Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

Tumor Tonsil

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian


Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
Dr Pramono, Sp.THT-KL

Disusun Oleh :
Muchamad Rizki Musaffa
20110310221

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT


RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Rofandi
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Nyamplung Kundisari Kedu
Agama : Islam

II. ANAMNESIS

(Autoanamnesis, Tgl : 17 Februari 2016)

Keluhan Utama
Mengeluh nyeri tenggorokan sejak 1 bulan yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang berobat datang bersama keluarganya ke poliklinik THT RSUD
Temanggung dengan keluhan nyeri pada tenggorokan sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri
telan (+), pasien mengaku sulit untuk menelan dan terasa seret ketika menelan (+),
pasien juga mengaku ketika tidur selalu mendengkur (+), tonsil membesar (+),nafas
berbau (-),demam (-), riwayat batuk pilek (-), nyeri pada telinga (-), keluar cairan (-),
telinga berdenging (-). Karena keluhan hanya dibiarkan oleh pasien namun karena
dirasa makin bertambah pasien berobat ke poliklinik THT RSUD Temanggung.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)Riwayat asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien

III. STATUS PRESEN


Sensorium : compos mentis
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,1 C
Nadi : 80 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmhg
IV. HAL-HAL PENTINGHIDUNG
Kanan Kiri
Cairan - -
Darah - -
Nanah - -
Berbau - -
Tumpat - -
Penciuman + +

TELINGA

Kanan Kiri
Cairan - -
Darah - -
Nanah - -
Gatal - -
Dikorek - -
Sakit - -
Bengkak - -
Berdenging - -
Pendengaran + +

KERONGKONGAN

Hasil
Nyeri menelan +
Sangkut menelan +
Rasa mengganjal +
Gatal -
Lendir -
LARING

Hasil
Suara serak +
Sesak napas +
Batuk +

V. PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala dan Leher

Kanan Kiri
Regio Frontalis Dbn Dbn
Regio Maksilaris Dbn Dbn
Regio Mandibularis Dbn Dbn
Regio Parotis Dbn Dbn
Regio Servikalis Dbn Dbn

b) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makroti
- -
a
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Tuba Eustachii Kanan Kiri
Valsava test - -

c) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Vestibulum nasi Dbn Dbn
Kavum nasi Dbn Dbn
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Dbn Dbn
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Dbn Dbn
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Konka media Dbn Dbn
Meatus nasi media Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Tidak dilakukan
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Tidak dilakukan

d) Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Normal
Bibir Mukosa lembab
Lidah Normal
Gigi Karies (+)
e) Faring

Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole Normal
Palatum durum Normal
Plika anterior Hiperemis (+)
Dekstra : tonsil T1, hiperemis (+),
permukaan rata, kripta tidak melebar
Tonsil detritus (-)
Sinistra : tonsil T4, hiperemis (+),
kripta melebar detritus (+), masa (+)

f) Laring

Hasil
Tidak dilakukan

g) Kelenjar Getah Bening Leher


Inspeksi: pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan sinistra (+)
Palpasi: pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan sinistra (+) nyeri tekan
(+)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
lab
VII. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Abses peritonsiler
2. Tonsilitis akut
3. Laryngitis akut
IX. DIAGNOSIS KERJA
Tumor tonsil
X. PENATALAKSANAAN
Dilakukan Thracheostomi
Dilakukan ekstirpasi tumor tonsil

