Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK

SPEKTROFOTOMETRI VIS

Dosen Pembimbing : Dewi Widiabudiningsih, MT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ANISA MUTIA ULFA 161424005

AYU WULANDARI PUTRI 161424006

BAGUS BAYU NUGROHO 161424007

ELVINA DHEBORAH SILALAHI 161424008

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
I. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi Fe menggunakan metode Fenantrolin.
2. Dapat mengoperasikan alat spektometer VIS (labo)
3. Dapat membuat larutan induk Fe2+ 1000 ppm.
4. Dapat membuat larutan standar Fe2+ 100 ppm.
5. Dapat menentukan panjang gelombang pada serapan maksimum.
6. Menentukan konsentrasi larutan dengan menginterpolasikan
absorbansi ke dalam kurva kalibrasi, sehingga dihasilkan konsentrasi
yang tidak diketahui.

II. DASAR TEORI


Pada Spektronik 20 terdapat dua skala yang dapat diamati ,yaitu
% transmitran dan absorbansi. Yang diamati pada praktikum ini adalah %
transmitran (T). Transmitan adalah fraksi intensitas radiasi yang diteruskan
oleh zat penyerap.
It
T=
I0

Io
A=log
It

1
A=log
T

Jika suatu sistem mengikuti hukum Lambert-Beer, kurva


absorbansi terhadap konsentrasi akan menghasilkan garis lurus, sehingga
kurva tersebut dapat disebut dengan kurva kalibrasi. Dengan kurva
kalibrasi, konsentrasi larutan cuplikan akan dapat dengan mudah
ditentukan yaitu dengan jalan menginterpolasikan absorbansi larutan
cuplikan yang terukur ke dalam kurva kalibrasi.
Dari kurva kalibrasi diperoleh persamaan linear :

y = bx + a

Dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi sehingga dari kurva


kalibrasi tersebut dapat ditentukan konsentrasi larutan cuplikan.

Panjang Warna Warna


Gelombang Kontemporer
400 - 435 ungu Hijau
kekuningan
435 - 480 biru Kuning
490 - 490 Biru kehijauan jingga
490 - 500 Hijau kebiruan Merah
500 - 560 Hijau Ungu
kemerahan
560 - 580 Hijau ungu
kekuningan
580 - 610 Jingga Buru kehijauan
610 - 680 merah Hijau kebiruan
680 - 700 Ungu hijau
kemerahan

Spektrofotometer Genensys-20 merupakan salah satu alat untuk


menentukan konsentrasi suatu larutan, metodanya disebut
spektrofotometri. Warna dari larutan yang dianalisa akan menyerap
cahaya, maka cahaya yang diserap itu berbanding lurus dengan konsentrasi
larutannya.
Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui
medium yang panjangnya b dan mengandung atom-atom pada tingkat
energi dasar dengan konsentrasi c, maka radiasinya akan diserap sebagian
dan intensitasnya akan berkurang menjadi I.
Sehingga didapatkan persamaan
I = I0 ekbc .............(1)
atau
Log I0/I = a.b.c
atau
A = a.b.c .................(2)

Keterangan : A = Log I0/I = Absorbansi


K
a = 2,303 = Koefisien serapan (serapan

molar)
k = tetapan perbandingan
I0/I = transmisi (T)

Persamaan (2) dikenal sebagai hukum Lamber-Beer yang


digunakan sebagai dasar analisa kuantitatif dalam spektrofotometri
tampak. Dari persamaan (1) ditunjukan bahwa absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya konsentrasi larutan ini
sebanding dengan konsenyrasi larutan di dalam suatu cuplikan, sehingga
dengan melakukan absorbansi sebagai titk ordinat dengan konsentrasi
larutan standar sebagai absis, akan diperoleh kurva garis lurus (kurva
kalibrasi). Dengan menginterpolasikan absorbansi larutan cuplikan pada
kurva kalibrasi tersebut, maka dapat dicari konsentrasi larutan cuplikan.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
Spektrofotometer Spektronic-20 Larutan induk Fe3+ 100 ppm
Spektrofotometer Genesys Larutan H2SO4 pekat
Pipet tetes Larutan HNO3 4N
Pipet ukur 5mL, 10mL Larutan KSCN 10 %
Botol semprot Aquades
Gelas kimia 250mL, 100mL
Bola hisap

