Anda di halaman 1dari 3

4.

Migrasi Penyu
Penyu memulai dan mengakhiri migrasi di Pantai Timur Florida Amerika Serikat. Jalur
migrasi sepanjang 12.900 km melewati Laut Sargasso, wilayah perairan Laut Atlantik Utara.
Waktu yang dibutuhkan untuk sekali migrasi antara 5-10 tahun. Tidak seperti migrasi hewan
lain yang umumnya dilakukan secara berkelompok, penyu bermigrasi sendiri tanpa mengikuti
penyu lain.
Seorang peneliti yang bernama Kenneth Lohmann dari Universitas Carolina Utara
mempelajari tingkah laku tukik atau penyu saat dihadapkan dengan medan magnet yang
berbeda-beda. Peneliti tersebut meletakkan penyu ke dalam sebuah wadah air yang dikelilingi
alat yang dapat menimbulkan medan magnet. Medan magnet yang dihasilkan disesuaikan
dengan medan magnet jalur migrasi penyu, yaitu wilayah Florida utara, wilayah timur laut
dekat Portugal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penyu mengikuti jalur migrasi yang
diberikan.
Ketika penyu mendeteksi medan magnet yang mirip dengan medan magnet wilayah
dekat Portugal, penyu akan berenang menuju selatan ke arah Portugal. Pergerakan penyu
dalam mengikuti jalur medan magnet bertujuan untuk menjaga penyu agar tetap berada di
lautan yang hangat dan wilayah yang kaya akan sumber makanan.
J. Rogers Brothers, peneliti dari University of North Carolina menemukan bahwa seekor
penyu memiliki cara unik dalam mencari jalan pulang ke tempat kelahirannya. Ia mengatakan
bahwa setiap penyu dapat melihat petunjuk alam untuk kembali ke tempat asalnya seperti
sebuah alat petunjuk arah (GPS).
Penelitian sebelumnya yang juga melibatkan seorang ahli dari University of North
Carolina menyimpulkan bahwa kawanan penyu mengandalkan medan magnet planet Bumi
sebagai alat navigasi di lautan untuk menentukan arah.
Sejumlah jenis penyu diperkirakan mampu menggunakan isyarat magnetik untuk
menentukan garis lintang sehingga dapat melihat ke arah mana mereka akan bergerak. Namun
perkiraan ini belum diuji dan dibuktikan secara nyata di laut terbuka.
Dalam penelitian ini, Brothers melakukan uji pendekatan dengan mempelajari perilaku
penyu jenis tempayan yang bersarang di pantai timur Florida. Brothers mempelajari perilaku
penyu dari mulai bersarang, bertelur hingga menetas dan bermigrasi dalam jangka waktu yang
panjang.
Seperti diketahui, penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak jauh setelah beberapa
saat menetas. Sampai saat ini, bagaimana spesies penyu dapat bermigrasi ribuan mil dan
kembali ke tempat kelahirannya tanpa petunjuk apa pun memang menjadi misteri besar bagi
para peneliti.
5. Migrasi Paus
Paus sei bermigrasi setiap tahun dari perairan dingin dan subpolar pada musim panas ke
perairan subtropis pada musim dingin, tempat tersedianya banyak makanan. Di Atlantik barat
laut, paus sei bergerak ke utara dan tiba di tepi Georges, selat timur laut dan tepi Browns pada
pertengahan sampai akhir Juni. Mereka dapat ditemukan di pantai selatan Newfoundland pada
bulan Agustus dan September, dan migrasi ke selatan berlangsung ke barat dan selatan di
sepanjang Nova Scotia dari pertengahan September sampai pertengahan November. Paus di
laut Labrador pada minggu pertama Juni bergerak lebih jauh ke utara ke perairan barat daya
Greenland pada musim panas.Di Atlantik timur laut, paus sei menghabiskan musim dingin di
selatan hingga di Afrika Barat dan pada musim semi bermigrasi ke arah utara dengan
mengikuti landasan kontinen. Paus betina yang besar memimpin migrasi ke utara dan
mencapai selat Denmark pada pertengahan Juli dan tetap berada di sana selama pertengahan
September. Dalam beberapa tahun, jantan dan betina yang lebih muda tetap berada di garis
lintang yang lebih rendah selama bulan musim panas.
Walaupun pola migrasi secara umum sudah diketahui, rute migrasi secara khusus masih
belum diketahui dan ilmuwan tidak dapat memprediksi dengan tepat tempat munculnya suatu
kelompok dari tahun ke tahun. Di satu tempat dalam satu tahun mungkin muncul banyak paus,
tetapi beberapa tahun berikutnya tidak ada paus sama sekali. F.O. Kapel menyadari hubungan
antara kemunculan paus sei di sebelah barat Greenland dan masuknya air yang relatif hangat
dari arus Irminger. Beberapa bukti dari data menunjukan bahwa individu paus sei kembali ke
pantai Islandia setiap tahunnya.
Para ilmuwan Amerika Serikat (AS) berhasil mengungkap rahasia di balik migrasi ikan
paus yang selama ini masih misterius.
Seperti yang dikutip AFP, Kamis (27/10/2011), beberapa ekor Ikan Paus Pembunuh
mampu berenang sejauh 10 ribu kilometer, dari Kutub Selatan ke perairan tropis, dengan
tujuan bukan untuk makan maupun berkembang biak.
Menurut studi yang dilakukan oleh US National Marine Fisheries Services (NMFS),
ikan-ikan paus ini berenang dari perairan dingin dengan kecepatan tinggi, kemudian melambat
begitu sampai di perairan hangat. "Ikan-ikan ini melakukan migrasi dengan dorongan untuk
membuat kulit mereka menjadi lebih bersinar dan baru," ungkap pihak NMFS.
Pihak NMFS mengatakan bahwa sebelumnya sangat sedikit diketahui apa motif dari
migrasi ini, atau bagaimana ikan-ikan paus ini mengingat jalurnya.
Dalam penelitian ini, John Durban dan Robert Pitman dari National Marine Fisheries
Service melacak pergerakan satu lusin ikan paus di pantai semenanjung Antartika melalui
satelit pemancar.
6. Migrasi Wildebeest

Spesies hewan wildebeest masih termasuk satu keluarga dengan kijang, sapi, kambing
dan domba, banyak terdapat di wilayah Serengeti, Afrika. Tepatnya di wilayah utara Negara
Tanzania dan bagian selatan Negara Kenya. Setiap tahun ada dua kali migrasi besar wildebeest
dari bagian Serengeti selatan ke bagian utara, lalu beberapa bulan kemudian, kembali lagi ke
selatan. Jumlah wildebest yang bermigrasi sekitar 1,7 juta ekor, diikuti oleh sekitar 260.000
zebra dan sekitar 470.000 gazelle (sejenis kijang).

Wildebeest terkenal akan migrasi jarak jauh tahunan mereka, ewan-hewan ini mengikuti
musim hujan, yang membuat padang rumput cukup subur untuk memberi makan dan air
minum bagi banyak hewan. Saat musim hujan berhenti, kawanan hewan berpindah mencari
padang rumput lain yang bisa memberi mereka makan dan air untuk diminum.

Waktu migrasi mereka bervariasi (dalam hal bulan) dari tahun ke tahun. Pada akhir
musim hujan (mei atau juni di Afrika timur), Wildebeest bermigrasi ke daerah musim kemarau
dalam menanggapi kurangnya permukaan air minum.
Faktor yang diduga mempengaruhi migrasi adalah termasuk kelimpahan makan,
ketersediaan air permukaan, predator dan kadar fosfor di rumput. Fosfor adalah unsur penting
bagi semua bentuk kehidupan, terutama untuk menyusui pada hewan betina. Akibatnya saat
musim hujan, wildebeest memilih area penggembalaan yang mengandung kadar fosfor sangat
tinggi.
Satu studi menemukan, selain fosfor, memilih memilih daerah rumput yang memiliki
kandungan nitogen yang relatif tinggi. Migrasi wildebeest skala besar sangat mungkin sebagai
konsekuensidari keputusan yang dibuat oleh individu di berbagai skala spasial, yang
melibatkan keseimbangan kelimpahan makanan, kualitas makanan, kepadatan local
wildebeest lainnya, interaksi social, air permukaan, resiko predasi yang dirasakan, dan budaya
(atau mungkin genetik) melalui rute dan rentang.

Anda mungkin juga menyukai