XI. PROGNOSIS
Dubia at bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pendahuluan

Kanker kepala dan leher merupakan kelompok tumor yang heterogen dan sering
agresif dalam sifat biologik mereka.1,2Anatomi kepala dan leher sangat kompleks dan erbagi
ke dalam beberapa inti dan sub-sub inti. Tumor dari masing-masing inti memiliki
epidemiologi, anatomi, riwayat perjalanan penyakit, dan pendekatan terapi yang unik.2
Tumor tonsil merupakan keganasan tersering yang terjadi di orofaring1 dan tonsil
yang paling sering adalah tonsil palatina.4 Seperti jenis kanker kepala dan leher lainnya,
angka kejadian tumor tonsil bervariasi di seluruh dunia. Dalam populasi orang kulit hitam di
US cenderung memiliki angka kejadian lebih tinggi daripada orang kulit putih dan hispanic
(orang Latin) di seluruh negara. Di sebagian besar benua, angka kejadian cenderung lebih
tinggi pada pria daripada wanita dengan rasio 2:1 sampai 5:1. Surveillance Epidemiology and
End Results (SEER) mencakup sekitar 14% dari populasi US dan tingkat standar usia
terhadap tumor tonsil pada orang kulit putih sebesar 1,4 untuk pria dan 0,4 untuk wanita.
Untuk orang kulit putih, angkanya untuk pria sebesar 2,9 dan wanita sebesar 0,6 per 100.000
penduduk tiap tahun. Semua angka merupakan standar untuk populasi dunia antara tahun
1993 dan 1997. Sebaliknya di Cina, angka tumor tonsil umumnya rendah, misalnya di Beijing
dimana angka kejadiannya sebesar 0,1 untuk pria dan 0,0 untuk wanita. Menariknya, di
Hongkong dan Taiwan, tempat yang sangat besar pengaruh baratnya, angka kejadian sebesar
6-12 kali lebih tinggi dari Beijing. Di India, dengan tingginya angka kejadian kanker mulut,
angka kejadian tumor tonsil antara 0,8 dan 2,8 untuk pria, serta 0,2 dan 0,5 untuk wanita.
Satu-satunya negara dimana wanita memiliki angka kejadian lebih tinggi daripada pria adalah
Filipina dan Vietnam. Menariknya, hal ini benar terlihat pada populasi orang Filipina yang
tinggal di California. Di Eropa, angka kejadiannya menunjukkan variasi besar dengan
variabilitas intra nasional pada beberapa negara. Angka tertinggi terlihat di salah satu bagian
negara Perancis, di Somme, dimana pria sebesar 6,4 dan wanita sebesar 0,8.1

3.2 ANATOMI
Tonsil palatina merupakan dua massa jaringan limfoid yang terletak pada dinding
lateral orofaring di dalam fossa tonsilaris. Setiap tonsil diliputi oleh membrana mukosa, dan
permukaan medialnya bebas menonjol ke dalam faring. Pada permukaannya terdapat banyak
lubang kecil yang membentuk crypta tonsilaris. Permukaan lateral tonsil palatina ini diliputi
oleh selapis jaringan fibrosa, disebut kapsula. Tonsila mencapai ukuran terbesarnya pada
masa anak-anak, tetapi sesudah pubertas akan mengecil dengan jelas.5 Batas anterior tonsila
palatina adalah arkus palatoglossus. Batas posteriornya adalah arkus palatopharyngeus. Batas
superiornya adalah palatum molle. Di sini, tonsila palatina dilanjutkan oleh jaringan limfoid
di permukaan bawah palatum molle. Batas inferiornya adalah sepertiga posterior lidah. Di
sini, tonsilla palatina dilanjutkan oleh tonsila lingualis. Batas medialnya adalah ruang
orofaring. Batas lateralnya adalah kapsula dipisahkan dari m. konstriktor pharyngis superior
oleh jaringan areolar jarang. V. palatina eksterna berjalan turun dari palatum molle di dalam
jaringan ikat jarang untuk bergabung dengan plexus venosus pharyngeus. Lateral terhadap m.
konstriktor pharyngis superior terdapat lengkung a. fasialis. A. carotis interna terletak 1 inci
(2,5 cm) di belakang dan lateral tonsilla.5Pendarahan yang mendarahi tonsila adalah a.
tonsilaris, sebuah cabang dari a. fasialis. Vena-vena menembus m. konstriktor pharyngis
superior dan bergabung dengan v. palatina eksterna, v.pharyngealis, atau v. fasialis.
Pembuluh-pembuluh limfe bergabung dengan nodi lymphoidei profundi. Nodus yang
terpenting dari kelompok ini adalah nodus jugulodigastricus, yang terletak di bawah dan
belakang angulus mandibulae.5

3.3 FISIOLOGI

Tonsil faringeal, palatina, dan lingual membentuk bagian dari sistem imun sekunder.
Mereka terpapar antigen yang masuk melalui lapisan epitel. Struktur imunologik terbagi ke
dalam 4 bagian: epitelium kripta retikular, area extrafolikuler, mantel zone dari folikel
limfoid, dan pusat germinal dari limfoid folikel. Epitelium jaringan limfoid pada kripta tonsil
merupakan tipe sel skuamous. Seperti biasa, antigen dikenalkan untuk sel T helper, sehingga
merangsang respon sel B di pusat germinal, yang menghasilkan antibodi. IgA sekretorik
merupakan antibodi utama yang dihasilkan di tonsil.4

3.4 ETIOLOGI

faktor resiko yang paling banyak dilaporkan untuk karsinoma kavitas oral dan
orofaring adalah merokok dan alkohol. Namun, dalam artikel ini selanjutnya dikatakan
bahwa faktor resiko tersebut tidak spesifik ditemukan pada kanker tonsil palatina karena ada
juga peningkatan jumlah anak muda dan wanita tua yang mengalami tonsillar SCC tanpa
terpapar bahan-bahan kimia tersebut.4
Sekarang ini, virus dapat juga menjadi penyebab tonsillar SCC. Namun, meskipun
virus Epstein-Barr merupakan virus penyebab tersering pada karsinoma nasofaring, human
papilloma virus (HPV) telah menjadi ancaman dan tipe yang tersering adalah HPV-16 (90-
95% kasus).6,8 Untuk singkatnya, SCC orofaring yang positif HPV memiliki faktor resiko
terkait dengan perilaku seksual, sedangkan SCC orofaring yang negatif HPV memiliki
hubungan yang kuat dengan kebiasaan merokok dan minum alkohol.9

3.5 PATOFISIOLOGI

Para ilmuwan menunjukkan bahwa bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok
dapat mengakibatkan kerusakan DNA sehingga terjadi pembelahan sel yang tidak terkontrol.
10 Efek ini memburuk jika seseorang memiliki kebiasaan minum alkohol. Penelitian
epidemiologik menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki kebiasaan merokok dan minum
alkohol dapat memiliki resiko yang lebih besar
untuk menderita kanker oral, faring, laring, dan esofagus. 11 Keadaan ini disebabkan
oleh sifat alkohol sebagai pelarut, sehingga membantu bahan-bahan kimiawi dari rokok dapat
masuk ke dalam sel-sel traktus digestive. 12 Secara umum, alkohol menyebabkan terbentuknya
sel tumor melalui beberapa mekanisme, yaitu 11 :
a. Metabolisme etanol menjadi asetaldehid, yang bersifat toksik dan karsinogen; asetaldehid
dapat merusak DNA dan protein.
b. Alkohol menghasilkan oksigen reaktif yang juga dapat merusak DNA, protein, dan lemak
melalui proses oksidasi.
c. Mengganggu kemampuan tubuh untuk metabolisme dan absorpsi nutrisi, meliputi vitamin
A, vitamin B kompleks (folat), vitamin C, vitamin D, dan karotenoid.
Untuk Human Papilloma virus (HPV), diyakini menjadi penyebab melalui perilaku
seksual seseorang13, dimana berupa seks oral atau adanya kontak oral dengan anal1. Ketika
menginfeksi suatu sel, HPV akan merangsang sel itu untukmembuat 2 (dua) protein yang
disebut E6 dan E7. Protein-protein ini akan melumpuhkan beberapa gen yang secara normal
membantu pertumbuhan sel, sehingga pertumbuhan sel yang tidak terkontrol akan terjadi.14
3.6 TANDA DAN GEJALA
Gejala yang sering ditemukan ialah gangguan menelan, nyeri menjalar hingga
telinga, nyeri bila ditekan bila masa memenuhi orofaring akan menyebabkan sesak nafas.
air liur bercampur darah, dan tampak masa pada tonsil yang tidak sakit bila di tekan.

3.6 DIAGNOSA
Untuk mendiagnosis suatu tumor tonsil, informasi yang didapat berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, dapat
ditemukan adanya riwayat merokok dan minum alkoholentah bersamaan atau terpisah
dalam jangka waktu yang lama. Ada juga riwayat berhubungan seksual dengan lebih dari 1
pasangan, melakukan seks oral, dan kontak oral-anal. 1
Untuk gejalanya dapat berupa :
a. Nyeri pada mulut dan leher1,14
b. Otalgia unilateral
c. Disfagia
d. Penurunan berat badan4,15
1,4
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan pembengkakan/massa pada leher dan
asimetris tonsil4. Pada anterior tonsillar pillar, akan tampak displasia,inflamasi, atau lesi-lesi
yang menyebar di bagian superfisial. Tumor pada daerah ini dapat menyebar ke bagian lateral
dari palatum molle, trigonum retromolar dan mukosa pipi, serta fossa tonsillar. Pembesaran
kelenjar getah bening terjadi pada regio jugularis superior. Pada fossa tonsillar, lesinya dapat
berupa eksofitik atau ulkus dan dapat menyebar seperti tumor pada bagian anterior tonsillar
pillar, tetapi pembesaran kelenjar getah bening sudah meluas sampai di regio jugularis
inferior.
Untuk pemeriksaan pencitraan, positron emission tomography (PET) scan telah
diteliti lebih akurat daripada computed tomographic (CT) scan atau magnetic resonance
imaging (MRI).PET merupakan sebuah prosedur untuk menemukan sel tumor ganas pada
tubuh. Glukosa radionuklida dalam jumlah kecil diinjeksikan ke dalam vena. Mesin PET
akan berputar sekeliling tubuh dan membuat gambaran terhadap lokasi pemakaian glukosa
tersebut. Sel tumor ganas akan tampak lebih terang karena sel-sel tersebut lebih aktif dan
mengambil lebih banyak glukosa daripada sel normal.

3.8 PENATALAKSANAAN

Tatalaksana untuk tumor tonsil ini tergantung pada stadiumnya. Tumor pada stadium I atau II
diobati dengan terapi tunggal, antara pembedahan reseksi atau terapi radiasi. Untuk tumor
tonsil stadium III atau IV membutuhkan kombinasi terapi antara kemoterapi, radiasi, dan
pembedahan reseksi. Untuk tumor tonsil stadium IVA atau IVB membutuhkan kombinasi
kemoterapi dan terapi radiasi untuk kontrol regional, sedangkan stadium IVC dicirikan
melalui perluasan metastasis sehingga hanya membutuhkan terapi paliatif.

3.9 PROGNOSA
ketahanan hidup pasien kanker kepala dan leher. Didapatkan bahwa semakin bertambahnya
usia, maka ketahanan hidup makin menurun. Ketahanan hidup pasien tumor tonsil berkisar
79,7% pada pasien berusia 15-44 tahun dan 38,2% pada pasien berusia 75 tahun. Dilihat
dari penyebaran tumor, jika tumornya masih sebatas tonsil maka ketahanan hidup sebesar >
80%. Jika tumornya sudah tumbuh melewati tonsil atau sudah mengakibatkan pembesaran
kelenjar getah bening, maka 5-year survival rates sebesar 73%. Jika sudah ada metastasis,
maka 5-year survival rates sebesar 41,5%.
BAB III

TEORI DAN PEMBAHASAN

4.1ANALISA KASUS

Diagnosa ditegakan berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan fisik .

