9 Cm 9,5 Cm 7,7 Cm 7,2 Cm
4. 7,4Cm 9,7 Cm 7,9 Cm 9,2 Cm
5. 8,0 Cm 8,8Cm 9,6 Cm 8,2 Cm
Jumlah 36,5 Cm 44,7Cm 42 Cm 40,1 Cm
Rerata 7,3 Cm 8,94 Cm 8,4 Cm 8,02 Cm

Tabel 2. Jumlah Daun pada Minggu Pertama

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 2 Helai 2 Helai 2 Helai 2 Helai
2. 2 Helai 2 Helai 2 Helai 2 Helai
3. 2 Helai 3 Helai 2 Helai 2 Helai
4. 2 Helai 3 Helai 2Helai 2 Helai
5. 2 Helai 2 Helai 3Helai 2 Helai
Jumlah 10 Helai 12 Helai 11 Helai 10 Helai
Rerata 2 Helai 2 Helai 2 Helai 2 Helai

b) Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung dan Jumlah Daun pada Minggu ke Dua.
Tabel 3. Tinggi Tanaman Jagung ( dalam cm) pada
Minggu ke Dua

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 12,7 Cm 18,5 Cm 18,3 Cm 15,0 Cm
2. 12,0 Cm 19,5 Cm 19,7 Cm 12,3 Cm
3. 11,4 Cm 20,0 Cm 12,6 Cm 12,5 Cm

11
4. 18,8 Cm 21,8 Cm 13,0 Cm 17,2 Cm
5. 19,4 Cm 20,3 Cm 20,6 Cm 15,7 Cm
Jumlah 743 Cm 100,1Cm 86,4 Cm 72,7 Cm
Rerata 14,86 Cm 20,02 Cm 17,28 Cm 14,54 Cm

Tabel 4. Jumlah Daunpada Minggu ke Dua

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 4Helai 4 Halai 4 Helai 3 Helai
2. 4 Helai 4 Helai 5 Helai 3 Halai
3. 3 Helai 5 Halai 3 Helai 3 Helai
4. 5 Helai 5 Halai 4 Helai 4 Helai
5. 5 Helai 5 Helai 5 Helai 4 Helai
Jumlah 21 Helai 23 Helai 21 Helai 17Helai
Rerata 4 Helai 4 Helai 4 Helai 3 Helai

Tabel 5. Tinggi Tanaman Jagung ( dalam cm) pada

Minggu ke Tiga

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 40,3 Cm 52,2 Cm 74,2 Cm 30,3 Cm
2. 33,0 Cm 64,5 Cm 76.2 Cm 35,4 Cm
3. 29,3 Cm 57,0 Cm 53,5 Cm 42,0 Cm
4. 55,2 Cm 77,4 Cm 57,6 Cm 39,2 Cm
5. 57,8 Cm 55,6 Cm 77,6 Cm 33,0 Cm
Jumlah 215.6 Cm 306.7 Cm 339.1Cm 179,9 Cm
Rerata 43 12 Cm 61,34 Cm 67,82 Cm 35.98 Cm

12
Tabel 6. Jumlah Daunpada Minggu ke Tiga

Sampel Perlakuan
A1 A2 A3 A0
1. 7 Helai 6 Helai 13 Helai 5 Halai
2. 6 Helai 11 Helai 13 Helai 5 Helai
3. 5 Helai 9 Helai 6 Helai 6 Helai
4. 7 Helai 13 Helai 7 Helai 7 Helai
5. 8 Helai 7 Helai 13 Helai 6 Helai
Jumlah 33 Helai 46 Helai 52 Helai 29 Helai
Rerata 7 Helai 9 Helai 10 Helai 5,8 Helai

c) Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung dan Jumlah Daun pada Minggu ke Tiga.
Pada minggu ke tiga, dilakukan pemberian pupuk cair Gandasil B pada
masing-masing bedeng perlakuan. Pupuk cair Gandasil B diberikan dengan
penyemprotan pada bagian daun tanaman jagung.
D1 = Pupuk kandang sapi 250 g/plot + SP-18 30 g/plot + Pupuk Gandasil
B.
D2 = Pupuk kandang ayam 250 g/plot + KCl 40 g/plot + Pupuk Gandasil
B.
D3 = Pupuk kandang kambing 250 g/plot + Urea 40 g/plot + Pupuk
Gandasil B
D0 = Tanpa pupuk.

Tabel 5. Tinggi Tanaman Jagung ( dalam cm) pada

Minggu ke Tiga

4.2.2 Pembahasan

13
Melakukan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea Mays)pada setiap satu minggu
sekali. Yaitu melakukan pengamatan meliputi pengukuran tinggi tanaman dan
perawatan (menyiram, menggemburkan tanah dan pemupukan pada waktunya). Pupuk
yang digunakan meliputi pupuk kandang. Dosis pemupukan bersama tanaman adalah 2
kg/bedeng.
Pemupukan sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman dan akan
terlihat ketika tanaman jagung bertambah tinggi pada setiap minggunya. Secara umum,
kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman. Perakaran yang
optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan tanaman sehingga akan
mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu unsur K sangat mempengaruhi laju
peman-jangan batang terutama pada jaringan yang aktif membelah pada bagian ujung
tanaman (jaringan meristem) (Masdar 2003).
Praktikum ini mengamati tinggi tanaman jagung dari 1 MST sampai 6 MST. Dari
hasil pengukuran tinggi tanaman jagung pada perlakuan ini diperoleh hasil sebagai
berikut yaitu untuk sampel 1 dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Dari data
tinggi tanaman tersebut telah terbukti akibat dari pemupukan adalah bertambahnya
tinggi tanaman jagung, daun yang semakin lebar dan besar.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkananalisis yang
dilakukanterhadapbeberapasifatkimiatanahsertadenganmelihatpengaruhdaritindakanpem
upukanataupengolahanterhadappertumbuhanatauhasiltanamanmakadiperolehkesimpulan
sebagaiberikut:
a. Tanamanjagung di berikanbeberapapupuk yang berbeda-bedapadatiap bedengan.
Pemberian pupuk kandang sapi pada bedeng pertama, pemberian pupuk kandang
kambing pada bedeng kedua, pemberian pupuk kandang ayam pada bedeng ketiga dan
tanpa pemberian pupuk pada bedeng keempat.
Tinggitanamanjagungmengalamikenaikanuntuksetiapminggunya yang berbeda-beda.
b. Kadarair tanah diketahui bahwa ketersediaan air dalam tanah sedikit yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman,hal ini ditunjukkan dengan kadar lengas sebesar-1,97%.
c. Faktor yang mempengaruhi KTK antara lain tipe klei,kandungan bahan organik,dan pH
tanah.Bahanorganiksangattinggipadatanahiniyaitusebesar0,064%.

5.2 Saran
Berdasarkanpadarangkaianacarapraktikumkesuburantanah, kami
selakupesertamempunyaibeberapa saran yang patutdiajukan, diantaranya:

15
a. Perlunyapendampinganpraktikansecaraintensifbaikdidalampraktikumlapang
,laboratoriumdanpenyusunanlaporansehinggaparapraktikanbenar-
benarmengetahuiintidarikegiatanpraktikumsehinggaparapraktikanmendapatkansuatupen
getahuanbaru.
b. Secarakeseluruhanpraktikumkesuburantanahtahun 2015inisudahbaik,
tetapimasihperlupeningkatanmenejemenwaktudanpenjadwalannya.

LAMPIRAN
Proses pembersihan serasah

Proses pembuatan bedeng

Hasil persiapan pembuatan bedeng

16
Proses penyiraman bedeng secara teratur

Proses penanaman

Proses pengukuran tinggi tanaman dan jumlah helai daun

17
PENETAPAN BAHAN ORGANIK DALAM TANAH

Penambahan 1 ml K2CR2O7
Timbang Tanah sebanyak 0,1
DAN 2 ML H2SO4
gr

Lakukan titrasis

18
PENETAPAN REKASI TANAH (pH)

Masukkan tanah sebanyak 10 gr Masukkan aquades


sebanyak 25 ml

Kocok selama 30 menit Ukur pH dengan pH meter

19
20

Anda mungkin juga menyukai