dan Riadi, B)
Diterima (received): 20 Maret 2013; Direvisi (revised): 30 April 2013; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 15 Mei 2013
ABSTRAK
Penelitian ini adalah bagian dari penelitian Variabilitas Iklim Ekstrem dan Potensi Kebencanaan di Jawa Barat
Selatan. Sedikitnya ada lima bencana alam yang berkaitan dengan iklim ekstrim antara lain banjir, longsor, angin
badai/puting beliung, gelombang ekstrim dan kekeringan panjang. Namun demikian, makalah ini hanya membahas
masalah bencana longsor baik dari segi penyebab maupun potensi risiko yang diakibatkannya. Hasil penelitian ini
adalah analisis data geospasial terkait bahaya longsor (hazard map) yaitu Peta Rawan Longsor, Peta Kerentanan
Penduduk, Peta Kapasitas Penduduk, serta Peta Potensi Risiko Longsor yang disebut Peta Indeks Risiko Longsor.
Untuk menghasilkan peta-peta tersebut dibutuhkan peta-peta tematik input yang diturunkan dari data geospasial
lainnya, antara lain DEM SRTM, Citra Landsat, Peta Rupabumi Indonesia / peta topografi. Selain itu, pemetaan
potensi risiko longsor ini juga menggunakan data statistik yaitu data Potensi Desa (PODES) 2008, dan informasi dari
instansi lainnya (Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan BAPPEDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hampir 50 % dari wilayah Kabupaten Ciamis termasuk rawan longsor. Berdasarkan peta Indeks Risiko Longsor yang
dihasilkan sekitar 30 % dari wilayah Kabupaten Ciamis berada dalam area risiko tinggi sampai sangat tinggi.
Kata Kunci: Cuaca Ekstrim, Longsor, Indeks Risiko, Indeks Kerentanan, Indeks Kapasitas.
ABSTRACT
This research is part of research on Extreme Climate Variability and Potential Disaster in South West Java. There
are at least five natural disasters related to extreme climate such as floods, landslides, storms, extreme waves and
droughts. However, this paper is only discussed problem related to landslides in terms of both causes and its potential
risks. The results of this study are analyses of geospatial data related to landslide hazards, those are landslide
susceptibility map, map of population vulnerability to landslide, map of population capacity, as well as map of potential
risks to landslides called Landslide Risk Index map. To produce these maps required thematic maps derived from
other geospatial data, such as SRTM DEM, Landsat imagery, topographic map, statistic data (PODES) 2008, and
information from other agencies such as BPBD (Regional Disaster Management Agency) and Regional Planning
Board. Result of this research shows that nearly 50 % of the area of Ciamis Regency is vulnerable to landslides.
Based on the Landslide Risk Index map resulted from this research, approximately of 30 % of the Ciamis Regency
area has categorized at a high to very high landslide risk.
57
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 1 Agustus 2013 :57 - 63
58
Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait Cuaca Ekstrem ............. (Arsjad, ABSM. dan Riadi, B)
Penelitian ini dilakukan di Selatan Jawa Barat yaitu Semua aspek yang empat tersebut disajikan dalam
Kabupaten/Kota Ciamis, secara geografis berlokasi di bentuk informasi spasial (data spasial). Daerah rawan
Jawa Barat Selatan terletak antara 106 20' 00" - 108 bencana longsor diperkirakan melalui karakteristik
45' 00" BT dan 6 00' 00" - 7 50' 00" LS seperti lahan morfologi, morfometri serta penutup lahan.
tersaji pada Gambar 1. Pendekatan inderaja dan SIG digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian longsor. Melalui data inderaja diidentifikasi
penutup lahan, dan unit-unit lahan berdasarkan aspek
morfologi dan morfometri. Berdasarkan beberapa
literature yang dipelajari sekurangnya ada 4 identitas
permukaan bumi yang dapat dikenal secara visual dan
biasa digunakan untuk memperkirakan potensi longsor
yaitu:
59
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 1 Agustus 2013 :57 - 63
SLOPEPCT = lereng dalam % (persen) yang sebagai terlihat dalam tabel 1. Peta-peta tematik input
dihasilkan dari perhitungan (mapcalc), di-overlay atau diintegrasikan melalui operasi GIS,
dx dan dy adalah hasil dari filter beda sehingga dihasilkan unit-unit baru dan tabel atribut
tinggi arah x, dan arah. baru semua skor atau bobot akhirnya dijumlah, atau
HYP = fungsi matematika dalam
Mapcalc/Tabcalc dalam ILWIS
dikalikan sesuai dengan model yang digunakan
PIXSIZE = ukuran pixel dari citra raster DEM yang sehinga didapatkan nilai kumulatif hasil overlay. Nilai
digunakan kumulatif ini kemudian diklasifikasi sehigga
tampilannya lebih sederhana menjadi tiga kelas
Bentuklahan (geomorfologi) kerawanan bencana yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Peta tingkat rawan longsor dibuat melalui proses
Geomorfologi adalah studi tentang bentang overlay data input sebagai terlihat dalam Tabel 1.
