Anda di halaman 1dari 7

SKENARIO 5

-Hasil Lab :

No. Nama Hasil Leb Nilai Normal Keterangan


1. Natrium Na 134 mEq/L 135-145 mEq/L menurun
2. Kalium K 3,0 mEq/L 3,5 5,0 mEq/L menurun
3. Cl Klorida 99 mEq/L 95-105 mEq/L normal
4. CO2 28 mEq/L 22-32 meq/l normal
5. BUN blood urea nitrrogen 22 mg/dL l5-25 mg/dl normal
6. Scr (Serum Kreatinin) 0,7 mg/dL Wanita: normal
0,5-1,1 mg/dL.
Pria:
0,6-1,2 mg/dL
7. Glu 117 mg/dL Pria: meningkat
Wanita: Glukosa Puasa :
Glukosa Puasa : 80 100 (mg/dl)
80 100 Glukosa Post
(mg/dl) prandial : 100 -
Glukosa Post 120 (mg/dl)
prandial : 100 - Glukosa
120 (mg/dl) Sewaktu : < 150
Glukosa (mg/dl)
Sewaktu : < 150
(mg/dl
8 Ca Kalsium 9,3 mg/dL 9-11 mg/dl (di normal
serum) ; <150
mg/24 jam (di
urin & diet
rendah Ca) ; 200
300 mg/24 jam
(di urin & diet
tinggi Ca)
9 Hgb (Hemoglobin) 12 g/dL Wanita : 12-16 normal
gr/dL
Pria : 14-18
gr/dL
10 Hct hematokrit 36 % Wanita : 35-45 % normal
Pria : 40-50 %
11 RBC (Red Blood Cell) 5,6 x 103/mm3 3,80-5,80] normal
106/mm3
12 MCH ( Mean Corpuscular 28 pg (hemoglobinx10) meningkat
Hemoglobin ) (pokigram) : hitung eritrosit
(12x10) : 8 = 15
27-31
13 MCHC ( Mean Corpuscular 34 g/dL ( Hb ; Ht ) x 100 normal
Hemoglobin Concentration ) %
MCHC mengindikasikan (12 :45) x100 =
konsentrasi hemoglobin per 26,67 %
unit volume eritrosit. 32-36 g/dl
14 MCV ( Mean Corpuscular 90 m3 (hematokrit x meningkat
Volume) mengindikasikan 10) : hitung
ukuran eritrosit : mikrositik eritrosit
(ukuran kecil), normositik (45X10) : 8 = 45
(ukuran normal), dan
makrositik (ukuran besar)
15 Plts platelet 192 x 103/mm3 150 rb-400 rb normal
sel /mm3
16 WBC (White Blood Cell) 8,0 x 103/mm3 4000- normal
10.000/mm3
17 PMNs polymorphonuclear 56 % Rasio sel darah normal
neutrophilic leukocyte, putih dari
neutrofil neutrofil
umumnya
mencapai 50-60%
18 Bands 1% 0% - 12% normal
19 Eosinophils (terlibatdalam 3% 1 4% normal
alergi dan infeksi (terutama
parasit) dalam tubuh)
20 Basophils (terlibat dalam reaksi 2% o -1% Meningkat
alergi jangka panjang seperti (Peningkatan
asma, alergi kulit) basofil terdapat
pada proses
inflamasi(radang)
, leukemia, dan
fase
penyembuhan
infeksi)
21 Lymphocytes (berperan dalam 33% 20 35% normal
proses kekebalan dan
pembentukan antibody)
22 Monocytes 5% 2 8% normal
23 HR heart rate detak jantung 110x/menit 60 100 takikardi
24 RR 22x/menit < 12 Bradipnea Takipnea (napas
14 20 Eupnea cepat)
> 20 Takipnea (napas
cepat)
- Riwayat asma kronik, migrain

- Hal hal yang tidak dimengerti

1. Inhalasi albuterol = pemberian obat dalam bentuk uap langsung menuju alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru) menggunakan alat nebulizer

2. OR Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit;
dihitung dari angka kejadian penyakit pada kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding
angka kejadian penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko)

3. Kortikosteroid oral

MEKANISME AKSI
Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat
pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi
mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan. Kortikosteroid tidak dapat
merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot
polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi
keparahan asma jika digunakan secara teratur.

