Sejarah Perang Dingin
Sejarah Perang Dingin
Perang Dingin (19471991) adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik,
ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut blok barat ) dan Uni
Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 19471991. Persaingan
keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer,
industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan
banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak
terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan
Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara
kedua negara adikuasa tersebut.
Perang DuniaII membawa perubahan yang sangat luas dalam hidupan masyarakat dunia ,
baik dalam bidang politik , ekonomi , maupun sosial budaya . Dalam bidang politik , perang
DuniaII menyebabkan Amerika serikat dan Uni Soviet yang tergabung dalam pihak sekutu sebagai
pemenang dalam PD II tampil sebagai negara raksasa (super power) dan berperan sebagai
pemegang hegemonia politik di dunia . karena Amerika Serikat dan Uni Soviet merasa sama kuat
maka terjadilah persaingan dan perebutan pengaruh sebagai negara nomor 1 di dunia . Amerika
Serikat semakin kuat pengaruhnya dan berupaya menyebarluaskan paham liberal dengan cara
membantu negara yang hancur akibat PD II seperti Turki dan Yunani . Tujuannya adalah untuk
mencegah agar kedua negara tersebut tidak jatuh dalam pengaruh Uni Soviet . sebagai negara yang
secara ekonomi sangat kuat , Amerika Serikat juga memberikan bantuan kepada negara-negara di
kawasan eropa dan asia sehingga lahirnya negara blok kapitalis atau blok barat yang berideologi
liberal kapitalis . untuk menangkal pengaruh komunis maka Amerika serikat dan negara-negara
yang tergabung dalam blok barat mendirikan pakta pertahana bersama pada tahun 1949 yang
disebut NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau Organisasi Pertahanan Atlantik Utara .
adapun negara-negara yang menjadi anggota NATO adalah Inggris ,Irlandia ,Norwegia , Denmark,
Belgia ,Belanda ,Luksemburg , Prancis , Portugal , Kanada , Dan Amerika Serikat yang bermarkas
di Brussel . Uni Soviet yang juga menjadi pemenang dalam perang Dunia II juga berusaha
menyebarkan pengaruh kepada negara negara yang baru merdeka dengan cara membentuk
Cominfrom atau Organisasi Komunis Internasional untuk dijadikan sebagai alat propaganda dalam
menyebarluaskan pengaruh ideologi komunis ke seluruh dunia . untuk mengimbangin kekuatan
NATO maka pada tahun 1955 Uni Soviet mendirikan suatu pakta pertahanan , yaitu Pakta
Warsawa yang anggotanya terdiri atas Uni Soviet , Albania , Bulgaria , cekoslowakia , Jerman
Timur , Hongaria , Polandia , dan Rumania yang berideologi komunis.
dengan adanya perebutan pengaruh antara kedua negara adikuasa tersebut situasi politik di
dunia kembali tegang dan mengakibatkan timbulnya rasa saling curiga dan perlombaan senjata
antara antara kedua belah pihak sehingga masing-masing pihak diliputi susana perang dingin .
perang dingin (Cold War) adalah perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan konflik
antara blok barat dan blok Timur . Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Perang
Dingin , antara lain sebagai berikut .
3) Bidang Militer
Perebutan pengaruh antara AS dengan US dalam bidang militer dalam bentuk pakta
pertahanan militer. Berlangsungnya Perang Dingin menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Soviet
saling curiga satu dengan yang lain. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang terbuka,
kedua negara adidaya beserta para sekutunya saling memperkuat pertahanan dan militernya.
Amerika Serikat beserta para sekutunya berusaha membentuk ikatan militer guna menghadapi
serangan Uni Soviet. Pada masa Perang Dunia II berkembang opini dunia bahwa pasukan Uni
Soviet lebih unggul jumlah personel dan persenjataannya. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan
pasukan Uni Soviet dalam menghentikan gerakan pasukan Jerman di wilayah Eropa Timur. Hal itu
berlaku sebaliknya, Amerika Serikat tersendat-sendat menghentikan laju pasukan Jerman di Eropa
Barat meskipun dibantu Inggris. Di kawasan Atlantik Utara, Amerika Serikat bersama sekutunya
Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg, Norwegia, dan Kanada, setuju untuk membentuk
persekutuan militer bersama. Persekutuan militer itu disebut North Atlantic Treaty Organization
(NATO) yang berdiri tahun 1949. eanggotaan
NATO diperluas lagi dengan masuknya Italia dan Islandia, Yunani, dan Turki (1952) serta
Jerman Barat (1955). Di dalam NATO terdapat ketentuan bahwa serangan terhadap salah satu
negara anggota dianggap sebagai serangan terhadap keseluruhan sehingga semua negara anggota
wajib saling memberi bantuan. Amerika Serikat juga berusaha menggelar kekuatan militernya di
kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Untuk keperluan itu, Amerika Serikat bersama Turki,
Irak, Iran, dan Pakistan membentuk kerja sama militer. Nama kerja sama militer itu adalah Middle
East Treaty Organization yang disingkat METO atau dikenal dengan CENTO (Central Treaty
Organization) yang berdiri tahun 1959 yang semula bernama Pakta Bagdad (1955).