IV. CARA KERJA


A. Persiapan larutan
Menambahkan Fe3+3+

100 ppm ke masing- Menambahkan 5 mL


Menyiapkan 7 labu masing labu takar 0 larutan KCNS 10%
takar 50 mL mL, 2,5 mL, 5 mL, dan 5 ml larutan
7,5 mL, 10 mL, 12,5 HNO33 4 N
mL, 15 mL, 17,5 mL

Menggojog labu
Mengencerkan takar sampai larutan
sampai tanda batas
homogen

B. Pengukuran dengan Sp. Spektronic-20


a) Penentuan panjang gelombang maksimum
Menghubungkan
alat ke sumber Memanaskan alat Mengatur skala
listrik dan 30 menit pada posisi 0
menyalakan

Memasukan kuvet
Mengatur
yang berisi larutan Mengatur skala %T
gelombang yang
blanko ke dalam pada 100%
diinginkan
alat

Mengganti larutan
Mengubah panjang
blanko dengan Mencatat %T pada
gelombang sesuai
larutan standar alat yang tertera
larutan yang
konsentrasi pada alat
diukur
sedang

Membuat kurva
VS absorbansi dan
menentukan
panjang
gelombang max.
b) Penentuan kurva kalibrasi dan konsentrasi cuplikan
Mngganti larutan
blanko dengan Mengulangi
larutan standar langkah ke-2
Mengulangi yang dengan mengganti
langkah (a) 3 - 6 berkonsentrasi larutan standar
paling rendah dan yang berbeda
mencatat nilai %T- konsentrasi
nya

Membuat kurva Mengulangi


kalibrasi antara langkah ke -2
konsentrasi (C) dengan mengganti Mencatat % T
lawan absorbansi dengan larutan
(A) cuplikan

Menginterpolasikan
nilai absorbansi
cuplikan ke dalam
kurva

V. KESELAMATAN KERJA
1. Menggunakan APD lengkap saat praktikum.
2. H2SO4 dan HNO3 bersifat korosif dan mengakibatkan iritasi.
3. Gunakan sarung tangan saat menyentuh cairan asam atau basa pekat.
4. Gunakan jaslab saat memasuki laboraturium.
5. Membaca dan memahami prosedur kerja dengan baik.
VI. DATA PENGAMATAN
Prosedur Percobaan Pengamatan
Larutan standar Fe3+ 100ppm Larutan tidak berwarna (bening)
Penambahan larutan KSCN 10% Warna larutan standar berubah menjadi
orange kecuali larutan balnko (tetap
bening). Warna larutan standar semakin
menunjukkan kepekatan dengan
bertambahnya volume larutan Fe3+
Penambahan larutan HNO3 4 N Warna larutan standar tetap berwarna
orange ke coklatan
Penambahan H2SO4 Warna larutan tetap
Penanda batasan (diencerkan) Warna larutan menjadi tidak terlalu pekat
karena penambahan aquadest

A. Pengamatan Panjang Gelombang Maksimum


NO. (nm) %T A (-log(%T))
1. 400 39,5 0,40
2. 410 32,5 0,48
3. 420 26,5 0,58
4. 430 21,5 0,66
5. 440 18,0 0,74
6. 450 16,0 0,79
7. 460 14,5 0,83
8. 470 13,5 0,86
9. 480 14,0 0,85
10. 490 14,0 0,85
11. 500 15,5 0,80
12. 510 17,5 0,75
13. 520 21,0 0,67
14. 530 25 0,60
15. 540 29,5 0,53

B. Penentuan Kurva Konsentrasi ( maks=470

NO. Konsentrasi (ppm) %T A(-log(%T))