Bentuk Dosis dan


Nama generik Nama dagang di Indonesia Sediaan Aturan pakai

Inhalasi
aerosol:
200g , 2
kali
Becloment(beclomethason seharianak:
Beclomethasone e dipropionate 200g/ Inhalasi 50-100 g 2
dipropionate dosis) aerosol kali sehari

Inhalasi
aerosol: 200
g, 2 kali
sehariSerbuk
inhalasi:200-
1600 g /
hari dalam
dosis
terbagianak:
Pulmicort(budesonide Inhalasi 200-800 g/
100 g, 200 g, 400 g / aerosolSerbuk hari dalam
Budesonide dosis) inhalasi dosis terbagi

Dewasa dan
anak > 16
tahun: 100-
250 g, 2
kali
sehariAnak
Flixotide(flutikason 4-16 tahun;
propionate50 g , 125 Inhalasi 50-100 g, 2
Fluticasone g /dosis) aerosol kali sehari

4. Terapi profilaksis
Terapi profilaksis adalah terapi antibiotik yang diberikan dengan tujuan pencegahan infeksi
spesifik pada beberapa individu atau infeksi pasca operasi. Terapi ini harus diberikan pada
kondisi-kondisi pasien berikut:
a. Pencegahan infeksi oleh paparan bakteri patogen spesifik, misal pada seseorang yang
kontak dengan pasien meningitis menikokus harus menerima terapi rifampisin.
b. Pencegahan penyakit oleh akteri patogen dorman yang telah menginfeksi orang tersebut.
INH dapat diberikan pada pasien TB dorman untuk mencegah konversi tuberkolin.
c. Pencegahan infeksi spesifik pada pasien yang rentan terkena infeksi, misalnya pasien
penyakit jantung rheumatik sebelum penanganan gigi untuk mencegah endokarditis.
d. Pencegahan infeksi pasca operasi


Terapi pencegahan atau terapi Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk
mencegah munculnya kondisi medis
- Riwayat obat :

1. Fluticasone 110 mcg 2x2 puff

2. Albuterol 4-6 x 2 puff prn

3. Propranolol 2 x 80 mg (terapi profilaksis)

4. Sumatripan 50 mg prn

- Terapi

1. Oksigen

2. Sal butamol

3. Prednisone 60 mg (kostikosteroid)

- KIE

1. Cara menggunakan nebulizer

Bersihkan tangan anda sebelum menggunakan nebulizer


Isi nebulizer cup dengan obat yang telah diresepkan oleh dokter
Hubungkan corong atau masker ke nebulizer cup
Hubungkan selang dari kompresor ke nebulizer cup
Letakkan corong atau masker ke mulut, lalu bernapaslah dengan mulut (jika menggunakan
corong) hingga obat dalam nebulizer cup habis. Biasanya obat dalam cup akan habis setelah 5-10
menit.
Setelah obat habis, bersihkan nebulizer cup dan corong atau masker dengan air, lalu keringkan
untuk digunakan pada pengobatan berikutnya.

2. Cara menggunakan inhaler

Duduk tegak atau berdiri dengan dagu terangkat.

Buka tutup inhaler dan kocok inhaler dengan teratur.


Jika baru pertama kali menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, maka untuk penggunaan
pertama sebelum digunakan, semprotkan inhaler ke udara untuk mengecek apakah inhaler berfungsi
dengan baik.

Tarik nafas dalam-dalam dan buang perlahan. Lalu letakkan bagian mulut inhaler pada mulut
(diantara gigi atas dan bawah), kemudian tutup mulut dengan merapatkan bibir (jangan digigit).

Mulai dengan bernapas perlahan dan dalam melalui mulut inhaler, sambil bernapas secara
berbarengan tekan bagian tombol inhaler untuk melepaskan obatnya. Satu kali tekan merupakan satu
kali semprotan obat.

Lanjutkan untuk bernapas dalam untuk memastikan obat dapat mencapai paru-paru.

Tahan napas selama kurang lebih 10 detik (atau selama kondisi senyaman yang terasa) lalu buang
napas perlahan.

Jika membutuhkan semprotan berikutnya, tunggu sampai 30 detik, dan kocok kembali inhaler, ulangi
langkah 4 sampai 7.

Tutup kembali mulut inhaler dan simpan inhaler di tempat yang kering.

Setelah selesai, berkumur-kumur,

ASMA KRONIK
INFLAMASI KRONIK

Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah limfosit T, eosinofil, makrofag , sel
mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.