Untuk menahan laju perluasan komunis di Asia Tenggara, Amerika Serikat membentuk kerja
sama militer yang disebut South East Asia Treaty Organization atau SEATO. Pada tahun 1954,
kerja sama militer itu terdiri atas negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Thailand,
Filipina, dan Selandia Baru. Sementara itu, laju komunis di Pasifik Selatan coba dihambat Amerika
Serikat dengan membentuk kerja sama militer pula. Kerja sama pertahanan di Pasifik Selatan
disebut ANZUS (Australia, New Zeland, and United States) dengan anggota AS, Australia dan New
Zeland yang didirikan atas dasar Tripatite Security Treaty pada tanggal 1 September 1951.
Sedangkan Uni Soviet berusaha mengimbangi kekuatan militer Blok Barat dengan membentuk
kerja sama militer pula. Pada 14 Mei 1955 Uni Soviet bersama Mongolia, Polandia, Cekoslowakia,
Bulgaria, Rumania, dan Jerman Timur membentuk Pact of Mutual Assistance and Unifield
Command atau dikenal dengan sebutan Pakta Warsawa.
Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia. Amerika Serikat
dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan raksasa. Dua negara
tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis,
sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah terjadi
persahabatan diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka.
Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya yang
menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan kekuatan militer yang
sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata atom.
Sehingga dalam periode ini muncul hal-hal sebagai berikut:
Doktrin Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang berbicara
tentang tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis". Ia mendesak rakyat Soviet untuk
tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu
mengintensifkan usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya
tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang
kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut
Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS
sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut sekutu-
sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori domino, jika satu negara jatuh maka
akan berjatuhanlah negara-negara tetangga lainnya.
Lingkungan Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya
memelihara lingkungan pengaruh diinterpretasikan sebagai akibat dari program global negara
adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS
menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS
membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian
dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara
adidaya ini melahirkan sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar,
sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya.
Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (North
Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4 April 1949 di Washington, AS.
Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap
NATO. Di pihak lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada
tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar Pact of Mutual Assistance and Unified
Command.
Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara adidaya, di Asia
Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO) pada tanggal 8 September 1954
di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara,
khususnya di Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara
utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama
justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk
Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO).
Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk
menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS. Serta pembentukan
Cominform (The Communist Information Bureau) di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi
lain, kegiatan spionase juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy
Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS
selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-
negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif
mengenai lawannya sendiri.
Periode 1969-1979
Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan terpilihnya
Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat keamanannya, Henry A. Kissinger,
Richard Nixon menempuh pendekatan baru terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka,
ternyata Uni Soviet juga sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini
lazim disebut dtente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri, dtente
dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan kepentingan tertentu dalam kerjasama dan
perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat meregulasi dan menghambat perbedaan
diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi menuju kerjasama.
Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard Nixon dan Leonid
Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I) di Moskow. SALT I berisi
kesepakatan untuk membatasi persediaan senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic
Missile System. SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang dimiliki
oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600
misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil.
Periode 1979-1985
Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk menjalani dtente.
Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki Afghanistan yang sebenarnya mengundang
pasukan Uni Soviet masuk kesana untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang
reaksi keras dari pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di
Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang Dingin
dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk
menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia.
Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, ia juga melancarkan Doktrin Reagan yang
mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan, Angola, dan Nikaragua. Para
pemberontak ini bahkan diberi istilah halus pejuang kemerdekaan (freedom fighters). Bahkan AS
juga berbicara tentang kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun
di periode ini terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata masih bisa
terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan 1979 di Vienna.
Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan peluncur senjata
nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit Multiple Independently Targeted Reentry
Vehicle (MIRV) . Dan juga Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms
Reduction Treaty/START) pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata
nuklir yang berdaya jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian
pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada tahun 1983 ternyata
Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Periode 1985-1991
Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan secara besar-
besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan penguasa-penguasa Uni Soviet
sebelumnya, pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah
forum dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989
seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.
Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan
mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan bantuan untuk Kuba
yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun
kebebasan dan keterbukaan yang dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari
tokoh-tokoh komunis dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang
didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov
(Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).
Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari rakyat Uni
Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu;
Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania
dan Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September
1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet.
Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh dan terpecah-
pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet
(Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang
Dingin dengan kemenangan di pihak AS.
AKHIR DARI PERANG DINGIN ( 1989 )
DUA negara adidaya, AS dan Uni Soviet, mendeklarasikan berakhimya Perang Dingin setelah
berbincang dua hari di Pertemuan Puncak Malta. Pada konferensi pers bersama yang diadakan di
kapal layar Soviet, Maxim Gorky, kedua pihak menyatakan akan mengurangi jumlah pasukan dan
persenjataan di Eropa. Pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, mengatakan ia tidak akan pernah
menyulut perang terbuka dengan AS.
Sementara itu, Presiden AS George Bush mengatakan kedua pihak dapat merealisasikan
perdamaian dan bekerja sama untuk waktu yang lama. Pertemuan Puncak Malta merupakan
pertemuan terpenting sejak 1945, ketika Churchill, Stalin, dan Roosevelt menyetujui rencana
pascaperang untuk Eropa di Yalta.
Dalam 8 jam terakhir dari pembicaraan yang dilakukan kedua pemimpin negara adidaya itu,
terjadi perbedaan mengenai kebijakan di Amerika Tengah dan pemotongan dalam armada laut.
Maka, kedua pihak memutuskan melakukan pembicaraan lebih lanjut pada Juni 1990.
"Dampak Positif"
Selama Perang Dingin berlangsung perkembangan IPTEK maju pesat karena kedua Blok ini
banyak melakukan pengembangan dan mempunyai hasil yang sangat bagus terutama masalah
eksplorasi luar angkasa. Perang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik,
ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni
Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 19471991. Persaingan
keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer,
industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan
banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak
terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan
Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara
kedua negara adikuasa tersebut.
4. Luar angkasa
Perang dingin ini juga membawa pengaruh besar pada perkembangan keruangangkasaan yang
kita miliki. Mungkin jika tidak ada perang dingin, kita tidak akan tahu bagaimana bentuk tata surya
kita. Pada saat itu kedua negara yang bersengketa saling berlomba-lomba menunjukkan kepada
dunia bahwa negara merekalah yang paling baik dengan menyebarkan doktrin-doktrin yang mereka
miliki.
Karena untuk meningkatkan gengsi negara mereka maka mereka sama-sama berlomba untuk
meluncurkan roket ke luar angkasa. Hasilnya, kita semua menjadi tahu bahwa sebenarnya kita ada
pada tata surya apa, kemudian bagaimana bentuknya. Terlepas dari siapa yang pertama kali
mengabarkan berita ini, namun dengan adanya perang dingin ini secara tidak langsung juga
berdampak pada perkembangan ilmu pendidikan keruang angkasaan kita.
5. Teknologi
Pada masa perang dingin sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan militer mendapat
sorotan yang lebih dari pemerintah. Pemerintah bersedia mengeluarkan dana yang besar demi
kemajuan iptek di negara mereka.
Pada periode ini tumbuh disiplin-disiplin ilmu yang mempelajari dampak sains pada
masyarakat. Di negara-negara maju, teknologi di era modern bukan lagi urusan individu atau
komunitas berskala kecil. Teknologi modern mempunyai tujuan-tujuan nasional pada wilayah
ideologi, militer, ataupun ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber
alam yang ada. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan produksi barang dengan skala yang besar.
"Dampak Negatif"
Perang Dingin ini juga membawa dampak yang negatif pula, selama Perang Dingin
berlangsung masyarakat mengalami ketakutan akan perang nuklir yang lebih dahsyat dari perang
dunia kedua. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan
Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin.
2. Bidang Politik
Dampak dalam bidang politik dapat kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di Jerman
sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang dunia kedua negara ini
memang sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman Baran yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur
yang beribukota di Berlin. Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang berbeda
berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat dan Komunis yang dianut jerman timut.
Dalam perjalanan pemerintahannya, Jerman barat mengalami perkembangan yang jauh lebih
pesat daripada Jerman timur. Oleh sebab itu, banyak orang Jerman timur yang memutuskan untuk
hijrah ke Jerman barat. Namun karena saat itu terjadi perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet,
Uni soviet merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat. Kerena itu Uni
soviet mendanai dan mendukung untuk membangun sebuah tembok yang berada di kota berlin yang
menyebabkan terbelahnya kota itu. Selain itu di tembok ini, uni soviet juga menyiagakan tentaranya
agar menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyebrang. Kemudian tembok ini sangat
dikenal orang sebagai simbol bagi perang dingin.
PERANG DINGIN DAN TERCIPTANYA MARSHALL PLAN MOLOTOV PLAN
Konflik Perang Dingin yang berimbas ke Eropa menjadi sebuah peristiwa penting yang
menjadikan negara-negara Eropa menuju sebuah persatuan. Sebenarnya benih perang dingin sudah
mulai tumbuh pada masa Perang Dunia II. Keberhasilan pasukan sekutu membebaskan negara-
negara di Eropa dari pendudukan Jerman, mendorong Uni Soviet melancarkan ofensif terhadap
negara-negara Eropa Timur yang diduduki Jerman. Tampaknya Uni Soviet harus berpacu keras
dengan sekutu agar memperoleh daerah pengaruh apabila Perang Dunia II berakhir dan berkembang
menjadi sebuah pemicu keretakan antara negara-negara Eropa di bawah pengaruh Amerika Serikat
dan hegemoni Uni Soviet.
Munculnya Amerika Serikat sebagai negara pemenang di pihak sekutu (Inggris, Perancis
dan Amerika Serikat) di sini Amerika memiliki peran yang besar dalam membantu negara-negara
Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya begitu pun Uni Soviet yang berperan
membebaskan Eropa bagian timur dari tangan Jerman dan membangun perekonomian negara-
negara di Eropa Timur. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan terjadinya perebutan hegemoni
antara kedua negara adidaya tersebut.
Hal yang pertama kali dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat kebijakan-
kebijakan yang menandai adanya perebutan hegemoni, yaitu sebagai berikut:
1. Doktrin Trauman
Doktrin Truman adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat Harry S.
Truman pada 12 Maret 1947 yang menyatakan bahwa Amerika Serikat akan mendukung Yunani
dan Turki dengan bantuan ekonomi dan militer untuk mencegah mereka jatuh ke dalam lingkup
Soviet. Truman menyatakan bahwa doktrin kebijakan Amerika Serikat untuk mendukung
masyarakat bebas yang mencoba melawan penaklukan oleh minoritas bersenjata atau oleh tekanan
luar. Truman beralasan, karena rezim totaliter memaksa orang bebas direpresentasikan sebagai
ancaman mereka bagi perdamaian internasional dan keamanan nasional Amerika Serikat.
2. Marshall Plan
Marshall Plan bertujuan untuk merevitalisasi Eropa Barat pasca Perang Dunia II untuk
menghentikan penyebaran komunisme, menjaga tradisi kapitalis Eropa, ingin meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang dahsyat, dan membantu menjaga ekonomi Amerika Serikat dari depresi
paska perang. Melalui Marshall Plan, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi kepada
negara-negara Eropa Barat. Kebijakan tersebut ditempuh untuk "menyelamatkan" Eropa dari
komunisme. Dengan kebijakannya tersebut, Amerika Serikat ingin membendung pengaruh
komunisme baik yang berasal dari China maupun Uni Soviet. Kebijakan disambut baik oleh Inggris
dan Perancis. Selain itu kebijakan ini juga disambut baik oleh Polandia, Uni Soviet, dan
Chekoslovakia. Akan tetapi Uni Soviet mengundurkan diri, karena dia menganggap bahwa
kebijakan ini hanya akan memperkuat posisi Amerika Serikat di Eropa dan Eropa nanti hanya
dimanfaatkan oleh Amerika Serikat. Sehingga, yang menyetujui kebijakan ini adalah hanya negara-
negara yang tidak berhalauan komunis. Kebijakan mengenai Marshall Plan ini didukung oleh
Konggres Amerika Serikat. Konggres mengeluarkan UU yang dilanjutkan dikeluarkannya EGA
(Economic Cooperation Administration) sebagai agen dari kerjasama Amerika Serikat yang
terdapat di negara-negara anggota Eropa. Di mata Uni Soviet, Marshall Plan, merupakan rencana
AS untuk memanfaatkan situasi Jerman untuk kepentingan politiknya dengan cara mengeksploitasi
sumber daya ekonomi Jerman. Walaupun sebenarnya Marshall Plan ini dapat dijadikan kesempatan
yang besar untuk mengurangi tension antara Barat-Timur dengan pengorganisasian recovery
ekonomi di dalam pan-European framework.
Marshall Plan atau ERP (Program Pemulihan Resmi Eropa) adalah program besar-besaran
untuk membantu Eropa di mana Amerika Serikat memberikan dukungan keuangan untuk
membantu membangun kembali ekonomi Eropa setelah akhir Perang Dunia II dalam rangka
memerangi penyebaran Soviet Komunisme. Rencananya adalah beroperasi selama empat tahun
mulai pada bulan April 1948. Tujuan dari Amerika Serikat untuk membangun kembali perang-
wilayah yang hancur, menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan, memodernisasi industri,
dan membuat Eropa makmur lagi. Inisiatif ini diberi nama setelah Menteri Luar Negeri George
Marshall. Rencana tersebut mendapat dukungan bipartisan di Washington, di mana Partai Republik
dan Kongres yang dikendalikan Demokrat menguasai Gedung Putih. Rencana ini terutama
pembentukan Departemen Luar Negeri pejabat, khususnya William L. Clayton dan George F.
Kennan. Marshall berbicara tentang kebutuhan mendesak untuk membantu pemulihan Eropa dalam
pidatonya di Harvard University pada Juni 1947.
Kemudian, rencana rekonstruksi yang dikembangkan pada pertemuan negara-negara Eropa
yang berpartisipasi, didirikan pada tanggal 5 Juni 1947 menawarkan bantuan yang sama ke Uni
Soviet dan sekutunya, tetapi mereka tidak menerimanya. Selama empat tahun rencana itu
operasional, US $ 13 miliar pada bantuan ekonomi dan teknis diberikan untuk membantu pemulihan
negara-negara Eropa yang telah bergabung dalam Organization for Economic Co-operasi Eropa.
Marshall Plan digantikan oleh Rencana Keamanan Reksa pada akhir 1951. ERP ditujukan masing-
masing hambatan untuk pemulihan pasca perang. Rencananya melihat ke masa depan, dan tidak
fokus pada kerusakan yang disebabkan oleh perang. Jauh lebih penting adalah upaya untuk
memodernisasi industri dan Eropa praktek bisnis menggunakan model Amerika efisiensi yang
tinggi, mengurangi hambatan perdagangan buatan, dan menanamkan rasa harapan dan kemandirian.
Pada tahun 1952 sebagai pendanaan berakhir, perekonomian setiap negara peserta telah
melampaui tingkat sebelum perang; untuk semua penerima Marshall Plan, output pada tahun 1951
setidaknya 35% lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1938. Selama dua dekade berikutnya, Eropa
Barat sebelumnya menikmati pertumbuhan dan kemakmuran, namun ekonom tidak yakin apa yang
disebabkan proporsi langsung ke ERP, berapa proporsi secara tidak langsung, dan berapa banyak
akan terjadi tanpa itu. The Marshall Plan adalah salah satu elemen pertama dari integrasi Eropa,
karena menghapus hambatan perdagangan dan mendirikan lembaga untuk mengkoordinasikan
ekonomi pada tingkat benua, yaitu merangsang rekonstruksi total politik Eropa Barat.
Sejarawan ekonomi Belgia, Herman Van der Wee menyimpulkan Marshall Plan adalah
sukses besar:
Ini memberikan dorongan baru untuk rekonstruksi di Eropa Barat dan membuat kontribusi
penting terhadap pembaruan sistem transportasi, modernisasi peralatan industri dan pertanian,
memulai kembali produksi normal, meningkatkan produktivitas, dan memfasilitasi intra-Eropa
perdagangan.