alam/bentuk lahan masa kini, termasuk klasifikasinya, Overlay dari semua parameter tersebut akan
deskripsi, sifat, asal, perkembangannya, serta menghasilkan unit-unit pemetaan yang disebut unit
hubungan untuk struktur yang mendasarinya, demikian lahan dengan bobotnya. Bobot ini kemudian
juga sejarah perubahan geologi sebagaimana terlihat dijumlahkan sehingga didapatkan bobot total setiap
pada kenampak permukaannya (Selby,1985). unit lahan. Bobot total di reklasifikasi menjadi tiga
Morfologi permukaan merupakan hasil dari proses kelas dengan atribut tidak rawan, agak rawan dan
geomorfik pada bahan induk di suatu wilayah, amat rawan.
sehingga dari bentuk lahan dapat diperkirakan proses Berdasarkan Tabel 1 overlay akan menghasilkan
yang membentuknya dan bahan induknya. Misalnya unit-unit lahan baru (Gambar 2). Unit lahan baru yang
daerah aluvial terjadi akibat proses pengendapan dari terakhir adalah tingkat rawan longsor.
bahan dasar yang terangkut oleh air. Material
terangkut akan mengendap kalau terjadi break of slope Tabel 1. Parameter yang digunakan dalam identifikasi
sehingga daya angkut air menjadi melemah, maka rawan longsor.
morfologi aluvial selalu datar dan kemungkinan longsor Data layer Kelas Bobot
sangat kecil. 1. rendah 1
Demikian sebaliknya perbukitan atau pegunungan Kerapatan aliran 2. sedang 5
tertoreh berat (strongly dissected landforms) adalah 3.tinggi 9
lahan dengan lereng curam dan kerapatan drainase Kemiringan lereng 1. 40 3
tinggi, menunjukkan bahwa proses denudasi atau erosi 2. 41 - 70 5
yang terjadi amat tinggi, curah hujan tinggi dan aliran 3. >70 9
permukaan tinggi. Pemetaan bentuklahan mengacu Bentuklahan/relief (BLH) 1. Dataran fluvial 1
pada Selby (1985) dan Dessaunettes (1977). 2. Datara tertoreh ringan
2
sedang
3. Dataran tertoreh berat 3
Liputan lahan atau penutup lahan
4. Perbukitan tertoreh
4
ringan
Liputan lahan adalah hasil interaksi antropogenik 5. Perbukitan tertoreh
pada lahan. Semakin intensif penggunaan lahan 6
sedang
semakin tinggi kemungkinan longsor karena 6. Perbukitan tertoreh
8
pembukaan lahan akan menyebabkan surface runoff berat
meningkat. Data ini diturunkan berdasarkan citra 7. Pegunungan tertoreh
5
Landsat dan peta landcover yang sudah ada dari peta ringan
Rupabumi Indonesia. 8. Pegunungan tertoreh
7
sedang
9. Pegunungan tertoreh
Curah Hujan berat
9
Liputan lahan (LLH) 1. Tubuh air 1
Faktor yang merupakan penyebab tanah longsor 2. Hutan 2
adalah curah hujan. Berdasarkan data curah hujan 3.Pemukiman 4
jangka panjang dapat diperkirakan rentang waktu 4. Kebun campuran 5
kapan kemungkinan tanah longsor bisa terjadi. 5. Sawah 1
6. Semak belukar 3
Pembuatan Peta Rawan Bencana Longsor 7. Lahan kosong 5
60
Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait Cuaca Ekstrem ............. (Arsjad, ABSM. dan Riadi, B)
2
Gambar 2.Proses pembuatan peta rawan longsor. penduduk 500 1000 per km (skor 2) dan tinggijika
kepadatan penduduk > 1000 (skor 3). Kapasitas diukur
Pembuatan Peta Kerentanan berdasarkan upaya yang dilakukan untuk menghadapi
bencana, dalam PODES 2008 antara lain datanya
BNPB mempertimbangkan kepadatanan penduduk adalah keberadaan sistem peringatan dini,
dengan bobot 60% untuk faktor kerentanan, kemudian kegotongroyongan, peralatan keselamatan dan lain-
rasio jenis kelamin, dan rasio kemiskinan, rasio orang lain. Semua data dikaitkan pada unit pemetaan yaitu
cacat serta rasio kelompok umur masing-masing poligon desa.
10%.Namun dalam penelitian ini dipertimbangkan
hanya pada kepadatan penduduk karena yang
potensial memberikan dampak signifikan adalah
kepadatan penduduk. Padat penduduk cenderung
padat pemukiman, dan cenderung padat properti/harta
benda. Berdasarkan Data Potensi Desa (PODES)
2008 dibuatPeta Kepadatan Penduduk kemudian
diklasifikasi menjadi tiga kelas (Gambar 6).
61
Jurnal Ilmiah Geomatika Volume 19 No. 1 Agustus 2013 :57 - 63
62
Potensi Risiko Bencana Alam Longsor Terkait Cuaca Ekstrem ............. (Arsjad, ABSM. dan Riadi, B)
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
63