1. 2 52 0,28
2. 4 30 0,52
3. 6 13 0,88
4. 8 8 1,09
5. 10 4 1,39
6. 12 2 1,69
7. 14 1 2

C. Penentuan Konsentrasi Sampel


maks=470

Untuk menntukan konsentrasi sampel, harga A sampel interpolasikan ke


dalam kurva kalibrasi
NO. Larutan %T A(-log(%T))
1. Sampel 1 45 0,34
2. Sampel 2 3 1,52

Kurva Panjang Gelombang Maksimum


1

0.9

0.8

0.7

0.6

0.5 Absorbansi
Absorbansi
0.4

0.3

0.2

0.1

0
350 400 450 500 550

Panjang gelombang (nm)


Kurva Kalibrasi
2.5

2
f(x) = 0.14x - 0.02
R = 1
1.5
Absorbansi
Axbsorbansi Linear (Absorbansi)
1

0.5

0
0 2 4 6 8 10121416

Konsentrasi (ppm)

Perhitungan kadar sulfat pada sampel


Persamaan garis dari grafik : y = Bx + A
= 0,143x 0.0229
Keterangan:
y = absorbansi sampel
x = konsentrasi besi (Fe) dalam sampel
a. Kadar sampel 1

Absorbansi (y) sampel 1=0,34


y = Bx + A
0.34= 0,143x 0.0229
x = 2,538 ppm

b. Kadar sampel 2

Absorbansi (y) sampel 2=1,52


y = Bx + A
1,52= 0,143x 0,0229
x = 10.79 ppm
VII. PEMBAHASAN
Praktikum dilakukan untuk menentukan kadar Fe3+ dengan metode
spektrofotometri vis menggunakan alat spektrofotometer yang dilakukan
dengan 2 tahap, yaitu penentuan panjang gelombang maksimum dan
penentuan kurva kalibrasi. Fungsi pencarian panjang gelombang
maksimum adalah untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa,
cahaya yang dilewatkan pada standard dapat ditransmisikan dengan baik
dan sempurna. Semakin besar transmitan yang diperoleh, maka itulah
panjang gelombang maksimumnya. Panjang gelombang maksimum dari
Fe3+ adalah 510 nm. Selanjutnya adalah penentuan kurva kalibrasi yang
digunakan sebagai metode interpolasi data absorbansi untuk menentukan
konsentrasi sample. Persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi
adalah:
y = bx + a
= 0,227x + (-0,045)
ket : y = absorbansi
x = konsentrasi
Dari persamaan tersebut, dapat diaplikasikan untuk menentukan
konsentrasi sample yang sudah diuji dan diketahui absorbansinya. Untuk sampel 1
kadar konsentrasinya adalah 2,538 ppm, sedangkan sampel 2 konsentrasinya
adalah 10.79 ppm.
Metode spektrometri sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh
suatu larutan berwarna. Hanya larutan berwarna saja yang dapat ditentukan
dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan
mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna, seperti
pada percobaan ini, untuk ion besi dalam larutan perlu direaksikan dengan
pereaksi warna tertentu karena ion besi (III) warnanya sangat lemah sehingga
serapannya kecil, terlebih lagi konsentrasi ion besi dalam larutan pada percobaan
ini sangat kecil.

Langkah-langkah utama dalam analisis dengan sinar tampak adalah :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap yang dapat menyerap sinar


tampak.
2. Pemilihan panjang gelombang maksimum.
3. Pembuatan kurva kalibrasi.
4. Pengukuran segera cuplikan.
Pada percobaan ini langkah pertama yang dilakukan dengan mereaksikan
larutan standar besi yang berada didalam 6 labu ukur dengan larutan KSCN yang
merupakan pereaksi warna dan reaksinya dengan larutan besi yang merupakan
senyawa kompleks [Fe(SCN)]2+. Pereaksi ini akan menghasilkan warna yang
menyerap dengan kuat sehingga dapat digunakan untuk analisa besi dalam kadar
kecil. Pembentukan bentuk molekul dalam menyerap sinar tampak diperlukan bila
senyawa yang dianalisis tidak melakukan penyerapan di daerah sinar tampak.
Senyawa tersebut harus dirubah menjadi senyawa lain yang berwarna. Ion besi
(III) warnanya sangat lemah (kuning) sehingga serapannya kecil. Untuk itu perlu
direaksikan dengan pereaksi tertentu.

