Disusun Oleh
IMROATUS SOLIHAH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui dari banyak penyakit pada spektrum medis,
referensipenyakit kulit adalah kondisi beragam yang mempengaruhi kulit.
Penyakit yang mempengaruhi kulit dapat disebabkan oleh komplikasi kondisi
medis lainnya, infeksi jamur, infeksi bakteri, dan infeksi virus. Kulit
menghadapi berbagai bahaya lingkungan sehingga rentan terhadap segala
macam ancaman. kecenderungan genetik untuk kondisi tertentu juga
disebabkan munculnya penyakit kulit tertentu. Bahkan terjadinya satu jenis
penyakit kulit dapat menyebabkan munculnya jenis penyakit kulit lainnya.
Dengan demikian, bidan dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat terkait dengan proses manajemen infeksi kulit
yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi
yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama
perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Disamping itu perawat
juga berkaitan dengan biaya perawatan luka infeksi yang efektif. Manajemen
perawatan luka infeksi kulit modern sangat mengedepankan hal tersebut. Hal
ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan
produk-produk yang bisa dipakai dalam merawat luka infeksi kulit. Dalam
hal ini, bidan dituntut untuk memahami produk-produk tersebut dengan baik
sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa
terjadi tumpang tindih (overlap)
2. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut
3. Fase penyembuhan luka :
a) Fase inflamasi :
Hari ke 0-5
Respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk
mencegah kehilangan darah
Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
Fase awal terjadi haemostasis
Fase akhir terjadi fagositosis
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
1. Status Imunologi
2. Kadar gula darah (impaired white cell function)
3. Hidrasi (slows metabolism)
4. Nutritisi
5. Kadar albumin darah (building blocks for repair, colloid osmotic
pressure oedema)
6. Suplai oksigen dan vaskularisasi
7. Nyeri (causes vasoconstriction)
8. Corticosteroids (depress immune function)
D. Pengkajian Luka
1. Kondisi Luka
Warna dasar kulit
Slough (yellow)
Necrotic tissue (black)
Infected tissue (green)
Granulating tissue (red)
Epithelialising (pink)
Lokasi ukuran dan kedalaman luka
Eksudat dan bau
Tanda-tanda infeksi
Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
BAB III
PEMBAHASAN
Kemerahan
nyeri tekan
2. Impetigo
Gatal
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini
tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada
infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku,
dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan
yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi
disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi
disebabkan oleh piedra.
1. MIKOSIS SUPERFISIALIS
A. DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku , yang
disebabkan oleh dermatofit. Dermatofit adalah suatu kelompok jamur yang
memiliki kemampuan untuk membentuk perlekatan molekular pada keratin
dan menjadikannya sebagai sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi
organisme geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan
organisme yang berada di tanah dan secara sporadik menginfeksi manusia
secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme ini biasanya
menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik,
spesies yang ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke
manusia.Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung. Contohnya M.
canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi.
Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari
manusia ke manusia secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik
menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang
bertransmisi secara antropofili. Dermatofit termasuk kelas Fungi imperfecti,
yang terbagi dalam 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton.1
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:
f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk
5 tinea di atas (leher atau badan).
c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan
steroid topikal kuat.
a. Tinea kapitis1
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada
orang dewasa. Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika.
Transmisi meningkat dengan menurunnya kebersihan diri, padat penduduk,
dan status ekonomi rendah.
Gambaran klinis
Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut
kerion.
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu :
2. Kerion
Pengobatan
b. Tinea barbe
Epidemiologi
Etiologi
Gambaran Klinis
Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk,
yaitu
1. Tipe inflammatory
2. Tipe superfisial
Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis
dengan eritema yang difus, perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah
ini rapuh dan membuat infeksi endothrix oleh T.violaceum.
3. Tipe circinate
Diagnosis banding
c. Tinea kruris
Etiologi
Epidemiologi
Gambaran klinis
Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh
lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas
tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya.
Efloresensi terdiri dari bermacam-macam bentuk. Bila penyakit ini menjadi
menahun dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya
cairan biasanya karena garukan.
Diagnosis banding
Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari
dan telapak kaki. Sedangkan Tinea manus menyerang telapak tangan dan sela-
sela jari tangan.
Epidemiologi
Etiologi
Gambaran klinis
1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari
IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini
dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh
karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi
berupa kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai
infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis,
limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas yang disertai gejala-gejala
umum.
2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi
sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya
ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat
pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.
Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan.
Diagnosis banding
e. Tinea unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Gambaran Klinis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita
Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk
dibuktikan adanya elemen jamur.
Epidemiologi
Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan
yang terinfeksi. Pada anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik
khususnya M.canis dari anjing atau kucing.
Gambaran klinis
1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan
papul di tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi
pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain,
selain itu dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa
lesi kulit yang menjadi satu.
2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-
sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et
cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya
dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
Diagnosis banding
merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut.
Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan
(skutula ) dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy
odor) pada penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai
dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan
kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk
cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut.
Patogenesis
Gejala klinis
2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS
Etiologi
Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan
Malassezia furfur penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut
kembali sebagai Malassezia.
Gejala klinis
Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan pustule
perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal.
3. PIEDRA
Gejala klinis
Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan
lubang telinga luar yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.
Gejala klinis
6. KERATOMIKOSIS
Gejala klinis
2. MIKOSIS PROFUNDA
a) SPOROTRIKOSIS
Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran
getah bening yang berasal dari tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali.
Lesi menunjukkan peradangan menahun dan granulomatosa yang mengalami
nekrosis.
b) KROMOBLASTOMIKOSIS (Kromomikosis)
c) MISETOMA
d) KANDIDOSIS
Klasifikasi
2. Generalisata
c. Kandisosis sistemik
1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis
4. Septikemia
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa virus yang menyerang tubuh manusia melalui kulit. Mereka
tidak hanya masuk melalui injeksi maupun gigitan, tetapi juga oleh trauma
kecil (mild trauma) sekalipun.
Contoh infeksi kulit oleh bakteri adalah selulit. Selulitis adalah suatu
penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi
dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah beningdan
aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Selulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang
palingsering adalah Streptococcus.Staphylococcus juga bisa menyebabkan
selulitis, tetapi biasanya terbatas didaerah yang lebih sempit.Selulitis paling
sering menyerang wajah dan tungkai bagian bawah.
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini
tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada
infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku,
dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan
yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi
disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi
disebabkan oleh piedra.
DAFTAR PUSTAKA
http://thaqofah.com/v1/index.php?
option=com_content&view=article&id=24:jangan-anggap-remeh-jamur-
kulit&catid=79:info-kesihatan&Itemid=135
http://id.wikipedia.org/wiki/Virus#Penyakit_hewan_akibat_virus
http://sehat-enak.blogspot.com/search/label/Penyakit%20Kulit
http://turunberatbadan.com/1037/jenis-jenis-penyakit-kulit/
http://www.scribd.com/doc/55504188/Infeksi-Bakteri-Pada-Kulit
http://dokterrizy.blogspot.com/2011/05/infeksi-jamur-pada-kulit.html
http://dokterrizy.blogspot.com/2011/05/virus-penyebab-infeksi-kulit.html