Dengan demikian pada tahap akhir Perang Dunia II Uni Soviet melakukan tandingan dari
kebijakan yang dibuat oleh Amerika Serikat dengan meletakkan dasar bagi Blok Timur dengan
langsung men beberapa negara seperti Republik Sosialis Soviet yang awalnya (dan efektif)
menyerahkan kepadanya oleh Nazi Jerman dalam Pakta Molotov-Ribbentrop. Ini termasuk bagian
timur Polandia (dimasukkan ke dalam dua SSRs yang berbeda), Latvia (Latvia SSR), Estonia (RSK
Estonia), Lithuania (RSK Lithuania), bagian timur Finlandia (RSK Karelo-Finlandia) dan Rumania
(SSR Moldavia). Wilayah Eropa Timur dibebaskan dari Nazi dan diduduki oleh angkatan bersenjata
Soviet ditambahkan ke Blok Timur dengan mengubah mereka menjadi negara satelit, seperti
Jerman Timur, Republik Rakyat Polandia, Republik Rakyat Bulgaria, di Republik Rakyat Hongaria,
Sosialis Cekoslowakia Republik, Republik Rakyat Rumania dan Republik Rakyat Albania. Gaya
rezim Soviet yang muncul di Blok tidak hanya direproduksi ekonomi komando Soviet, tetapi juga
mengadopsi metode brutal yang digunakan oleh Joseph Stalin dan polisi rahasia Soviet untuk
menekan oposisi nyata dan potensial. Di Asia, Tentara Merah menggilas Manchuria di bulan
terakhir dari perang, dan melanjutkan untuk menempati petak besar wilayah Korea terletak di utara
dari paralel ke-38.
Selanjutnya, sebagai bagian dari konsolidasi kontrol Stalin atas Blok Timur, NKVD,
dipimpin oleh Lavrentiy Beria, mengawasi pembentukan Sistem Gaya Soviet, polisi rahasia di Blok
yang seharusnya menghancurkan perlawanan anti-komunis. Ketika sedikit kepeduliannya dari
kemerdekaan muncul di Blok, strategi Stalin cocok bahwa berurusan dengan negeri sebelum
perang, mereka telah dihapus dari kekuasaan, diadili, dipenjara, dan dalam beberapa kejadian,
dieksekusi. Perdana Menteri Inggris Winston Churchill khawatir, mengingat ukuran besar pasukan
Soviet dikerahkan di Eropa pada akhir perang, dan persepsi bahwa pemimpin Soviet Joseph Stalin
tidak dapat diandalkan, ada sebuah ancaman Soviet ke Eropa Barat.
Langkah yang ditempuh adalah dengan melakukan Reformasi yang terkenal dengan
Perestroika dan Glasnost. Perestroika merupakan restrukturisasi (penataan kembali struktur) yang
sudah rusak. Tujuannya untuk mengatasi stagnasi untuk akselerasi (penyamaan) kemajuan sosial
dan ekonomi. Perestroika merupakan pengembangan menyeluruh dari demokrasi yang diprakarsai
massa. Jadi, Perestroika adalah langkah pembaharuan untuk mempersatukan sosialisme dengan
demokrasi melalui keterbukaan politik atau glasnot. Kebijakan ini memberikan dampak yang tidak
terduga sebelumnya, yaitu pertentangan sosial di dalam masyarakat mulai muncul.
Pada 19 Agustus 1991, Gennadi Yanayev (pemimpin kelompok konservatif) melancarkan
kudeta terhadap Gorbachev tetapi upaya ini dapat digagalkan oleh Boris Yeltsin (pemimpin
kelompok Radikal) sehingga Gorbachev dapat diselamatkan dan nama Yeltsin mulai melambung di
pentas politik Uni Soviet. Yeltsin tidak mampu membendung gelora semangat Perestroika dan
Glasnost terbukti dengan banyaknya negara bagian Uni Soviet yang melepaskan diri dan menjadi
negara merdeka sehingga Runtuhlah Uni Soviet.
Uni Soviet mulai mengurangi kekuatan senjatanya di Eropa Timur seperti pada 1989, Uni
Soviet menarik tentaranya dari Afghanistan. Akhirnya kekuasaan komunis mulai runtuh di negara-
negara Eropa Timur di mana Jerman kembali bersatu.
Secara resmi Uni Soviet dibubarkan pada 8 Desember 1991 ditandai dengan penurunan
bendera Uni Soviet dan dikibarkan bendera Rusia. Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet yang
lain mulai muncul sebagai negara yang merdeka. Runtuhnya kekuatan Uni Soviet di Eropa Timur
mengakhiri Perang Dingin. Uni Soviet merupakan contoh keberhasilan dari ideologi Marxis-Leninis
yang diaktualisasikan menjadi negara.