Suatu larutan dijadikan sebagai pereaksi harus memenuhi beberapa persyaratan.


KSCN merupakan pereaksi warna, sebab :

- Reaksinya dengan zat yang dianalisis yaitu besi(Fe) selektif dan sensitif
yaitu membentuk kompleks besi (III) tiosianat yang berwarna merah bata.
- Warna yang ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang
lama, sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis.
- Tidak membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H+, Cl- dan
NO3- yang ada dalam larutan.

Selain ditambahkan KSCN larutan standar Fe direaksikan dengan HNO3. HNO3


digunakan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ serta agar ion besi tetap stabil
berada pada keadaan bilangan oksidasi 2+. Sehingga kompleks yang tersebut
bersifat sangat stabil dan dapat diukur absorbansi atau persen transmittannya
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang sekitar 470 nm.
Pengukuran serapan atau absorbansi spektrometri biasanya dilakukan pada suatu
panjang gelombang yang sesuai dengan serapan maksimum karena konsentrasi
besar terletak pada titik ini, artinya serapan larutan encer masih
terdeteksi. Panjang gelombang yang maksimum memiliki kepekaan maksimal
karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang
gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum Lambert-Beer
Pada panjang gelombang maksimum pun apabila dilakukan pengukuran ulang
maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang
akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Rohman,
Abdul, 2007). Panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal,
dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang
gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

Selain itu, pada percobaan ini juga yang diukur bukan langsung nilai
Absorbansi, namun nilai % transmitan. Detektor yang ada pada alat
spektrofotometri lebih peka untuk mendeteksi sinar dan mengkomunikasikannya
dalam bentuk angka digital dari pada menghitung nilai absorbansi larutan dengan
menggunakan % transmitan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
pengukuran yang lebih akurat, kita menggunakan nilai % transmittan yang
kemudian kita bisa mendapatkan nilai absorbansi dari nilai % transmittan itu
sendiri.

VIII. KESIMPULAN
1. Menentukan kadar Fe3+ dengan metode spektrometri vis menggunakan
alat spektrofotometer.
2. Panjang gelombang maksimum dari Fe3+ adalah 470 nm.
3. Persamaan yang diperoleh dari kurva kalibrasi adalah:
y = Bx + A
= 0,143x 0.0229

Untuk menghitung konsentrasi sampel, absorbansi dari masing-masing


sampel di interpolasikan ke dalam kurva kalibrasi.
4. Sampel 1 kadar konsentrasinya adalah 2,538 ppm, sedangkan sampel 2
konsentrasinya adalah 10.79 ppm.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Andrianto, Eko. 2010.Petunjuk Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Depi, 2012. Penentuan Besi Secara UV/VIS, (online),
http://depisatir.blogspot.com/2012/09/laporan-penentuan-besi-dengan-cara-
uvvis.html diunduh 22 Maret 2017.
Purnama,Yaktiva, 2010. Penentuan Kadar Besi dengan Teknik
Spektrofotometri UV/VIS, (online),
http://tivachemchem.blogspot.com/2010/10/penentuan-kadar-besi-fe-dalam-
sampel.html diunduh 22 Maret 2017.
Ruri. Tanpa Tahun. Jurnal Kerja Praktikum Kimia Analitik dalam
google.com.Tanpa Kota : masrurichemistry.blogspot.com/.../jurnal-
kerja-praktikum-kimia-analitik.html
Wiro. Tanpa Tahun. Kuliah Analisis Kualitatif Kation Anion dalam
google.com. Tanpa Kota : wiro-pharmacy.blogspot.com/.../kuliah-
analisis-kualitatif-kation-anion.html

X. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai