Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

MENINGITIS

I. DEFENISI
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput meningen yang disebabkan oleh
bakteri dan visrus, tergantung pada penyebab meningitis yang dibagi dalam type
meningococcus, pneumococcus dan stapylococcus.

II. ETIOLOGI
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus pneumonia
dan neiseria meningitides, stafilokokus, dan gram negative
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, neiseria
meningitides dan diplococcus pneumonia

III. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikimia, yang menyebar kemeningen otak dan medulla spinalis bagian atas. Factor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, maastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala
dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen. Semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk kedalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang dalam meningen dan dibawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis.
Radang juga menyebar kedinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intracranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak, edema serebral dan peningkatan
TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

IV. MANIFESTASI KLINIS


1. Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah, diare, tonus
otot melemah, menangis lemah
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor,
koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial (menunjukkan
infeksi meningococcal)
Pemeriksaan penunjang
1. Pungsi lumbal dan kultur CSS
jumlah leukosit (CBC) meningkat
kadar glukosa darah menurun
protein meningkat
tekanan cairan meningkat
asam laktat meningkat
glukosa serum meningkat
identifikasi organisme penyebab
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urine, umtuk menetapkan organisme penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
5. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi; Na+ naik dan K+ turun
V. PATHWAY
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.Bakteri, virus, jamur, Resiko
XI. protozoa Penurunan perfusi ketidakefektifan
(mikroorganisme) jaringan serebral perfusi jaringan otak
XII.
XIII.
XIV.
Masuk kenasofaring Masuk melalui lika Peningkatan Peningkatan
XV. terbuka vaskoliti darah permeabilitas kapiler
XVI.
XVII.
Menyerang Masuk ke pembuluh
XVIII.
pembuluh darah darah
Peningkatan Kebocoran cairan
XIX. kompenen darah dari intravaskuler
XX. difaskuler serebral
Masuk keserebral
XXI.
melalui pembuluh
XXII. darah
XXIII. Peningkatan volume
Akumulasi sekret cairan diinterstitial
XXIV.tromboemboli Menyebar ke CSS
XXV.
XXVI.
Reaksi local pada
XXVII. Ketidakseimbangan Edema serrebral
meningen Peningkatan TIK Metabolisme bakteri ion
XXVIII.
XXIX.
XXX.meningitis
Ketidakseimbangan Postulat klien
XXXI. asam basa monroe
XXXII.
XXXIII.
Reaksi inflamasi Kerusakan adrrenal
XXXIV. Gangguan
hemostatis neuron
XXXV.
XXXVI.Vasodilatasi Kolaps pembuluh
XXXVII. darah
pembuluh darah

XXXVIII. Kelainan
depolarisasi neuron
XXXIX.
Peningkatan
Peningkatan aliran hiperperfusi
XL. permeabilitas
darah
kapiler
XLI.
XLII.
XLIII. Color/panas
Resiko ketidak
Hiperaktivitas
efektifan perfusi
XLIV. jaringan otak
neuron
XLV.
XLVI. Sel darah merah Bakteri masuk
keintestinal
XLVII. kemeningen Kejang Peningkatan keb.
energi
XLVIII.
XLIX.
Rubor/kemerahan Metabolism bakteri Peningkatan muatan
L. listrik pada sel-sel mesenpalon desensepalon
LI. saraf motorik
LII.
LIII. Menekan syaraf Akumulasi sekret
Peningkatan Sel neuron pd RAS Penekanan pada
LIV. kontraksi otot tdk dpt melepaskan hipotalamus
LV. ketokolamin
Peningkatan
LVI. Dolor/nyeri komponen darah Peningkatan
LVII. diserebral
Resiko cidera rangsangan pd
Penurunan tingkat hipofise posterior
LVIII. kesadaran
LIX.
LX. Peningkatan Bakteri masuk
vikositas darah kealiran balik vena Aliran darah ke otak
LXI. kejantung meningkat demam
Ketidakefektifan
LXII. pola nafas
LXIII. Hambatan
Darah diedarkan
LXIV. penyerapan CSS keseluruh tubuh
Peningkatan TIK hipertermi
oleh ventrikel
LXV. Penurunan reflek
LXVI. batuk

LXVII.Peningkatan CSS Resiko infeksi perforasikerin


gat berlebih
LXVIII. hidrosefalus
LXIX. Penumpukan secret
pd sal nafas
LXX. Merangsang syaraf
Aliran darah keotot Menekan saraf di diaphoresis
LXXI. simpatik menurun servikal
LXXII.
LXXIII. Ketidakefektifan Kekurangan vol
Mual dan muntah brshan jalan nafas cairan
LXXIV. Peningkatan tekanan Rangsangan otot
LXXV. darah sistemik disekitar servikal