Limfosit T
Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtipe Th2). Limfosit T ini berperan sebagai
orchestra inflamasi saluran napas dengan mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4,IL-5, IL-13 dan
GM-CSF. Interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan bersama-sama IL-13
menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta GM-CSF berperan pada maturasi, aktivasi
serta memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.
Epitel
Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita asma. Sel epitel dapat
mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi, endothelin, nitric oxide synthase, sitokin atau
khemokin. Epitel pada asma sebagian mengalami sheeding. Mekanisme terjadinya masih diperdebatkan
tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma, eosinophil granule protein, oxygen free-radical, TNF-alfa,
mast-cell proteolytic enzym dan metaloprotease sel epitel.
EOSINOFIL
Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik. Eosinofil yang
ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah dalam keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan
sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta
mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL-5 dan GM-CSF meningkatkan maturasi,
aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein ialah
eosinophil cationic protein (ECP), major basic protein (MBP), eosinophil peroxidase (EPO) dan
eosinophil derived neurotoxin (EDN) yang toksik terhadap epitel saluran napas.
Sel Mast
Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking reseptor IgE dengan factors
pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi degranulasi sel mast yang mengeluarkan preformed
mediator seperti histamin dan protease serta newly generated mediators antara lain prostaglandin D2 dan
leukotrin. Sel mast juga mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan GM-CSF.

suatu kondisi asma kronik berat dapat terkontrol hanya bila ditambahkan steroid sistemik dalam
pengobatan. Steroid sistemik yang dimaksudkan adalah steroid oral jangka panjang. Walau dalam
pengamatan menunjukkan bahwa pada umumnya dengan pengobatan asma yang lazim, asma dapat
terkontrol meskipun asma berat dan sulit, asalkan dilakukan penatalaksanaan asma yang benar, tepat dan
komprehensif serta pemantauan dan pengawasan yang sesuai. Seringkali penderita menggunakan steroid
oral jangka panjang bukan disebabkan asma yang sulit terkontrol, akan tetapi disebabkan hal lain. Kondisi
di bawah ini yang memungkinkan penderita menggunakan steroid oral jangka panjang, seperti :
asma kronik berat
terus menerus terpajan alergen
merokok
paduan penatalaksanaan asma jangka panjang yang tidak optimal, misal inhalasi steroid dosis terlalu
rendah tidak sesuai berat asma
menggunakan steroid oral untuk mengontrol asma, bukan steroid inhalasi sebagaimana seharusnya

Pada kondisi penderita menggunakan steroid oral jangka panjang, sebaiknya diupayakan untuk
meminimalkan kebutuhannya dan bila mungkin menghentikannya, dengan cara :
meminimalkan pajanan alergen/ pencetus
stop merokok
optimalkan dosis steroid inhalasi sesuai berat penyakit
mulai kombinasi steroid & agonis beta-2 kerja lama, teofilin lepas lambat, antileukotrin/leukotrien
modifiers, atau antiinflamasi lain (sodium kromoglikat, nedokromil)
yakinkan penderita mematuhi pengobatan dengan benar
pantau dan evaluasi secara hati-hati dan komprehensif
bertahap turunkan dosis steroid oral tersebut

Bila setelah melalui tahapan tesebut, upaya menurunkan steroid secara bertahap tidak berhasil, maka
berikan pengobatan inhalasi steroid dosis maksimal kombinasi agonis beta-2 kerja lama dengan disertai
antiinflamasi lainnya yang optimal, dengan pengawasan ketat terhadap efek samping. Bila tetap
membutuhkan steroid oral walau telah dilakukan berbagai upaya tersebut, maka kondisi tersebut disebut
asma yang tergantung dengan steroid. Pada keadaan tergantung steroid dan telah terjadi efek samping
steroid sistemik, maka pertimbangkan pemberian steroid sparing agent dengan maksud untuk mengurangi
dosis steroid dengan tetap mengontrol asma. Sebelum memberikan obat tersebut pertimbangkan sungguh-
sungguh mengenai risiko-manfaat obat tersebut, risiko obat tersebut dibandingkan risiko steroid oral
sendiri, biaya dan manfaat pemberian obat tersebut. Obat-obat yang dikenal sebagai steroid sparing agents
adalah :
Metotreksat (MTX)
Siklosporin (CSA)
Gold (auranofin)
Troleandomisin (TAO)
Imunoglobulin intravena (IVIG)
Lain-lain yaitu hidroksiklorokuin, dapson, furosemid inhalasi dan MgSO4
Asma Persisten Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (> 800 ug Prednisolon/
Berat BD atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja metilprednisolon
lama, ditambah lebih kurang1 di bawah oral selang sehari 10 mg
ini: ditambah agonis beta-2
- teofilin lepas lambat kerja
- leukotriene modifiers lama oral, ditambah
- glukokortikosteroid oral teofilin
lepas lambat

KIE
Program penatalaksanaan asma, yang meliputi 7 komponen :
1. Edukasi
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
7. Pola hidup sehat
Edukasi kepada penderita/ keluarga bertujuan untuk:
meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara
umum dan pola penyakit asma sendiri)
meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan
asma)
meningkatkan kepuasan
meningkatkan rasa percaya diri
meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri.

Anda mungkin juga menyukai