Diagnose berdasarkan gejala klinis

Seorang Laki-laki (76 tahun) datang dengan keluhan nyeri menelan sejak 1 bulan
yang lalu. Rasa kering pada tenggorokan (+), pasien mengaku seperti terasa ada yang
mengganjal di tenggorokan.Demam (+) demam (-), berkeringat (-). Nyeri telan (+), pasien
mengaku sulit untuk menelan dan terasa seret ketika menelan (+), pasien juga mengaku
ketika tidur selalu mendengkur (+), tonsil membesar (+),nafas berbau (-),riwayat batuk pilek
(-), nyeri pada telinga (-), keluar cairan (-), telinga berdenging (-)terdapat benjolan di leher
(+) masa pada tonsil (+) dan sesak nafas (+).
Hal ini sesuai dengan teori dimana, gejala dari tumor tonsil adalah Gejala yang sering
ditemukan ialah sesak nafas, ada benjolan pada leher dan sesak nafas. dan pada pemeriksaan
fisik detemukan masa pada tonsil unilateral dan adanya pembengkakan pada kelenjar getah
bening.

Diagnose berdasarkan etiologi dan factor predisposisi

Pada pasien ini, kemungkinan yang menjadi etiologi dan factor predisposisinya adalah
riwayat perokok berat.

Diagnose berdasarkan pemeriksaan fisik


Beberapa pemeriksaan fisik yang ditemui tumor tonsil adalah tampak tonsil
membengkak unilateral dan hiperemis, dan pada pemeriksaan kelenjar getah bening adanya
pembengkakan.

Penatalaksanaan

Pada pasien tumor tonsil ini dilakukan thracheostomi dan dilakukan ekstirpasi tumor
tonsil.
KESIMPULAN
Tumor tonsil merupakan keganasan yang sering terjadi di orofaring dan tonsil yang
sering terkena adalah tonsil palatine. Lesi yang paling dominan adalah squamous cell
carcinoma.
Dalam anamnesis di dapatkan adanya riwayat merokok sejak remaja. Dan pada
pemeriksaan fisik didapatkan massa pada leher dan asimeetris tonsil, tampak inflamasi.
Pasien disarankan untuk melakukan pembedahan. Dan dilakukan thracheostomi dan
ekstirpasi tumor tonsil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hammarstedt L. Tonsillar cancer. Karolinska Institutet. Stockholm, 2008
2. Ridge JA, Glisson BS, Horwitz EM, Meyers MO. Head and neck tumors. Cancer
Management: A Multidisciplinary Approach.
3. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Diagnosis and management of head and neck
cancer. October 2006
4. Syrjnen S. HPV Infections and tonsillar carcinoma. J Clin Pathol 2004; 57:449-445
5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta:EGC, 2006
6. Trotta BM, Pease CS, Rasamny JJ, Raghavan P, Mukherjee S. Oral cavity and
oropharyngeal squamous cell cancer: key imaging findings for staging and treatment
planning. RadioGraphics 2011; 31: 339-354
7. National Cancer Institute. Head and neck cancer.
8. Kokot N. Malignant tonsil tumor surgery. August 2012.
9. Chaturvedi AK et al. Human papillomavirus and rising oropharyngeal cancer incidence in
the United States, 2011, J Clin Oncol 29: 4294-4301
10. Cancer Research UK. Smoking and cancer, 2012
11. National Cancer Institute. Alcohol and cancer risk, 2013
12. American Cancer Society. Alcohol use and cancer, 2014
13. Schwarts SM et al. Oral cancer risk in relation to sexual history and evidence of human
papillomavirus infection. Journal of the National Cancer Institute, Vol 90, No.21, 1998
14. American Cancer Society. Oral cavity and oropharyngeal cancer, 2013
15. National Cancer Institute. Oropharyngeal cancer treatment. 2014
16. Phillips C. HPV infection drives disparity in head and neck cancer survival. NCI Cancer
Bulletin, Vol. 6, No. 16, 2009

Anda mungkin juga menyukai