LXXVI.
Penurunan intake
LXXVII.makanan Otot pd tengkuk gg. persepsi
LXXVIII. Bradikardi dan Otot berkontraksi menegangkaku
pernapasan menjadi kuduk
LXXIX. lambat
LXXX.Ketidakseimbangan
vasodilatasi otak
Menurunkan aliran Pembesaran bintik
LXXXI.
nutrisi kurang dari balik vena Pembengkakan dan kuningenurunn
kebutuhan tubuh kejantungstatis
LXXXII. vena
pembesaran diskus ya ketajaman
optikuspapil penglihatan
LXXXIII. edema
LXXXIV.
LXXXV.
LXXXVI. VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Data Subjektif
- Apakah ada riwayat :
Fraktur pada tulang tengkorak.
Kecelakaan otak dan sumsum tulang belakang.
- Pengetahuan keluarga tentang penyakit / perawatan.
- Pasien mengatakan sesak napas.
- Pasien / keluarga mengatakan badan panas.
- Pasien / keluarga mengatakan nyeri kepala.
- Keluarga mengatakan anak tidak mau makan / minum.
- Keluarga mengatakan anaknya tidak sadar.
- Keluarga mengatakan cemas.
- Keluarga gelisah.
b. Data Objektif
- Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Pernah infeksi seperti endocarditis dan penyakit yang disebabkan virus
- Penurunan kesadaran yang cepat
- Nafsu makan kurang
- Dyspnoe
- Suhu meningkat : > 40 C
- Kejang
- Anak gelisah
- Turgor kulit jelek
- Berat bada menurun, kesadaran menurun
- Ekstremitas kaku dan dingin
- Mulut dan bibir kering
- Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
- Sukar diajak berkomunikasi
- Pasien tidak bergairah, lesu dan tidak lincah
- Pasien rewel
c. Data Laboratorium
- Hemoglobin menurun ( normal 0,7 14,2 gr % )
- Pemeriksaan faeses : Erytrocyt jika penyebab infeksi
- Cairan cerebro spinal :
Tekanan meningkat ( normal 80-200 )
Jumlah protein meningkat sampai 45 mg/dl
Konsentrasi gula menurun kurang dari 40 mg/dl
- Leukosit darah meningkat.
d. Penunjang Diagnostik
- Foto thorak
- Foto kepala
- Lumbal fungsi

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral/penyumbatan
aliran darah
2. Nyeri akut b.d proses infeksi
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
4. Resiko cedera b.d kejang
5. Resiko infeksi b.d daya tahan tubuh berkurang
VIII. PERENCANAAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
IX. Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
X. XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN XII. INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL XIII. INTERVENSI
NO
XIV. XV. Resiko ketidakefektifan perfusi XVII. NOC XX. NIC
1. jaringan otak b.d edema Circulation status Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
serebral/penyumbatan aliran Tissue prefusion peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
darah XVIII. Monitor adanya parastese
XVI. Batasan karakteristik XIX. Criteria hasil : Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
Massa tromboplastin parsial mendemonstrasikan status sirkulasi yang kulit jika ada isi atau laserasi
abnormal ditandai dengan : Gunakan sarung tangan untuk proteksi
Massa protrombin abnormal Tekanan systole dan diastole dalam rentang Batasi gerakan pada kepala, leher, dan
Sekmen ventrikel kiri akinetik yang diharapkan punggung
Aterosklerosis aerotik Tidak ada ortostatikhipertensi Monitor kemampuan bab
Diseksi arteri Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan Kolaborasi pemberian analgetik
Fibrilasi atrium intracranial Monitor adanya trombopleibitis
Miksoma atrium Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang Diskusikan mengenai penyebab perubahan
Tumor otak ditandai dengan : sensasi
Stenosis karotid Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
Aneurisme serebri kemampuan
Koagulopati Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan
orientasi
Kardiomiopati dilatasi
Memproses informasi
Embolisme
Membuat keputusan dengan benar
Trauma kepala
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial
Hipertensi
yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
Endokarditis infeksi
ada gerakan-gerakan involunter
Katup prostetik mekanis
Stenosis mitral
Neoplasma otak
Baru terjadi infark miokardium
Syndrome sick sinus
Penyalahgunaan zat
Terapi trobolitik
Efek samping terkait terapi
XXI.
2. Nyeri akut
XXII. Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6
bulan
XXIII.XXIV. DIAGNOSA XXV. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL XXVI. INTERVENSI
NO KEPERAWATAN
XXVII.
XXVIII. Nyeri akut b.d proses XXXV. NOC : XXXIX.NIC :
2 infeksi Pain Level, XL. Pain Management
XXIX. Batasan karakteristik : Pain control, Lakukan pengkajian nyeri secara
Laporan secara verbal atau non Comfort level komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
verbal XXXVI. Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Fakta dari observasi Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab presipitasi
Posisi antalgic untuk nyeri, mampu menggunakan tehnik Observasi reaksi nonverbal dari
menghindari nyeri nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
Gerakan melindungi mencari bantuan) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
Tingkah laku berhati-hati Melaporkan bahwa nyeri berkurang mengetahui pengalaman nyeri pasien
dengan menggunakan manajemen nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Muka topeng
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Gangguan tidur (mata sayu,
frekuensi dan tanda nyeri) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
Terfokus pada diri sendiri berkurang masa lampau
Fokus menyempit (penurunan Tanda vital dalam rentang normal Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
persepsi waktu, kerusakan XXXVII. menemukan dukungan
proses berpikir, penurunan XXXVIII. Kontrol lingkungan yang dapat
interaksi dengan orang dan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
lingkungan) pencahayaan dan kebisingan
Tingkah laku distraksi, contoh : Kurangi faktor presipitasi nyeri
jalan-jalan, menemui orang lain Pilih dan lakukan penanganan nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas (farmakologi, non farmakologi dan inter
berulang-ulang) personal)
Respon autonom (seperti Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
diaphoresis, perubahan tekanan menentukan intervensi
darah, perubahan nafas, nadi Ajarkan tentang teknik non farmakologi
dan dilatasi pupil) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Perubahan autonomic dalam Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tonus otot (mungkin dalam Tingkatkan istirahat
rentang dari lemah ke kaku) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
Tingkah laku ekspresif (contoh : keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
gelisah, merintih, menangis, Monitor penerimaan pasien tentang
waspada, iritabel, nafas manajemen nyeri
panjang/berkeluh kesah) XLI.
Perubahan dalam nafsu makan XLII. Analgesic Administration
dan minum Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
XXX. derajat nyeri sebelum pemberian obat
XXXI. Faktor yang berhubungan : Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
XXXII.Agen injuri (biologi, kimia, dan frekuensi
fisik, psikologis) Cek riwayat alergi
XXXIII. Pilih analgesik yang diperlukan atau
XXXIV. kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
XLIII.
XLIV.
3. Hambatan mobilitas fisik
XLV. Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
XLVI. XLVII. DIAGNOSA XLVIII. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL XLIX. INTERVENSI
NO KEPERAWATAN
L. LI. Hambatan mobilitas fisik b.d LV. NOC LVII. NIC
3 kerusakan neuromuskuler joint movement : active LVIII. Exercise therapy : ambulation
LII. Batasan karakteristik mobility level monitoring vital signsebelum/sesudah
Penurunan waktu reaksi self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Kesulitan membolak-balik transfer performance konsultasikan dengan terapi fisik tentang
posisi LVI. criteria hasil : rencana ambulasi sesuai dengan
Melakukan aktivitas lai klien meningkat dalam aktivitas fisik kebutuhan
sebagai pengganti bantu klien untuk menggunakan tongkat
mengerti tujuan dari peningkatan
pergerakan saat berjalan dan cegah terhadap cedera
mobilitas
Dispnea setelah beraktivitas memverbalisasikan perasaan dalam ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
Perubahan cara berjalan meningkatkan kekuatan dan kemampuan tentang tekhnik ambulasi
Gerakan bergetar berpindah kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Keterbatasan kemampuan memperagakan penggunaan alat bantu latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
melakukan kterampilan untuk mobilisasi (wolker) ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
motorik halus damping dan bantu pasien saat mobilisasi
Keterbatasan kemampuan dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps
keterampilan motorik kasar berikan alat bantu jika klien memerlukan
Keterbatasan rentang ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
pergerakan sendi dan berikan bantuan jika diperlukan
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak
terkoordinasi
LIII. Factor yang
berhubungan :
Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolisme
seluler
Ansietas
Indeks masa tubuh diatas
parental ke 75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Konstraktur
Kepercayaan budaya tentang
aktivitas sesuai usia
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Malnutrisi
Gangguan muskuluskeletal
Gangguan neuromuskuler,
nyeri
Agens obat
Penurunan kekuatan otot
Gaya hidup monoton
Gangguan sensori perseptual
LIV.
LIX.
4. Resiko cedera
LX. Ddefinisi : beresiko mengalami cidera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan
sumber defensive individu
LXI. LXII. DIAGNOSA LXIII. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL LXIV. INTERVENSI
N KEPERAWATAN

LXV. LXVI. Resiko cidera b.d kejang LXVIII. NOC LXX. NIC
4. LXVII. Factor resiko : Risk Kontrol LXXI. Environment Management
Eksternal LXIX. Kriteria Hasil : (Manajemen lingkungan)
Biologis (mis, tingkat Klien terbebas dari Sediakan lingkungan yang aman untuk
imunisasi, komunitas, cedera pasien
mikroorganisme) Klien mampu Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
Zat kimia (mis, racun, menjelaskan cara/metode untukmencegah sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
polutan, obat, agens injury/cedera kognitif pasien dan riwayat penyakit
farmasi, alcohol, Klien mampu terdahulu pasien
nikotin, menjelaskan factor resiko dari Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
pengawet,kosmetik, lingkungan/perilaku personal (misalnya memindahkan perabotan)
pewarna) Mampumemodifikasi Memasang side rail tempat tidur
Manusia (mis, agens gaya hidup untukmencegah injury Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
nosokomial, pola Menggunakan fasilitas bersih
ketegangan, atau factor kesehatan yang ada Menempatkan saklar lampu ditempat yang
kognitif, afektif, dan Mampu mengenali mudah dijangkau pasien.
psikomotor) perubahan status kesehatan Membatasi pengunjung
Cara
Memberikan penerangan yang cukup
pemindahan/transport
Nutrisi (mis, design, Menganjurkan keluarga untuk menemani
struktur dan pengaturan pasien.
komunitas, bangunan Mengontrol lingkungan dari kebisingan
dan/atau peralatan) Memindahkan barang-barang yang dapat
Internal membahayakan
Profl darah yang Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
abnormal atau pengunjung adanya perubahan status
Disfungsi biokimia kesehatan dan penyebab penyakit.
Usia perkembangan LXXII.
Disfungsi efektor LXXIII.
Disfungsi imun-
autoimun
Disfungsi integrative
Malnutrisi
Fisik
Psikologis
Disfungsi sensorik
Hipoksia jaringan
LXXIV.
5. Resiko infeksi
LXXV. Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
LXXVI.
LXXVII. DIAGNOSA LXXVIII. TUJUAN DAN KRITERIA LXXIX. INTERVENSI
NO KEPERAWATAN HASIL
LXXX.
LXXXI. Resiko infeksi b.d LXXXIII. NOC LXXXVI. NIC :
5 daya tahan tubuh Immune Status LXXXVII. Infection Control (Kontrol
berkurang Knowledge : Infection control infeksi)
LXXXII. Faktor-faktor Risk control Bersihkan lingkungan setelah dipakai
resiko : pasien lain
LXXXIV. Kriteria Hasil :
Prosedur Infasif
Klien bebas dari tanda dan gejala Pertahankan teknik isolasi
Ketidakcukupan pengetahuan infeksi Batasi pengunjung bila perlu
untuk menghindari paparan Mendeskripsikan proses penularan Instruksikan pada pengunjung untuk
patogen mencuci tangan saat berkunjung dan
penyakit, factor yang mempengaruhi
Trauma penularan serta penatalaksanaannya, setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kerusakan jaringan dan Menunjukkan kemampuan untuk Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
peningkatan paparan mencegah timbulnya infeksi tangan
lingkungan Jumlah leukosit dalam batas normal Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Ruptur membran amnion tindakan kperawtan
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Agen farmasi LXXXV. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
(imunosupresan) pelindung
Malnutrisi Pertahankan lingkungan aseptik selama
Peningkatan paparan pemasangan alat
lingkungan patogen Ganti letak IV perifer dan line central dan
Imonusupresi dressing sesuai dengan petunjuk umum
Ketidakadekuatan imum Gunakan kateter intermiten untuk
buatan menurunkan infeksi kandung kencing
Tidak adekuat pertahanan Tingktkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, Berikan terapi antibiotik bila perlu
Leukopenia, penekanan LXXXVIII.
respon inflamasi) LXXXIX. Infection Protection
Tidak adekuat pertahanan (proteksi terhadap infeksi)
tubuh primer (kulit tidak Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
utuh, trauma jaringan, dan lokal
penurunan kerja silia, cairan Monitor hitung granulosit, WBC
tubuh statis, perubahan Monitor kerentanan terhadap infeksi
sekresi pH, perubahan
Batasi pengunjung
peristaltik)
Saring pengunjung terhadap penyakit
Penyakit kronik
menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
XC.
XCI.
XCII.

Anda mungkin juga menyukai