No No
Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan
. .
1 dr. Rina Mardiana 1
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
Borang Portofolio
Deskripsi: Pasien datang bersama orang tua dengan keluhan sakit perut sejak 2 hari SMRS. Mual, muntah dengn frekuensi 10 x/hari, isi makanan. BA
Demam disangkal, batuk disangkal, pilek disangkal. BAK terakhir jam 21.30, volumenya banyak, warna kuning pekat. Pada pemeriksaan tan
status generalis didapatkan mata cekung (+), mukosa bibir kering dan nyeri tekan pada region hipokondrium dextra et sinistra, turgor kembali c
sedang. Penatalaksanaan pasien dengan kasus GEA dehidrasi ringan sedang adalah dengan rehidrasi cairan. Cairan yang diberikan adalah caira
Tujuan: Mengetahui klasifikasi GEA, tanda-tanda dehidrasi, menegakkan diagnosis GEA dan bagaimana penanganannya
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas:
Diskusi Presentasi dan Email Pos
Nama klinik: IGD RSUD Budhi Asih Jakarta Telp: Terdaftar sejak:
2. Riwayat pengobatan: Pasien sudah berobat sebelumnya ke puskesmas namun belum membaik.
4. Riwayat keluarga: Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit serupa
5. Riwayat pribadi: Anak berusia 10 tahun, kegiatan sehari-hari adalah sekolah, les dan main di sekitar rumah
Pemeriksaan fisik
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TD : 127/99 mmHg
Nadi : 90 kali permenit kuat angkat, regular
Suhu : 36.60C per axilla
Respirasi : 23 x/menit, regular, simetris kanan kiri
BB : 48 kg
Saturasi : 99%
Kepala : Normosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Pemeriksaan Laboratorium :
Leukosit : 16.7 ribu/ul
Eritrosit : 6.7 juta/uL
Hb : 15.5 gr/dl
Ht : 48 %
Daftar Pustaka:
1
Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2000
2
Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I P
3
Data Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan. Selasa, 25 Maret 2008. www.kompas.com
4
Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 desember. 2006. www.depkes.go.id
5
Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
6
Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 28 Januari, 2002. www.gizinet.com
7
Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC 1993
8
Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics supplementation on acute diarrhea in infants: a randomized double blind
Hasil Pembelajaran:
Pasien An.Y, laki-laki, 10 tahun memiliki keluhan sakit perut sejak 2 hari SMRS. Mual, muntah dengn frekuensi 10 x/hari, isi makanan.
BAB encer dengan frekuensi 3x/hari, air> ampas, darah (-), lendir (-). Selain itu mengeluhkan perut kembung, sudah berobat namun tidak
membaik. Demam disangkal, batuk disangkal, pilek disangkal. BAK terakhir jam 21.30, volumenya banyak, warna kuning pekat.
2. Objektif
Dari pemeriksaan fisik didapatkan 127/99 mmHg, Nadi 90 kali permenit kuat angkat, regular, suhu 36.60C per axilla, respirasi 23 x/menit,
regular, pada status generalis ditemukan mata cekung, mukosa bibir kering, nyeri tekan pada region hipokondrium dextra et sinistra.
3. Assesment
GEA dehirasi ringan sedang
A. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya (buang air besar) ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya, lazinnya 3
kali atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006).
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau
cair dan bersifat mendadak datangnya; dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu
Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing mencerminkan pathogenesis yang berbeda
dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja
yang lunak atau cair yang sering tanpa darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
B. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 juta penduduk dunia.
Kematian karena diare akut dinegara berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun
Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-
2 kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare
adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di
bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000 orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah 19
persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya akibat diare. 4
D. Etiologi
Faktor infeksi
a Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare)
i Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonela, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya
ii Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
iii Infeksi parasite : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis dan
jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis,
brankopneumoma, ensefalitis, dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
E. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari.
Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/ hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon memekatkan
isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang
lebih banyak. Sedangkan kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit. Disentri dengan
volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar, dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.
Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan air melalui membran usus berlangsung
secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa.
Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik, osmotik, motilitas, kombinasi dari hal
tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan diare
dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan keduanya dapat terjadi pada satu pasien .
F. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin
disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama
G. Pemeriksaan Penunjang
Feses makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )
Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )
Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5
H. Diagnosis banding
a. Diare Akut
b. Diare Persisten
c. Diare Kronik
d. Disentri
I. Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Dapat disertai darah (disentri)
Pemeriksaan fisik
Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,
Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan elektrolit dan atau gangguan
keseimbangan asam basa.
Laboratorium
Feses : dapat disertai darah atau lender
PH asam diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB - disentri
ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa. 5
J. Komplikasi
Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, takikardia
Hipoglikemi
Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi, hipernatremia.
K. Tatalaksana
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin memberikan
cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang. Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung
pada :
Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
Jangkauan pelayanan Kesehatan
Tersedianya oralit
2. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa ke petugas atau sarana kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita
harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral
3. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan
tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang
dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus
diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
4. Mengobati masalah lain
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI
1 Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan oralit,makanan yang cair (seperti sup, air
tajin ) dan kalau tidak ada air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak dibawah
(catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air
matang dari pada makanan yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti
5
dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti
2 Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi
Teruskan ASI, Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan
dan belum mendapat makanan padat , dapat diberikan susu, Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat
makanan padat:
o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan, sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau
2 sendok teh minyak sayur tiap porsi
o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan kalium
o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk makanan dengan baik
o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari
3 Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut :
Buang Air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau Minum sedikit
Demam
Tinja berdarah 5
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di
lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Umur Umur < 1 Tahun 1 Tahun > Tahun
4 5 Dewasa
Jumlah 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
oralit
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200
ml air masak selama masa ini
RENCANA TERAPI C
L. Pencegahan
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan dimasak. Pengelolaan makanan yang
dimasak dengan baik, untuk menghindari kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan
dan sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan cara memasukannya kedalam jamban atau menguburkan.
Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan makanan
sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak menderita campak untuk imunisasi
4
campak.